Dewi Ratnawati, Riris Andono Ahmad, Firdaus Hafidz, Dibyo Pramono

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perangkat untuk memperkirakan biaya yang dikeluarkan pasien

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

Penjelasan Kuesioner. Perangkat untuk memperkirakan biaya yang dikeluarkan pasien

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BLORA 2015

BAB I PENDAHULUAN. penggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN STRATEGI DOTS DI RUMAH SAKIT HBS MODUL F HDL 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I. Treatment, Short-course chemotherapy)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikendalikan atau dicegah (diperlambat). Diabetes mellitus adalah penyakit metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. register status pasien. Berdasarkan register pasien yang ada dapat diketahui status pasien

Dikembangkan dari publikasi di JMPK yang ditulis oleh Alex Prasudi 1 dan Adi Utarini 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS merupakan. lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan Program Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional pendekatan retrospektif. Studi cross sectional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

Kepada Yth Saudara/i Responden penelitian Di tempat

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMANFAATAN HASIL RISET

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 51

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

NILAI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS SPUTUM BTA PADA PASIEN KLINIS TUBERKULOSIS PARU DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

MATRIKS BUKU I RKP TAHUN 2011

: Sekretaris Daerah Kota Medan

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang atau individu mampu untuk hidup produktif dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan harta yang dimiliki hanya untuk mendapatkan kesehatan, sehingga. memunculkan ungkapan bahwa sehat itu mahal.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki era reformasi yang ditandai. dengan berbagai perubahan di segala bidang khususnya dalam

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

Transkripsi:

Dewi Ratnawati, Riris Andono Ahmad, Firdaus Hafidz, Dibyo Pramono

TB masih menjadi masalah besar kesehatan dunia penyakit menular pembunuh terbesar ke-2 setelah HIV/AIDS Indonesia : ranking ke-3 dunia setelah India & China (prevalensi TB : 272 per 100.000 penduduk) TB di Kulon Progo : menyerang semua kelompok umur, persentase kasus tertinggi : produktif CNR, angka kesembuhan di bawah target angka kematian 3 tahun berturut-turut meningkat 2

Kemajuan program pengendalian TB : perlu dana yang memadai dan berkelanjutan Meskipun biaya diagnosis dan pengobatan dijamin program, pasien dan keluarga : biaya Kulon Progo : Jamkesda sejak 2009 namun kemungkinan pasien masih mengeluarkan biaya selama diagnosis dan pengobatan - Belum ada informasi biaya langsung dan tidak langsung pasien Pasien menghadapi kendala finansial. Biaya langsung dan tidak langsung meningkat, pendapatan berkurang karena tidak bekerja 3

Mengukur biaya langsung dan tidak langsung pasien TB di Kab. KP Mengetahui komponen biaya yang paling besar pada pasien TB di Kab. KP Mengetahui strategi mengatasi biaya pada pasien TB di Kab. KP 4

Penelitian : deskriptif & analitik - cross sectional Tempat : Kab. Kulon Progo, DIY Subyek : Populasi : semua pasien yang melakukan diagnosis dan pengobatan TB pada 25 (dua puluh lima) faskes di Kab. KP Sampel : Fase diagnosis : Pasien yang telah terdiagnosis s.d maks 6 bulan dari diagnosis Fase pengobatan : Pasien selesai pengobatan lengkapa s.d maks 6 bulan dari pengobatan lengkap 5

Kriteria : Pasien TB kasus baru usia 15 th bukan pasien TB pindahan bukan pasien MDR TB tidak berasal dari luar kabupaten Instrumen Penelitian Kuesioner : Tools to Estimate Patient s Costs Pengambilan data lapangan oleh petugas TB yang telah mendapatkan pelatihan analisis data : program komputer 6

Karakteristik Pasien TB Diagnosis (n=72) Pengobatan (n=73) N % N % Jenis kelamin Laki-laki 41 56,9 36 49,3 Perempuan 31 43,1 37 50,7 Umur 15 24 16 22,2 10 13,7 Rawat inap 25 34 7 9,7 13 17,8 35 44 12 16,7 16 21,9 45 54 13 18,1 10 13,7 55 64 10 13,9 12 16,4 > 64 14 19,4 12 16,4 Rata-rata 46,3 (17 86) 44,9 (17 85) Pasien dengan rawat inap 27 15 Rata-rata lama rawat inap 7

Karakteristik Pasien TB Diagnosis (n=72) Pengobatan (n=73) N % N % Tipe TB Smear paru (+) 48 66,7 56 76,7 Smear paru (-) 13 18,1 11 15,1 Ekstra paru 11 15,3 6 8,2 Status HIV Positif 1 1,4 1 1,4 Negatif 4 5,6 6 8,2 Tidak dites 52 49 Tidak tertulis di kartu 15 17 Pendapatan keluarga per bulan Rata-rata (min-max) 1.970.097 1.787. 370 (100.000 9.500.000) (200.000 7.500.000) Pendapatan < Rp. 1.069.000 22 25 Pendapatan Rp. 1.069.000 50 48 8

Perilaku Pencarian Pengobatan n % Fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi Puskesmas 23 31,9 Dokter praktek swasta 16 BP4 4 5,6 RS swasta / klinik 13 RSUD 6 8,3 Lainnya 10 Kategori fasilitas kesehatan pertama yang dikunjungi DOTS 36 Non DOTS 36 50,0 Kunjungan ke pengobat tradisional Ya 6 8,3 Tidak 66 91,7 9

Perilaku Pencarian Pengobatan n % Lama perjalanan ke faskes terdekat 0 0.25 jam 40 0.26 0.50 jam 24 33,3 0.51 0.75 jam 3 4,2 0.76 1 jam 4 5,6 Rata-rata Rata-rata penundaan pengobatan (minggu) 7,29 Rata-rata jumlah kunjungan sblm didiagnosis 5,65 10

Jenis Biaya Fase Diagnosis (n=72) Fase Pengobatan (n=73) rata-rata range % rata-rata range % Biaya langsung 2.102.302 (35.000-26.365.000) 83,79 1.496.026 (30.000-22.117.500) 79,47 Biaya medis langsung 1.203.563 (12.000-22.400.000) 441.122 (0-15.217.500) 23,43 Biaya non medis langsung 898.739 (13.500-21.585.000) 35,82 1.054.904 (30.000-6.900.000) Biaya tidak langsung 406.579 (0-9.256.333) 16,21 386.369 (0-3.650.133) 20,53 Total biaya 2.508.881 (37.000-35.166.333) 100,00 1.882.395 (110.781-22.477.666) 100,00 11

Biaya Langsung Fase Diagnosis (n=72) Fase pengobatan (n=73) rata-rata range % rata-rata range % Biaya medis (12.000-1.203.563 langsung 22.400.000) 57,25 441.122 (0-15.217.500) 29,49 Biaya selama (12.000-595.772 diagnosis 11.200.000) 28,34 administrasi 204.526 (0-3.440.800) 9,78 tes lab. 36.510 (0-1.008.000) 1,74 x-ray 37.458 (0-300.000) 1,78 obat-obatan 317.278 (0-6.720.000) 15,09 Pengambilan obat 14.219 (0-300.000) 0,95 administrasi 14.219 (0-300.000) 0,95 Pemeriksaan (follow up) 127.759 (0-2.265.000) 8,54 jasa 25.644 (0-960.000) 1,71 sputum/lab 25.430 (0-400.000) 1,70 x-ray 34.247 (0-575.000) 2,29 obat-obatan TB 30.452 (0-600.000) 2,04 obat-obatan lain 11.986 (0-400.000) 0,80 Biaya rawat inap 607.792 (0-11.200.000) 28,91 299.144 (0-14.327.500) 20,00 12

Biaya Langsung Biaya non medis langsung Fase Diagnosis (n=72) Fase pengobatan (n=73) rata-rata range % rata-rata range % (13.500- (30.000-898.739 42,75 1.054.904 70,51 21.585.000) 6.900.000) Biaya selama diagnosis 149.854 (3.000-1.030.500) 7,13 perjalanan 96.007 (3.000-580.000) 4,57 makanan 41.764 (0-635.000) 1,99 akomodasi 12.083 (0-600.000) 0,57 Pengambilan obat 394.089 (0-4.800.000) 36,34 perjalanan 236.651 (0-3.600.000) 15,82 makanan 127.110 (0-1.200.000) 8,50 akomodasi 30.329 (0-1.200.000) 2,03 Pemeriksaan (follow up) 27.966 (0-600.000) 1,87 perjalanan 24.541 (0-600.000) 1,64 makanan 3.425 (0-250.000) 0,23 Biaya rawat inap 230.486 (0-4.000.000) 10,96 93.562 (0-1.680.000) 6,25 Tambahan makanan 518.399 (0-2.000.000) 24,66 539.288 (0-5.000.000) 36,05 T o t a l 2.102.302 (35.000-26.365.000) 100,00 1.496.026 (30.000-22.117.500) 100,00 13

Biaya Medis Langsung selama Rawat Inap Fase Diagnosis (n=27) Fase Pengobatan (n=15) n rata-rata range n rata-rata range Pasien TB 27 1.620.778 (0-11.200.000) 15 1.455.833 (0-14.327.500) Miskin 10 1.314.333 (0-8.000.000) 7 206.429 (0-1.000.000) 17 1.525.412 (0-11.200.000) 8 2.549.063 Nonmiskin (30.000-14.327.500) 14

Biaya Tidak Langsung Fase Diagnosis (n=72) Rata-rata (range) Fase Pengobatan (n=73) Rata-rata (range) Pasien 299.262 (0-7.708.333) 292.180 (0-2.223.333) Selama diagnosis 109.748 (0-1.200.000) Pengambilan obat 258.075 (0-83.333) Pemeriksaan selama pengobatan (follow up) 8.987 (0-83.333) Rawat inap 189.514 (0-7.166.666) 25.118 (0-640.000) Pengantar/Pendamping 107.317 (0-1.650.000) 94.189 (0-1.426.800) Selama diagnosis 44.410 (0-560.000) 78.781 (0-1.350.000) Rawat inap 62.907 (0-1.548.000) 15.408 (0-560.000) Total 406.579 (0-9.256.333) 386.369 (0-3.650.133) 15

Strategi mengatasi biaya Diagnosis (n=72) Pengobatan (n=73) n % N % Asuransi kesehatan : Jamkesda 33 45,8 33 45,2 Menyatakan memiliki asuransi 8 11,1 11 15,1 Menyatakan tidak memiliki 25 34,7 22 30,1 JKN 39 54,2 40 54,8 Askes PNS 8 11,1 4 5,5 Jamsostek 3 4,2 3 4,1 Jamkesmas/PBI 28 38,9 33 45,2 Pasien menerima penggantian biaya kes. 2 2,8 1 1,4 Pasien menerima bantuan/sumbangan 31 43,1 23 31,5 Pasien melakukan pinjaman 9 12,5 14 19,2 Pasien yang menjual properti 5 6,9 8 11,0 16

Biaya dan Strategi Mengatasi Biaya Fase Diagnosis (n=72) Fase Pengobatan (n=73) rata-rata range rata-rata range Biaya dengan adanya asuransi 2.487.006 (37.000-35.166.333) 1.874.586 (110.781-22.477.666) Sumbangan 461.389 (0-5.000.000) 317.123 (0-3.750.000) Biaya dikurangi sumbangan 2.025.618 (-1.527.084-31.416.333) 1.557.463 (-2.662.000-19.477.666) 17

Rerata pengeluaran biaya pasien TB : fase diagnosis : Rp. 2.508.881,00 Rerata biaya langsung : Rp. 2.102.302,00 Rerata biaya tidak langsung : Rp. 406.579,00 fase pengobatan : Rp. 1.882.395,00 Rerata biaya langsung : Rp. 1.496.026,00 Rerata biaya tidak langsung : Rp. 386.369,00 Komponen biaya yang paling besar fase diagnosis : biaya medis langsung, biaya rawat inap diikuti biaya medis selama diagnosis dan biaya tambahan makanan fase pengobatan : biaya non medis langsung, biaya tambahan makanan diikuti biaya perjalanan dan biaya medis rawat inap 18

Strategi mengatasi masalah biaya : asuransi, sumbangan, dan melakukan pinjaman / menjual aset. Pembebasan biaya pengobatan dan pemberian jaminan kesehatan belum dapat membebaskan pasien TB dari pengeluaran biaya yang tinggi. 19