BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

EVOLUSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh. Soni Nopembri. Saya begitu terkesan semenjak mendapatkan buku ini, karena buku ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

2015 PENGARUH SPORT EDUCATION MODEL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Irvan Andriana, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Keterampilan Teknik Dasar Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endi Rustandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sebagai pendidikan atau dengan istilah pendidikan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat yang sangat strategis dalam pembangunan di negara kita

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia merupakan perwujudan manusia yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Sandra Irani, 2013

YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Royan Rizalul Fiqri, 2013

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MODEL & PENDEKATAN PEMBELARAN. (A. Suherman)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian, baik pemerintah maupun masyarakat Indonesia. Olahraga ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

IMPLEMENTASI MODEL INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh: TITE JULIANTINE (FPOK-UPI) Desember, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini pendidikan sangatlah penting dalam menciptakan generasi baru yang mempunyai intelektual terhadap masa depan. Pendidikan merupakan salah suatu wadah utama terhadap pengembangan sumber daya manusia (SDM), maka pendidikan tentu memerlukan adanya tenaga kependidikan atau guru yang memiliki tanggung jawab untuk mengemban tugas dalam mengembangkan SDM tersebut, sehingga para pendidik harus banyak mengenal konsep-konsep pembelajaran demi terciptanya pembelajaran yang baik. Dalam hal ini para guru harus mempunyai kompetensi yang baik dalam membimbing para siswanya terutama memiliki kemampuan mengelola proses pembelajaran pada saat di lapangan. Proses belajar megajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Peristiwa belajar mengajar banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep ilmu kependidikan. Oleh karena itu perwujudan proses belajar mengajar dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang di kelompokan ke dalam 4 hal, yaitu : Proses informasi, perkembangan pribadi, interaksi sosial dan modifikasi tingkah laku (Joyce & Weil, Models of Teaching, 1980). Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran pendidikan jasmani harus memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, yang mana tujuan ini berguna serta berkontribusi yang sangat berharga bagi kelangsungan dan kesejahteraan hidup manusia. Makna tujuan yang terkandung dalam pendidikan jasmani bukan hanya mendidik secara fisik melainkan hampir semua aspek dikembangkan antara lain aspek kognitif, aspek apektif serta aspek sosial. Pendidikan jasmani juga merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, sportivitas, spiritual dan sosial) serta pembiasaan pola hidup 1

2 sehat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Proses belajar mengajar memiliki makna dan pengertian yang lebih luas daripada pengertian mengajar semata. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya suatu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Dalam pembelajaran, seorang guru harus dapat menerapkan berbagai model pembelajaran dengan tujuan agar proses belajar mengajar lebih terencana dan menjadi bervariasi serta tidak membosankan. Dalam konteks pembelajaran, Joyce dan Weil (Winataputra, 2001:115) mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Jadi model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani menurut Metzler (2000:159) menjelaskan bahwa : There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education : Direct Instruction Model, Personalized for Instruction Model, Cooperative Learning Model, The Sport Education Model, Peer Teaching Model, Inquiry Teaching Model and The Tactical Games Model.

3 Jadi menurut Metzler terdapat tujuh model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu : (1) Model Pembelajaran Langsung (2) Model Pembelajaran Personal (3) Model Pembelajaran Kerjasama (4) Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga (5) Model Pembelajaran Kelompok (6) Model Pembelajaran Inkuiri (7) Model Pembelajaran Taktis. Dari tujuh model pembelajaran tersebut, penulis mencoba mengkaji dua model pembelajaran yaitu Model Pembelajaran Taktis (The Tactical Games Model) dan Model Pembelajaran Kerjasama (Cooperative Learning Model) yang akan diterapkan pada pembelajaran permainan bolabasket untuk melihat Jumlah Waktu Aktif Belajar. Adapun alasan mengapa kedua model tersebut diterapkan pada pembelajaran permainan bolabasket untuk melihat jumlah waktu aktif belajar adalah pada saat proses pembelajaran berlangsung dirasakan siswa kurang begitu aktif dikarenakan siswa kurang berpartisipasi secara aktif dalam setiap kegiatan dimana siswa banyak menunggu instruksi yang diberikan oleh guru (teacher centre) dan penerapan model pembelajaran langsung yang merupakan salah satu sebab mengapa jumlah waktu aktif belajar siswa rendah. Dengan Model Pendekatan Taktis diharapkan dapat membantu pemikiran guru tentang konsep bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan tujuan agar siswa dapat memecahkan masalah-masalah taktikal yang terjadi selama proses pembelajaran. Model mengajar ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan peningkatan penampilan bermain mereka. Menurut Subroto (2001:4) menjelaskan tentang tujuan pendekatan taktis secara spesifik yaitu untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan. Keunggulan dari model pendekatan taktis ini adalah memberikan pemahaman siswa bahwa aktivitas jasmani menyediakan kesempatan untuk mengekpresikan diri dalam setiap bentuk kegiatan aktivitas gerak, memberikan kesempatan memahami setiap konsep permainan termasuk taktik dan strategi, mengembangkan kreativitas dan penalaran siswa, meningkatkan komunikasi,

4 interaksi dan kerjasama antar sesama siswa dalam satu kelompok, serta membudayakan siswa untuk selalu berpartisipasi aktif dalam permbelajaran. Adapun kekurangan dalam model pendekatan taktis ini adalah siswa yang memiliki kemampuan rendah dalam membaca permainan akan mengalami kesulitan dalam proses memecahkan setiap masalah-masalah taktikal yang terjadi selama pembelajaran, siswa yang memiliki keterampilan bermain baik cenderung akan bermain sendiri tanpa mementingkan kerjasama tim, dan apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam bermain kecenderungan siswa tersebut akan pasif dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. Dengan adanya proses yang terencana secara sistematis dan pola kegiatan yang terstruktur secara bertahap, diharapkan dengan model pendekatan taktis ini jumlah waktu aktif belajar siswa bisa ditingkatkan melalui pemecahan masalahmasalah taktikal dalam pembelajaran permainan bolabasket. Sedangkan model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (Isjoni, 2011:15) menyatakan bahwa : Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Keuntungan model pembelajaran kooperatif ini adalah dapat mengembangkan prestasi siswa, meningkatkan kerjasama antar sesama teman kelompoknya, meningkatkan rasa percaya diri dalam berbicara atau mengungkapkan pendapat terhadap pemecahan masalah, dan meningkatkan kesetiakawanan sosial antar siswa. Adapun kekurangan dalam model pembelajaran kooperatif ini adalah menghabiskan banyak waktu dalam berdiskusi, adanya kecenderungan satu siswa yang aktif mendominasi dalam setiap kelompoknya, apabila siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri maka siswa tersebut akan terlihat pasif dalam setiap pembelajaran, pembagian kelompok yang tidak heterogen memungkinkan anggota

5 kelompoknya lemah semua, dan siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka. Sehingga dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran permainan bola basket diharapkan jumlah waktu aktif bisa ditingkatkan. Dari pemaparan diatas, penulis ingin menerapkan kedua model pembelajaran taktis dan model pembelajaran kooperatif terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam aktifitas pembelajaran permainan bolabasket. Adapun alasan mengapa kedua model ini menjadi pilihan untuk dikaji oleh penulis, karena penulis ingin mencoba membandingkan apakah ada perbedaan dalam hal jumlah waktu aktif belajar dari penerapan kedua model pembelajaran tersebut. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis tertarik untuk meneliti dengan mengambil judul, Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) Dalam Pembelajaran Permainan Bolabasket. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas, maka penulisan perumusan masalah yang penulis ajukan adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan model pendekatan taktis berpengaruh terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket? 2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif berpengaruh terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket? 3. Model manakah yang lebih signifikan pengaruhnya antara model pendekatan taktis dan model pembelajaran kooperatif terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket?

6 C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai penulis adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pendekatan taktis terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket. 3. Untuk mengetahui model manakah yang lebih signifikan pengaruhnya terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket. D. Manfaat Penelitian Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya : 1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran untuk bahan pengajaran dan pembelajaran permainan bolabasket di SMP Negeri 1 Plered Purwakarta, bahwa melalui penerapan model pendekatan taktis dan model pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket. 2. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam proses pembelajaran atau pemberian materi pembelajaran permainan bolabasket agar dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. E. Pembatasan Penelitian Berangkat dari tujuan penelitian maka peneliti membatasi ruang penelitian agar dapat terfokus dan jelas pada suatu masalah. Adapun pembatasan masalah diantaranya : 1. Permasalahan pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perbandingan model pendekatan taktis dan model pembelajaran kooperatif terhadap jumlah waktu aktif belajar dalam pembelajaran permainan bolabasket. Sehingga yang menjadi variabel bebas adalah model

7 pendekatan taktis dan model pembelajaran kooperatif, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah jumlah waktu aktif belajar. 2. Jumlah waktu aktif belajar ini dimaksudkan untuk melihat setiap kegiatan aktivitas gerak yang dilakukan siswa (keaktifan siswa) mulai dari awal sampai akhir dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Adapun kategori aktivitas dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah: a. Manajemen (M) adalah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas yang bersifat manajerial, contoh : mengambil dan menyimpan bola. b. Aktivitas Belajar (A) adalah waktu yang dihabiskan untuk melakukan aktivitas belajar, contoh : menangkap bola, melempar bola, dll. c. Instruction (I) adalah waktu yang dihabiskan untuk mendengarkan informasi sebelum melakukan aktivitas gerak, contoh : melihat demonstrasi d. Waiting (W) adalah waktu yang dihabiskan untuk menunggu, contoh : menunggu giliran melakukan aktivitas gerak. 3. Populasi penelitian ini adalah Siswa SMP Negeri 1 Plered Purwakarta, sedangkan sampel penelitian ini adalah Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Plered Purwakarta yang mengikuti ektrakulikuler bolabasket. Pengambilan sampelnya dilakukan secara purposive sampling. 4. Lokasi tempat penelitian ini di SMP Negeri 1 Plered Purwakarta. F. Definisi Istilah 1. Perbandingan adalah membandingkan antara dua hal/variabel terhadap acuan yang sama (pembandingnya). 2. Model Pendekatan Taktis adalah suatu model mengajar ini memungkinkan siswa untuk menyadari keterkaitan antara bermain dan peningkatan penampilan bermain mereka. (Subroto 2001:4) menjelaskan tentang tujuan pendekatan taktis secara spesifik yaitu untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan teknik yang tepat sesuai dengan masalah atau situasi dalam permainan.

8 3. Model Pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin 1997). 4. Jumlah waktu aktif belajar (JWAB) menurut Lutan dan Suherman (2000:45-46) adalah : Jumlah waktu aktif belajar merupakan ciri pembelajaran yang efektif. Perencanaan jumlah waktu aktif belajar akan terkait langsung dengan waktu yang diperlukan untuk aspek lain, misal: pemanasan, penjelasan, demonstrasi, termasuk strategi atau style yang digunakan. Oleh karena itu akan lebik baik apabila dari sejak awal guru merencanakan pemanfaatan waktu untuk masingmasing aspek dengan curahan waktu terbanyak ditekankan pada waktu aktif belajar. G. Struktur Organisasi Skripsi Berikut merupakan struktur organisasi sistematika penelitian ini : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah Penelitian C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Pembatasan Penelitian F. Definisi Istilah G. Struktur Organisasi Skripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Belajar dan Pembelajaran B. Hakikat Proses Pembelajaran Pendidikan Jasmani

9 C. Model Pembelajaran D. Model Pendekatan Taktis E. Model Pembelajaran Kooperatif F. Jumlah Waktu Aktif Belajar G. Pembelajaran Bolabasket H. Kerangka Pemikiran I. Hipotesis BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian B. Desain Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Waktu dan Tempat E. Instrumen Penelitian Data F. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data B. Diskusi Penemuan A. Kesimpulan B. Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN