Pengenalan Suara Burung Menggunakan Mel Frequency Cepstrum Coefficient dan Jaringan Syaraf Tiruan pada Sistem Pengusir Hama Burung

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Klasifikasi Burung Berdasarkan Suara Kicau Burung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Pengenalan Suara

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK

APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT

APLIKASI PENGENALAN UCAPAN DENGAN EKSTRAKSI MEL-FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENTS

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jurnal Komputer Terapan Vol. 1, No. 2, November 2015, Jurnal Politeknik Caltex Riau

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Available online at TRANSMISI Website TRANSMISI, 13 (3), 2011,

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2016) - Semarang, 10 Oktober 2016 ISBN:

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK

2.4. Vector Quantization Kebisingan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Requirements Definition...

PENGENALAN NADA SULING REKORDER MENGGUNAKAN FUNGSI JARAK CHEBYSHEV

BAB II LANDASAN TEORI

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

APLIKASI PENDETEKSI EMOSI MANUSIA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN DTW

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka

Sistem Verifikasi Penutur menggunakan Metode Mel Frequensi.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengenalan kata merupakan salah satu fungsi dari

Penerapan Metode Mel Frequency Ceptral Coefficient dan Learning Vector Quantization untuk Text-Dependent Speaker Identification

Penentuan Arah Sumber Suara dengan Metode Interaural Time Difference menggunakan Mikrokontoler STM32F4

PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION

Digital Signal Processing To Identify chords Singer Using Mel Frequency Cepstral Coefficients (MFCC) and Neural Network Backpropagation Methods

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN SUARA MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI. mahasiswa Binus University secara umum. Dan mampu membantu

Verifikasi Suara menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Ekstraksi Ciri Mel Frequency Cepstral Coefficient

BAB I PENDAHULUAN. kicauan salah satunya adalah burung Anis Merah (zootheracitrina), CucakHijau

IDENTIFIKASI KEBERADAAN TIKUS BERDASARKAN SUARANYA MENGGUNAKAN SMS GATEWAY

Implementation of Voice Recognition Based Key Using Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC)

APLIKASI PENGENALAN SUARA DIGITAL NADA DASAR PIANO SKRIPSI M. ARDIANSYAH

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo

BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI

PERGERAKAN ROBOT LENGAN BERBASIS PERINTAH SUARA MENGGUNAKAN MFCC DAN ANN

Identifikasi Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Warble Of Lovebird Classification Using Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA

PENDAHULUAN Tujuan Latar Belakang Ruang Lingkup Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Nada dan Chord Gitar

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang pesat pada akhir-akhir ini mengingat perkembangan teknologi yang

PERBANDINGAN METODE HIDDEN MARKOV MODEL DAN VECTOR QUANTIZATION UNTUK APLIKASI IDENTIFIKASI SUARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perintah Menggunakan Sinyal Suara dengan Mel- Frequency Cepstrum Coefficients dan Learning Vector Quantization

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

PENGEMBANGAN MODEL PROBABILISTIC NEURAL NETWORK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR ARVIANI RIZKI

SISTEM PENGENALAN WICARA BERDASARKAN CEPSTRUM. Ivanna K. Timotius, Danie Kurniawan. Intisari

Karakteristik Spesifikasi

Verifikasi Biometrika Suara Menggunakan Metode MFCC Dan DTW

SISTEM PENGENALAN PENUTUR DENGAN METODE MEL-FREQUENCY WRAPPING DAN KUANTISASI VEKTOR

Perancangan Sistem Pengenalan Suara Untuk Pengamanan Dan Pemantauan Fasilitas PLTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

IDENTIFIKASI BUNYI DALAM PEMBELAJARAN NADA DASAR PERMAINAN SULING BATAK MENGGUNAKAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT SKRIPSI

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1787

IMPLEMENTASI MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT DAN DYNAMIC TIME WARPING UNTUK PENGENALAN NADA PADA ALAT MUSIK BELLYRA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM AKSES BUKU PERPUSTAKAAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS ANDALAS MENGGUNAKAN APLIKASI PENGENALAN WICARA DENGAN METODA MFCC-VQ dan SSE

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan voice recognition dapat membantu user memilih produk buah

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Kunci: Suara; Mel Frequency Cepstral Coefficient; K-NEAREST NEIGHBOUR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUI HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABRI

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

PERBANDINGAN PEMODELAN WAVELET DAN MFCC SEBAGAI EKSTRAKSI CIRI PADA PENGENALAN FONEM DENGAN TEKNIK JARINGAN SYARAF TIRUAN SEBAGAI CLASSIFIER

Rancang Bangun Aplikasi Pendeteksi Suara Tangisan Bayi

BAB I PENDAHULUAN ! <!!!!!

BAB III METODOLOGI. dari suara tersebut dapat dilihat, sehingga dapat dibandingkan, ataupun dicocokan dengan

Pengenalan Suara Menggunakan Metode MFCC (Mel Frequency Cepstrum Coefficients) dan DTW (Dynamic Time Warping) untuk Sistem Penguncian Pintu

Penggunaan Tapis Adaptif Dalam Proses Editing suara Pada Pembuatan Film Layar Lebar

MODUL 5 EKSTRAKSI CIRI SINYAL WICARA

Pengenalan Gender Melalui Suara dengan Algoritma Support Vector Machine (SVM)

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGENALAN CHORD PADA GITAR DENGAN MFCC SEBAGAI METODE EKSTRAKSI CIRI DAN JARINGAN SARAF TIRUAN SEBAGAI METODE PENGENALAN POLA FAUZI SISWOYO

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENGENALAN POLA TULISAN DENGAN METODE BACKPROPAGATION

KLASIFIKASI POLA HURUF VOKAL DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACKPROPAGATION. Dhita Azzahra Pancorowati

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PENGENALAN UCAPAN INSTRUKSI PADA SISTEM KENDALI DENGAN METODA KLASIFIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

Identifikasi Suara Pengontrol Lampu Menggunakan Mel-Frequency Cepstral Coefficients dan Hidden Markov Model

PENERAPAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENTS

PENENTUAN AKOR GITAR DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SHORT TIME FOURIER TRANSFORM

IDENTIFIKASI TUTUR DENGAN METODE KUANTISASI VEKTOR LINDE - BUZO - GRAY TUGAS AKHIR OLEH: YOHANES AGUNG SANTOSO PRANOTO

Aplikasi Teknik Speech Recognition pada Voice Dial Telephone

PENERAPAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

Pengenalan Digit 0 Sampai 9 Menggunakan Ekstraksi Ciri MFCC dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

PENGEMBANGAN MODEL CODEBOOK UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR TONI HARYONO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara adalah merupakan gabungan berbagai sinyal, tetapi suara murni secara teoritis dapat dijelaskan dengan

BAB II LANDASAN TEORI. menjadi respons terhadap kebutuhan atas perubahan temperatur, rasa lapar, dan rasa

BAB I PENDAHULUAN. bahkan di Dunia. Penyakit jantung dapat dideteksi dengan alat elektrokardiograf

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Transkripsi:

Pengenalan Suara Burung Menggunakan Mel Frequency Cepstrum Coefficient dan Jaringan Syaraf Tiruan pada Sistem Pengusir Hama Burung Muhammad Agung Nursyeha, Muhammad Rivai, dan Suwito Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: muhammad_rivai@ee.its.ac.id 1 Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi hasil pertanian untuk kebutuhan pangan. Indonesia masih mengimpor beras dari negara tetangga. Produksi beras Indonesia menurun akibat serangan hama burung. Ekosistem sawah mengandung berbagai macam spesies burung, baik hama maupun bukan hama. Pada penelitian ini telah dirancang perangkat lunak untuk mengenali jenis burung berdasarkan kicau yang dihasilkan. Untuk mendeteksi adanya kicau burung digunakan Voice Activity Detection (VAD). Metode ekstraksi ciri suara dari kicau burung menggunakan Mel Frequency Cepstrum Coefficient (MFCC) dan Fast Fourier Transform (FFT). Untuk mengenali pola hasil ekstraksi ciri digunakan Jaringan Syaraf Tiruan. Metode pengusiran hama burung menggunakan audiosonic bird repeller. Hasil identifikasi offline pada lokasi indoor dengan menggunakan MFCC didapatkan tingkat keberhasilan mencapai 90% untuk variasi kicauan dan jenis burung, Sedangkan dengan FFT mencapai 68% untuk variasi kicauan dan jenis burung. Hasil identifikasi online pada lokasi indoor untuk spesimen burung bondol dengan menggunakan MFCC, didapatkan tingkat keberhasilan 70%, Sedangkan hasil dari pengujian dengan FFT didapatkan tingkat keberhasilan 30%. Suara tembakan merupakan suara yang paling baik digunakan untuk mengusir hama burung. Kata Kunci: Hama Burung, Voice Activity Detection, Fast Fourier Trasnform, Mel Frequency Cepstrum Coefficient. I. PENDAHULUAN NDONESIA merupakan salah satu negara yang memproduksi I hasil pertanian untuk kebutuhan pangan. Kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dimungkinkan dapat dipenuhi dari hasil produksi secara mandiri. Penduduk Indonesia mayoritas mengkonsumsi beras sebagai bahan pangan pokok. Produksi beras dalam negeri belum mampu mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri, sehingga pemerintah Indonesia harus mengimpor beras dari negara lain [1]. Ketidakmampuan produksi beras dalam negeri untuk mencukupi kebutuhan pangan disebabkan oleh penurunan produksi beras. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi beras di Indonesia adalah serangan hama burung. Beberapa jenis burung yang berada pada ekosistem sawah mengkonsumsi biji padi [2]. Hal ini dapat berpengaruh pada produksi beras. Pestisida untuk mengurangi populasi hama burung pada ekosistem sawah belum ditemukan, sehingga petani umumnya masih menggunakan cara konvensional untuk metode pengusiran hama burung. Salah satu metode konvensional pengusiran hama burung adalah dengan orang-orangan sawah. Operator orangorangan sawah akan menggerakkan orang-orangan sawah agar hama burung akan terganggu. Kelemahan dari metode pengusiran hama burung ini adalah tidak mampu berjalan selama 24 jam, sehingga metode pengusiran ini kurang efisien. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang dapat mengusir hama burung secara efisien. Suara kicau burung dapat digunakan sebagai salah satu parameter pendeteksian keberadaan burung. Masing-masing spesies burung memproduksi kicau yang berbeda [3], sehingga jenis burung dapat diidentifikasi berdasarkan kicauannya. Pada penelitian ini dirancang untuk mengembangkan suatu sistem pengusir hama burung dengan mendeteksi jenis hama burung berdasarkan suara kicau burung menggunakan mikrofon, dan pengeras suara untuk memancarkan gelombang suara penganggu yang bertujuan untuk metode pengusiran hama burung. Diharapkan metode pengusiran hama burung pada ekosistem sawah dapat berjalan dengan lebih efisien. II. TEORI PENUNJANG A. Burung Pada Ekosistem Sawah Sawah merupakan sebuah ekosistem buatan manusia, sehingga didalamnya terdapat komponen pembentuk ekosistem. Masing-masing komponen saling berhubungan dan memberikan timbal balik [4]. Komponen pembentuk ekosistem sawah terdiri atas komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik terdiri atas makhluk hidup yang mendiami area persawahan. Sawah merupakan habitat beberapa makhluk hidup dikarenakan ketersediaan makanan. Salah satu contoh makhluk hidup yang menempati sawah adalah burung [2]. Terdapat beberapa jenis burung yang menempati ekosistem persawahan. Adapun burung yang menempati daerah persawahan antara lain burung cekakak jawa, burung bondol jawa, burung gereja, burung perkutut dan burung gelatik. B. Voice Activity Detection (VAD) Voice Activity Detection (VAD) merupakan proses yang penting untuk pemrosesan sinyal suara. VAD digunakan pada awal pemrosesan sinyal suara. VAD merupakan metode untuk membedakan antara tutur dengan keadaan diam. Metode VAD menganalisa energi dan frekuensi dominan dari sejumlah data suara [5].

Antara satu frame dengan frame yang lain saling overlapping sejumlah M sampel data suara. Nilai M tidak lebih dari N. proses frame blocking dapat divisualisasikan dalam Gambar 2. 2 Gambar 1 Diagram Blok MFCC Gambar 2 Proses Frame Blocking Gambar 3 Bentuk Mel Filter Bank[6] N 1 1 2 power x[ n],0 n N 1 (1) N n0 frekuensi max( FFT ( x[ n])) (2) dimana φpower adalah energi sinyal suara pada sejumlah N sampel sinyal suara dan φfrekuensi merupakan frekuensi dominan dari sejumlah N sampel sinyal suara yang telah mengalami transformasi fourier. C. Mel Frequency Cepstrum Coefficient (MFCC) Mel Frequency Cepstrum Coefficient (MFCC) merupakan metode ekstraksi ciri suara [6]. Bentuk sinyal suara konstan dalam waktu yang singkat antara 20ms hingga 30ms. Kemudian bentuk sinyal berubah. Perubahan bentuk sinyal terhadap waktu merupakan perbedaan bunyi yang dihasilkan dari organ penghasil vokal. Telinga manusia sebagai organ penangkap suara bertindak sebagai filter. Filter yang bekerja merupakan filter bandpass. Lebar pita frekuensi telinga manusia bekerja secara linier pada frekuensi dibawah 1000Hz dan melebar secara logaritmik pada frekuensi lebih dari 1000Hz [7]. Proses MFCC terdiri atas frame blocking, windowing, fast fourier transform, mel frequency warping dan discrete cosine transform. Secara garis besar diagram blok proses MFCC dapat divisualisasikan dalam Gambar 1. 2. Windowing Windowing merupakan pendekatan filter digital Finite Impulse Response (FIR). Proses ini menghilangkan sinyal aliasing akibat diskontinuitas sinyal. Diskontinuitas terjadi diakibatkan oleh proses frame blocking. Fungsi window yang baik menghasilkan bentuk sinyal yang runcing pada main lobe dan teredam pada side lobe. y ( n) x( n) w( n),0 n N 1 (3) dimana y(n) adalah sinyal hasil dari konvolusi antara sinyal masukan dan fungsi window dan x(n) merupakan sinyal yang akan dikonvolusikan dengan fungsi window. 3. Fast Fourier Transform (FFT) Suatu fungsi dengan periode terbatas dapat dinyatakan dalam deret fourier. Transfomasi fourier digunakan untuk mengubah deret sinyal domain waktu berbatas menjadi spektrum frekuensi. Frame yang telah mengalami proses windowing diubah menjadi spektrum frekuensi. Fast Fourier Transform (FFT) merupakan algoritma cepat dari Discrete Fourier Transform (DFT). FFT mengurangi perkalian berulang yang terdapat pada DFT. N 1 2kn N x[ k] y[ n]* e, n 0,1,.., N 1 (4) n0 dimana x[k] merupakan pola frekuensi ke-k yang dihasilkan dari transformasi fourier, y[n] adalah sinyal dari sebuah frame. 4. Mel Frequency Warping Persepsi telinga manusia terhadap frekuensi suara tidak mengikuti skala linier. Skala frekuensi sebenarnya menggunakan satuan Hz. Skala yang bekerja pada telinga manusia disebut skala mel frekuensi. f mel( k) 2595*log 10(1 ) 700 (5) dimana mel(k) merupakan skala mel ke-k dan f merupakan frekuensi dalam Hz. Salah satu pendekatan spektrum frekuensi dalam skala mel dengan fungsi kerja telinga manusia sebagai filter adalah dengan filter bank. Filter bank merupakan kumpulan filter yang dapat divisualisasikan dalam Gambar 3. 5. Discrete Cosine Transform (DCT) Manusia mendengarkan informasi suara berdasarkan sinyal domain waktu. Discrete Cosine Transform (DCT) digunakan untuk mengubah spektrum frekuensi kedalam cepstrum. Cepstrum merupakan kebalikan dari spektrum [8]. Ciri fonetis dari sinyal suara tidak hilang setelah dikembalikan kedalam bentuk cepstrum. K 1 (6) Cn (log Sk)cos n( k ) k1 2 K dimana Cn merupakan koefisien MFCC, Sk merupakan power spectrum mel frekuensi dan K jumlah filter bank. 1. Frame Blocking Analisa suara yang dilakukan berupa short time analysis. Lebar waktu analisa berkisar antara 20ms hingga 30ms. Sinyal suara x[n] yang memiliki durasi yang panjang dibagi menjadi sejumlah frame. Satu buah frame memiliki N sampel data suara.

dimana di merupakan target pembelajaran, δj merupakan nilai keluaran aktual, δi merupakan galat pada suatu neuron dan g(φ) turunan fungsi aktivasi pada neuron ke-i. 3. Update weight Prosedur yang digunakan untuk mengupdate nilai bobot. Perbaruan bobot digunakan sebagai respon pembelajaran JST terhadap pola data masukan. wbaru[ j, i] w[ j, i] j xi (10) dimana wbaru merupakan bobot yang telah diperbarui, w merupakan bobot lama dan μ koefisien pembelajaran. Setelah bobot diperbarui dalam suatu iterasi. Jumlah iterasi ditambah dan prosedur 1, 2 dan 3 diulang lagi hingga nilai galat MSE yang dihasilkan dari proses pembelajaran sesuai dengan galat MSE yang dimasukkan. 3 Gambar 4 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan D. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan kecerdasan buatan yang meniru sistem syaraf manusia. JST merupakan metode pengenalan pola [9]. Pembelajaran JST berupa perubahan nilai bobot yang terdapat dalam arsitektur JST. Bobot saling menghubungkan antara masing-masing noda input dan neuron yang terdapat pada arsitektur JST. Arsitektur JST secara umum dapat ditampilkan dalam Gambar 4. Secara umum dalam arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan terdapat noda masukan, neuron, hidden layer, output layer dan bobot. Algoritma pembelajaran dalam satu iterasi pada jaringan syaraf tiruan terdapat 3 prosedur. Prosedur tersebut antara lain. 1. Feedforward Dalam prosedur feedforward, input dikalikan dengan bobot yang terhubung dengan neuron lapisan berikutnya. Kemudian hasil dari proses penjumlahan dilewatkan fungsi aktivasi. Prosedur feedforward digunakan untuk melihat respon output terhadap pola masukan. J i x[ j]* w[ j, i] (7) j0 dimana φi adalah noda atau neuron ke-i pada suatu layer, x[j] merupakan input atau neuron pada layer, w[j,i] adalah bobot dari input ke j menuju neuron ke-i. 2. Backpropagation Dalam prosedur backpropagation dapat diketahui galat antara pola keluaran dengan pola data keluaran yang diinginkan. Untuk mengetahui besar galat pada output layer digunakan Mean Square Error (MSE). Sedangkan untuk mengetahui galat pada neuron digunakan persamaan (10). N 1 2 MSE ( d i i ) (8) N n1 J i jw ij g( i ) j1 (9) E. Audiosonic Bird Repeller Organ pendengaran makhluk hidup dipengaruhi oleh koklea. Pada burung, bentuk koklea lurus dan sedikit membengkok. Hal ini mempengaruhi frekuensi suara yang mampu diterima oleh burung. Rata-rata burung merespon suara diantara rentang frekuensi 1kHz hingga 4kHz [10]. Rentang suara ini biasa disebut audiosonic. Salah satu metode pengusiran burung dengan menggunakan suara audiosonic. Suara yang direspon umumnya berupa suara yang merupakan informasi bagi burung. Suara tersebut dapat berupa suara dari predator burung [10]. III. PERANCANGAN SISTEM Sistem yang dirancang memiliki fungsi untuk mengenali dan membedakan jenis burung berdasarkan bunyi kicauan. Diagram blok sistem dapat divisualisasikan pada Gambar 6. Cara kerja sistem yang dirancang secara keseluruhan adalah sebagai berikut, 1. Batas VAD ditentukan dengan durasi dua detik. 2. Batas VAD yang didapatkan berupa energi suara saat kondisi diam dan frekuensi dominan saat kondisi diam. 3. Durasi kicau yang terekam oleh VAD adalah satu detik. 4. Sistem pemrosesan akan mengekstraksi suara dengan metode MFCC dan FFT. 5. Hasil dari cepstrum MFCC atau spektrum frekuensi diidentifikasi menggunakan jaringan syaraf tiruan. 6. Apabila sistem mendeteksi jenis hama burung. Maka sistem merespon dengan memproduksi gelombang suara pengganggu. Frekuensi pencuplikan sinyal suara yang digunakan adalah 48kHz. Dalam penelitian ini digunakan besar nilai N dan M masing-masing 1024 dan 512. Sehingga durasi dalam satu frame berdurasi 21ms dan bergeser 10.5ms yang dapat ditampilkan dalam gambar 5. Daerah overlapp antara dua frame adalah 50%. Gambar 5 Proses Frame Blocking

4 Tabel 2. Kekuatan dan Frekuensi Dominan Suara Burung No Jenis burung Frekuensi Kekuatan Suara (db) (Hz) 10cm 50cm 100cm 1 Gelatik 2813.9 82.5 60.4 51.4 2 Cekakak 3508.7 81.8 63.4 52.1 3 Bondol 3413.8 82.1 60.6 53 4 Gereja 3652.7 80.7 59.9 51.6 5 Perkutut 742 76.9 57.9 47.1 1.20E+00 Spektrum Frekuensi Dari Lima Jenis Burung Power Spectrum 1.00E+00 8.00E-01 6.00E-01 4.00E-01 2.00E-01 Gambar 6 Diagram Blok Sistem Keseluruhan Secara khusus dalam penelitian ini digunakan fungsi window hamming. Persamaan fungsi window hamming ditunjukkan pada persamaan (11). Persamaan window hamming menghasilkan spektrum frekuensi yang dominan pada main lobe dan teredam pada side lobe. 2n w( n) 0.54 0.46 N 1 (11) Jumlah mel filter bank yang digunakan berjumlah 24 buah filter. Proses DCT menghasilkan 24 buah cepstrum coefficient dalam satu frame. Dalam durasi satu detik kicauan dihasilkan 92 frame. IV. HASIL PENGUJIAN A. Voice Activity Detection (VAD) Dalam tabel 1 ditunjukkan hasil dari pengujian Voice Activity Detection (VAD). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui batas yang dihasilkan oleh algoritma Voice Activity Detection (VAD) dalam beberapa kondisi akustik yang berbeda. Kekuatan suara yang diterima oleh mikrofon dipengaruhi oleh jarak antara sumber kicauan dan mikrofon. Frekuensi dari kicau burung berbeda-beda. Untuk mengetahui kicau burung dapat dideteksi oleh VAD, digunakan nilai kekuatan kicauan dan frekuensi dominan dari kicau burung. Hasil dari pengujian didapatkan nilai pada Tabel 2. 0.00E+00 0 11953.125 23906.25 Frekuensi (Hz) perkutut bondol gelatik gereja cekakak Gambar 7 Spektrum Frekuensi Burung yang Dideteksi B. Pengujian Fast Fourier Transform Pengujian ini bertujuan untuk melihat spektrum frekuensi dari kicau burung yang dapat ditunjukkan dalam Gambar 7. Masing-masing jenis burung yang diidentifikasi memiliki frekuensi kicau yang berbeda. Spektrum frekuensi yang diambil berupa short time analysis yang memiliki durasi 21ms. C. Pengujian Cepstrum MFCC Pengujian ini bertujuan untuk melihat cepstrum dari kicau burung. Dengan menggunakan parameter N= 1024 dan M= 512. Gambar 8 Cepstrum MFCC burung Perkutut Tabel 1. Batas VAD Pada Beberapa Kondisi Akustik Berbeda No Kondisi Frekuensi (Hz) Energi (db) Atas Bawah Atas Bawah 1 Senyap 656.25 229.21 36.5 33.97 2 Ruang Terbuka 3 Pinggir Jalan 703.12 246.56 41.2 34.26 562 237 57 51 Gambar 9 Cepstrum MFCC burung Gereja

5 4 Outdoor (Ramai, Pasar Burung) 500cm 0 0 10cm 50 52 50cm 26 36 100cm 14 28 300cm 24 12 500cm 30 24 Gambar 10 Cepstrum MFCC burung Gelatik Gambar 11 Cepstrum MFCC burung Cekakak Jawa Tabel 4. Tingkat Keberhasilan Pengujian Online No Jenis Burung Keberhasilan (%) MFCC FFT 1 Bondol Jawa 60 30 60 27 80 30 81 33 60 33 E. Pengujian Online Pengujian ini dilakukan agar pengenealan burung dapat diterapkan pada spesimen sebenarnya. Digunakan satu jenis burung dalam pengujian online. Jenis burung yang digunakan adalah burung bondol. Tingkat keberhasilan dari pengujian ini ditampilkan pada Tabel 4. Suara pengusiran yang diujikan dalam penelitian ini adalah suara burung elang, suara kucing, suara tembakan dan suara kaleng. Prosedur pengujian dengan mengikat kaki spesimen dengan tali. Kemudian spesimen ditakuti dengan suara pengusir. Diamati tingkah laku burung. Dari hasil pengujian didapatkan keberhasilan pengusiran paling baik dengan menggunakan suara tembakan. V. KESIMPULAN Gambar 12 Cepstrum MFCC burung Bondol D. Pengujian Offline Dari spektrum frekuensi dan cepstrum MFCC yang didapat dijadikan basis data. Kemudian dipelajari oleh Jaringan Syaraf Tiruan. Prosedur pengujian offline dilakukan dengan menggunakan berkas suara kicau burung. Berkas suara didapat dari internet. Variasi dalam pengujian offline berupa jarak antara pemutar audio dengan mikrofon, dan lokasi pengujian. Tabel 3. Tingkat Keberhasilan Pengujian Offline No Lokasi Jarak (cm) Keberhasilan (%) MFCC FFT 1 Outdoor 10cm 84 60 (Taman) 50cm 72 46 100cm 52 38 300cm 52 38 500cm 34 42 2 Indoor 10cm 90 68 50cm 78 48 100cm 60 38 300cm 54 34 500cm 50 32 3 Outdoor (Pinggir Jalan) 10cm 44 44 50cm 24 34 100cm 0 0 300cm 0 0 Pengenalan suara burung dapat ditinjau berdasarkan pola cepstrum MFCC dan spektrum frekuensi. Dalam pengujian baik online maupun offline menunjukkan hasil pengenalan suara burung dengan spektrum frekuensi lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan cepstrum MFCC. Hal ini dikarenakan pengenalan dengan menggunakan spektrum frekuensi menggunakan short time analysis berdurasi 21ms. Dalam waktu yang singkat, spektrum frekuensi kicauan yang dihasilkan berbeda-beda. Keberhasilan pengenalan suara dipengaruhi oleh durasi kicau burung yang terekam oleh VAD. Tingkat keberhasilan pengenalan suara burung dengan menggunakan cepstrum MFCC mencapai 90% untuk variasi kicau burung dan jenis burung. Tingkat keberhasilan pengenalan suara burung dengan menggunakan spektrum frekuensi mencapai 68% untuk variasi kicau burung dan jenis burung. Untuk pengenalan suara burung bondol secara online didapatkan tingkat keberhasilan berkisar antara 60% hingga 80% dengan MFCC dan 27% hingga 33% dengan spektrum frekuensi. Suara tembakan merupakan suara yang baik untuk mengusir hama burung. DAFTAR PUSTAKA [1] Firdaus, Nor Ain, Alat Pelacak Arah Suara Pada Sistem Pengusir Hama Burung Menggunakan ARM STM32F4, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, 2015. [2] Husain, Z., Dharmono, Kapsul, Jenis dan Kerapatan Burung di Kawasan Agropolitan Kecamatan Mandastana Kabupaten Barito Kuala, Jurnal Wahana-Bio, 2010. [3] Lee, Chang H., Yeuan-Kuen Lee, Ren Zhang Huang, Automatic Recognition of Bird Songs Using Cepstral Coefficients, Chung Hua University, Taiwan, 2006.

6 [4] D, Aryulina, et al, Biologi SMA Untuk Kelas X, Esis, Jakarta, 2004. [5] Moattar, M.H., M.M. Homayounpaur, A Simple But Efficient Real-Time Voice Activity Detection Algorithm, Amirkabir University of Technology, Tehran, 2009. [6] Klautau, Aldebaro, The MFCC, 2005. [7] Setiawan, Angga, Achmad Hidayanto, R. Rizal Isnanto, Aplikasi Pengenalan Ucapan dengan Ekstraksi Mel Frequency Cepstrum Coefficient (MFCC) Melalui Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Learning Vector Quantization (LVQ) untuk Mengoperasikan Kursor Komputer, Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. [8] Muralishankar, R. Warped Discrete Cosine Transform: A New Feature For Speech Processing, University of Quebec, Canada. [9] Mohammed, Eslam Mansour. LPC and MFCC Performance Evaluation with Artificial Neural Network for Spoken Language Identification, Higher Technological Institute, Egypt. [10] Beason, Robert C., What Can Birds Hear?, Vertebrata Pest Conference, University of California