BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN NERACA AIR MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN PERHITUNGAN EROSI SEDIMENTASI DENGAN METODE MUSLE DI SUB-DAS CIBENGANG KABUPATEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN METODE MUSLE DI SUB DAS CILEBAK KABUPATEN BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN APLIKASI TANK MODEL DAN METODE MUSLE DALAM MENDUGA NERACA AIR, EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB-DAS CICANGKEDAN KABUPATEN SERANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.4.1 Analisis Data Debit Aliran Analisis Lengkung Aliran Analisis Hidrograf Aliran Analisis Aliran Langsung

PENDUGAANN NERACA AIR, EROSI, DAN SEDIMENTASI MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN SUB-SUB DAS CIKADU, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT DINDA TALITHA

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

Lampiran 1 Analisis hubungan debit aliran dengan tinggi muka air di Sub DAS Melamon

BAB V ANALISIS SEDIMEN DAN VOLUME KEHILANGAN AIR PADA EMBUNG

Tujuan: Peserta mengetahui metode estimasi Koefisien Aliran (Tahunan) dalam monev kinerja DAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

APLIKASI MODEL TANGKI DAN PENDUGAAN EROSI DENGAN METODE MUSLE BERBASIS DATA SPAS DI SUB DAS SIBARASOK GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI 2.1 Bagan Alir Perencanaan

APLIKASI MODEL TANGKI UNTUK PENDUGAAN NERACA AIR DAN LAJU SEDIMENTASI MENGGUNAKAN METODE MUSLE DI SUB DAS LAHAR KABUPATEN BLITAR RIAN SELAMET

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI Rancangan Penulisan

Tujuan. Peserta memahami syarat-syarat pemilihan lokasi SPAS dan alat-alat yang dibutuhkan dalam pemantauan data hidrologi DAS

(Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama)

PENDUGAAN NERACA AIR MENGGUNAKAN APLIKASI TANK MODEL DAN LAJU SEDIMEN DENGAN METODE MUSLE DI SUB DAS MELAMON KABUPATEN MALANG RAHMA AMALIA ISMANIAR

Misal dgn andalan 90% diperoleh debit andalan 100 m 3 /det. Berarti akan dihadapi adanya debit-debit yg sama atau lebih besar dari 100 m 3 /det

1267, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lem

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

HASIL DAN PEMBAHASAN. Curah Hujan. Tabel 7. Hujan Harian Maksimum di DAS Ciliwung Hulu

MONITORING DAN EVALUASI TATA AIR

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

ANALISIS DEBIT ANDALAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

VOLUME 4 No. 2, 22 Juni 2015 Halaman

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

BAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :

Rahardyan Nugroho Adi BPTKPDAS

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

3 METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitan ini dilakukan di wilayah Sub Daerah Aliran Ci Keruh.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI PENGARUH SEDIMENTASI DAN KENAIKAN CURAH HUJAN TERHADAP TERJADINYA BENCANA BANJIR. Disusun Oleh: Kelompok 4 Rizka Permatayakti R.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

APLIKASI TANK MODEL DAN ANALISIS EROSI BERBASIS DATA SPAS DI SUB-SUB DAS CIMANUK HULU KABUPATEN GARUT ASWIN RAHADIAN

V. SIMULASI LUAS HUTAN TERHADAP HASIL AIR

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran umum Daerah Irigasi Ular Di Kawasan Buluh. Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai pada 18 Desember 2003, semasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Karakter Daerah Tangkapan Air Merden

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN KEHILANGAN TANAH DAN SEDIMEN AKIBAT EROSI MENGGUNAKAN MODEL "ANSWERS" DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG HULU, KATULAMPA.

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

PENERAPAN SISTEM AGROFORESTRY PADA PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISADANE HULU: MAMPUKAH MEMPERBAIKI FUNGSI HIDROLOGI DAS? Oleh : Edy Junaidi ABSTRAK

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

DR. IR. AFANDI, M.P. PANDUAN PRAKTEK KONSERVASI TANAH DAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Samudera, Danau atau Laut, atau ke Sungai yang lain. Pada beberapa

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Siklus hidrologi

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Metode MUSLE

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian mengenai sebaran bahaya erosi serta respon aliran ini adalah :

MODEL HIDROGRAF SATUAN SINTETIK MENGGUNAKAN PARAMETER MORFOMETRI (STUDI KASUS DI DAS CILIWUNG HULU) BEJO SLAMET

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB 3 METODE PENELITIAN

MONEV E T ATA A IR D AS PERHITUNGAN AN SEDIME M N

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

Kebutuhan Informasi Perencanaan Sumberdaya Air dan Keandalan Ketersediaan Air yang Berkelanjutan di Kawasan Perdesaan

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

Tahun Penelitian 2005

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

HASIL DAN PEMBAHASAN

Surface Runoff Flow Kuliah -3

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KARAKTERISTIK HIDROLOGI DAN LAJU EROSI SEBAGAI FUNGSI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENDALIAN TRANSPOR SEDIMEN SUNGAI SEBAGAI UPAYAPENGENDALIAN BANJIR DI KOTA GORONTALO. Ringkasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

KAJIAN HUBUNGAN SIFAT HUJAN DENGAN ALIRAN LANGSUNG DI SUB DAS TAPAN KARANGANYAR JAWA TENGAH :

Analisis Kondisi Hidrologi Daerah Aliran Sungai Kedurus untuk Mengurangi Banjir Menggunakan Model Hidrologi SWAT

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Sub-DAS Cibengang yang secara geografis terletak di ketinggian 1130 mdpl dengan koordinat 06º57 56,6 lintang selatan dan 107º53 23,2 bujur timur, dan secara administratif terletak di Desa Tanjung Sari, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Pelaksanaan penelitian dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama pengambilan data di lapangan selama bulan Juli Agustus 2010 dan tahap kedua dilakukan di Laboratorium Hidrologi dan Pengelolaan DAS, Fakultas Kehutanan IPB, pada bulan Oktober Desember 2010 untuk menganalisis dan mengolah seluruh data yang diperoleh dari lapangan. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain ARR (Automatic Rainfall Recorder), AWLR (Automatic Water Level Recorder), GPS, pelampung untuk mengukur kecepatan aliran air, turbiditymeter untuk mengukur besar sedimentasi, botol sample, meteran, stopwatch, kamera, kalkulator, alat tulis dan seperangkat komputer/laptop dengan beberapa software yaitu Tank Model, Arc View versi 3.2, Minitab 1.4 dan Microsoft Office. Bahan yang diperlukan dalam penelitian meliputi data primer dan sekunder yaitu data curah hujan dari ARR (Automatic Rainfall Recorder), sedimen sungai dari turbiditymeter, dan tinggi muka air dari AWLR (Automatic Water Level Recorder). Selain itu juga diperlukan data spatial berupa peta topografi Sub DAS Cibengang dan peta penutupan lahan Sub DAS Cibengang. 3.3 Tahapan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data primer (tinggi muka air, konsentrasi sedimen, dan curah hujan) dengan cara melakukan pengukuran langsung dari lapangan (SPAS Cibengang). Pengukuran

9 debit aliran dilakukan terlebih dahulu dengan melakukan pengukuran bentuk bangunan SPAS, pengukuran tinggi muka air sungai dengan alat AWLR atau meteran, dan mengukur kecepatan aliran sungai menggunakan stopwatch dan pelampung dengan beberapa kali ulangan. Kemudian setelah didapatkan nilai debit, dilakukan analisis hubungan antara debit, tinggi muka air dan debit sedimen, setelah analisis mencari hubungan nilai korelasi dan rating curve, diantaranya hubungan antara debit air dan tinggi muka air dan hubungan antara debit air dan debit sedimen, serta hubungan antara curah hujan dan debit air. Selanjutnya membuat grafik dengan metoda unit hidrograf dengan mencari hubungan antara curah hujan menurut waktu terhadap aliran debit aliran (m 3 /detik), sehingga dapat diperoleh data pengolahan data curah hujan, evapotranpirasi, dan debit aliran sebagai data input Tank Model. Setelah didapatkan hasil output Tank Model, dilakukan perhitungan erosi dan sedimentasi dengan menggunakan metode MUSLE. Terakhir menduga neraca air dengan menggunakan hasil output Tank Model. 3.4 Analisis Data 3.4.1 Analisis Curah Hujan Analisis data curah hujan dilakukan dengan melakukan tabulasi curah hujan bulanan rata-rata, curah hujan tahunan, menganalisis sebaran bulan basah dan bulan kering setiap tahun serta dilakukan analisis korelasi antara curah hujan dan debit untuk mengetahui sejauh mana curah hujan berpengaruh terhadap besar debit air. 3.4.2 Analisis Hubungan Tinggi Muka Air dengan Debit Aliran Dalam perhitungan debit aliran digunakan persamaan Manning yang menganggap suatu penampang melintang seragam, kekasaran dasar sungai yang tidak berubah dan menggunakan aliran tetap yang seragam. Debit aliran diperoleh dari hasil perkalian kecepatan aliran rata-rata (m 3 /s) dengan luas penampang sungai (m) yang dirumuskan sebagai berikut. Q =V m A...(1)

10 V m = 1 / N R 2/3 S 1/2... (2) R =A/P... (3) Q = Debit aliran (m 3 /detik) V m = Kecepatan aliran rata-rata maning (m/detik) A = Luas penampang melintang basah (m 2 ) R = Radius hidrolik (m) P = Keliling basah (m) S = Kemiringan saluran (%) N = Koefisien kekasaran Manning sebesar 0,025 (tembok atau di semen) Pengukuran debit aliran dilakukan dengan beberapa ulangan pada tinggi muka air yang berbeda sehingga diperoleh hubungan antara debit aliran dengan tinggi muka air dari penampang sungai tersebut dalam sebuah discharge rating curve atau lengkung aliran. Berdasarkan hubungan antara tinggi muka air dan debit aliran diperoleh persamaan sebagai berikut : Q = a TMA b... (4) Dimana ; Q = Debit aliran (m 3 /s) TMA = Tinggi muka air (m) a,b = Konstanta 3.4.3 Analisis Hubungan Debit Aliran dengan Laju Sedimen Beban angkutan sedimen diturunkan dari data laju sedimen melalui persamaan yang menggambarkan hubungan antara debit aliran dengan beban angkutan sedimen yang nilainya di dapat berdasarkan pengukuran dengan alat turbiditymeter, dimana satuan untuk sedimen adalah ppm atau mg/liter. Dengan asumsi bahwa konsentrasi sedimen merata pada seluruh bagian penampang melintang sungai maka laju sedimen dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara konsentrasi dengan debit aliran (Asdak 2002) yaitu : Qs = 0,0864 C Q... (5) Qs = Laju sedimen (ton/hari) Q = Debit aliran (m 3 /s) C = Konsentrasi sedimen (ppm atau mg/l)

11 Pengambilan sampel air sedimen dan pengukuran debit dilakukan berulang kali pada ketinggian muka air yang berbeda sehingga diperoleh hubungan antara debit aliran dengan angkutan sedimen. Berdasarkan hubungan tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut : Qs = a Q b...(6) Qs = Laju sedimen (ton/hari) Q = Debit aliran (m 3 /s) a,b = Konstanta 3.4.4 Analisis Hidrograf Bentuk hidrograf dapat ditandai dengan tiga sifat pokoknya, yaitu waktu naik (time of rise), debit puncak (peak discharge), dan waktu dasar (time of base). Waktu naik (Tp) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu terjadinya debit puncak. Debit puncak adalah debit maksimum yang terjadi dalam suatu kasus tertentu. Waktu dasar (Tb) adalah waktu yang diukur dari saat hidrograf mulai naik sampai waktu dimana debit kembali pada suatu besaran yang ditetapkan. Prosedur penyusunan hidrograf satuan adalah: 1. Menentukan aliran dasar (base flow), aliran dasar yang dipakai adalah debit minimum (m 3 /s) pada saat debit sebelum mengalami kenaikan setelah hujan. 2. Menghitung volume direct runoff (DRO), dihitung dengan cara debit (m 3 /s) dikurangi base flow (m 3 /s) yaitu: DRO = Q BF... (7) DRO = Direct runoff (m 3 /s) Q = Debit (m 3 /s) BF = Aliran dasar (m 3 /s) 3. Menghitung volume aliran langsung sebagai berikut: VtotalDRO = DRO x t... (8) Keterangan : DRO = Jumlah debit aliran langsung (m 3 /s) t = Selang waktu (menit). 4. Menghitung tebal aliran langsung dihitung dengan persamaan:

12 Tebal DRO =... (9) Keterangan : Tebal DRO = (m) Luas Sub DAS = (m 2 ) V DRO = (m 3 ) 5. Menghitung Koefisien Runoff, yaitu: Koefisien runoff =... (10) Curah hujan dalam satuan (mm) 6. Membangun hidrograf satuan setelah didapat harga unit hidrograf satuan. 3.5 Pengolahan Data Input Tank Model Data masukkan kedalam Tank Model adalah debit sungai (Q), evapotranspirasi (ETp) dan curah hujan (CH). Hasil keluaran dari Tank Model adalah memperoleh data surface flow, intermediate flow, sub-base flow, dan base flow. Selain memperoleh data aliran juga memperoleh nilai parameter Tank Model, indikator keandalan model, keseimbangan air, kurva hidrograf, regresi, dan aliran hitung. Semua disimpan dalam format data (*.txt). Gambar 1 Skema Standard Tank Model (Setiawan 2003). Dari Gambar 1 dapat dilihat model ini tersusun atas 4 (empat) reservoir vertical, yaitu bagian atas mempresentasikan surface reservoir (A), dibawahnya intermediate reservoir (B), kemudian sub-base reservoir (C), dan paling bawah base reservoir (D). Lubang outlet horizontal mencerminkan aliran air, yang terdiri dari surface flow (Y a2 ), sub-surface flow (Y a1 ), intermediate flow (Y b1 ), sub-base

13 flow (Y c1 ), dan base flow (Y d1 ). Infiltrasi yang melalui lubang outlet vertical dan aliran yang melalui lubang outlet horizontal tank dikuantifikasikan oleh parameter-parameter Tank Model. Aliran ini hanya terjadi bila tinggi air pada masing-masing reservoir (Ha, Hb, Hc, dan Hd) melebihi tinggi lubangnya (H a1, H a2, H b1, dan H c1 ). Data kejadian hujan per tiga puluh menit dari bulan Januari hingga Desember 2010 yang terekam pada ARR di outlet diolah menjadi data kejadian hujan harian. Data curah hujan dalam satuan mm/hari akan digunakan sebagai salah satu data input Tank Model. Setiawan (2003) menyatakan secara global persamaan keseimbangan air Tank Model adalah sebagai berikut : = P(t) ET(t) Y(t)...(11) Dimana, H adalah tinggi air (mm), P adalah hujan (mm/hari), ET adalah evapotranspirasi (mm/hari), Y adalah aliran total (mm/hari), dan t adalah waktu (hari). Pada standar tank model terdapat 4 tank, sehingga persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut : = +...(12) Aliran total merupakan penjumlahan dari komponen aliran yang dapat ditulis sebagai berikut: Y(t) = Ya(t) + Yb(t) + Yc(t) + Yd(t)... (13) Lebih rinci lagi keseimbangan air dalam setiap reservoir dapat ditulis sebagai berikut: = P(t) ET(t) Ya(t)...(14) = Ya o (t) Yb(t)... (15) = Yb o (t) Yc(t)... (16) = Yc o (t) Yd(t)... (17) Dimana Ya,Yb, Yc, dan Yd adalah komponen aliran horizontal dari setiap reservoir, dan Ya o, Yb o, dan Yc o adalah aliran vertikal (infiltrasi) setiap tank (A,B dan C).

14 3.6 Pengolahan Data Evapotranspirasi Metode Penman-Monteith adalah salah satu metode yang digunakan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi potensial dari permukaan air terbuka dan permukaan vegetasi yang menjadi kajian. Model ini membutuhkan lima parameter iklim yaitu suhu, kelembaban relatif, kecepatan angin, tekanan uap jenuh dan radiasi netto. Model persamaan Penman-Monteith (Neitsch et all. 2005 ) sebagai berikut: Etp = Δ Hnet G +ρ air.c p.[e z 0 e z ]/r a Δ+γ.(1+r c /r a ) Dimana ; ETp = Evapotranspirasi potensial (mm/hari) H net = Radiasi netto (MJ/m 2 /hari) = Slope fungsi tekanan uap jenuh (kpa/ºc) G = Aliran panas ke dalam tanah (MJ/m 2 /hari) γ = Konstanta psychometric (kpa/ºc) ρ air = Berat jenis udara (kg/m 3 ) C p = Panas pada tekanan konstan (MJ/kg/ºC) 0 e z = Tekanan uap jenuh udara (kpa) e z = Tekanan jenuh adara pada ketinggian z (kpa) r a = Resistensi aero dinamik (s/m) = Resisten tutupan kanopi (s/m) r c...(18) 3.7 Analisis Laju Erosi 3.7.1 Model MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) Adapun yang digunakan untuk menduga laju sedimen dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode MUSLE. Metode MUSLE (Modified Universal Soil Loss Equation) merupakan sebuah metode yang digunakan untuk menduga laju sedimentasi yang merupakan metode yang dikembangkan dari metode yang sudah ada sebelumnya yakni metode USLE (Universal Soil Loss Equation). MUSLE tidak menggunakan faktor energi hujan sebagai trigger penyebab terjadinya erosi melainkan menggunakan faktor limpasan permukaan sehingga MUSLE tidak memerlukan faktor sediment delivery ratio (SDR). Faktor limpasan permukaan mewakili energi yang digunakan untuk penghancuran dan pengangkutan sedimen.

15 Menurut Neitsch et all. (2005) hasil dugaan erosi dengan metode MUSLE dapat dirumuskan sebagai berikut : Sed = 11,8. Q surf. q peak. area 0,56. K. LS. C. P... (19) Dimana ; Sed = sediment yield dari Sub DAS (ton) q peak = Puncak laju run-off (m 3 /s) Q surf = Spesifikasi Run- off (mm/ha) area = Luas Sub DAS (ha) K C P LS = Faktor erodibitas = Faktor pengelolaan tanaman = Faktor teknik konservasi tanah = Faktor panjang dan kemiringan lereng Aliran lateral dan base flow juga membawa sedimen masuk ke dalam sungai. Jumlah sedimentasi yang berasal dari aliran lateral dan base flow dihitung dengan persamaan sebagai berikut : Sed lat = Q lat +Q gw.area.conc sed 1000... (20) Sed lat = Sedimen aliran lateral dan base flow (ton) Q lat = Lateral flow (mm) Q gw = Base flow (mm) area = Luas Sub DAS (Km 2 ) conc sed = Konsentrasi sedimen yang berasal dari lateral dan base flow (mg/l)