BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

BAB II TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DAN SISTEM PENGAMANNYA

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB III PERANCANGAN ALAT

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

STUDI KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. BOC GASES GRESIK JAWA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI KOORDINASI FUSE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III. CIRCUIT BREAKER DAN FUSE (SEKERING)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

STUDI PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN PEMBEBANAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) CABANG PONTIANAK

BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Transformator

BAB I PENDAHULUAN. tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman pengaman

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1

BAB III SISTEM PROTEKSI TEGANGAN TINGGI

Analisa Relai Arus Lebih Dan Relai Gangguan Tanah Pada Penyulang LM5 Di Gardu Induk Lamhotma

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PREVENTIVE PADA GARDU DISTRIBUSI JENIS BETON PELANGGAN UMUM TEGANGAN RENDAH

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lain, melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

BAB II PEMBAHASAN. Makin besar suatu sistem kelistrikan, maka makin besar pula peralatan proteksi

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

EVALUASI KOORDINASI SISTEM PROTEKSI PADA JARINGAN 150kV DAN 20Kv PT.PLN (PERSERO) APJ GILIMANUK

BAB II LANDASAN TEORI

Perencanaan Koordinasi Rele Pengaman Pada Sistem Kelistrikan Di PT. Wilmar Gresik Akibat Penambahan Daya

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III LANDASAN TEORI

LAPORAN AKHIR MUTASI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI GARDU HENGKASE HT4AB0 DARI 25 KVA KE 50 KVA UNTUK MENGHINDARI KERUSAKAN AKIBAT BEBAN LEBIH.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

Penentuan rating motor induksi dan karakteristik beban Pemilihan mekanisme pengontrolan

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

PUSPA LITA DESTIANI,2014

KAPASITAS PEMUTUS DAYA ( CIRCUIT BREAKER ) Electric Power Systems L4 - Olof Samuelsson

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

2.2.6 Daerah Proteksi (Protective Zone) Bagian-bagian Sistem Pengaman Rele a. Jenis-jenis Rele b.

STUDI PERENCANAAN PENGGUNAAN PROTEKSI POWER BUS DI PT. LINDE INDONESIA GRESIK

BAB II LANDASAN TEORI

SOP PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI PELANGGAN 197KVA

ANALISIS ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA PENYULANG 20 KV DENGAN OVER CURRENT RELAY (OCR) DAN GROUND FAULT RELAY (GFR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN RELAY DEFERENSIAL DAN RELEY DEFERENSIAL GRL 150

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK PADA GEDUNG TALAVERA SUITE JAKARTA

DAFTAR ISI BAB II DASAR TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 1.1 Studi Kasus. PT Mayora Tbk merupakan salah satu pelanggan PT PLN

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI 4.1 Gambaran Umum Seperti yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya yang menjadi latar belakang masalah kajian standar pengaman primer trafo distribusi adalah pembebanan yang selalu berubah-ubah dan terus meningkat mengakibatkan beban sulit untuk dikontrol sehingga bila pembebanan yang berubah-ubah dan terus meningkat tersebut lama tidak di cek/ tidak diketahui sampai pada batas maksimal/ beban penuh, maka hal tersebut akan merusak trafo distribusi. Kerusakan trafo distribusi tidak hanya terjadi karena pembebanan saja tetapi juga terjadi karena kurangnya pemeliharaan dan adanya gangguangangguan. Kurangnya pemeliharaan merupakan salah satu sebab sering terjadinya kerusakan trafo distribusi, karena begitu banyaknya trafo distribusi yang terpasang dan membutuhkan banyak tenaga pemelihara. Selain itu dari data PT. PLN (Persero) AJ Gambir, trafo distribusi rusak karena adanya gangguangangguan, seperti: gangguan alam (karena petir, angin, badai, dll), gangguan mekanis (FCO putus, bushing pecah, JTR putus, trafo over load, kurangnya perawatan, sampai gangguan yang tidak diketahui, dll). Dari jenis gangguan yang ada, seharusnya hal tersebut mempengaruhi fungsi pengaman pada trafo, tetapi pengaman pada trafo tidak berfungsi sehingga banyak trafo yang rusak. Dengan adanya permasalahan tersebut diatas, akan dievaluasi setting pengaman masingmasing jenis trafo (1 phasa dan 3 phasa) dan dilihat data gangguan yang pernah terjadi pada trafo distribusi, sehingga diharapkan mendapat setting peralatan pengaman yang lebih baik.

4.2 Masalah-masalah yang Sering Dihadapi Dari data gangguan yang terjadi dari bulan Januari 2009 sampai Maret 2010, kami telah pengelompokan data-data permasalahan yang sering dihadapi di PT. PLN (Persero) AJ Gambir, lihat tabel 4.1 dibawah ini. Tabel 4.1 Permasalahan yang sering dihadapi Bagian yang rusak spool primer terbakar spool sekunder terbakar spool primer putus spool sekunder putus spool primer rusak Penyebab karena petir bushing primer pecah kabel power lengket kontak body JTR kerobohan pohon bushing sekunder phasa kemasukan air hujan karena petir jamper trafo ngepong trafo over load jaringan kerobohan pohon minyak terbakar karena petir tertimpa pohon tutup berlubang kemasukan air minyak terbakar trafo keluar oli jaringan lengket kejatuhan pohon JTR putus kontak body karena hujan angin & petir bushing pecah tertimpa pohon FCO putus 1 phasa

spool sekunder rusak minyak/ oli keluar bushing pecah sekunder kontak body bak trafo melendung body trafo bocor breaker trafo rusak breaker terbakar trafo meledak/ terbakar minyak jelek JTR tertimpa pohon JTR primer putus tutup melayang kabel power lengket trafo meledak kawat TM putus trafo over load karena dol lepas kawat JSR terbakar kerobohan pohon 4.3 Evaluasi Koordinasi Pengaman Primer Trafo Distribusi Berdasarkan data yang ada, kapasitas untuk trafo 1 phasa yang terpasang pada jaringan distribusi adalah 5, 10, 15, 25, 50 KVA. Kapasitas trafo tersebut di pasang disesuaikan dengan besarnya permintaan beban dan perkiraan permintaan, yang mana perkiraan permintaan dimaksudkan untuk penghematan biaya pembelian trafo baru dan biaya bongkar-pasang trafo jika ada tambahan permintaan beban baru. Sehingga dari alasan tersebut, banyak terpasang trafo 1 phasa dengan kapasitas 25 KVA dan 50 KVA. Untuk trafo 3 phasa, kapasitas trafo yang terpasang pada jaringan distribusi adalah 50, 100, 160, 250, 400, 630 KVA, tetapi kapasitas trafo yang banyak terpasang adalah 50,100, 160, 250 KVA, karena seperti halnya pada trafo 1 phasa, dimaksudkan untuk penghematan biaya pembelian trafo baru dan biaya bongkar-pasang trafo jika ada tambahan permintaan beban baru selain itu juga untuk penghematan peralatan. Penghematan peralatan di sini maksudnya adalah semakin besar kapasitas trafo, semakin banyak jumlah pelanggan (pemakai beban) maka semakin besar rating pengaman yang di pakai sehingga semakin mahal pula harga peralatan pengamannya selain itu jika trafo mengalami kerusakan akan

Waktu (detik) mengganggu banyak pelanggan. Biasanya trafo dengan kapasitas di atas 400 KVA di pakai untuk satu pelanggan seperti perusahaan, perkantoran, swalayan, mall, kampus dan lain sebagainya. 4.3.1 Trafo 1 Phasa Sesuai kenyataan yang ada, untuk trafo 1 phasa memakai jenis CSP (Complety Self Protected) yaitu jenis pengamanan sendiri, pihak PLN membeli langsung dari perusahaan pembuat trafo sehingga setting pengamannya sesuai dengan desain perusahaan. Sebagai contoh pada trafo 25 KVA, setting pengaman primer (sekring) adalah 3 ampere dan setting pengaman sekunder (CB) adalah 50 ampere. Jika digambar koordinasi pengaman pada kurva waktu-kerjanya adalah seperti pada gambar 4.1 dibawah ini. TRAFO 1 PHASA 25 KVA Total Clearing 3 A tipe K Minimum Mealting 3 A tipe K CB 50 A Ansi Trafo 5-500 KVA 1 phasa Skala arus 1 = 54,11 A Arus (ampere) x I FL Gambar 4.1 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring 3 A dengan CB 50 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 54,11 A

Waktu (detik) Pada trafo 50 KVA, setting pengaman primer (sekring) adalah 6 ampere dan setting pengaman sekunder (CB) adalah 100 ampere. Jika digambar koordinasi pengaman pada kurva waktu-kerjanya adalah seperti pada gambar 4.2 berikut ini. TRAFO 1 PHASA 50 KVA Total Clearing 6 A tipe K Minimum Mealting 6 A tipe K CB 100 A Ansi Trafo 5-500 KVA 1 phasa Skala arus 1 = 108,2 A Gambar 4.2 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring 6 A dengan CB 100 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 108,2 A Arus (ampere) x I FL 4.3.2 Trafo 3 Phasa Sesuai dengan hasil survei, untuk data setting pengaman primer (FCO) pada trafo 3 phasa 100 KVA adalah 3 ampere dan pengaman sekunder (LVCB) untuk MCCB (Molded Case Circuit Breaker) adalah 500 ampere dengan NT-Fuse terbesar 160 ampere. Tetapi banyak juga MCCB yang tidak terpasang pada trafotrafo yang berkapasitas kecil dengan alasan harga MCCB yang mahal, biasanya trafo tersebut untuk mensuplai satu pelanggan, jadi sebagai pengaman primer di

Waktu (detik) sisi sekundernya memakai NT-Fuse. Untuk setting NT-Fuse disesuaikan dengan besarnya arus beban yang melaluinya karena NT-Fuse hanya berfungsi sebagai pembatas arus. Jumlah NT-Fuse yang terpasang tergantung dari banyaknya pembagian saluran beban. Namun demikian banyak juga di pasang MCCB dan NT-Fuse yang tersusun seri. Dimana MCCB sebagai pengaman primer di sisi sekunder trafo dan NT-Fuse sebagai pengaman di sisi beban. Jadi dari data tersebut, jika digambar koordinasi pengaman pada kurva waktu-kerjanya adalah seperti pada gambar 4.3 dibawah ini. TRAFO 3 PHASA 100 KVA Total Clearing 3 A tipe K Minimum Mealting 3 A tipe K MCCB 500 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 160 A Skala arus 1 = 151,93 A Arus (Ampere) x I FL Gambar 4.3Koordinasi kurva waktu-kerja FCO 3 A dengan MCCB 500 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 151,93 A

Waktu (detik) Pada trafo 160 KVA, setting pengaman primer (FCO) adalah 6 ampere dan setting pengaman sekunder (MCCB) adalah 250 ampere. Jika digambar koordinasi pengaman pada kurva waktu-kerjanya seperti pada gambar 4.4. TRAFO 3 PHASA 160 KVA Total Clearing 6 A tipe K Minimum Mealting 6 A tipe K MCCB 250 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 400 A NT Fuse 250 A Skala arus 1 = 243,09 A Arus (ampere) x I FL Gambar 4.4 Koordinasi kurva waktu-kerja FCO 6 A dengan MCCB 250 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 243,09 A, NT Fuse 250 A dan 400 A.

Waktu (detik) Pada trafo 250 KVA, setting pengaman primer (FCO) adalah 8 ampere dan setting pengaman sekunder (MCCB) adalah 630 ampere. Jika digambar koordinasi pengaman pada kurva waktu-kerjanya seperti pada gambar 4.5. TRAFO 3 PHASA 250 KVA Total Clearing 8 A tipe K Minimum Mealting 8 A tipe K MCCB 630 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 250 A Skala arus 1 = 379,8 A Arus (ampere) x I FL Gambar 4.5 Koordinasi kurva waktu-kerja FCO 8 A dengan MCCB 630 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 379,8 A, NT Fuse 250 A

4.4 Perhitungan Koordinasi Pengaman Primer Trafo Distribusi 4.4.1 Untuk trafo 1 phasa Untuk trafo 1 phasa dengan kapasitas 25 KVA, impedansi 2,63 %. Contoh gambar satu garisnya dapat dilihat pada gambar 4.6. Feeder JTM 150 KV 20 KV F1 Trafo 1Ø 25 KVA CB Jaringan Distribusi 20 KV 380/ 220 V JTR Gambar 4.6 Diagram satu garis trafo 1 phasa 25 KVA 1. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi primer I FL primer = = 2,165 A I hs primer = = = 82,319 A 2. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi sekunder I FL sekunder = = 113,95 A I hs sekunder = =

3. Rating sekring = 4332,7 A I rating minimum = I FL primer = 2,165 A I rating maksimum = 3 x I FL primer = 3 x 2,165 A = 6,495 A Dipilih rating sekring 3 A 4. Rating CB I rating minimum = I FL sekunder = 113,95 A I rating maksimum dipilih rating CB 125 A 5. Arus ANSI pada trafo = 2,5 x I FL sekunder = 2,5 x 113,95 A = 284,875 A I ANSI Atau = 16,6 x I FL primer = 16,6 x 2,165 A = 35,939 A pada 20 KV I ANSI = 16,6 x I FL sekunder = 16,6 x 113,95 A = 1891,57 A pada 380 V 6. Arus Inrush pada trafo I Inrush atau I Inrush = 8 x I FL primer untuk 0,1 detik = 8 x 2,165 A = 17,32 A pada 20 KV = 8 x I FL sekunder untuk 0,1 detik = 8 x 113,95 A = 911,6 A pada 380 V

Waktu (detik) Kurva sekring harus terletak diatas inrush-point tersebut. Jika digambar kurva waktu-kerja sekring 3 A dengan CB 125 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 113,95 A dapat dilihat pada gambar 4.7. TRAFO 1 PHASA 25 KVA Keterangan: Total Clearing 3 A, Tipe K Minimum Mealting 3 A, Tipe K CB 125 A Ansi Trafo 5-500 KVA 1 phasa 1 I FL Trafo 2 I r CB 3 I FL Trafo yang diijinkan 4 I r Fuse 20 KV 5 Arus pemutusan terendah fuse 6 Batas maksimum arus yang diamankan oleh sekring 7 I MAX ANSI 8 I hs di sisi sekunder 9 I r pemutusan CB 10 I r pemutusan fuse I inrus h 1 2 3 4 5 Arus (ampere) x I FL Gambar 4.7 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring 3 A dengan CB 125 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 113,95 A 6 7 8 9 10

Untuk trafo 1 phasa dengan kapasitas 50 KVA, impedansi 2,63 %. Diagram satu garis dapat dilihat pada gambar 4.8. Feeder JTM 150 KV 20 KV F1 Trafo 1Ø 50 KVA CB Jaringan Distribusi 20 KV 380/ 220 V JTR Gambar 4.8 Diagram satu garis trafo 1 phasa 50 KVA 1. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi primer I FL primer = = 4,33 A I hs primer = = = 164,64 A 2. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi sekunder I FL sekunder = = 227,9 A I hs sekunder = = = 8665,399 A

3. Rating sekring I rating minimum = I FL primer = 4,33 A I rating maksimum = 3 x I FL primer = 3 x 4,33 A = 12,99 A Dipilih rating sekring 6 A 4. Rating CB I rating minimum = I FL sekunder = 227,9 A I rating maksimum dipilih rating CB 250 A 5. Arus ANSI pada trafo = 2,5 x I FL sekunder = 2,5 x 227,9 A = 569,75 A I ANSI Atau = 16,6 x I FL primer = 16,6 x 4,33 A = 71,38 A pada 20 KV I ANSI = 16,6 x I FL sekunder = 16,6 x 227,9 A = 3783,14 A pada 380 V 6. Arus Inrush pada trafo I Inrush atau I Inrush = 8 x I FL primer untuk 0,1 detik = 8 x 4,33 A = 34,64 A pada 20 KV = 8 x I FL sekunder untuk 0,1 detik = 8 x 227,9 A = 1823,2 A pada 380 V Kurva sekring harus terletak diatas inrush-point tersebut.

Waktu (detik) Jika digambar koordinasi kurva waktu-kerja sekring 6 A dengan CB 250 A dapat dilihat pada gambar 4.9. TRAFO 1 PHASA 50 KVA Keterangan: Total Clearing 6 A, Tipe K Minimum Mealting 6 A, Tipe K MCCB 250 A Ansi Trafo 5-500 KVA 1 phasa 1 I FL Trafo 2 I r CB 3 I FL Trafo yang diijinkan 4 I r Fuse 20 KV 5 I MAX ANSI 6 Arus pemutusan terendah fuse 7 Batas maksimum arus yang diamankan oleh sekring 8 I hs di sisi sekunder 9 I r pemutusan CB 10 I r pemutusan fuse 1 8 2 6 5 4 3 7 Arus (ampere) x I FL 9 10 Gambar 4.9 koordinasi kurva waktu-kerja sekring 6 A dengan CB 250 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 227,9 A

4.4.2 Untuk trafo 3 phasa Untuk trafo 3 phasa dengan kapasitas 100 KVA, impedansi 4 %. Diagram satu garisnya dapat dilihat pada gambar 4.10. Feeder JTM 150 KV 20 KV FCO Trafo 3Ø 100 KVA LVCB MCCB NT Fuse JTR 380/ 220 V Gambar 4.10 Diagram satu garis trafo 3 phasa 100 KVA 1. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi primer I FL primer = = 2,88 A I hs primer = = = 72 A 2. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi sekunder I FL sekunder = = 151,93 A I hs sekunder = = = 3798,25 A

3. Rating sekring (FCO) I rating minimum = I FL primer = 2,88 A I rating maksimum = 3 x I FL primer = 3 x 2,88 A = 8,64 A Dipilih rating sekring 3 A 4. Rating MCCB I rating minimum = I FL sekunder = 151,93 A I rating maksimum = 2,5 x I FL sekunder = 2,5 x 151,93 A = 379,825 A dipilih rating MCCB 160 A 5. Arus ANSI pada trafo I ANSI Atau = 16,6 x I FL primer = 16,6 x 2,88 A = 47,8 A pada 20 KV I ANSI = 16,6 x I FL sekunder = 16,6 x 151,93 A = 2522,04 A pada 380 V 6. Arus Inrush pada trafo I Inrush atau I Inrush = 8 x I FL primer untuk 0,1 detik = 8 x 2,88 A = 23,04 A pada 20 KV = 8 x I FL sekunder untuk 0,1 detik = 8 x 151,93 A = 1215,44 A pada 380 V

Waktu (detik) Kurva sekring (FCO) harus terletak diatas inrush-point tersebut. Jika digambar koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 3 A dengan MCCB 160 A dapat dilihat pada gambar 4.11. TRAFO 3 PHASA 100 KVA Keterangan: Total Clearing 3 A, Tipe K Minimum Mealting 3 A, Tipe K MCCB 160 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 80 A 1 I FL Trafo 2 I r CB 3 I FL Trafo yang diijinkan 4 I r Fuse 20 KV 5 Arus pemutusan terendah fuse 6 I MAX ANSI 7 Batas maksimum arus yang diamankan oleh sekring 8 I hs di sisi sekunder 9 I r pemutusan CB 10 I r pemutusan fuse I inrush Arus (Ampere) x I FL 1 8 7 9 2 3 4 5 6 10 Gambar 4.11 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 3 A dengan MCCB 160 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 151,93 A

Untuk trafo 3 phasa dengan kapasitas 160 KVA, impedansi 4 %. Diagram satu garisnya dapat dilihat pada gambar 4.12. Feeder JTM 150 KV 20 KV FCO Trafo 3Ø 160 KVA LVCB MCCB NT Fuse JTR 380/ 220 V Gambar 4.12 Diagram satu garis trafo 3 phasa 160 KVA 1. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi primer I FL primer = = 4,62 A I hs primer = = = 115,5 A 2. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi sekunder I FL sekunder = = 243,09 A I hs sekunder = = = 6077,25 A

3. Rating sekring (FCO) I rating minimum = 4,62 A = I FL primer I rating maksimum = 3 x I FL primer = 3 x 4,62 A = 13,86 A Dipilih rating sekring 6 A 4. Rating MCCB I rating minimum = 243,09 A = I FL sekunder I rating maksimum = 2,5 x 243,09 A = 607,725 A dipilih rating CB 250 A 5. Arus ANSI pada trafo I ANSI = 2,5 x I FL sekunder = 16,6 x I FL primer = 16,6 x 4,62 A = 76,692 A pada 20 KV Atau I ANSI = 16,6 x I FL sekunder = 16,6 x 243,09 A = 4035,294 A pada 380 V 6. Arus Inrush pada trafo I Inrush = 8 x I FL primer untuk 0,1 detik = 8 x 4,62 A = 36,96 A pada 20 KV atau I Inrush = 8 x I FL sekunder untuk 0,1 detik = 8 x 243,09 A = 1944,72 A pada 380 V Kurva sekring (FCO) harus terletak diatas inrush-point tersebut.

Waktu (detik) Jika digambar koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 6 A dengan MCCB 250 A dilihat pada gambar 4.13. I inrush TRAFO 3 PHASA 160 KVA Keterangan: Total Clearing 6 A, Tipe K Minimum Mealting 6 A, Tipe K MCCB 250 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 160 A Total Clearing 3 A, Tipe K Minimum Mealting 3 A, Tipe K 1 I FL Trafo 2 I r CB 3 I FL Trafo yang diijinkan 4 I r Fuse 20 KV 5 Arus pemutusan terendah fuse 6 I MAX ANSI 7 Batas maksimum arus yang diamankan oleh FCO 8 I hs di sisi sekunder 9 I r pemutusan CB 10 I r pemutusan fuse 1 2 3 4 8 7 6 5 Arus (Ampere) x I FL 9 10 Gambar 4.13 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 6 A dengan MCCB 250 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 243,09 A

Untuk trafo 3 phasa dengan kapasitas 250 KVA, impedansi 4 %. Diagram satu garisnya ditunjukan pada gambar 4.14. Feeder JTM 150 KV 20 KV FCO Trafo 3Ø 250 KVA LVCB MCCB NT Fuse JTR 380/ 220 V Gambar 4.14 Diagram satu garis trafo 3 phasa 250 KVA 1. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi primer I FL primer = = 7,216 A I hs primer = = = 180,4 A 2. Arus beban lebih (full load) dan arus hubung singkat trafo di sisi sekunder I FL sekunder = = 379,835 A I hs sekunder = = = 9495,875 A

3. Rating sekring (FCO) I rating minimum = 7,216 A = I FL primer I rating maksimum = 3 x I FL primer = 3 x 7,216 A = 21,648 A Dipilih rating sekring 8 A 4. Rating MCCB I rating minimum = 379,835 A = I FL sekunder I rating maksimum = 2,5 x 379,835 A = 949,5875 A dipilih rating CB 400 A 5. Arus ANSI pada trafo I ANSI = 2,5 x I FL sekunder = 16,6 x I FL primer = 16,6 x 7,216 A = 119,7856 A pada 20 KV Atau I ANSI = 16,6 x I FL sekunder = 16,6 x 379,835 A = 6305,261 A pada 380 V 6. Arus Inrush pada trafo I Inrush = 8 x I FL primer untuk 0,1 detik = 8 x 7,216 A = 57,728 A pada 20 KV atau I Inrush = 8 x I FL sekunder untuk 0,1 detik = 8 x 379,835 A = 3038,68 A pada 380 V Kurva sekring (FCO) harus terletak diatas inrush-point tersebut.

Waktu (detik) Jika digambar koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 8 A dengan MCCB 400 A, dapat di lihat pada gambar 4.15. TRAFO 3 PHASA 250 KVA Keterangan: Total Clearing 8 A, Tipe K Minimum Mealting 8 A, Tipe K MCCB 400 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 250 A NT Fuse 160 A 1 I FL Trafo 2 I r CB 3 I FL Trafo yang diijinkan 4 I r Fuse 20 KV 5 I MAX ANSI 6 Arus pemutusan terendah fuse 7 Batas maksimum arus yang diamankan oleh sekring 8 I hs di sisi sekunder 9 I r pemutusan CB 10 I r pemutusan fuse I inrush 1 2 3 4 5 6 8 7 Arus (ampere) x I FL 9 10 Gambar 4.15 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 8 A dengan MCCB 400 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 379,835 A 4.5 Pembahasan Evaluasi dan Perhitungan Koordinasi Pengaman Primer Trafo Distribusi 4.5.1 Trafo 1 Phasa Untuk trafo 1 phasa 25 KVA, dari data yang ada (lihat gambar 4.1), gambar telah ditransformasikan ke sisi sekunder dan skala arus mengikuti setting I FL trafo dimana 1 sama dengan 54,11 A. Koordinasi antara CB 50 A dengan

sekring 3 A tipe K jika dibandingkan dengan hasil perhitungan (lihat gambar 4.7), sudah memenuhi standar pengaman trafo, karena kurva sekring tidak sampai membelah kurva CB walaupun masih memotong kurva CB. Perpotongan tersebut masih dapat di toleransi kerena hanya memotong sedikit kurva CB pada keadaan trip dingin (cold trip) yaitu keadaan untuk waktu start bila dibebani beban normal. Untuk trafo 1 phasa 50 KVA, dari data yang ada (lihat gambar 4.2), gambar telah ditransformasikan ke sisi sekunder dan skala arus mengikuti setting I FL trafo dimana 1 sama dengan 108,2 A. Koordinasi antara CB 100 A dengan sekring 6 A tipe K jika dibandingkan dengan hasil perhitungan (lihat gambar 4.9), sudah memenuhi standar pengaman trafo, karena kurva sekring tidak sampai membelah dan memotong kurva CB. Untuk kurva hasil perhitungan (gambar 4.9), koordinasi pengamannya sudah memenuhi standar tetapi jika terjadi gangguan kerusakan CB pada arus 11 sampai 13 ampere x I FL, trafo tidak ada pengamannya. Sehingga diusulkan untuk seting FCO-nya 3 A dan CB 250 A agar pengaman trafo lebih selektif, maka gambar koordinasi kurva waktu-kerjanya dapat dilihat pada gambar 4.16 dibawah ini.

Waktu (detik) TRAFO 1 PHASA 50 KVA Total Clearing 3 A tipe K Minimum Mealting 3 A tipe K CB 225 A Ansi Trafo 5-500 KVA 1 phasa Skala arus 1 = 227,9 A Gambar 4.16 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring 3 A dengan CB 225 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 227,9 A Arus (ampere) x I FL 4.5.2 Trafo 3 Phasa Untuk trafo 3 phasa 100 KVA, dari data yang ada (lihat gambar 4.3), gambar telah ditransformasikan ke sisi sekunder dan skala arus mengikuti setting I FL trafo dimana 1 sama dengan 151,93 A. Koordinasi antara MCCB 500 A dengan sekring 3 A tipe K, tidak memenuhi standar pengaman trafo, karena kurva sekring membelah dan memotong kurva MCCB. Perpotongan tersebut tidak dapat di toleransi kerena FCO akan sering putus. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan (lihat gambar 4.11), koordinasi antara MCCB 250 A dengan sekring 3 A tipe K, sudah memenuhi standar pengaman trafo, walaupun masih memotong kurva MCCB tetapi tidak sampai membelah kurva MCCB. Perpotongan tersebut

masih dapat di toleransi karena hanya memotong sedikit kurva MCCB pada keadaan trip dingin (cold trip) yaitu keadaan untuk waktu start bila dibebani beban normal. Untuk trafo 3 phasa 160 KVA, dari data yang ada (lihat gambar 4.4), gambar telah ditransformasikan ke sisi sekunder dan skala arus mengikuti setting I FL trafo dimana 1 sama dengan 243,09 A. Koordinasi antara MCCB 250 A dengan sekring 6 A tipe K dan NT fuse 400 A dan 250 A, sudah memenuhi standar pengaman trafo, tetapi jika terjadi gangguan kerusakan MCCB pada pada arus 10 sampai 13 ampere x I FL, trafo tidak ada pengamannya. Dan untuk seting NT fuse, tidak memenuhi standar karena besarnya melebihi seting arus MCCB, ini tidak dapat di toleransi kerena MCCB akan sering putus. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan (lihat gambar 4.13), koordinasi antara MCCB 250 A dengan sekring 6 A tipe K, sudah memenuhi standar pengaman trafo, tetapi jika terjadi gangguan kerusakan MCCB pada arus 10 sampai 13 ampere x I FL, trafo tidak ada pengamannya. Sehingga diusulkan untuk seting FCO-nya 3 A dan CB 250 A agar pengaman trafo lebih selektif, maka gambar koordinasi kurva waktukerjanya (lihat gambar 4.13) untuk kurva FCO 3 A. Untuk trafo 3 phasa 250 KVA, dari data yang ada (lihat gambar 4.5), gambar telah ditransformasikan ke sisi sekunder dan skala arus mengikuti setting I FL trafo dimana 1 sama dengan 379,835 A. Koordinasi antara MCCB 630 A dengan sekring 8 A tipe K dan NT fuse 250 A, tidak memenuhi standar pengaman trafo karena kurva ketahanan trafo berada di dalam kurva MCCB, ini tidak diperbolehkan. Dan untuk seting NT fuse, sudah memenuhi standar karena besarnya tidak melebihi seting arus MCCB. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan (lihat gambar 4.15), koordinasi antara MCCB 400 A dengan sekring 8 A tipe K, sudah memenuhi standar pengaman trafo, tetapi jika terjadi gangguan kerusakan MCCB pada arus 10 sampai 16 ampere x I FL, trafo tidak ada pengamannya. Sehingga diusulkan untuk seting FCO-nya 6 A dan CB 400 A agar pengaman trafo lebih selektif, maka gambar koordinasi kurva waktu-kerjanya menjadi (lihat gambar 4.17):

Waktu (detik) TRAFO 3 PHASA 250 KVA Total Clearing 6 A tipe K Minimum Mealting 6 A tipe K MCCB 400 A Ansi Trafo 15-500 KVA 3 phasa NT Fuse 160 A Skala arus 1 = 379,835 A Arus (ampere) x I FL Gambar 4.17 Koordinasi kurva waktu-kerja sekring (FCO) 6 A dengan MCCB 400 A, skala arus mengikuti seting I FL trafo, dimana 1 sama dengan 379,835 A