BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun Formula

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. membantu penyidik dalam memenuhi permintaan visum et repertum, untuk

PANJANG TULANG FEMUR DAPAT MENJADI PENENTU TINGGI BADAN PRIA DEWASA MUDA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN BAWAH T E S I S REINHARD JOHN DEVISON /IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi antara Tinggi Badan dan Panjang Jari Tangan

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 terdapat banyak kasus mutilasi yang terungkap di Indonesia.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik (non-eksperimental)

Hubungan panjang klavikula dan tinggi badan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unsrat angkatan 2012

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG LENGAN ATAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif, serta terdiri atas ratusan otot, tendon, dan ligamen. Kaki manusia dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PENENTUAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TELAPAK TANGAN TESIS ISMURRIZAL / IKF PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan desain

Tubuh kita juga memiliki komponen yang membuatnya dapat bergerak atau beraktivitas. Apa saja yang terlibat bila kita melakukan gerak?

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALATIHAN SOAL BAB 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan metode analitik korelatif, dengan pendekatan cross

KORELASI PANJANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM GERAK MANUSIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Struktur anatomis telapak tangan terdiri dari dua bagian utama yaitu : a. Bagian tulang : Carpal, metacarpal, dan phalangs

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

HUBUNGAN ANTARA PANJANG ULNA DENGAN JENIS KELAMIN DAN TINGGI BADAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Fisiologi Neuromuskuloskeletal, dan Fisiologi Geriatri.

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

ABSTRAK HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG LENGAN PADA POPULASI DEWASA DI DENPASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. walaupun satu spesies, tetap bervariasi. Kenyataan ini mendorong orang untuk

BAB - 3 T O R S I. Gambar 3.2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 3. SISTEM GERAK PADA MANUSIALatihan Soal 3.1

ANATOMICAL LANMARK Merupakan titik skeletal yang mudah teridentifikasi, berguna saat menetapkan lokasi pengukuran ukuran2 tubuh atau penentuan tempat

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

1. Berikut ini yang bukan merupakan fungsi rangka adalah. a. membentuk tubuh c. tempat melekatnya otot b. membentuk daging d.

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

BAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Susunan gigi dan penampilan wajah memainkan peranan yang penting dalam

MENENTUKAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG TUNGKAI ATAS TESIS

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

BAHAN PERKULIAHAN KONTRUKSI POLA BUSANA (Prodi Pendidikan Tata Busana) Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu

KORELASI PANJANG LENGAN BAWAH DENGAN TINGGI BADAN PRIA DEWASA SUKU BANJAR

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. 1. Ilmu kesehatan anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAHAN AJAR. Kode Mata Kuliah : IOF 219. Materi : Sendi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aditia Bahrul Ilmy, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

MODUL I DESAIN ERGONOMI

METODE. Materi. Tabel 2. Distribusi Ayam Kampung yang Digunakan

Anthropometry. the study of human body dimensions. TeknikIndustri 2015

Korelasi Antara Panjang Tulang Radius dengan Tinggi Badan pada Pria Dewasa. Correlation Between Long Bone Radius With In Male Adult Height

HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) LATIHAN FISIK RENTANG GERAK / RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF

ULANGAN HARIAN MAN YOGYAKARTA III TAHUN PELAJARAN 2014/2015. : Prakarya dan Kewirausahaan Kerajinan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

Pengukuran Tubuh. Aris Fajar Pambudi FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BESARAN DAN SATUAN. 1. Pengertian Mengukur

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 15. SISTEM GERAK MANUSIALatihan Soal 15.1

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

I. Panduan Pengukuran Antropometri

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

A. TEMPAT, WAKTU, PERALATAN DAN OBYEK PENELITIAN

MEMBUAT POLA BUSANA TINGKAT DASAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODE PENELITIAN. mengukur seberapa besar hubungan dan tingkat singinifikan antara power otot

Transkripsi:

4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkiraan Tinggi Badan Secara sederhana Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun 1923. Formula tersebut hanya memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek dan tidak memberi ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang humerus, femur, tibia dan tulang belakang masing-masing adalah 20%, 22%, 27% dan 35% daripada ketinggian individu si empunya tulang tersebut. 1 Bertillon menyebutkan bahwa teori perhitungan tentang pengukuran tubuh manusia sebaiknya dilakukan pada usia 21 tahun 15. Tinggi badan merupakan ukuran bagi seseorang pada saat masih hidup, sedangkan panjang badan merupakan ukuran seseorang pada saat setelah meninggal dunia. Panjang badan atau tinggi badan sangatlah penting untuk penentuan identifikasi seseorang. Sehingga dalam proses identifikasi tersebut, memperkirakan tinggi badan atau panjang badan seseorang merupakan suatu keharusan sebagai syarat mutlak dalam suatu identifikasi. Mengukur tinggi badan pada korban hidup adalah lebih mudah dilakukan jika dibandingkan mengukur panjang badan pada korban (jenazah), dan semakin sulit bila korban (jenazah) dalam keadaan sudah tidak utuh lagi atau mengalami kerusakan yang sangat hebat. 4 Pengukuran tinggi badan manusia umumnya diukur dalam satuan centimeter (cm), ini juga didasari atas formula tentang perkiraan tinggi badan yang sudah

5 ada. 9 Pada sikap anatomi bahwa orang berdiri secara tegak lurus dengan ekstremitas atas disamping tubuh, telapak tangan dan wajah menghadap kedepan. 5 Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara paralel yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang disebut heel (Gambar 2.1). 6 Gambar 2.1. Pengukuran Tinggi Badan berdasarkan Bentuk Poros Tubuh (dikutip dari buku Glinka J, Artaria M.D, Koesbardiati T) 2.2. Titik Anatomis Panjang Lengan Atas Secara teori disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan. Wanita

6 mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar. 6 tidak adanya standardisasi, terutama pada bidang osteometri (pengukuran tulang-tulang). tidak adanya standardisasi ini membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar pengukuran, titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda. Misalnya simbol v ialah vertex,sty ialah stylion yang merupakan titik paling distal pada ujung processus styloideus. 9 Hal inilah yang menjadi dasar peneliti menetapkan Titik Anatomis lengan atas yaitu d ari Puncak Bahu sampai Lipat Siku. Gambar 2.2. (A) Pengukuran beberapa Ukuran Panjang Lengan (B) Beberapa Titik Anatomis Tubuh (dikutip dari Buku Glinka J,Artaria M.D, Koesbardiati T.) 2.3. Antropometri Dalam pengamatan sehari-hari akan membawa kita kepada pengalaman bahwa manusia, walaupun satu species, bervariasi juga. Kenyataan ini mendorong orang untuk melihat perbedaan-perbedaan ini makin teliti dan metode yang paling tepat adalah ukuran, dimana disamping ketepatan memungkinkan juga

7 objektivitas. Dengan demikian lahirlah bidang ilmu yang disebut antropometri. Antropometri berasal dari kata Anthropos yang berarti man (orang) dan Metron yang berarti measure (ukuran). Jadi antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia (mengukur manusia). 8 Johan Sigismund Elsholtz adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya pada tahun 1654. Ia adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman. Pada saat itu ia menciptakan alat ukur yang disebut anthropometron, namun pada akhirnya Elsholtz menyempurnakan alat ukurnya dan inilah cikal bakal instrumen atau alat ukur yang sekarang kita kenal sebagai antropometer (Gambar 2.3). 9 Gambar 2.3. (A) Papan Osteometri. (B) Antropometer menurut Martin (dikutip dari buku Glinka J, Artaria M.D, Koesbardiati T.) Pada abad 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi. 9

8 Alat ukur yang digunakan umumnya adalah antropometer ataupun alat ukur lainnya, seperti kaliper geser/ sorong (Gambar 2.4). 9 Gambar 2.4. Antropometer Kaliper Geser/Sorong (dikutip dari buku Glinka J, Artaria M.D, Koesbardiati T.) Dengan demikian, akhirnya kita mengenal beberapa kategori manusia berdasarkan tingginya, ada yang sangat tinggi, tetapi ada juga yang sangat pendek (Tabel 2.1). 8 Tabel 2.1. Klasifikasi Tinggi Badan menurut MARTIN Knussmann (dikutip dari buku Glinka J,Artaria M.D,Koesbardiati T.) Laki-laki (dalam cm) Wanita (dalam cm) Kerdil x-129,9 x-120,9. Sangat pendek 130,0-149,9 121,0-139,9 Pendek 150,0-159,9 140,0-148,9 Di bawah sedang 160,0-163,9 149,0-152,9 Sedang 164,0-166,9 153,0-155,9 Di atas sedang 167,0-169,9 156,0-158,9 Tinggi 170,0-179,9 159,0-167,9 Sangat tinggi 180,0-199,9 168,0-186,9 Raksasa 200,0-x 187,0-x

9 2.4. Menentukan Tinggi Badan yang Tidak Utuh Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang secara kasar, yaitu dengan : 4 a) Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan. b) Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis dikali 2. c) Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai symphisis pubis lalu dikali 3,3. d) Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali 3,7. e) Panjang femur dikali 4. f) Panjang humerus dikali 6. Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi. Ketika sendi-sendi tidak lagi didapat, maka perhitungan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur tulang-tulang panjang dengan menggunakan beberapa formula yang ada. 10 2.5. Beberapa Ahli yang Menggunakan Formula Tulang-tulang Panjang A. Formula Karl Pearson Formula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak lama (tahun 1899). Formula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk subjek

10 penelitian kelompok orang-orang eropah (European) dengan melakukan pengukuran pada tulang-tulang panjang yang kering (Tabel 2.2). 7 Tabel 2.2. Formula Karl Pearson Untuk Laki-laki dan Perempuan Laki laki: 1. Tinggi Badan = 81.306 + 1.88 x F1 2. Tinggi Badan = 70.641 + 2.894 x HI 3. Tinggi Badan = 78.664 + 2.376 x TI 4. Tinggi Badan = 85.925 + 3.271 x RI 5. Tinggi Badan = 71.272 + 1.159 x (F1 + T1) 6. Tinggi Badan = 71.443 + 1.22 x (F1 + 1.08 x TI) 7. Tinggi Badan = 66.855 + 1.73 x (H1 + R1) 8. Tinggi Badan = 69.788 + 2.769 x (H1 + 0.195 x R1) 9. Tinggi Badan = 68.397 + 1.03 x F1 + 1.557 x HI 10. Tinggi Badan = 67.049 + 0.913 x F1 + 0.6 x T1 + 1.225 x HI 0.187 x RI Perempuan: 1. Tinggi Badan = 72.844 + 1.945 x F1 2. Tinggi Badan = 71.475 + 2.754 x H1 3. Tinggi Badan = 74.774 + 2.352 x TI 4. Tinggi Badan = 81.224 + 3.343 x R1 5. Tinggi Badan = 69.154 + 1.126 x (F1+T1) 6. Tinggi Badan = 69.154 + 1.126 x (F1 + 1.125 x T1) 7. Tinggi Badan = 69.911 + 1.628 x (H1+R1) 8. Tinggi Badan = 70.542 + 2.582 x (H1 + 0.281 x RI) 9. Tinggi Badan = 67.435 + 1.339 x F1 + 1.027 x H1 10. Tinggi Badan = 67.469 + 0.782 x F1 + 1.12 x T1 + 1.059 x H1 0.711 x R1 Catatan : F1: Panjang maksimal tulang paha (femur) H1: Panjang maksimal tulang lengan atas (humerus) R1: Panjang maksimal tulang pengumpil (radius) T1: Panjang maksimal tulang kering (tibia)

11 B. Formula Trotter-Glesser (1958) Formula yang dipopulerkan dalam buku Martin-Knussmann (1988) ini memakai subjek penelitian kelompok laki-laki ras mongoloid (Tabel 1.3). 11 Tabel 2.3. Formula Trotter-Glesser (1958) Tinggi Badan = 2.68 x (HI) + 83.2 ± 4.3 Tinggi Badan = 3.54 x (RI) + 83.0 ± 4.6 Tinggi Badan = 3.48 x (U1) + 77.5 ± 4.8 Tinggi Badan = 2.15 x (F1) + 72.6 ± 3.9 Tinggi Badan = 2.39 x (T1) + 81.5 ± 3.3 Tinggi Badan = 2.40 x (Fi1) + 80.6 ± 3.2 Tinggi Badan = 1.67 x (H1 + R1) + 74.8 ± 4.2 Tinggi Badan = 1.68 x (H1 + U1) + 71.2 ± 4.1 Tinggi Badan = 1.22 x (F1 + T1) + 70.4 ± 3.2 Tinggi badan = 1.22 x (F1 + Fi1) + 70.2 ± 3.2 Catatan : Angka dengan tanda ± adalah nilai Standard Error, yang dapat dikurangi atau ditambah pada nilai yang diterima dari kalkulasi. Makin kecil SE, makin tepat taksiran menurut rumus regresi. C. Formula Parikh Formula ini didasarkan atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering. 1 Tabel 2.4. Formula Parikh Laki-laki Perempuan TB (Cm) = Humerus x 5.31 TB (Cm) = Humerus x 5.31 TB (Cm) = Radius x 6.78 TB (Cm) = Radius x 6.70 TB (Cm) = Ulna x 6.00 TB (Cm) = Ulna x 6.00 TB (Cm) = Femur x 3.82 TB (Cm) = Femur x 3.80 TB (Cm) = Tibia x 4.49 TB (Cm) = Tibia x 4.46 TB (Cm) = Fibula x 4.46 TB (Cm) = Fibula x 4.43

12 D. Formula Amri Amir Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang : tahun 1989 ini dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap orang hidup pada laki-laki dan perempuan dewasa muda. 12 Tabel 2.5. Formula Amri Amir No T u l a n g Rumus Regresi r 2 1 Humerus 1.34 x H + 123.43 0.22 2 Radius 3.13 x Ra + 87.91 0.45 3 Ulna 2.88 x U + 91.27 0.43 4 Femur 1.42 x Fe + 109.28 0.30 5 Tibia 1.12 x T + 124.88 0.23 6 Fibula 1.35 x Fi + 117.20 9.29 Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang. Tabel 2.6. Formula Amri Amir No T u l a n g Rumus Regresi r 2 1 Humerus 1.46 x H + 111.33 0.32 2 Radius 1.50 x Ra + 119.58 0.30 3 Ulna 2.85 x U + 86.75 0.46 4 Femur 0.79 x Fe + 124.67 0.17 5 Tibia 1.33 x T + 110.70 0.26 6 Fibula 1.71 x Fi + 99.20 0.36 E. Formula Mistar Ritonga (1992) Rumus Tinggi Hidung untuk mengetahui tinggi badan: 13 Laki laki: TB = 144,98 + 4,09 x Th

13 Rumus Tinggi Hidung untuk mengetahui tinggi badan: 13 Wanita: TB = 130,82 + 4,86 x Th Keterangan: TB = Tinggi Badan TH = Tinggi Hidung