BAPPEDA KAB. LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)

2.1. Konsep dan Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi bagi suatu negara. Demi meningkatkan kelanjutan ekonomi suatu

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TUBAN 2009

Katalog BPS :

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB IV GAMBARAN UMUM INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN

TINGKAT KEMISKINAN JAWA BARAT SEPTEMBER 2014

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2016

ANALISIS HASIL INDIKATOR PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA JAKARTA SELATAN 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2017

Bupati Kepulauan Anambas

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2017

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

KAJIAN DAN ANALISIS SUMBER DAYA MANUSIA (TINJAUAN IPM) PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BADAN PUSAT STATISTIK

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014

BPSPROVINSI JAWATIMUR

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O15

BADAN PUSAT STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI BALI SEPTEMBER 2014

BPSPROVINSI JAWATIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2017

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

BPS PROVINSI LAMPUNG

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

BPSPROVINSI JAWATIMUR

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

PERKEMBANGAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN NGADA, TAHUN O14

ANGKA KEMISKINAN PROVINSI BANTEN MARET 2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Seperti diketahui, beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Dua faktor penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki agar mampu meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas dasar yang dimiliki suatu daerah, semakin tinggi pula peluang untuk meningkatkan potensi daerah itu. Untuk meningkatkan IPM semata-mata tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi karena pertumbuhan ekonomi baru merupakan syarat agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan pembangunan manusia, maka pertumbuhan ekonomi harus disertai dengan pemerataan pembangunan. Dengan pemerataan pembangunan terdapat jaminan bahwa semua penduduk dapat menikmati hasil-hasil pembangunan. Untuk mempercepat pembangunan manusia dapat dilakukan antara lain melalui dua hal, yaitu distribusi pendapatan yang merata dan alokasi belanja publik yang memadai untuk pendidikan dan kesehatan. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Seberapa besar komponen penentu besaran Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lamongan yang meliputi : Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli. 2. Bagaimana status pembangunan manusia di Kabupaten Lamongan dirinci menurut komponen penentu meliputi : Indeks Harapan Hidup, Indeks Pendidikan dan Indeks Daya Beli. 3. Bagaimana hasil-hasil pembangunan manusia di Kabupaten Lamongan yang berkaitan erat dengan komponen-komponen penentu indeks pembangunan manusia. 1.3. Maksud dan Tujuan Hasil akhir penyusunan indeks pembangunan manusia, diharapkan menghasilkan buku Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Lamongan yang berisi mengenai kajian kritis dan analisis mengenai status pembangunan manusia dari aspek pendidikan, kesehatan dan standar hidup layak. Tujuan dilakukannya penyusunan Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2011, dimaksudkan untuk mengetahui lebih rinci mengenai status dan tingkat pembangunan manusia di Kabupaten Lamongan yang meliputi : a. Status dan tingkat kesehatan penduduk. b. Status dan tingkat pendidikan penduduk c. Status dan tingkat standar hidup layak penduduk

1.4. Sumber Data dan Manfaat Sumber data utama yang digunakan adalah data Susenas Kor dan Susenas Modul Konsumsi. Sementara sebagai penunjang digunakan data Supas(Survei Penduduk Antar Sensus), Proyeksi Penduduk dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Selanjutnya hasil dari kegiatan penyusunan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lamongan Tahun 2011 lebih diarahkan untuk : a. Dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu perencanaan pembangunan daerah (Planning-Tool) yang lebih mengakomodasi dimensi pembangunan manusia menuju peningkatan kualitas hidup manusia. b. Dalam jangka panjang, data IPM diyakini dapat bermanfaat sebagai planning-tool yang memiliki keunggulan sebagai alat evaluasi terhadap proses perencanaan. c. Sebagai salah satu alat analisis, memiliki beberapa keunggulan karena lebih menggambarkan pemerataan hasil-hasil pembangunan.

BAB III METODOLOGI 3.1 Definisi Pembangunan Manusia Menurut UNDP (1990), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia ( a process of enlarging peoples schoices ). Dari definisi ini dapat ditarik kesimpulan bahwa fokus pembangunan suatu wilayah adalah manusia sebagai aset wilayah yang sangat berharga. 3.2 Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dihitung sebagai rata-rata dari 3 (tiga) indeks yang menggambarkan kemampuandasar manusia dalam memperluas pilihan-pilihan, yaitu: 1. Indeks Harapan Hidup 2. Indeks Pendidikan 3. Indeks Standart Hidup Layak 3.2.1. Indeks Harapan Hidup Angka ini menunjukkan jumlah tahun yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel e0 diharapkan akan mencerminkan rata-rata dalam hidup sekaligus hidup sehat masyarakat. 3.2.2. Indeks Pendidikan penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf/adult Literacy Rate (Lit) dan rata-rata lama sekolah/mean Years of Schooling (MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah. 3.2.3. Purchasing power parity /paritas daya beli ( PPP) Untuk mengukur daya beli penduduk antar propinsi di Indonesia, BPS menggunakan data ratarata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP. Adapun 27 jenis komoditi standar dapat dilihat pada daftar di bawah ini : bisa dibandingkan Komoditi Unit 1. Beras local Kg 2. Tepung Terigu Kg 3. Ketela Pohon Kg 4. Ikan Tongkol Kg 5. Ikan Teri Ons 6. Daging Sapi Kg 7. Daging Ayam Kampung Kg 8. Telur Ayam Butir

9. Susu Kental Manis 397 Gram 10. Bayam Kg 11. Kacang Panjang Kg 12. Kacang Tanah Kg 13. Tempe Kg 14. Jeruk Kg 15. Pepaya Kg 16. Kelapa Butir 17. Gula Pasir Ons 18. Kopi Bubuk Ons 19. Garam Ons 20. Merica / Lada Ons 21. Mie Instant 80 Gram 22. Rokok Kretek Filter 10 Batang 23. Listrik Kwh 24. Air Minum M3 25. Bensin Liter 26. Minyak Tanah Liter 27. Sewa Rumah Unit Sumber : BPS RI 3.3. Indikator Komposit Pembangunan Manusia Sebagai indikator komposit, IPM mempunyai manfaat terbatas, terutama kalau disajikan tersendiri hanya dapat menunjukkan status pembangunan manusia suatu wilayah. Namun demikian manfaat yang terbatas tersebut dapat diperluas kalau dilakukan perbandingan antar waktu dan antar wilayah, sehingga posisi relatif suatu wilayah terhadap wilayah yang lain dapat diketahui serta kemajuan atau pencapaian dengan wilayah lain juga dapat dibahas. Pencapaian pembangunan manusia dilihat dari dua segi : pertama, terjadi kenaikan IPM secara nilai absolut yang diukur dengan nilai positif dari reduksi shortfall tahunan (annual reduction in shortfall). Reduksi shortfall adalah peningkatan nilai IPM dalam suatu periode relatif terhadap jarak nilai IPM awal periode ke IPM sasaran (=100). Kedua, adalah meningkatnya status pembangunan manusia berdasarkan klasifikasi berikut : NILAI IPM STATUS PEMBANGUNAN MANUSIA < 50 Rendah 50 IPM < 66 Menengah Bawah 66 IPM < 80 Menengah Atas 80 Tinggi

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan merupakan bagian dari wilayah Jawa Timur, secara geografis Kabupaten Lamongan terletak antara 6 51 54 sampai dengan 7 23 6 lintang selatan dan antara 112 4 41 sampai dengan 112 33 12 bujur timur, dengan batas wilayah sebalah utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Gresik, sebelah selatan Kabupaten Jombang dan Mojokerto, sebelah barat Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Luas Wilayah Kabupaten Lamongan 1.812,80 km2 atau setara dengan 181.280 ha. Terdiri dari daratan rendah berawa dengan ketinggian 0 25 m seluas 50,17 %, daratan dengan ketinggian 25 100 m seluas 45,68 % dan sisanya 4,15 % merupakan daratan dengan ketinggian di atas 100 m. 4.2. Kependudukan Dari hasil Proyeksi Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kabupaten Lamongan Tahun 2011 sebanyak 1.185.692 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 573.756 jiwa dan perempuan sebanyak 611.936 jiwa atau dengan rasio jenis kelamin 93,76 %. 4.3. Pendidikan Salah satu faktor utama yang menunjang keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya cukup Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai perkembangan fasilitas pendidikan maupun jumlah murid dan mahasiswa di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Perkembangan Sekolah dan Murid Tahun 2010 2011 2010 2011 Perubahan (%) Kecamatan Sekolah/ PT Murid/Mahasis Sekolah/ Murid/Mahasis Sekolah/ PT Murid/Mahasiswa wa PT wa ( ( (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 TK Negeri ) ) 2 187 2 178 0.00-4.81 TK Swasta 928 31,316 940 30,891 1.29-1.36 SD Negeri 615 64,199 617 62,470 0.33-2.69 SD Swasta 18 2,433 23 2,552 27.78 4.89 SMP Negeri 48 27,060 48 26,202 0.00-3.17 SMP Swasta 85 10,962 89 10,199 4.71-6.96 SMA Negeri 13 7,987 13 8,541 0.00 6.94 SMA Swasta 56 9,862 53 10,029-5.36 1.69 SMK Negeri 6 3,185 6 3,282 0.00 3.05 SMK Swasta 49 16,016 53 16,225 8.16 1.30 RA/BA 183 5,330 193 5,404 5.46 1.39 MI Negeri 3 625 3 675 0.00 8.00 MI Swasta 525 54,695 527 53,605 0.38-1.99 MTs Negeri 2 2,081 2 850 0.00-59.15

MTs Swasta MA Negeri 168 2 21,396 2,215 175 2 20,672 2,178 4.17 0.00-3.38-1.67 MA Swasta 77 10,660 73 11,028-5.19 3.45 Perguruan 11 11,494 13 11,574 18.18 0.70 Tinggi Jumlah 2,791 281,703 2,832 276,555 1.47-1.83 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan 4.4. Kesehatan Kondisi kesehatan masyarakat merupakan cerminan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin baik keadaan kesehatan masyarakat, menggambarkan kesejahteraan juga semakin baik dan berlaku sebaliknya. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai segi. Salah satu indikator nyata yang secara langsung dapat dilihat adalah melalui ukuran kesehatan jasmani masyarakat yang dapat dipertanggung- jawabkan secara medis. Selanjutnya untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi fasilitas kesehatan di Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Jumlah Fasilitas Kesehatan dan Paramedis di Kabupaten Lamongan No. Fasilitas/Paramedis 2009 2010 2011 1 Puskesmas 33 33 33 2 Puskesmas Pembantu 108 108 108 3 Tempat Praktek Dokter 157 157 222 4 Apotek 53 58 60 5 Laboratorium Medis 3 8 8 6 Dokter Spesialis Anak 3 3 4 7 Dokter Umum 166 91 178 8 Dokter Gigi 43 40 42 9 Apoteker 11 4 11 10 Analis Kesehatan 68 20 45 11 Sarjana Kes. Masyarakat 13 11 16 12 Pengatur Gizi 34 36 43 13 Asisten Apoteker 52 49 61 14 Bidan 552 557 633 15 Perawat 915 699 874 16 Sanitarian 37 47 62 17 Fisio Therapy 7 7 13 18 Perawat Gigi 23 16 17 19 Analis Laborat 68 20 45 20 Dokter Obgyn 4 5 6 Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Lamongan Dalam penanganan kesehatan masyarakat tentu tidak terlepas dari bantuan dari pemerintah terhadap masyarakatnya. Tabel di bawah ini menunjukan rumahtangga yang mendapatkan pelayanan kesehatan gratis selama enam bulan terakhir menurut jenis kartu yang digunakandi wilayah Kabupaten Lamongan.

4.5. Indikator Ekonomi Persentase Rumahtangga yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Gratis Selama Enam Bulan Terakhir, Tahun 2011. No Jenis Kartu Yang Digunakan Penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan 1. Jamkesmas 72.96 2. Kartu Sehat 4.50 3. Surat Miskin/SKTM 3.14 4. JPKM/JPK Lainnya 19.40 Sumber Data : SUSENAS 2011, BPS Kabupaten Lamongan Secara umum kondisi perekonomian Kabupaten Lamongan Tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan angka pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapita penduduk yang semakin meningkat. 4.5.1. Pertumbuhan Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat di tentukan oleh faktor lokal dan eksternal. Faktor lokal meliputi: ketersediaan sumber daya alam, kualitas sumber daya manusia, kemampuan teknologi, permodalan dan kewirausahaan. Sedangkan faktor eksternal diantaranya ialah perkembangan situasi perekonomian nasional maupun internasional serta berbagai kebijakan pemerintah baik yang berkaitan dengan sektor riil maupun moneter. Besarnya pertumbuhan ekonomi suatu daerah, tercermin dari pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstannya. Dari hasil penghitungan PDRB Tahun 2011 telah diketahui bahwa total nilai PDRB (atas Dasar Harga Konstan) Kabupaten Lamongan sebesar Rp.6.625.823.030.000.- sedangkan Tahun 2010 sebesar Rp.6.191.066.480.000.-, sehingga dari perubahan besaran PDRB pada pada Tahun 2011 dibandingkan Tahun 2010 diperoleh pertumbuhan ekonomi sebesar 7,02 % pada Tahun 2011, pertumbuhan ini mengalami percepatan bila dibanding Tahun 2010 yang mencapai 6,89 %. 4.5.2. Struktur Ekonomi Salah satu tujuan jangka panjang pembangunan ekonomi ialah terjadinya pergeseran struktur ekonomi yakni dari sektor primer menuju sektor sekunder dan tersier. Dari hasil penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku telah diketahui bahwa, total nilai PDRB Kabupaten Lamongan Tahun 2011 sebesar Rp.13.460.955.000.000.- mengalami kenaikan dibanding Tahun 2010 yang mencapai Rp.11.774.155.300.000.- atau naik sebesar 14,33 %.

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Lamongan Tahun 2007 2011 (%) LAPANGAN USAHA 2007 2008 2009 2010*) 2011**) I PRIMER 47,84 46,43 46,06 45,16 42,78 1 Pertanian 47,61 46,21 45,85 44,95 42,57 2 Pertambangan & Penggalian 0,23 0,22 0,21 0,21 0,21 II SEKUNDER 8,83 8,81 8,63 8,56 8,71 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5 Bangunan 4,93 0,86 3,04 4,91 0,82 3,08 4,97 0,78 2,88 5,04 0,79 2,73 5,20 0,78 2,73 III TERSIER 43,33 44,76 45,31 46,28 48,51 6 Perdagangan, Hotel & Rest. 7 Pengangkutan & Komunikasi 8 Keu. Persew., & Jasa Persh. 9 Jasa-Jasa *) Angka Diperbaiki **) Angka Sementara 28,34 1,97 3,29 9,73 29,71 2,10 3,32 9,63 30,60 2,10 3,30 9,31 31,34 2,11 3,48 9,35 33,48 2,07 3,57 9,39 T O T A L 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir, struktur perekonomian Kabupaten Lamongan belum mengalami perubahan yang berarti. Sektor Pertanian cenderung menurun, tetapi Sektor Industri Pengolahan yang menghasilkan komoditi strategis (tradeable) cenderung stagnan, sementara yang berkembang adalah sektor tersier (untradeable).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN IPM 5.1. SKOR IPM KABUPATEN LAMONGAN Telah disebutkan pada bab sebelumnya, bahwa IPM merupakan indeks komposit yang terdiri dari 3 indikator, yaitu : 1) Indikator Kesehatan; yang diwakili oleh komponen Angka Harapan Hidup (life expectancy at age 0: e0 ), 2) Indikator Pendidikan; yang diwakili oleh komponen Angka Melek Huruf orang dewasa (adult literacy rate: Lit) dan Rata-rata Lama Sekolah (mean years school, MYS) dan 3) Indikator Daya Beli (Purchasing Power Parity, PPP) merupakan ukuran yang sudah disesuaikan dengan paritas daya beli. Sehingga analisis yang dilakukan tidak hanya gradual atau skor IPM secara total, tetapi perlu juga ditinjau komponen- komponen penyusun skor IPM tersebut. Kabupaten Lamongan semakin baik dari tahun ke tahun sebagai berikut : Perkembangan IPM Adapun dari hasil pengolahan data, diperoleh tabel IPM selama periode Tahun 2007-2011, Tahun Tabel IPM Kabupaten Lamongan Tahun 2007 2011 Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli IPM 2007 71,21 72,76 59,68 67,88 2008 71,41 72,77 60,82 68,33 2009 71,71 73,61 61,77 69,03 2010*) 72,00 74,08 62,82 69,63 2011**) 72,26 74,81 63,31 70,13 Keterangan : * Angka Diperbaiki ** Angka Sementara Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga dapat dijadikan dasar dalam penentuan klasifikasi status pembangunan manusia. Jika merujuk pada klasifikasi tersebut, IPM Kabupaten Lamongan yang mencapai 70,13 termasuk dalam level menengah atas. Tabel Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2011**) Kabupaten IHH IP PPP IPM Bojonegoro 70.48 72.29 62.22 68.33 Tuban 71.85 73.00 62.85 69.23 Lamongan 72.26 74.81 63.31 70.13 Gresik 77.14 82.72 65.76 75.21 Jawa Timur 74.68 75.54 66.24 72.15 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara

5.2. INDEKS KESEHATAN Indikator kesehatan yang diwakili oleh komponen Angka Harapan Hidup (AHH) diharapkan dapat mencerminkan lama hidup sekaligus status kesehatan suatu masyarakat. Harapan hidup suatu masyarakat salah satu diantaranya dipengaruhi oleh tingkat perekonomian daerah tersebut. Berbagai bukti secara demografis dan epidemiologis memberi dukungan adanya keterkaitan antara perkembangan ekonomi suatu wilayah dengan tinggi rendahnya harapan hidup. ANGKA HARAPAN HIDUP TAHUN 2011 Tabel Perkembangan Angka Harapan Hidup Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2009 2011 Kabupaten 2009 2010 2011 Bojonegoro 67.01 67.15 67.29 Tuban 67.56 67.78 68.11 Lamongan 68.02 68.20 68.36 Gresik 70.73 70.98 71.28 Jawa Timur 69.35 69.60 69.81 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara Adanya peningkatan angka harapan hidup pada Tahun 2011 (68,36 tahun) dibandingkan dengan angka harapan hidup tahun-tahun sebelumnya merupakan sinyal positif yang telah dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Lamongan di bidang kesehatan. Ini menunjukkan bahwa ada peningkatan yang positif dalam penanganan masalah kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Tetapi pencapaian angka harapan hidup Kabupaten Lamongan bila dibanding dengan daerah lain di Jawa Timur masih tergolong rendah. Hal ini patut menjadi perhatian bagi pemerintah Kabupaten Lamongan Tabel Perkembangan Indeks Harapan Hidup Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2009-2011 Kabupaten 2009 2010 2011 Bojonegoro 70.02 70.24 70.48 Tuban 70.94 71.31 71.85 Lamongan 71.71 72.00 72.26 Gresik 76.22 76.63 77.14 Jawa Timur 73.92 74.34 74.68 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara

5.3. INDEKS PENDIDIKAN komponen yang digunakan dalam menghitung Indikator Pendidikan (IP) adalah Angka Melek Huruf (Lit) dan Rata-rata lama sekolah (MYS). Angka melek huruf merupakan arti kebalikan dari angka buta huruf yang telah dikenal masyarakat. Sedangkan rata- rata lama sekolah merupakan rata-rata lamanya penduduk mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Dari data yang ada, diketahui bahwa angka melek huruf di Kabupaten Lamongan Tahun 2011 adalah sebesar 88,07 persen. Artinya sekitar 88,07 persen dari penduduk berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten Lamongan telah mempunyai kemampuan membaca dan menulis, baik huruf latin saja, huruf lainnya saja atau kedua-duanya Persentase Angka Buta Huruf dan Melek Huruf Penduduk Umur 15 tahun ke atas Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2011 Kabupaten ABH (%) AMH (%) Bojonegoro 14.21 85.79 Tuban 12.38 87.62 Lamongan 11.93 88.07 Gresik 4.91 95.09 Jawa Timur 11.21 88.79 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara Gambar Rata-rata Lama Sekolah Tahun 2007-2011

Dari data yang ada diketahui bahwa angka rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun keatas di Kabupaten Lamongan mencapai 7,24 tahun. Berarti angka rata-rata lama sekolah di Kabupaten Lamongan mengalami kenaika,jika disbanding Tahun 2010 yang mencapai 7,19 tahun. Tabel Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 keatas Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2009 2011 Kabupaten 2009 2010 2011 Bojonegoro 6.53 6.66 6.79 Tuban 6.22 6.41 6.56 Lamongan 7.03 7.19 7.24 Gresik 8.49 8.53 8.70 Jawa Timur 7.20 7.24 7.36 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara Seperti halnya dengan angka melek huruf, rata-rata lama sekolah di Kabupaten Lamongan dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan. Kenaikan angka rata-rata lama sekolah tersebut antara lain disebabkan oleh penurunan angka putus sekolah dan angka mengulang, disamping ditunjang dengan program Paket B dan Paket C. Program subsidi pemerintah antara lain Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Khusus Murid Miskin (BKMM), Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM) ditujukan untuk meringankan biaya pendidikan yang dipikul masyarakat khususnya bagi masyarakat miskin. Tabel Perkembangan Indeks Pendidikan Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2009 2011 Kabupaten 2009 2010 2011 Bojonegoro 70.90 71.33 72.29 Tuban 70.86 71.44 73.00 Lamongan 73.61 74.08 74.81 Gresik 81.77 81.94 82.72 Jawa Timur 74.53 74.98 75.54 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara 5.4. INDEKS PPP Paritas daya beli menunjukkan seberapa besar jumlah barang/jasa yang mampu untuk dapat dibeli oleh masyarakat yang disesuaikan dengan jumlah pendapatan (uang) yang ia terima/miliki. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk membeli berbeda-beda, tergantung pada pendapatan dan kebutuhannya. Pada intinya, semakin tinggi kemampuan daya beli seseorang berarti semakin banyak

ragam barang/jasa yang dapat atau mampu ia beli (=ceteris paribus). Dari hasil pengolahan diperoleh rata-rata penge-luaran per kapita riil yang disesuaikan (adjusted real per capita expenditure) Tahun 2011 mencapai Rp.633.980-. Apabila tersebut dibandingkan dengan keadaan tahun sebelumnya (2010 = Rp.631.840,-), dapat dikatakan adanya perbaikan ekonomi masyarakat. Trend peningkatan perekonomian masyarakat Lamongan yang tercermin dari peningkatan pengeluaran per kapita tersebut secara lebih detail terlihat pada gambar. 6 berikut. 5.5. TREND ALOKASI APBD Tabel Perkembangan Indeks Paritas Daya Beli Antar Kabupaten Sekitar Tahun 2007 2011 Kabupaten 2009 2010 2011 Bojonegoro 58.21 59.19 62.22 Tuban 61.25 62.19 62.85 Lamongan 61.77 62.82 63.31 Gresik 63.94 64.84 65.76 Jawa Timur 64.74 65.54 66.24 Sumber : BPS Keterangan : **) angka sementara Keseriusan penanganan pembangunan manusia, khususnya dibidang kesehatan dan pendidikan dapat terlihat dari alokasi pembiayaan kedua bidang tersebut pada APBN atau APBD. Semakin besar persentase alokasi untuk kedua bidang tersebut mengindikasikan besarnya perhatian Pemerintah Kabupaten yang berarti akan semakin mempercepat laju pembangunan manusia Dengan meningkatnya anggaran pemerintah untuk bidang kesehatan diharapkan akan meningkatkan pelayanan kesehatan, baik jangkauan maupun kualitasnya kepada masyarakat. Kondisi yang demikian akan berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat yang akan terus membaik. Membaiknya kondisi kesehatan masyarakat akan berdampak pada meningkatnya harapan hidup masyarakat Lamongan. Demikian juga bila anggaran pendidikan dapat terus ditingkatkan, tentunya kualitas pendidikan yang diterima masyarakat Lamongan akan semakin membaik. Pada ujungnya diharapkan angka buta huruf bisa semakin ditekan. Disamping itu diharapkan juga akan diikuti oleh

meningkatnya partisipasi sekolah bagi anak-anak usia sekolah. Gambar di bawah ini akan memperlihatkan naik turunnya per-sentase alokasi anggaran tahunan bidang kesehatan dan pendidikan terhadap total anggaran pengeluaran pembangunan. Gambar Persentase Belanja Langsung Urusan Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun 2011