BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

HUBUNGAN IMT PADA DM TIPE II DENGAN KEJADIAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA WANITA USIA SUBUR (15-49 TAHUN) DI PUSKESMAS BROMO MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

BAB V HASIL PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

Gambar Kerangka pemikiran hubungan faktor gaya hidup dengan kegemuka pada orang dewasa di Provinsi Sulawesi Utara, DKI Jakarta, dan Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti jantung koroner dan stroke sekarang ini banyak terjadi

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RSUD Dr. MOEWARDI

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. negara maju dan negara sedang berkembang. Penyakit Jantung Koroner (PJK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

Karakteristik Umum Responden

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 e-issn : p-issn :

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit Umum Daerah Prof. DR. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

AYU CANDRA RAHMAWATI J

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian a. Kondisi Puskesmas Tapa Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas tanah ± 1.840M 2, dan luas bangunan Puskesmas 419M 2 yang terdiri dari: 1) Ruang periksa (poliklinik) 2) Ruang kartu 3) Ruang administrasi 4) Ruang imunisasi 5) Ruang poli gigi 6) Ruang KIA/KB 7) Ruang gizi 8) Ruang kepala puskesmas 9) Ruang apotik 10) Ruang gudang obat 11) Ruang gudang logistik 12) Ruang laboratorium

Sebagian besar wilayah Puskesmas Tapa merupakan wilayah pemukiman penduduk dengan jumlah rumah pada tahun 2007 sebanyak 3.662 rumah. b. Kondisi Geografis Puskesmas Tapa terletak di Kecamatan Tapa dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan wilayah puskesmas Bolango Utara 2) Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Puskesmas Tilongkabila 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Puskesmas Wongkaditi 4) Selebah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bulango Utara c. Kondisi demografis Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Tapa tahun 2012 sebanyak 19.527 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 5.635 KK. Penduduk Kecamatan Tapa sebagian besar berpendidikan SD sampai dengan SLTA, sedangkan mata pencaharian penduduk sebagian besar adalah petani, PNS dan wiraswasta. 4.1.2 Karateristik Responden Setelah dilakukan pengumpulan data melalui pengedaran angket kepada responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Tapa yang terdaftar sebagai pasien hipertensi di Puskesmas Tapa yang berjumlah 111 orang, langkah berikutnya adalah melakukan pengolahan data agar data yang

masih terkesan bertebaran dapat disusun sehingga lebih mudah dimanfaatkan dalam analisis oleh alat analisisnya untuk menjawab tujuan penelitian. Data dianalisa menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk tabulasi, dengan cara memasukkan seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif yang digunakan untuk melaporkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase (%) dari masing-masing item. Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian (Notoadmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Data univariat dalam penelitian ini berupa karakteristik responden yang meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan, obesitas, dan hipertensi. Dalam penelitian ini data univariat akan digambarkan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 4.1 Data Univariat N o Variabel Kategori Frekuensi % 1 Jenis Kelamin - Laki-Laki 23 20% - Perempuan 88 79% 2 Umur - 20-40 Tahun 75 67% - 41-60 tahun 36 32% 3 Pekerjaan - Bekerja 36 32% - Tidak bekerja 75 67% Obesitas - Obesitas Tingkat 1 42 37,8% 4 - Obesitas Tingkat 2 - Obesitas Tingkat 3 59 10 53,2% 9,0% 5 Hipertensi - Hipertensi 76 68% - Tidak Hipertensi 35 31% Sumber Data Primer 2013 a. Data Jenis Kelamin Responden Berdasarkan dengan data pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 orang responden ternyata perempuan paling banyak yang obesitas yakni berjumlah 88 orang (79%) sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki dan obesitas hanya berjumlah 23 orang (20%). b. Data Umur Responden Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 responden yang obesitas sebagian besar berumur antara 20-40 tahun yakni berjumlah 75 orang (67%), sedangkan yang berumur 41-60 tahun hanya berjumlah 36 orang (32%).

c. Data Pekerjaan Responden Berdasarkan data tabel 4.1 di atas maka dapat dikatakan bahwa dari 111 responden yang dijadikan sampel yang paling banyak tidak bekerja yakni berjumlah 75 orang (67%) sedangkan yang bekerja berjumlah 36 orang (32%) d. Data Tingkat Obesitas Responden Berdasarkan data yang ditampilkan pada tabel 4.1 di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 responden yang dijadikan sampel ternyata saat dilakukan pemeriksaan terdapat 42 orang (37,8%) yang obesitas Tingkat 1, sebanyak 59 orang (53,2%) yang obesitas tingkat 2 dan sebanyak 10 orang (9,0%) yang obesitas tingkat 3. e. Data Tingkat Kejadian Hipertensi Responden Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas dapat dikatakan bahwa dari 111 responden ternyata yang mengalami kejadian hipertensi berjumlah 76 orang (68%) sedangkan yang tidak hipertensi berjumlah 35orang (31%). 4.1.3 Hasil Analisa Statistik Analisis bivariat adalah analisis secara simultan dari dua variabel. Hal ini biasanya dilakukan untuk melihat apakah satu variabel obesitas terkait dengan variabel tingkat hipertensi pasien. Analisis bivariat menggunakan tabel silang untuk menganalisis perbedaan atau hubungan antara dua variabel.

Menguji ada tidaknya perbedaan/hubungan antara variabel obesitas dengan variabel hipertensi pasien digunakan analisis chi square, dengan tingkat kemaknaan α=0,05. Hasil yang diperoleh pada analisis chi square, dengan menggunakan program SPSS yaitu nilai p, kemudian dibandingkan dengan α=0,05. Apabila nilai p < dari α=0,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara dua variabel terseaut (Agung, 1993 ). Berikut ini akan ditampilkan analisa data bivariat antara obesitas dengan kejadan hipertensi. Dari hasil analisa diperoleh data sebagai berikut. Tabel 4.2 Data Bivariat Kejadian Obesitas Kejadian Hipertensi Total Chi- Asymp. Tidak Hipertensi Hipertensi Square Sig N % N % N % ObesitasTingkat 1 23 20,7 19 17,1% 42 100 17,185 0.000 % Obesitas Tingkat 2 11 9,9% 48 43,2% 59 100 Obesitas Tingkat 3 1 0,9% 9 8,1% 10 100 Total 35 31,5 % Sumber Data Hasil Olahan SPSS 2013 76 68,5% 111 100 Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 111 responden ternyata yang paling banyak adalah yang mengalami obesitas tingkat 2 dengan kejadian hipertensi yakni berjumlah 48orang (43,2%) dan yang tidak hipertensi berjumlah 11 orang (9,9%).

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango maka dilakukan analisa chisqure melalui program SPSS. Berdasarkan hasil analisa C-Square diketahui bahwa nilai chi-square = 17,185 dengan nilai p- value sebesar 0.000< 0.05 (yang diperlihatkan dalam kolom Asymp.Sig. pada output SPSS, maka H 0 dtolak dan H 1 diterima artinya terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas perawatan Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Karateristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 111 responden ternyata yang paling banyak mengalami obesitas adalah wanita hal ini disebabkan karena wanita memang memiliki lemak tubuh paling banyak dibandingkan pria dimana pada wanita lemak tubuh mencapai 25-30% sedangkan pada pria hanya berkisar antara 18-23%. Menurut Handriani (2009:12) bahwa hipertensi pada wanita seringkali dipicu oleh prilaku tidak sehat seperti kelebihan berat badan, depresi, rendahnya status pekerjaan, dan penggunaan kontrasepsi hormonal. Sedangkan

pada pria hipertensi lebih banyak disebabkan oleh pekerjaan, seperti perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan. Berdasarkan data survei nasional yang dilakukan pada tahun 1996/1997 di ibukota seluruh propinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa (>=18 tahun) mengalami overweight (BMI 25-27) dan 6,8% mengalami obesitas, 10,5% penduduk wanita dewasa mengalami overweight dan 13,5% mengalami obesitas. Pada kelompok umur 40-49 tahun overweight maupun obesitas mencapai puncaknya yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita. (Depkes RI, 2004). Jadi dari hasil survey jelas bahwa wanita yang paling banyak mengalami obesitas dibandingkan laki-laki. 4.2.2 Karateristik Responden Berdasarkan Umur Dari hasil penelitian terhadap responden yang tergolong obesitas di wilayah Puskesmas Tapa diketahui bahwa paling banyak yang mengalami obesitas berumur antara 20-40 tahun sebab pada usia ini sering terjadi kegemukan yang diakibatkan lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk. selain itu pada usia ini karir, kegiatan usaha, kegiatan rumah tangga seperti mengurus anak, suami dan lain-lain semakin padat sehingga kesibukan ini dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk berolahraga dan penggunaan energi menjadi kurang.

Pendapat ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Wirakusumah (2004) bahwa kegemukan menurut usia dapat terjadi pada masa dewasa (Adult Onset Obesity). Kelompok ini sering ditemukan dari pada kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan mulai menumpuk paling sering antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai meniti karirnya. Karena kesibukan-kesibukan dapat menyebabkan kurangnya waktu untuk melaksanakan aktivitas olahraga, maka bila kurang berhati-hati kegemukan mulai mengintai pada usia ini. 4.2.3 Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Sehubungan dengan hasil penelitian diketahui juga bahwa di wilayah kerja Puskesmas Tapa ternyata responden yang tidak bekerja paling banyak mengalami obesitas dalam hal ini hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Tingginya jumlah ibu rumah tangga yang obesitas karena kurangnya perhatian terhadap pola makan dan diet yang seimbang. Ibu yang lebih banyak di rumah dengan pekerjaan rumah tangga tentu agak sulit mengatur waktu untuk mengkonsumsi makanan jika dibandingkan dengan yang bekerja dimana waktu makan diatur oleh ketentuan jam kerja. Sejalan dengan pendapat di atas, Almatsier (2004) berpendapat bahwa pola makan dan pola aktivitas dapat mendukung terjadinya kegemukan dan obesitas. Saat ibu berada dirumah maka sangat sulit untuk mengontrol pola

makan sedangkan aktivitasnya juga tidak terlalu banyak membutuhkan gerakan-gerakan yang dapat membakar energi sehingga kegemukan dan obesitas agak sulit dihindari. 4.2.4 Identifikasi Jumlah Penderita Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian terhadap 111 responden diketahui bahwa responden yang obesitas ternyata lebih banyak mengalami kejadian hipertensi yakni berjumlah 76 orang (68,5%) dibandingkan dengan responden yang tidak hipertensi yakni berjumlah 35 orang (31,5%), hal ini disebabkan karena orang yang obesitas memiliki lemak subkutan meningkat, kemudian berat badan meningkat, volume darah juga meningkat, menyebabkan beban pada jantung meningkat dan peningkatan resistensi pembuluh darah, karena itu rentan terhadap penyakit hipertensi. Hubungan antara obesitas dengan hipertensi telah lama diketahui seperti dalam penelitiannya Kapojos (2010) yang berjudul Hipertensi dan Obesitas dijelaskan bahwa obesitas diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di jaringan lemak tubuh dan dapat mengakibatkan terjadinya beberapa penyakit. Hubungan obesitas dan hipertensi telah diketahui sejak lama dan kedua keadaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Pada Swedish Obese Study didapatkan angka kejadian hipertensi pada obesitas adalah sebesar 13,5% dan

angka ini akan makin meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh dan waist-hip- ratio. Selain itu dari hasil penelitian Angelya Lumoindong, Adrian Umboh dan Nurhayati Masloman (2012) yang berjudul Hubungan Obesitas dengan Profil Tekanan Darah disimpulkan bahwa obesitas saat ini sudah menjadi masalah global, prevalensinya meningkat tidak saja di negara maju tapi juga di negara-negara berkembang. Obesitas pada anak sampai saat ini masih merupakan masalah yang kompleks, penyebabnya multifaktorial sehingga menyulitkan penatalaksanaannya. Peningkatan kegemukan dan obesitas pada ikut mendongkrak prevalensi hipertensi. 4.2.5 Hubungan Obesitas dengan Hipertensi Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi sebagaimana dari 111 responden yang dijadikan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi yang telah diukur diketahui bahwa terdapat 35 orang dengan tekanan darah normal dan 76 orang bertekanan darah tinggi, dari hasil analisa chi-square ternyata terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan hipertensi dengan nilai p=0,000 < 0.05. Hal ini disebabkan oleh banyaknya responden di wilayah kerja puskesmas tapa yang kurang memperhatikan pola makan karena obesitas erat

kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang dan seseorang yang obesitas lebih mudah terkena hipertensi karena memiliki berat badan yang lebih, sehingga volume darah meningkat dan juga menyebabkan beban pada jantung meningkat sehingga rentan terhadap penyakit hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Yufita Yeni (2009) yang berjudul faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi dijelaskan bahwa dimana seseorang yang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa memperhatikan serat. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Seseorang yang obesitas pada usia 30 tahun mempunyai risiko terserang hipertensi 7 kali lipat dibandingkan dengan wanita yang langsing dengan usia yang sama.