GAMBARAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESISIR PANTAI (Studi di SMP Negeri Kecamatan Getasan dan Semarang Barat)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DI PONDOK PESANTREN AL-MUNAWWIR KOMPLEK Q KRAPYAK YOGYAKARTA. Hera Ariyani 1, Ekawati 1

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP NEGERI 13 MANADO Natascha Lamsu*, Maureen I. Punuh*, Woodford B.S.

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP NEGERI 10 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

Kalimantan Selatan. RS Pelita Insani Martapura, Kalimantan Selatan *Korespondensi :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : Endar Wahyu Choiriyah J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia Gizi Besi (AGB) dan Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI DI SMP N 5 KOTA MANADO

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

MENSTRUASI TERHADAP PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMP MUHAMMADIYAH 21 BRANGSI KECAMATAN LAREN LAMONGAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

KAJIAN ANEMIA PADA SISWI SMA DI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Dibutuhkan tenaga kerja yang sehat, berkualitas dan produktif untuk bersiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU HAMIL DI PUSKESMAS BAHU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan zat gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik, perkembangan kecerdasan, menurunnya produktifitas kerja dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

PERBEDAAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI SMP PEDESAAN DANPERKOTAAN DI WILAYAH KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ZAT BESI DAN PROTEIN DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII DAN IX DI SMP N 8 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ANEMIA DENGAN STATUS HEMOGLOBIN REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 10 MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

ANGKA KEJADIAN DAN KARAKTERISTIK ANEMIA PADA PASIEN YANG BEROBAT DI KLINIK PRATAMA UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

STUDI PERBAIKAN KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL ANEMIA DENGAN PEMBERIAN SUPLEMENTASI TABLET BESI (PROGRAM) DI PUSKESMAS PADONGKO KABUPATEN BARRU

Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Remaja Putri

HUBUNGAN ASUPAN MIKRONUTRIEN DENGAN JENIS ANEMIA PADA IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. yang relatif sangat bebas, termasuk untuk memilih jenis-jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Periode remaja adalah periode transisi dari anak - anak menuju dewasa, pada

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci: Asupan Zat Besi, Kadar Hemoglobin, Anak Usia 1-3 Tahun

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

BAB I PENDAHULUAN. dan periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada wanita, menstruasi terjadi

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBERIAN TABLET Fe DAN JUS JAMBU BIJI PADA REMAJA PUTRI YANG ANEMIA DEFISIENSI BESI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyiapkan tenaga kerja, dituntut mampu menghasilkan lulusan

Transkripsi:

GAMBARAN STATUS ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI WILAYAH PEGUNUNGAN DAN PESISIR PANTAI (Studi di SMP Negeri Kecamatan Getasan dan Semarang Barat) Ghea Yanna Aulia, Ari Udiyono, Lintang Dian Saraswati, M. Sakundarno Adi Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: gheayannaa@gmail.com Abstract: Anemia is a condition in which the hemoglobin level is less than expected according to age and gender. Anemia is one of the health problems in Indonesia. Based on data from Riskesdas 2013 there were 21.7% of the population with a hemoglobin level less than the normal limit to the proportion of 20.6% in urban and 22.8% rural and 18.4% men and 23.9 % of women. By age group, 28.1% in infants with hemoglobin levels less than 11.0 g / dl, children aged 5-14 years (Hb less than 12.0 g / dl) by 26.4%, of children ages 15-24 (Hb less than 12.0 g / dl) 18.4%, and 37.1% in pregnant womenthe aim of the study is to analyze differences in some risk factors foranemia on female teenagers in highland and coastal areas. The study is anobservational study which uses cross sectional approach. Population of the study are female middle school students class VII and VIII SMP Negeri in district Getasan and SMP Negeri in Semarang Barat Kota Semarang consisted of 100 respondents for each district.prevalence of anemia in highland area is 58% while coastal area is 56%. Key words : Anemia, Female Teenagers, Highland, Coastal Literature : 112 (1994-2016) 193

PENDAHULUAN Anemia adalahkondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari yang diharapkan sesuai dengan usia dan jenis kelamin, dimana kadar hemoglobin saat kita lahir tinggi (20 gram/dl), tetapi menurun pada kehidupan tiga bulan pertama sampai angka terendah (10 gram/dl) sebelum meningkat kembali menjadi nilai dewasa normal (>12 gram/dl pada wanita dan >13 gram/dl pada pria). (61) Konsentrasi Hb adalah indikator yang paling dapat diandalkan dari anemia pada tingkat populasi. (13) Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 736a/Menkes/XI/1989 batas kadar hemoglobin normal untuk masingmasing kelompok umur dan jenis kelamin diantaranya adalah 11 gram/dl untuk kelompok anak usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun, 12 gram/dl untuk anak usia 6 sampai dengan 14 tahun, 13 gram/dl untuk kelompok pria dewasa, 12 gram untuk kelompok wanita dewasa, 11 gram/dl untuk kelompok ibu hamil, dan 12 gram untuk kelompok ibu menyusui lebih dari 3 bulan. (5) WHO menyebutkan bahwa kurang lebih50% penyebab dari kejadian anemia adalah defisiensi zat besi. (17) Pada kondisi ini,terjadi kekurangan cadangan zat besi dalam tubuh atau yang disebut dengan iron depleted state. (7) Hal ini menyebabkan pembentukan sel darah merah tidak optimal sehingga terbentuk sel-sel yang berukuran lebih kecil (mikrositik) dengan warna lebih muda (hipokromik) ketika dilakukan pewarnaan. (18) Pada kondisi ini, anemia secara klinis belum terjadi dan kondisi ini disebut dengan iron deficient erithropoesis. (7) Selanjutnya, cadangan zat besi dalam tubuh yang juga mencakup besi plasma akan semakin habis terpakai dan konsentrasi transferin serum yang mengikat besi untuk transportasinya akan menurun, sehingga mengakibatkan timbulnya anemia hipokromik mikrositer atau yang disebut sebagai iron deficiency anemia. (7,18) Keadaan ini menimbulkan deplesi massa sel darah merah yang disertai turunnya konsentrasi hemoglobin di bawah normal yang menyebabkan kapasitas darah untuk mengangkut oksigen (O 2 ) juga di bawah normal. (18) Selain itu, kekurangan zat besi juga terjadi pada epitel serta beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya. (7) Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. (12) Menurut data WHO secara global, kasus anemia mempengaruhi 1,62 miliar orang atau sesuai dengan 24,8% dari populasi. (13) Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 terdapat 21,7% penduduk dengan kadar hemoglobin yang kurang dari batas normal dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan serta 18,4% lakilaki dan 23,9% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, 28,1% pada balita dengan kadar hemoglobin kurang dari 11,0 g/dl, anak usia 5-14 tahun (Hb kurang dari 12,0 g/dl) sebesar 26,4%, anak usia 15-24 (Hb kurang dari 12,0 g/dl) 18,4%, dan pada wanita hamil 37,1%. (14) Sementara itu untuk prevalensi anemia di wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada persentase 57,7% dengan ambang batas masalah anemia sebagai masalah kesehatan masyarakat > 20%. (15,16) Kadar hemoglobin rendah banyak dialami oleh kelompok remaja putri yang merupakan kelompok populasi rawan terhadap defisiensi gizi khususnya defisiensi zat besi. (17) Jumlah total besi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, dan 65% dari jumlah total zat 194

besi dalam tubuh tersebut dijumpai dalam bentuk hemoglobin. (9) Menurunnya tekanan parsial oksigen (PO 2 ) akibat tekanan barometrik yang turun pada wilayah pegunungan juga dapat mempengaruhi kurangnya kadar hemoglobin. (18) Hasil penelitian sebelumnya di wilayah pegunungan Kabupaten Semarang dan wilayah pesisir pantai Kota Semarang mengatakan bahwa prevalensi anemia masih cukup tinggi dengan angka di atas 20% yang merupakan ambang atas masalah kesehatan masyarakat untuk kasus anemia. (16) Namun prevalens kejadian anemia di wilayah pesisir pantai Kota Semarang ditemukan lebih tinggi (71,4%)dibandingkan prevalens anemia di wilayah pegunungan Kabupaten Semarang(50,8%). (19,20) Metode Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitianyang bersifat observasional dengandesain cross sectional. Penelitian inibertujuan untuk mengetahuigambaran status anemia pada remaja putri di wilayah pegunungan dan pesisir pantai. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Populasi target pada penelitian ini adalah siswi SMP Negeri Kecamatan Getasan dan Semarang Barat. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden untuk wilayah pegunungan yaitu SMP Negeri 1 Getasan dan 100 responden untuk wilayah pesisir pantai yaitu SMP Negeri 31 Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran. Untuk pengukuran kadar Hemoglobin menggunakan alat ukur kadar hemoglobin digital (hemoque). 195

HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden di Wilayah Pegunungan (SMP Negeri 1 Getasan) Karakteristik responden Frekuensi (%) Persentase (%) Usia 1. 11 tahun 2. 12 tahun 3. 13 tahun 4. 14 tahun 10 42 35 13 10,0 42,0 35,0 13,0 Pendidikan Ayah 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Perguruan Tinggi Pendidikan Ibu 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan Ayah 1. Buruh 2. Petani 3. PNS 4. Wirausaha 5. Swasta Pekerjaan Ibu 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja 4 49 32 13 2 2 43 38 16 1 24 49 3 9 15 77 23 4,0 49,0 32,0 13,0 2,0 2,0 43,0 38,0 16,0 1,0 24,0 49,0 3,0 9,0 15,0 77,0 23,0 196

Tabel 2 Karakteristik Responden di Wilayah Pesisir Pantai (SMP Negeri 31 Semarang) Karakteristik responden Frekuensi (%) Persentase (%) Status Anemia 1. Anemia (Hb <12 gr/dl) 2. Tidak Anemia (Hb 12 gr/dl) Usia 1. 11 tahun 2. 12 tahun 3. 13 tahun 4. 14 tahun Pendidikan Ayah 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Perguruan Tinggi Pendidikan Ibu 1. Tidak Tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SMP 4. Tamat SMA 5. Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan Ayah 1. Buruh 2. PNS 3. Wirausaha 4. Swasta Pekerjaan Ibu 1. Bekerja 2. Tidak Bekerja 56 44 3 37 50 10 2 12 21 52 11 6 23 28 40 3 22 27 1 66 48 52 56,0 44,0 3,0 37,0 50,0 10,0 2,0 12,0 21,0 52,0 11,0 6,0 23,0 28,0 40,0 3,0 22,0 27,0 1,0 66,0 48,0 52,0 197

B. Distribusi Frekuensi di Wilayah Pegunungan dan Pesisir Pantai Tabel 3 Distribusi Frekuensi Status Anemia di Wilayah Pegunungan (SMP Negeri 1 Getasan) Status Anemia Frekuensi (f) Persentase (%) Anemia 58 58,0 Tidak 42 42,0 Jumlah 100 100,0 Siswi SMP Negeri 1 Getasan yang memiliki status anemia sebanyak 58%, sedangkan siswa yang tidak berstatus miopi sebanyak 42%. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Status Anemia di Wilayah Pesisir pantai (SMP Negeri 31 Semarang) Status Anemia Frekuensi (f) Persentase (%) Anemia 56 56,0 Tidak 44 44,0 Jumlah 100 100,0 Siswi SMP Negeri 1 Getasan yang memiliki status anemia sebanyak 56%, sedangkan siswa yang tidak berstatus miopi sebanyak 44%. PEMBAHASAN Gambaran Status Anemia pada Remaja Putri di Wilayah Pegunungan dan Pesisir Pantai Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan pada darah. (21) Anemia didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi ketika jumlah sel darah merah atau hemoglobin yang merupakan protein pembawa oksigen dalam darah menjadi rendah, sehingga menyebabkan jaringan tubuh akan kekurangan darah yang kaya oksigen. (22) Secara laboratoris anemia dijabarkan sebagai kondisi penurunan kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hemaktokrit di bawah normal. (3,7) Anemia timbul jika kadar hemoglobin kurang dari yang diharapkan sesuai dengan usia dan jenis kelamin, dimana kadar hemoglobin saat kita lahir tinggi (20 gram/dl), tetapi menurun pada kehidupan tiga bulan pertama sampai angka terendah (10 gram/dl) sebelum meningkat kembali menjadi nilai dewasa normal (>12 gram/dl pada wanita dan >13 gram/dl pada pria). (23) Hemoglobin adalah jenis protein yang merupakan bagian dari sel darah merah yang kaya akan zat besi dan memberikan warna merah pada darah, serta memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen untuk membentuk oksihemoglobin di dalam sel darah merah yang akan dibawa dari paru-paru ke jaringanjaringan. (4,8) Status anemia di wilayah pegunungan lebih banyak dibandingkan dengan status anemia di wilayah pesisir pantai. Persentase anemia di wilayah pegunungan sebesar 58% sedangkan di wilayah pesisir pantai sebesar 56%. Rata-rata usia responden adalah 12 tahun untuk wilayah pegunungan dan 13 tahun untuk wilayah pesisir pantai. Sebagian besar orang tua responden di wilayah pegunungan bekerja sebagai petani sedangkan di wilayah pesisir pantai sebagian besar orang tua responden bekerja sebagai pekerja swasta. Penelitian sebelumnya menemukan adanya perbedaan prevalensi anemia pada wilayah pegunungan dan pesisir pantai. Penelitian yang dilakukan di SMK Swadaya Semarang Timur atau termasuk dalam wilayah pesisir pantai menemukan bahwa 71,4% dari 84 siswi 198

memiliki status anemia. (19) Sedangkan penelitian di SMK Perintis 29 Ungaran yang termasuk wilayah pegunungan, menemukan bahwa 50,8% siswi memiliki status anemia. (20) KESIMPULAN Status anemia pada remaja putri di wilayah pegunungan sebesar 58% sedangkan di wilayah pesisir pantai sebesar 56%. DAFTAR PUSTAKA 1. Mehta AB, Victor HA. At a Glance Hematologi. Edisi Kedu. Amalia S, Astikawati R, editors. Jakarta: Erlangga; 2008. 2. Citrakesumasari. Anemia Gizi Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta: Kalika; 2012. 1-67 p. 3. Bakta IM. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013. 4. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologis Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia; 2010. 5. Depkes RI. Data & informasi kesehatan [Internet]. Jakarta; 2006. Available http://www.depkes.go.id/resources /download/pusdatin/lainlain/glosarium-2006.pdf 6. Widyaningrum D. Studi Ekologi Hubungan Prevalensi Malaria, Konsumsi Makanan, dan Kemiskinan dengan Prevalensi Anemia pada Penduduk di Wilayah Perkotaan Indonesia Tahun 2007 (Analisis Data Riskesdas dan Susenas 2007. Universitas Indonesia; 2012. 7. Handayani W, Hariwibowo AS. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi [Internet]. Jakarta: Salemba Medika; 2008. Available https://books.google.co.id/books?i d=pwldwymh9k4c&printsec 8. Ide P. Diet Atkins [Internet]. Jakarta: Gramedia; 2007. Available https://books.google.co.id/books?i d=3zyo8mgxtwqc&printsec 9. Kristyan N. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian tablet besi (Fe) pada santri putri di pondok pesantren Al-Hidayah Kabupaten Grobogan [Internet]. Universitas Negeri Semarang; 2011. Available http://lib.unnes.ac.id/224/1/7018.p df 10. Ide P. Inner Healing In The Office [Internet]. Jakarta: Gramedia; 2007. Available https://books.google.co.id/books?i d=hjejkr9uzbyc&printsec 11. Utama TA, Listiana N, Susanti D. Perbandingan Zat Besi dengan dan Tanpa Vitamin C terhadap Kadar Hemoglobin Wanita Usia Subur Comparison Effect of Iron with and without Vitamin C to Age Hemoglobin Levels among Women of Reproductive Age. J Kesehat Masy Nas. 2013;7(8):344 8. 12. Pratiwi E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Siswi Mts Ciwandan Kota Cilegon Tahun 2015 [Internet]. UIN Syarif 199

Hidayatullah Jakarta; 2016. Available http://repository.uinjkt.ac.id//dspac e/handle/123456789/29680 13. WHO. Worldwide prevalence of anaemia. 2005; Available http://apps.who.int/iris/bitstream/1 0665/43894/1/9789241596657_en g.pdf 14. Kemenkes R. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta; 2013. 15. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Semarang; 2009. 16. Direktur Bina Gizi. ( RAPGM ) Tahun 2010-2014. In: Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat (RAPGM) Tahun 2010-2014 [Internet]. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2015. Available http://www.gizikia.depkes.go.id/ter bitan/rencana-aksi-pembinaan- gizi-masyarakat-rapgm-tahun- 2010-2014/?print=pdf 20. Yulaeka. Hubungan Status Gizi Dan Lama Menstruasi Dengan Kejadian Anemia Pada Siswi Di SMK Perintis 29 Ungaran Kabupaten Tahun 2015. Stikkes Ngudi Waluyo [Internet]. 2015; Available http://perpusnwu.web.id/karyailmia h/documents/4147.pdf 21. National Institutes of Health. Your Guide to Anemia. Your Guid to Anemia. 2011;2 48. 22. Cheryl D. The Iron Disorders Institute: Guide to Anemia. Naperville: Cumberland House; 2009. 23. Hayes PC, Mackay TW. Diagnosis dan Terapi [Internet]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1997. 249 p. Available https://books.google.co.id/books?i d=y7qg55rc_g0c&printsec 17. Harmawati. Pengaruh konsumsi telur dan suplemen zat besi dalam meningkatkan kadar hemoglobin pada remaja putri. Universitas Hasanuddin; 2009. 18. Windsor JS, Rodway GW. Heights and Hematology: The Story of Hemoglobin at Altitude. 2007;83:148 51. 19. Mariana W, Khafidhoh N. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMK Swadaya Wilayah Kerja Puskesmas Karangdoro Kota Semarang Tahun 2013. J Kebidanan. 2013;2(4):35 42. 200