BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang, semakin mengharuskan setiap perusahaan untuk mencapai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat pada dunia bisnis hampir terjadi di semua sektor

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan internasional merupakan faktor utama keberhasilan atau

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dan industri saat ini semakin ketat dan penuh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu ingin di mengerti. Wanita secara kodrati memiliki potensi seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam produksi pembalut wanita dengan Charm sebagai merek dagangnya.

Sebelum melakukan pembelian terhadap barang atau jasa, secara umum konsumen sebagai individu akan melalui beberapa tahapan seperti mencari informasi,

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

Bab 1. Pendahuluan. Persaingan di dunia industri dewasa ini semakin ketat, salah satu kategori

I. PENDAHULUAN. Minuman ringan (soft drink) adalah minuman yang tidak mengandung. alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau cair yang

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut setiap orang untuk dapat berpikiran maju. Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dunia bisnis begitu pesat mengakibatkan timbulnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. cepat tak terkecuali di Indonesia sendiri. Beragamnya produk yang memasuki

BAB I PENDAHULUAN. jenis kosmetika seperti lipstik, pelembab, pensil alis, mascara ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian dunia masih mencerminkan resiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN. merek menjelaskan spesifikasi pelanggannya (Anggraeni, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, dinamika lingkungan bisnis berdampak pada perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dalam kehidupan sehari-hari. Pasta gigi merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. konsumen untuk membeli suatu produk seperti dijelaskan Darianto (2001 : 56)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Berawal dari kebutuhan manusia yang beraneka ragam, perusahaanperusahaan

I. PENDAHULUAN. sekarang ini. Perusahaan perusahaan melakukan berbagai cara dalam

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri seorang wanita maupun pria akan timbul dengan rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan bisnis ke depan akan semakin berat ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman saat ini telah menyebabkan adanya pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi persaingan usaha yang semakin ketat membuat perusahaan dituntut

BAB 1 PENDAHULUAN. memperluas target pasar dan mempertahankan konsumen yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan dan lahirnya perusahaan-perusahaan, baik itu bergelut dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dasar dalam sistem perekonomian dan globalisasi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan biaya menambah pelanggan baru (Chang et al., 2012:24) Produk bersaing atas merek memudahkan pembeli mengidentifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di era globalisasi yang semakin kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan populasi manusia yang semakin meningkat telah membuat

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan situasi pasar saat ini telah berubah dengan sangat cepatnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang hendak memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi menyebabkan terjadinya perdagangan bebas yang

BAB I PENDAHULUAN. Deterjen merupakan salah satu produk kebutuhan rumah tangga yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan

1.1 Latar Belakang Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Usia. Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas sekarang ini, tingkat persaingan usaha di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Market Size No. Industri Telekomunikasi 27% 30%

I. PENDAHULUAN. Pemasaran pada dasarnya adalah membangun merek di benak konsumen. Merek menjadi semakin penting karena konsumen tidak lagi puas hanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia bisnis. Sehingga menimbulkan persaingan-persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan bersaing agar produknya menjadi unggulan. Banyak cara yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Pada era kompetitif ini, perusahaan menawarkan berbagai jenis pilihan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan predikat investment grade level. Kedua, pendapatan perkapita yang

BAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, Kebutuhan alat transportasi membuat industri di

BAB I PENDAHULUAN. banyak industri yang juga mengalami fenomena tersebut. Industri fast moving

PENDAHULUAN. Latar Belakang. waktu tahun 2010 sampai 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015), disertai

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi pemasaran, berbagai jenis informasi, teknologi, dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. menjaga dan mengembangkan keunggulan kompetitif dengan pesaingnya. Industri

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapannya. Sehingga berakibat pelanggan akan lebih cermat dan pintar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman saat ini menyebabkan makin kompetitifnya persaingan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam mengkombinasikan fungsi-fungsi pemasaran. produk tersebut dipasaran. Salah satunya adalah bagaimana perusahaan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun pasar global. Agar perusahaan dapat bertahan dan memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia kosmetik menjadi semakin ketat. Berdasarkan analisis data sekunder. diperoleh data pertumbuhan sektor industri kosmetik.

BAB 1 PENDAHULUAN. dsb. Oleh karena itu para perusahaan berlomba-lomba membuat produk. Wafer merupakan makanan ringan atau snack yang dapat dikonsumsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Shampoo merupakan salah satu kategori produk dengan tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pertimbangan bagi calon konsumen dalam memilih sebuah brand. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No Industri Market Size (dalam triliun)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahun ke tahun terus meningkat seiring perkembangan zaman. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan yang dinamis ditandai dengan semakin kompetetifnya

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan lainnya. Persaingan terjadi pada beberapa sektor baik industri jasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting yang perlu diperhatikan dan dilakukan adalah mempertahankan pelanggan

ANALISIS EKUITAS MEREK PEMBALUT WANITA PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. data Gabungan Asosiasi Pengusaha Makanan Dan Minuman Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari kebutuhan tersebut adalah kesehatan dan kebersihan. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dan industri saat ini telah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi

I. PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa, yang menyebabkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis produk sirup saat ini semakin ketat baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, dan daya beli mereka. Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi konsumen. Terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. meraih konsumen baru. Perusahaan harus dapat menentukan strategi pemasaran

BAB 1 PENDAHULUAN. mengubah perspektif masyarakat terhadap kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dengan memanfaatkan globalisasi serta

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, persaingan di berbagai industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang begitu ketat sekarang ini membuat perusahaan-perusahaan

Aktivitas Integrated Marketing Communications Terhadap Brand Image Untuk Industri Rokok Kelas Mild

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya berbagai macam masalah kulit pada wajah, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. baik lokal maupun luar negeri, yang tengah membanjiri pasar konsumen di

BAB I PENDAHULUAN. deodoran, atau antiperspirant untuk menjaga agar aroma tubuh lebih segar.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin tinggi tingkat persaingan dan kondisi ketidakpastian pada masa yang akan datang, semakin mengharuskan setiap perusahaan untuk mencapai keunggulan kompetitif agar mampu bertahan dan dapat memenangkan persaingan. Dalam mengupayakan agar dapat bertahan dari kondisi ekonomi yang berat saat ini, pemasar harus lebih peka dan cermat mengamati dan merespon perkembangan serta pergerakkan yang terjadi pada pasar, konsumen dan kompetitor. Setiap perubahan dalam lingkup pemasaran perlu disikapi dengan cerdas, cekatan, optimis dan terus berkreativitas. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia, sehingga Indonesia merupakan pasar yang potensial bagi berbagai sektor industri, baik industri barang konsumen maupun industri barang jasa. Hal ini membuat semakin banyaknya industri yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. Salah satu industri yang sedang berkembang adalah industri kosmetik dan toiletries, ukuran pasarnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Gambar 1.1 menunjukkan ukuran pasar (market size) industri kosmetik dan toiletries selama tahun 2006 hingga perkiraan di tahun 2009. 1

2 Penjualan (milyar Rp) 20,000.0 15,000.0 10,000.0 5,000.0 0.0 12,647.3 13,976.9 2006 2007 2008 2009F *) 2009F : Perkiraan tahun 2009 Sumber: Modifikasi Swa Sembada No.27/XXIV/18 Desember 2008 7 Januari 2009 Gambar 1.1 Market Size Industri Kosmetik dan Toiletries Tahun 2006-2009F Dari Gambar 1.1 diketahui bahwa industri kosmetik dan toiletries di Indonesia selama tahun 2006 hingga 2009 mengalami kenaikan penjualan yang disebabkan oleh meningkatnya ukuran pasar industri tersebut dari tahun ke tahun. Fenomena ini telah memberikan peluang bagi perusahaan yang bergerak di industri tersebut untuk mengembangkan usahanya dan sekaligus membuka peluang bagi perusahaan baru untuk bersaing memperebutkan pasar yang potensial tersebut. Salah satu industri yang bergerak dalam bidang toiletries adalah industri sanitary napkin atau pembalut wanita. Ukuran pasar industri ini semakin tumbuh dengan pesat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk wanita, adanya pergeseran pola pikir wanita yang memilikii pola hidup praktis, dan pemahaman produk yang lebih tinggi. 16,872.4 19,165..6 Tahun Dalam perkembangannya, produk pembalut wanitaa merek Softex dari PT Softex Indonesia yang merupakan pelopor di industri tersebut, kini dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat dengan para pesaingnya yaitu Laurier dari PT KAO Indonesia, Charm dari Unicharm, Kotex dari PT Unilever

3 Persentase Market Share Indonesia dan lainnya. Manajemen Softex tergolong kurang cekatan dalam menyikapi perkembangan pasar dengan inovasi produk. Sementara persaingan industri pembalut wanita yang semakin meningkat dengan banyaknya pesaing baru yang lebih agresif melakukan pengembangan dan inovasi produknya. Hal tersebut membuat Softex mengalami penurunan pangsa pasar akibat banyaknya pesaing baru yang masuk ke industri tersebut. Gambar 1.2 akan menggambarkan lima besar daftar market share atau pangsa pasar untuk kategori produk pembalut wanita di Indonesia dari tahun 2002 2007. 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Sumber: Marketing Edisi Khusus/I/2007 Tahun Laurier Softex Charm Kotex Gambar 1.2 Market Share Produk Pembalut Wanita Tahun 2002-2007 Hers Protex Dominasi Softex di pasar pembalut wanita kini telah digantikan Laurier. Selama 2002 2007 Laurier mendominasi pasar pembalut wanita dengan perolehan pangsa pasar yang terbesar. Sementara itu, grafik market share Softex selama 2002 2007 berada dibawah Laurier dengan persentase yang fluktuatif. Berdasarkan Gambar 1.2 penurunan pangsa pasar Softex berawal ditahun 2003 dengan jumlah penurunan sebanyak 3,3% dan kembali turun dengan pangsa pasar sebesar 17,5% ditahun berikutnya. Market share Softex

4 mulai meningkat di tahun 2006 menjadi 21% dan di tahun 2007 pangsa pasarnya naik kembali menjadi 21,3%. Angka tersebut masih jauh dari target pertumbuhan yang direncanakan, menurut Hendra Setiawan, Managing Director PT Softex Indonesia menyatakan bahwa...sekarang Softex Indonesia punya target pertumbuhan sekitar 30% per tahun (http://www.rileks.com). Charm yang juga merupakan pesaing Softex, market share-nya terlihat terus meningkat. Dari tahun 2006 hingga 2007 perolehan pangsa pasar Softex dan Charm hampir sama. Hal ini tentunya menjadi ancaman bagi eksistensi Softex pada masa yang akan datang. Oleh karena itu, Softex yang sudah menjadi merek generik bagi konsumen dalam menyebutkan berbagai merek produk pembalut wanita ini tidak boleh puas dahulu dengan posisi tersebut. Gambar 1.4 akan menunjukkan pangsa merek (brand share) dari beberapa merek pembalut wanita selama periode 2004 2006 dan periode 2006 2008: 48.3 39.9 Brand 50.0 26.9 13.5 Share 14.3 16.0 11.1 0.00 7.5 Laurier Charm Softex 2004-2006 2006-2008 Kotex Sumber: Modifikasi Majalah SWA 15/XXII/27 Juli 9 Agustus 2006 dan SWA 18/XXIV/21 Agustus 3 September 2008 Gambar 1.3 Brand Share Pembalut Wanita Periode 2004-2006 dan 2006-2008 Dari Gambar 1.3 diketahui bahwa telah terjadi penurunan brand share Softex dari periode 2006 2008 ke periode 2006 2008. Hal ini menunjukkan

5 berkurangnya pembelian konsumen terhadap merek Softex, sementara brand share para pesaingnya semakin meningkat mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan pembelian konsumen Softex telah beralih pada merek pesaing. Penelitian ini tidak akan dilakukan pada konsumen Softex secara menyeluruh, melainkan akan dipilih populasi tertentu yang dapat mewakili dan sesuai dengan target konsumen produk pembalut wanita merek Softex. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi pengguna produk Softex di Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) angkatan 2006 2008 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Populasi ini dipilih karena pada umumnya usia mahasiswa angkatan 2006 2008 berkisar 18 22 tahun yang termasuk rentang usia target pasar Softex, karena menurut Hendra Setiawan, Managing Director PT Softex Indonesia segmen pasar Softex yaitu wanita usia remaja hingga wanita dewasa atau wanita usia 12 24 tahun (http://www.rileks.com). Selain itu jumlah populasi mahasiswi FPEB UPI juga tergolong besar, sehingga dapat memudahkan penelitian. Oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu gambaran persaingan merek-merek pembalut wanita pada populasi yang akan diteliti yaitu mahasiswi FPEB angkatan 2006 2008. Pembelian konsumen terhadap merek Softex oleh mahasiswi FPEB UPI dapat dikatakan kurang bagus. Berdasarkan survei pra-penelitian pada Mei 2009 pada 100 orang mahasiswi FPEB UPI didapat informasi pangsa pasar pembalut wanita di FPEB UPI adalah sebagai berikut:

6 4% 2% 1% 14% 28% 51% Charm Laurier Kotex Softex Hers Protex Lainnya Sumber: Data Pra-Penelitian 2009 Gambar 1.4 Pangsa Pasar Pembalut Wanita di FPEB UPI Pangsaa pasar Softex di FPEB UPI hanya sebesar 4%, persentasenya sangat kecil sekali dibanding dengan merek-merek lainnya sekalipun dengan merek Kotex yang menurut penilaian PT Softex Indonesia sendiri tidak termasuk dalam tiga besar produsen pembalut wanita yang diperhitungkan. (http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=4801). Begitu pula dengan minat beli konsumen terhadap merek Softex di FPEB UPI. Gambar 1.5 menunjukkan minat beli konsumen di FPEB UPI terhadap merek Softex: Tidak berminat membeli, 67% Tidak Tahu, 4% Berminat membeli, 29% Sumber: Data Pra-Penelitian 2009 Gambar 1.5 Minat Beli Terhadap Merek Softex di FPEB UPI Hasil survei pra-penelitian menyatakan bahwa sebanyak 29% mahasiswi FPEB UPI menyatakan berminat melakukan pembelian terhadap merek Softex, namun sebanyak 67% lagi menyatakan tidak berminat melakukan

7 pembelian terhadap merek Softex. Rendahnya minat beli tentu akan berdampak buruk pada keputusan pembelian Softex di FPEB UPI. Banyak hal yang dipertimbangkan dalam membuat suatu keputusan pembelian. Berdasarkan survei pra-penelitian kepada 100 orang mahasiswi di UPI pada Februari 2009, didapatkan informasi mengenai alasan atau pertimbangan dalam memutuskan pembelian suatu merek pembalut wanita. Kapabilitas Lainnya Kualitas Harga 12% 6% 15% 67% Sumber: Data Pra-Penelitian 2009 Gambar 1.6 Alasan Pembelian Merek Pembalut Wanitaa Berdasarkan hasil survei tersebut, diketahui bahwa sebanyak 67% dari total respondenn menyatakan bahwa pembelian didasari oleh kapabilitas suatu produk yang meliputi daya tahan, daya serap, kenyamanann akan produk, dan kemampuannyaa untuk tidak mudah berkerut. Sebanyak 15% memperhatikan keragaman produk, ukuran pengemasan, selebriti endorser dan citra merek. Sebanyak 12% menyatakan bahwa pertimbangannya adalah aspek kualitas, formula/kandungan produk, efek kesehatan dan kebersihan. Sisanya sebanyak 6% mempertimbangkan aspek harga. Dengan demikian untuk dapat menarik lebih banyak konsumen melakukan pembelian, produsen pembalut wanita sebaiknya secara berkelanjutan untuk terus memperbaiki produknya agar produknya memiliki kapabilitas lebih unggul dari pesaing.

8 Brand Value 200.0 150.0 100.0 50.0 0.0 Rendahnya pembelian konsumen terhadap pembalut wanita merek Softex diduga akibat citra merek Softex yang masih buruk. Sampai saat ini masih banyak konsumen yang mengidentikkan Softex sebagai barang usang yang hanya cocok diperuntukkan bagi wanita tua saja, sementara pasar pembalut wanita kini lebih didominasi oleh remaja dan wanita muda. Citra tersebut tentu bisa merusak penilaian konsumen dalam membuat keputusan pembelian terhadap merek Softex. Citra buruk yang masih melekat pada merek Softex tersebut dapat diindikasikan melalui beberapa data kinerja merek Softex sebagai berikut: 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Tahun Sumber: Modifikasi Majalah SWA 15/XXI/21 Juli-3 Agustus 2005, SWA 17/XXII/24 Agustus- 6 September 2006 dan SWA 18/XXIV/21 Agustus 3 September 2008 Gambar 1.7 Brand Value Softex Tahun 2003 2008 Brand value menunjukkan nilai yang terbentuk atas suatu merek yang dapat menambah atau mengurangi nilai yang diberikan dari suatu produk, atau dengan kata lain brand value menunjukkan nilai suatu produk. Grafik brand value Softex mengalami penurunan terutama dari tahun 2006 dengan skor 109,8 menjadi 27,7 di tahun 2007 dan turun kembali di tahun 2008 dengan skor 24,5. Penurunan brand value Softex diduga dipicu oleh citra merek Softex yang

9 masih buruk, hal ini dapat berdampak buruk pula pada rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan pembelian terhadap merek Softex. selama kurun waktu 2005 hingga 2008: 50.0% 45.0% 40.0% 35.0% 30.0% 25.0% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% Persentase TBI Top Brand Index menunjukkan merek-merek yang disukai dan sering dibeli konsumen, sehingga penurunan pada top brand index berarti bahwa terjadi penurunan pembelian oleh konsumen terhadap merek yang bersangkutan. Dalam Gambar 1.8 indeks merek Softex terlihat terus menurun, hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan pembelian konsumen terhadap merek Softex. Gambar 1.8 adalah grafik top brand index pembalut wanita Laurier Softex Charm Kotex Hers Protex Honeysoft 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: Modifikasi Marketing Edisi Khusus/I/2008 dan Marketing No.02/IX/Februari 2009 Gambar 1.8 Top Brand Index Pembalut Wanita Tahun 2005 2009 Grafik top brand index Softex cenderung menurun. Penurunan terjadi sejak 2007 hingga 2009, bahkan di tahun 2009 posisi Softex tergeser oleh Charm yang brand index-nya terus meningkat setiap tahunnya. Tabel 1.1 berikut menunjukkan bahwa kinerja produk Softex berdasarkan TOM Ad, dan TOM Brand mengalami penurunan. Hal ini berarti

10 bahwa ingatan konsumen dan penilaian konsumen akan merek Softex kurang baik dan bisa berdampak pada berkurangnya minat konsumen dalam melakukan pembelian terhadap Softex. Tabel 1.1 TOM Ad dan TOM Brand Pembalut Wanita Tahun 2004-2008 2004 2006 2006 2008 No Merek TOM Ad TOM Brand TOM Ad TOM Brand 1 Laurier 49,8 44,5 41,3 37,6 2 Charm 13,0 10,8 25,5 22,7 3 Softex 19,4 24,1 14,7 20,1 4 Kotex 6,9 7,2 10 9,4 Sumber: Modifikasi Majalah SWA 18/XXIV/21 Agustus 3 September 2008 dan SWA 15/XXII/27 Juli 9 Agustus 2006 Berdasarkan data yang telah diungkapkan tersebut, mengindikasikan bahwa kinerja pembalut wanita merek Softex sedang mengalami masalah dalam hal mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produknya. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya masalah tersebut, salah satunya diduga akibat citra merek yang terbentuk dalam pikiran konsumen tersebut kurang baik. Apabila permasalahan ini dibiarkan saja tanpa melakukan upaya perbaikan, maka hal ini akan berdampak buruk pada eksistensi Softex di industri pembalut wanita. Oleh karena itu, kini Softex mulai melakukan perbaikan dalam lini produknya dengan memperluas lini produk melalui tambahan beberapa produk baru (Softex Ultra Plus, Softex Super Deluxe, dan Softex V Class) yang dapat dibedakan dari segi bentuk, kemasan, dan kandungan. Hal tersebut dilakukan karena diduga konsumen jenuh dengan lini

11 produk Softex yang cenderung kaku, kurang variatif dan inovatif sehingga terbentuk image Softex sebagai produk konservatif atau kuno. Selain itu, manajemen Softex pun giat melakukan aktivitas pemasaran yang beragam melalui program promosi dalam kegiatan entertainment yaitu musik, film, dan olahraga. Melalui berbagai program tersebut Softex ingin menampilkan citranya yang sebenarnya bahwa Softex yang sekarang telah jauh berbeda dengan Softex yang dulu, kini Softex tampil dengan produk yang lebih fresh yang cocok untuk semua segmen pasar komsumen pembalut wanita. Penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi perkembangan ilmu manajemen pemasaran, dan bermanfaat bagi Softex maupun para pengusaha lainnya untuk senantiasa memperhatikan perubahan dan perkembangan kinerja produk di pasar dalam perumusan strategi pemasarannya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis merasa perlu melakukan penelitian tentang Pengaruh Perluasan Lini Produk dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Softex (Survei pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006 2008), karena diduga terdapat pengaruh antara perluasan lini produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian Softex. Perluasan lini produk dan citra merek yang baik dapat memberikan kekuatan pada produk dan meningkatkan nilai produknya, sehingga akan lebih menarik minat konsumen dalam melakukan keputusan pembelian terhadap merek Softex.

12 1.2 Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Sebagai pionir dalam industri pembalut wanita, PT Softex Indonesia (SI) pernah mendominasi pasar pembalut wanita di Indonesia selama bertahuntahun. Nama Softex pun bahkan telah menjadi merek generik bagi konsumen dalam menyebutkan berbagai merek pembalut wanita. Seiring dengan banyaknya pesaing yang masuk dengan membawa teknologi baru pada produknya ke dalam industri tersebut, membuat nama Softex kini terkesan ketinggalan zaman sehingga tingkat keputusan konsumen dalam melakukan pembelian merek ini menjadi kurang baik. Solusi yang dapat dilakukan dalam menghadapi permasalahan tersebut antara lain melalui strategi perluasan lini produk dan pembentukan citra merek yang tepat. Menurunnya tingkat pembelian konsumen terhadap Softex diduga akibat citra Softex yang kini terkesan sebagai produk usang. Hal ini diduga terjadi karena lini produk Softex yang sempit atau kurang variatif dan inovatif. Lini produk yang diperluas dapat menarik konsumen untuk melakukan pembelian, terutama jika perluasan lini tersebut dari produk utama yang sering dibelinya dan pencitraan suatu merek oleh konsumen juga bisa menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. Oleh karena itu, dengan perluasan lini produk dan pencitraan merek yang baik diharapkan mampu meyakinkan calon pembeli untuk memutuskan pembeliannya terhadap merek Softex.

13 1.2.2 Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran perluasan lini produk Softex menurut mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex 2. Bagaimana gambaran citra merek Softex menurut mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex 3. Bagaimana gambaran keputusan pembelian konsumen terhadap produk Softex pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex 4. Bagaimana pengaruh perluasan lini produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian Softex baik secara parsial maupun secara simultan pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Gambaran perluasan lini produk Softex pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex 2. Gambaran citra merek Softex pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex

14 3. Gambaran keputusan pembelian konsumen terhadap produk Softex pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex 4. Pengaruh perluasan lini produk dan citra merek terhadap keputusan pembelian Softex baik secara parsial maupun secara simultan pada mahasiswi FPEB UPI angkatan 2006-2008 pengguna Softex. 1.3.2 Kegunaan Hasil Penelitian 1. Kegunaan Ilmiah Dari segi teoritis dan secara ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran atau menambah informasi bagi perkembangan ilmu manajemen pemasaran, khususnya mengenai kajian perluasan lini produk, citra merek dan keputusan pembelian konsumen pada industri toiletris produk pembalut wanita. 2. Kegunaaan Praktis Dalam kehidupan praktis khususnya dalam aktivitas pemasaran, hasil penelitian ini akan banyak berguna sebagai bahan informasi, evaluasi dan pertimbangan dalam kebijakan pengambilan keputusan strategik pemasaran bagi PT Softex Indonesia, khususnya dalam keputusan lini produk dan pengelolaan citra merek sehingga kinerja produknya mampu meningkatkan keputusan pembelian konsumen terhadap produk pembalut wanita merek Softex.