BAB II KAJIAN TEORI. dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Disusun untuk Praktik Pengalaman Lapangan di SDN Percobaan 2

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatihan soal 12.4

Fungsi Sistem Pencernaan Pada Manusia

Bab. Peta Konsep. Gambar 3.1 Orang sedang makan. Mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus. terdiri dari. Saluran Pencernaan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada. beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum.

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.2

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

BAB II LANDASAN TEORI

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

Sistem Pencernaan Manusia

PENGERTIAN ILMU GIZI

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

3. Perhatikan gambar di bawah ini!

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLATIHAN SOAL BAB 16. Biasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Pembahasan Video : :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Sistem Pencernaan Manusia

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

SISTEM PENCERNAAN MANUSIA. Oleh. Sabila Nur Amalina. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

PROSES PENCERNAAN SECARA MEKANIK DAN KIMIAWI

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN PADA MANUSIA

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.4

Rongga Mulut. rongga-mulut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

Aas Asiah Instansi : Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

SURAT KETERANGAN. NIP : Unit Kerja : SD Negeri Pesalakan 02

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

SET 13 TUBUH MANUSIA 2 (SISTEM PENCERNAAN) Karbohidrat - Beras - Gandum - Jagung - Sagu. Lemak - Keju - Mentega - Minyak Kelapa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan hidup, baik yang bersifat manual, mental maupun sosial. Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB II LANDASAN TEORI

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II LANDASAN TEORI. konsep baru. Penerapan pendekatan kontekstual di kelas-kelas yang diselenggarakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL PADA MATERI PEMBELAJARAN ATURAN SINUS DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI MAN TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan salah satu media untuk mendapatkan sumber daya manusia

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN IPA. Dr. RAMLAWATI, M.Si. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendekatan Kontekstual 1. Pengertian Pendekatan Kontekstual Pengertian pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 1 Berangkat dari konsep ini diharapkan hasil pembelajaran akan lebih bermakna. Proses pembelajarannya akan berlangsung secara alamiah dalam kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa. 2 Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, tentu saja diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan mengalami sendiri (learning to do), dan bahkan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap informasi yang disampaikan guru. 3 Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang bersifat lebih konkret (terkait dalam 1 Masito dan Laksmi Dewi,Strategi pembelajaran,(surabaya:program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan pendidikan Agama Islam (PAI)pada sekolah,tt),258. 2 Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rajawali Pers,2010),222. 3 Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru,(Jakarta:Rajawali pers,2011),189.

kehidupan nyata)melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekadar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. 4 Pembelajaran dan pengajaran kontekstual, sebagai sistem mengajar, didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi dan konteknya. Konteks memberikan makna pada isi. Semakin banyak yang ditemukan siswa dalam konteks yang luas semakin bermaknalah isinya bagi mereka. Jadi sebagian besar tugas guru adalah menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Mampu mengerti makna dari pengetahuan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan. 5 Dalam kelas kontekstual guru membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi tugas guru adalah mengelola kelas agar siswa menjadi kondusif untuk belajar siswa. Jadi pengetahuan dan ketrampilan itu ditemukan oleh siswa sendiri, bukan apa kata guru. Dalam pembelajaran kontekstual ini ada motto : Student lear best by actively constructing their own understanding (cara belajar terbaik adalah siswa mengkonstruksikan sendiri secara aktif pemahamannya). 6 4 Rusman,Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,190. 5 Elaine B. Johnson(terjmh), Contextual Teaching and Learning,(Bandung:Mizan Learning Center,2007),35. 6 Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar,223.

Menurut Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd mengatakan ada tiga konsep pembelajaran kontekstual yang harus di pahami : 1. Kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. 2. Kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang di pelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa di tuntut untuk menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. 3. Kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang di pelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 7 Oleh sebab itu, melalui model pembelajaran kontekstual, mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru ke siswa dengan menghafal sejumlah konsepkonsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada upaya memfasilitasisiswa untuk mencari kemampuan bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya. 8 Pendekatan kontekstual memiliki karakteristik tersendiri. 9 Adapun karakteristik pendekatan kontekstual adalah : kerjasama, saling menunjang, menyenangkan atau mengasyikkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran dengan terintegrasi dan menggunakan berbagai sumber siswa aktif. 10 7 Wina Sanjaya,Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Jakarta:Kencana Prenada Media Group,2011),109-110. 8 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru,190. 9 Masyitoh, dan Laksmi Dewi, Strategi pembelajaran, 260. 10 Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif,110.

2. Penerapan pendekatan kontestual dikelas Sebagaiamana yang dikutip oleh Trianto 11 menjelaskan bahwa kontekstual mempunyai tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (construtivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Ringkasan penjelasan komponen utama tersebut adalah : a. Konstruktivisme (construtivism) Konstruktivisme (construktivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. 12 Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu infirmasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar itu pembelajaran harus dikemas mejadi proses mengkronstruksi bukan menerima pengetahuan. Landasan berfikir 11 Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif,111. 12 Dra. Masyitoh dan Laksmi Dewi,Strategi pembelajaran,260.

kontruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan : 1. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relefan bagi siswa, 2. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan 3. Menyadarakan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. 13 b. Menemukan ( inquiri ) Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Kata kunci dari strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri. Langkah-langkah kegiatan menemukan adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan masalah. 2. Mengamatis atau melakukan observasi. 3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, 13 Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif, 113.

bagan, tabel, dan karya lainnya. 4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. 14 c. Bertanya (questioning) Belajar pada hakekatnya bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang berfikir. 15 Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Questioning (bertanya) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa aspek yang belum diketahuinya. 16 Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan menumbuhkan dorongan untuk bertanya. 17 14 Trianto,Mendesain, 114-115. 15 Wina Sanjaya,Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,120. 16 Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif, 115. 17 Trianto,Mendesain, 116.

d. Masyarakat belajar (learning community) Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing dengan orang lain, antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman berbagi pengalamannya pada orang lain. Inilah hakikat dari masyarakat belajar, masyarakat yang saling membagi. 18 Dalam kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Masyarakat Belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasinya yang diperlikan dari teman belajarnya. 19 Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari. Metode pembelajaran dengan teknik learning community ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. 20 18 Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,120-121. 19 Trianto,Mendesain, 116-117. 20 Trianto, Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif,117.

e. Pemodelan (modeling) Komponen kontekstual selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pendekatan kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Model juga dapat didatangkan dari luar yang ahli dibidangnya, misalnya mencari perawat untuk memodelkan cara menggunakan thermometer untuk mengukur suhu tubuh pasiennya. f. Refleksi (reflection) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswadiberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be). 21 Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap gejala yang muncul kemudian. Kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada dunia nyata yang dihadapinya akan mudah 21 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru,197.

diaktualisasikan manakala pengalaman belajar itu telah terinternalisasi dalam setiap jiwa siswa dan disinilah pentingnya menerapkan unsur refleksi pada setiap pembelajaran. 22 Kunci dari semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap dibenak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa : 1. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang di perolehnya hari itu; 2. Catatan atau jurnal dibuku siswa; 3. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu; 4. Diskusi ; dan 5. Hasil karya 23. g. Penilaian yang sebenarnya (authentic assesment) Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. 24 Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka semakin akurat pula pemahan guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa. 25 Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada 22 Rusman, Model-Model Pembelajaran,197. 23 Trianto,Mendesain, 118 24 Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesinalisme Guru,197 25 Rusman, Model-Model Pembelajaran,197-198.

upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learing how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. 26 Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melalui hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performance) yang diperoleh siswa. Penilaian tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. 27 B. Ketuntasan Belajar Belajar tuntas merupakan strategi pembelajaran yang dapat dilaksanakan dikelas, dengan asumsi bahwa didalam kondisi yang tepat semua peserta didik agar mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang ditetapkan. 28 Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehingga seluruh peserta 26 Sardiman,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:Rajawalipress,2010),227,228. 27 Sardiman,Interaksi dan Motivasi,228. 28 Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Bandung:Rosdakarya,2004),53.

didik dapat mencapai tujuan dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas). 29 Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari keseluruhan tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada dikelas tersebut. 30 Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. 31 Batas ketuntasan yang berlaku dan disepakati dari pihak madrasah tentang siswa di MI AL- FALAH Sambungrejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai skor 80 ( 80 % ) dari tuntas belajar minimal. 29 Mulyasa,Kurikulum Berbasis Kompetensi,53. 30 Mulyasa,Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,(Bandung:Rosdakarya,2007),254. 31 Depdiknas, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah,(Jakarta:BSNP,2006),12

B. Materi Pelajaran 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Sejak peradaban manusia, orang telah berusaha untuk mendapatkan sesuatu dari alam sekitarnya. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu penetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris sience. Kata sience sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. 32 Menurut Marsetio Dono sepoetro yang dikutip oleh Trianto mengatakan Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah. Selain itu, IPA dipandang sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur. Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah atau bahan bacaan pengetahuan. Sebagai prosedur adalah metodologi yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang lazim disebut metode ilmiah(scientific method). Dengan demikian, smakin jelaslah bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada ketrampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun kosep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Untutk itu perlu dikembangkan sutu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau 32 Trianto,Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi, Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),(Jakarta:Bumi Aksara, 2012),136.

menerapakan sendiri idenya. 33 2. Alat-Alat Pencernaan Pada Manusia. Pada makhluk hidup proses pencernaan makanan melalui alat-alat pencernaan makanan. 34 Alat pencernaan pada manusia terdiri atas rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar dan anus. 35 Alat pencernaan makanan itu kita pelajari satu per satu berikut ini : gambar 1 a. Rongga Mulut Proses pencernaan pertama kali terjadi didalam rongga mulut. Didalam rongga mulut, makanan dikunyah dengan dihancurkan oleh gigi, dibantu oleh lidah. Dalam rongga mulut juga ada enzim yang membantu pencernaan yaitu enzim amylase. Gigi manusia terdiri dari atas gigi seri, gigi 33 Trianto,Model Pembelajaran Terpadu,143. 34 E. kuraesin,dkk,belajar Sains 5,(Bandung:Balai Pustaka,2004),11. 35 S Rositawaty dan Aris Muharam,Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,(Sidoarjo:Champion Smart,2008),10.

taring, dan gigi geraham. 36 Gambar 2 Sesuai dengan fungsinya ada 3 macam gigi, yaitu: gigi seri, gigi taring, dan gigi geraham, adapun susunan gigi tersebut : a. Gigi seri berfungsi mencengkeram dan memotong makanan b. Gigi taring berbentuk lancip dan runcing berfungsi untuk menusuk dan mengoyak makanan. c. Gigi geraham berbentuk rata bergerigi, berfungsi untuk mengunyah makanan. 37 Gambar 3 36 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar,10 37 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,10-11.

Gigi terdiri atas tiga bagian, yaitu mahkota gigi, leher gigi, dan akar gigi. Bagian paling liar mahkota gigi dilapisi oleh Email. Didalam pulpa terdapat pembuluh darah dan saraf. Bagian akar gigi tertanam dalam tulang rahang yang ditutupi gusi. Jumlah gigi anak-anak dan orang dewasa berbeda. Pada anak-anak berjumlah 20 buah terdiri dari 8 gigi seri, 4 gigi taring, dan 8 gigi geraham.gigi orang dewasa berjumlah 32. Masing-masing 8 gigi seri, 4gigi taring, dan 20 gigi geraham. 38 Lidah juga membantu pencernaan makanan di dalam mulut. Dengan adanya lidah, dapat mengecap rasanya manis, asin, asam, dan pahit. Lidah berfungsi dalam membantu proses menelan dan pencampuran makanan dalam mulut. 39 Didalam mulut terdapat enzim untuk membantu pencernaan. Enzim tersebut dihasilkan dari kelenjar ludah. Enzimnya disebut amilase. Enzim amilase berfungsi untuk mengubah zat tepung (amilum) menjadizat gula. Itulah sebabnya mengapa nasi (mengandung amilum) yang kita kunyah lama kelamaan terasa manis. b. Kerongkongan Setelah dicerna di mulut, makanan akan masuk ke dalam kerongkongan. Makanan didorong oleh otot kerongkongan menuju lambung. 38 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,11. 39 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar,12.

Gerak otot ini disebut gerak peristaltik. Gerak peristaltik inilah menyebabkan makanan terdorong hingga masuk kelambung. Dipangkal leher, terdapat dua saluran, yaitu batang tenggorokan dan kerongkongan. Batang tenggorokan merupakan saluran pernapasan, sedangkan kerongkongan merupakan saluran makanan. Kedua saluran ini dipisahkan oleh katup. Jika sedang makan, katup akan menutup. Jika bernapas, katup akan terbuka. 40 gambar 4 c. Lambung Dari kerongkongan, makanan masuk ke lambung. Di dalam lambung, makanan dicerna secara kimiawi dengan bantuan enzim yang disebut pepsin. Pepsin berperan mengubah protein menjadi pepton. Di dalam lambung terdapat asam klorida yang menyebabkan lambung menjadi asam. Asam klorida berfungsi membunuh kuman penyakit dan mengaktifkan pepsin ketika 40 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar,12-13

proses pencernaan terjadi di lambung, otot-otot dinding lambung berkontraksi. Hal tersebut menyebabkan makanan akan tercampur dan teraduk dengan enzim serta asam klorida. Secara bertahap, makanan akan menjadi berbentuk bubur. Kemudian, makanan yang telah mengalami pencernaan akan bergerak sedikit demi sedikit kedalam usus halus. 41 Getah lambung mengandung asam dan enzim berikut ini : a. Enzim pepsin berfungsi mengubah protein menjadi pepton. b. Enzim renin berfungsi mengendapakan protein susu menjadi kasein. c. Asam klorida berfungsi membunuh kuman dan mengasamkan makanan. Gambar 5 d. Usus Halus Usus merupakan tempat pencernaan dan penyerapan nutrisi. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu usus dua belas jari, usus kosong, dan usus penyerap. Didalam usus halus terdapat dua proses pencernaan, yaitu pencernaan secara kimiawi dan proses penyerapan makanan. Didalam usus dua belas jari, terjadi pencernaan makanan dengan bantuan getah pankreas. 42 41 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,13. 42 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,13-14.

Getah pankreas mengandung enzim-enzim berikut ini : 1. Enzim amylase, berfungsi untuk mengubah zat tepung (amilum) menjadi zat gula. 2. Enzim tripsin, berfungsi mengubah protein menjadi asam amino. 3. Enzim lipase, berfungsi mengubah lemak menjadi asam lemak. Usus kosong terdapat antara usus dua belas jari dan usus penyerapan. Didalam usus kosongterjadi pula prosespencernaan secara kimiawi. Usus kosong memiliki dinding yang dapat menghasilkan getah pencernaan. Usus penyerapan adalah tempat penyerapan sari-sari makanan. Sari makanan adalah makanan yang telah dicerna secara sempurna. Didalam usus penyerapan terdapat bagian yang disebut vili. Vili banyak mengandung pembuluh darah. Vili inilah yang dapat menyerap sari-sari makanan. 43 Gambar 6 43 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar,14.

e. Usus Besar Setelah melewati usus halus, sisa makanan masuk kedalam usus besar. Usus besar terbagi atas usus besar naik, usus besar lintang dan usus besar turun. Menghubungkan usus halus dan pelepasan (anus). Didalam usus besar hanya terjadi penyerapan air. Tidak terjadi lagi pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. 44 Didalam usus besar, sisa makanan mengalami pembusukan pembusukan ini dibantu oleh bakteri Eschrichia coli. Air dan garam mineral dari sisa makanan tersebut, akan diserap oleh usus kembali. Setelah itu, sisa makanan dikeluarkan melalui anus dalam bentuk tinja(feses). 45 Gambar 7 f. Pelepas (anus) Anus sebagai pelepasan sisa makanan. 46 Sisa pencernaan dari usus besar dikeluarkan melalui anus. Bahan padat hasil pembusukan dikeluarkan sebagai 44 Syamsul hidayat,rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap(RPAL),(Surabaya:Apollo Lestari,TT),83. 45 S Rositawaty dan Aris Muharam, Senang Belajar Ilmu Pengetahuan Alam kelas V,14-15. 46 Syamsul hidayat,rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap(RPAL),83.

tinja dan gas. Gas dikeluarkan berupa kentut. Sisa pencernaan yang berupa cairan disalurkan dan disaring dalam ginjal. Cairan yang tidak berguna dikeluarkan melalui lubang kemih berupa air seni. 47 C. Penerapan Pembelajaran Dengan Pendekatan Kontekstual Tahap-tahap pembelajaran dengan pendekatan kontekstual meliputi : I. Pendahuluan Pada tahap pendahuluan aktivitas yang dilakukan oleh guru adalah mengorientasikan siswa pada masalah. Guru mengorientasikan siswa pada masalah dengan cara menyampaikan indikator pembelajaran, mengingatkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa, dan memotivasi siswa. Pada tahap ini keterampilan kontekstual yang diterapkan adalah refleksi dan masyarakat belajar. II. Kegiatan Inti Pada kegiatan inti aktivitas yang dilakukan oleh guru yang pertama adalah mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru mengorganisasikan untuk belajar dengan cara mengorganisasikan siswa dalam kelompok, meminta siswa untuk membaca dan memahami masalah dalam lembar kerja siswa, dan meminta siswa untuk menjelaskan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah dalam lembar kerja siswa. 47 Tim Penyusun Lks.Ilmu pengetahuan Alam,( Surabaya:Pustaka Bengawan,tth),17.

Yang kedua adalah membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru pembimbing penyelidikan individual maupun dengan cara meminta siswa untuk menyelesaikan masalah secara berkelompok dan mengawasi kerja kelompok serta memberi bantuan bila ada yang mengalami kesulitan. Yang ketiga adalah membimbing siswa untuk mengembangkan dan menyajikan pemecahan masalah. Guru membimbing siswa untuk mengembangkan dan menyajikan pemecahan masalah dengan cara meminta perwakilan beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan memberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan tanggapan. Yang keempat adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara memberikan pertanyaan kepada beberapa siswa tentang langkah-langkah dalam menemukan konsep. Pada tahap ini keterampilan kontekstual yang diterapkan adalah refleksi, konstruktivisme, inkuiri, bertanya, pemodelan, masyarakat belajar, dan penilaian sebenarnya. III. Penutup Pada tahap penutup aktivitas yang dilakukan guru membimbing siswa membuat latihan pembelajaran dan rangkuman agar siswa memahami mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan pokok bahasan

alat alat pencernaan pada manusia pada MI AL- FALAH SambungrejoKecamatan Sukodono Sidoarjo.