BAB III TOKEN RING. jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan.

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION PADA JARINGAN LAN TOKEN RING. Oleh LINKGOM FRENGKI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. di mana awalnya konsep jaringan komputer ini hanya untuk memanfaatkan suatu

ANALISIS KINERJA METODE AKSES TOKEN RING PADA LOCAL AREA NETWORK

Unsur yang menentukan jenis suatu LAN atau MAN adalah : Topologi Media Transmisi Teknik Medium Access Control

Jaringan Komputer 1 of 10. Topologi menunjuk pada suatu cara dimana end system atau station yang dihubungkan ke jaringan saling diinterkoneksikan.

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Gambar : Topologi Bus Seluruh komputer berkomunikasi melalui satu jalur yang sama, yang dipergunakan bergantian.

PROTOKOL PADA LAN Mata kuliah Jaringan Komputer Jurusan Teknik Informatika - UNIKOM

Pertemuan 3 Dedy hermanto/jaringan Komputer/2010

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel)

Dasar Networking dan Model-model Referensi

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Berdasarkan standar IEEE, Local Area Network didefenisikan sebagai

Medium Access Sublayer

Topologi Jaringan Komputer Ciri Kelebihan Jenis Topologi Jaringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE AKSES. Pertemuan IV. 1. Ethernet CSMA/CD

JARINGAN KOMPUTER. A. PENGERTIAN Apa itu Jaringan Komputer

Model Kendali Aliran. Aliran data masuk. Aliran data keluar

Pertemuan V. Local Area Network

ANALISIS KINERJA PROTOKOL CSMA/CD PADA LAN IEEE BASE 5. Kun Fayakun (L2F096601), Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Adalah : Suatu hubungan antara unsur-unsur penyusun jaringan komputer yaitu node, link dan station Atau Yang memperlihatkan hubungan jaringan atau

BAB III METODE PENGEMBANGAN

Lapisan ini merupakan lapisan yang akan melakukan transmisi data antara perangkat-perangkat jaringan yang saling berdekatan di dalam sebuah wide area

T O P O L O G I. Oleh : Dahlan Abdullah

Yulianto, M. Kom. STIE Putra Bangsa

Lapisan Data Link. Frame adalah PDU pada lapisan data link.

JARINGAN KOMPUTER. Data Link Layer. Zaid Romegar Mair, S.T., M.Cs

PROTOKOL LAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

TOPOLOGI DAN ARSITEKTUR JARINGAN

JARINGAN KOMPUTER JARINGAN KOMPUTER

MEDIUM ACCESS SUBLAYER

Endi Dwi Kristianto

DAFTAR ISTILAH. : perkumpulan dari ethernet service switch yang. Ethernet. interface yang berupa ethernet.

Modul 1 Konsep Komunikasi Data

Perangkat Lunak Telekomunikasi PROTOCOL ALOHA

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang berjumlah

Pendahuluan. Koneksi secara fisik (Topologi secara fisik) Koneksi secara Logis (Topologi secara Logic)

Materi. Penilaian UTS 30% UAS 40% Tugas 20% Partisipasi 10%

Materi 3 Konsep. Jaringan Komputer

SOAL-SOAL UTS JARINGAN KOMPUTER

Basics Switching Concepts

diperoleh gambaran yang lebih baik tentang apa yang terjadi di jaringan dan dapat segera diketahui penyebab suatu permasalahan.

Jaringan Internet. A. Pengertian Jaringan Komputer. B. Protokol jaringan

Jaringan Komputer I. Materi 9 Protokol WAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB II LOCAL AREA NETWORK (LAN) Local Area Network sering kali disebut LAN, merupakan jaringan milik pribadi

ANALISIS KINERJA JARINGAN SWITCHING KNOCKOUT

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

ANALISIS KINERJA JARINGAN KOMPUTER DI SMK DARUSSALAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE CISCO PACKET TRACER

Standard IEEE 802. Pertemuan II

TOPOLOGI. Kelebihan dan kekurangan :

MACAM MACAM METODA AKSES UNTUK KOMUNIKASI DATA ABSTRACT. Keyword : contentionless, protokol, collision, random access, throughput, contention

Quiz Jarkom 1. Nama : Andrian Ramadhan Febriana NIM : Kelas : IS-3. Jurusan Sistem Informasi. Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

MULTIPLE ACCESS. Budhi Irawan, S.Si, M.T

LOCAL AREA NETWORK: JARINGAN KOMPUTER ANTAR GEDUNG UNTUK OTOMASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH

ANALISA PERFORMANSI LIVE STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN HSDPA. Oleh : NRP

Gambar 1 : Simple Data Transfer

PENGANTAR TEKNOLOGI INFORMASI TOPOLOGI JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4. Evaluasi Performansi

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

JARINGAN KOMPUTER DAN PRODUK PERANGKAT KERAS INTERNET

JARINGAN INTERNET TUGAS TIK UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA OLEH : NIM : NAMA : UMI ZULFAH.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input

Pengertian Jaringan Komunikasi Data. Komponen Jaringan Komunikasi Data

HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Ethernet. 4b-2. E t h e r n e t

BAB III METODE PENELITIAN. studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk

Wireless LAN Arsitektur Basic Service Set Extended Service Set Tipe-tipe station Sublapisan MAC...

Flow Control. stop-and-wait

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan

PACKET SWITCHING. Rijal Fadilah

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

A. TOPOLOGI FISIK JARINGAN

BAB II WIDE AREA NETWORK

TUGAS AKHIR ANALISIS PERHITUNGAN LATENCY PADA DYNAMIC WAVELENGTH ROUTER SALURAN TRANSMISI OPTIK WILLY V.F.S

A I S Y A T U L K A R I M A

9/6/2014. Topologi Jaringan. Sesi 2. Mahasiswa mengenal tipe-tipe topologi jaringan komputer secara umum

B A B IV A N A L I S A

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

SISTEM UNTUK MENGAKSES INTERNET

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN. jaringan baru yang dapat mendukung infrastruktur yang ada. Pengamatan yang

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

JARINGAN IP Jaringan Telekomunikasi

Mengenal Macam-macam Jaringan Komputer

Integrasi Aplikasi Voice Over Internet Protocol (VOIP) Dengan Learning Management System (LMS) Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan hotspot. Batas hotspot ditentukan oleh frekuensi, kekuatan pancar

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

Kelompok 2 (3KA35) Dedy Setyo Pangestu ( ) Febri Markuri ( ) Melpin Agun Framansa ( ) DATA LINK LAYER

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar

TUGAS AKHIR ICT BRIDGE : MENGHUBUNGKAN ANTAR SISTEM JARINGAN SEJENIS

Network Technologies & Devices

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Pengertian Jaringan Komputer 1.2. Tujuan Membangun Jaringan Komputer 1.3.Manfaat Jaringan Komputer

SIMULASI ALGORITMA REROUTING DAN PROSEDUR CONTENTION CONTROLLER PADA SISTEM PENYAMBUNGAN ATM

HARDWARE JARINGAN KOMPUTER

Sekilas Tentang WIFI. Berdasarkan kemampuan roaming wireless data dibagi menjadi:

Transkripsi:

BAB III TOKEN RING 3.1 Token Ring Token ring adalah sebuah arsitektur jaringan yang menggunakan topologi jaringan cincin (ring) dan sistem token passing untuk mengontrol akses menuju jaringan. Arsitektur jenis ini sangat cocok untuk jaringan yang menangani trafik data yang padat dari banyak user misalnya di lingkungan perkantoran maupun laboratorium. Tidak seperti metode akses media CSMA/CD, token ring lebih deterministik. Ini berarti setiap node dijamin akan mendapat giliran ntuk mengirimkan paket dalam siklus waktu tertentu. Saat sebuah user ingin mengirimkan data, dia harus menunggu hingga adapter-nya menerima token bebas (bit token=0). Ketika menangkap token bebas tersebut, user menciptakan sebuah frame dengan mengeset bit token menjadi 1, menyisipkan alamat asal dan tujuan, beberapa informasi kontrol, data yang ingin dikirimkan, dan kemudian memulai pengiriman frame. Selama pengiriman frame tidak ada token yang beredar dalam ring sehingga tidak ada user lain yang dapat melakukan pengiriman. Hal ini mencegah terjadinya tubrukan (Collisions) dalam jaringan. frame yang dikirimkan akan dilewatkan dari satu user ke user lain dalam jaringan hingga tiba pada alamat user yang dituju. User tujuan mengkopi data, mengeset bit-bit pengontrol untuk mengindikasikan bahwa alamatnya dikenali dan sukses mengkopi data, kemudian mengirim ulang frame tersebut. saat frame kembali ke user pengirim karena transmisi telah berhasil, maka frame tersebut dibuang dari jaringan. User pengirim membuat token bebas yang baru dan melepaskannya ke jaringan.

3.2 Arsitektur Jaringan Token Ring Jaringan Token ring biasanya digunakan untuk lingkungan teknik dan perkantoran. Arsitektur dari jaringan ini dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Arsitektur Token Ring Pada Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa DTE tidak terhubug langsung kejaringan, tetapi melalui sebuah konsentrator yang disebut Trunk Coupling Unit (TCU). TCU terdiri dari relay-relay dan komponen elektronik lainnya yang dibutuhkan untuk mengirim dan menerima sinyal dari maupun menuju kabel. TCU repeater repeater repeater Ada tiga state pada tiap TCU, yaitu : Gambar 3.2 Trunk Coupling Unit 1. Listen state : selama penerimaan bit, repeater juga melakukan modifikasi pada bit yang diterima dan diteruskan kembali (dibutuhkan 1 bit delay).

2. Transmit state : jika stasiun hendak mengirim, maka repeater akan mengirimkannya melalui outgoing link. 3. Bypass state : bit dikuatkan dan langsung diteruskan ke repeater berikutnya. TCU diatur sedemikian rupa sehingga apabila DTE dalam keadaan tidak aktif, TCU akan berada dalam kondisi bypass. Pengaturan ini dilakukan untuk memelihara kelangsungan pengiriman data melalui ring. 3.3 Prinsip Kerja Token Ring Cara kerja jaringan token ring, sebuah token bebas mengalir dalam jaringan. Jika suatu node ingin mengirimkan paket data, maka paket data yang akan dikirimkan ditempelkan pada token, kemudian token itu membawa paket data ke tujuan. Pada waktu token berisi data, node lain tidak dapat menggunakan token itu sampai token itu menyelesaikan tugasnya mengirimkan data. Bila paket data telah disampaikan ke tujuan, node pengguna tadi melepaskan token untuk dipakai oleh node yang lain. Cara kerja ini dinamakan token passing scheme. Metode aksesnya melalui lewatnya sebuah token dalam sebuah lingkaran seperti cincin. Dalam lingkaran token, komputer-komputer dihubungkan satu dengan yang lainnya seperti sebuah cincin. Sebuah sinyal token bergerak berputar dalam sebuah lingkaran (cincin) dalam sebuah jaringan dan bergerak dari sebuah komputer-menuju ke komputer berikutnya, jika pada persinggahan di salah satu komputer ternyata ada data yang ingin ditransmisikan, token akan mengangkutnya ke tempat dimana data itu ingin ditujukan, token bergerak terus untuk saling mengkoneksikan diantara masing-masing komputer Protokol Token Ring membutuhkan model jaringan bintang dengan menggunakan kabel twisted pair atau kabel fiber optik dan dapat melakukan kecepatan transmisi 1Mbps, 4 Mbps atau 16 Mbps. Untuk mengkoneksikan station membutuhkan

Multistation Access Unit (MAU). Menghubungkan token ring dapat dilakukan dengan type 1,2, 3. 3.4 Jenis-Jenis Token Ring Terdapat beberapa kondisi ketika sebuah free token baru boleh dibangkitkan. Variasi oleh sistem pembangkitan free token menyebabkan adanya perbedaan teknik dalam pentransmisian data pada jaringan token ring, yaitu Multiple Token Operation, Single Token Operation dan Single Packet Operation. Ketiga jenis token ring diatas akan dijelaskan lebih lanjut pada sub bab berikutnya. 3.4.1 Multiple Token Operation Pada jaringan token ring multiple token operation, stasiun pengirim membangkitkan free token yang baru dan segera menduduki ring mengikuti bit terakhir dari data terkirim. Sesuai namanya yang Multiple Token, dalam sistem ini dijinkan beberapa busy token dan satu free token pada ring dalam satu waktu. Untuk jumlah token lebih dari satu dalam ring, panjang paket dan latency stasiun harus sinkron sehingga busy token tidak berkembang cukup jauh sampai akhirnya kemudian dihapus oleh stasiun yang mengirimkannya sebelum free token baru kembali dibangkitkan. 3.4.2 Single Token Operation Berbeda dengan Multiple Token Operation, pada Single Token Operation mengharuskan stasiun pengirim menunggu sampai stasiun itu sendiri menghapus busy tokennya sebelum kembali membangkitkan free token yang baru. Jika sebuah paket lebih panjang daripada ring latency, kiranya stasiun akan menerima dan menghapus busy tokennya sendiri sebelum menyelesaikan transmisi data. Dalam situasi ini, stasiun hanya boleh melanjutkan pengiriman data dan membangkitkan free token yang baru hanya setelah bit terakhir data telah terkirim. Oleh karena itu perbedaan Single Token Operation

Gam 3.4 dengan Multiple Token Operation hanya terletak pada ukuran paket yang lebih pendek dibanding ring latency nya. 3.4.3 Single Packet Operation Pada Single Packet Operation, sebuah stasiun tidak akan membangkitkan sebuah free token baru sampai akhirnya token telah selesai mengitari penuh sebuah ring dan menghapus/mengosongkan semua paket yang ditransmisikannya. Sistem ini menjamin tidak adanya interferensi dalam dua transmisi data. Single Packet Operation lebih baik satu step dibanding Single Token Operation, dimana Single Packet Operation hanya mengijinkan paket penuh termasuk busy token yang harus dihapus/dikosongkan sebelum sebuah free token baru dibangkitkan. 3.5 Format Frame Token Ring Ada dua format dasar yang digunakan dalam token ring, yang pertama adalah control token dan yang lainnya adalah frame standar untuk mengirimkan data. Control token berfungsi untuk mengedalikan hak kirim masing-masing DTE. Adapun format frame untuk control token maupun frame data menggunakan Manchester encoding. Konversi bit kedalam Manchester encoding data seperti pada Gambar 3.3. Gambar 3.3 Manchester Encoding 3.6 Pentransmisian Frame

Pada saat sebuah DTE ingin mengirimkan data,data tersebut terlebih dahulu disusun ke dalam format frame standar. DTE tersebut harus menunggu sebuah token bebas (token dengan prioritas yang sama atau lebih rendah), kmudian mengubah status token dari bebas menjadi sibuk dan mulai meyisipkan data. Pada saat frame memutari ring, tiap DTE membaca alamat tujuan yang ada pada frame tersebut. Apabila alamat tujuan tidak cocok, DTE tersebut akan mengabaikan frame yang datang melewatkannya ke DTE berikutnya hingga frame tersebut tiba pada DTE dengan alamat yang sesuai. Setelah data berhasil diterima, DTE tujuan mengirim kembali frame tersebut ke DTE yang mengirimkannya untuk diabsorbsi (dibuang dari ring). 3.7 Ring Management Mekanisme operasi jaringan ring adalah mekanisme yang membutuhkan keadaan steady state. Jika sebuah DTE baru ingin bergabung dalam jaringan yang sedang beroperasi, DTE tersebut harus menjalani prosedur inisialisasi untuk memastikan operasi yang benar dari ring yang sedang aktif tidak terganggu. Saat sedang beroperasi setiap DTE yang aktif harus memantau kinerja ring, apabila ring tidak bekerja dengan benar dan memberikan hak yang adil pada setiap DTE. Fungsi untuk menjaga kinerja yang benar dari ring disebut Ring Management. Terdapat dua tipe DTE yang berada dalam ring, Active Monitor (AM) station, and Standby Monitor (SBM) stations. Hanya ada satu Active Monitor station per ring. Active Monitor station ini berfungsi sebagai ring manager, dan stasiun-stasiun lainnya berfungsi sebagai Standby Monitor Stations. DTE manapun dalam ring dapat menjadi Active Monitor. Active Monitor Stations dipilih dalam proses yang disebut Claim Token Process setelah Active Monitor dipilih,stasiun-stasiun lainnya menjadi Standby Monitors (SBM). Active Monitor bertugas :

1. Menjaga Master Clock untuk memastikan delay ring yang tepat (24 bit delay dalam sebuah ring). 2. Membangkitkan Neighbor Notification setiap tujuh detik untuk memantau token dan pentransmisian frame. 3. Mendeteksi token dan frame yang hilang dengan mengatur bit monitor 4. Membersihkan ring. Standby Monitor bertugas : 1. Mendeteksi kegagalan Active Monitor. 2. Memulai proses Monitor Contention untuk ikut dalam proses Neighbor Notification. 3.8 Definisi Throughput dan Delay Throughput dalam LAN adalah rata-rata pengiriman paket sukses dalam satu satuan waktu. Dengan menganalisa besarnya throughput jaringan terhadap berbagai variasi kedatangan dapat membantu kita menentukan apakah jaringan tersebut dapat diandalkan. Untuk menganalisa throughput, sering dinyatakan dalam persamaan 0 < S < 1 (4.1) Dimana λ X R = rata-rata kecepatan kedatangan paket (paket/detik) = panjang paket (bit) = bit rate (bit/detik) Parameter lain yang yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kinerja suatu jaringan adalah besarnya delay dalam jaringan tersebut. Delay adalah waktu yang dihabiskan oleh satu paket mulai dari pertama kali paket tersebut dibangkitkan hingga

diterima dengan sukses di tujuan. Delay yang dialami oleh masing-masing pengiriman paket terdiri atas beberapa komponen, yaitu : 1. waktu yang dibutuhkan paket tersebut untuk berjalan dari DTE ke interface jaringan. 2. waktu yang dihabiskan paket tersebut dalam buffer saat menunggu giliran pengiriman. 3. waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket tersebut dalam jaringan. 4. waktu yang dihabiskan paket tersebut dalam buffer penerima. 5. waktu yang dibutuhkan paket untuk berjalan dari interface jarngan ke DTE penerima. Pengukuran delay dalam jaringan sangat penting untuk menentukan apakah jarigan tersebut layak dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Hal ini disebabkan karena sering kali informasi yang dikirim dalam paket hanya valid dalam selang waktu tertentu, sehingga besarnya delay sangat penting untuk dipertimbangkan. 3.8.1 Analisis Throughput Multiple Token Operation Throughput dalam LAN adalah rata-rata pengiriman paket sukses dalam satu satuan waktu. Dengan menganalisis besarnya throughput jaringan terhadap berbagai variasi kedatangan dapat membantu kita menentukan apakah jaringan tersebut dapat diandalkan. Untuk menganalisa throughput, sering dinyatakan dalam persamaan S = 0 < S < 1 (4.2) Dimana λ = Rata-rata kecepatan kedatangan paket (paket/detik) M X R = Jumlah DTE = Panjang paket (bit) = Bit rate (bit/detik)

Jika jaringan tidak digunakan pada kecepatan maksimumnya, throughput ternormalisasi akan menurun hingga harga efektifnya. Throughput efektif (S ) Dapat dihitung dengan persamaan. S = (4.3) Dimana R adalah bit rate terendah dari jaringan (bit/detik) 3.8.2 Analisis Delay Multiple Token Operation Model Multiple Token Operation diasumsikan bahwa free token yang baru, dibangkitkan sesegera mungkin setelah bit terakhir dari paket meninggalkan stasiun pengirim. Lalu stasiun pengirim mengisyaratkan ke stasiun yang lain bahwa kanal sibuk (busy) kecuali untuk interval waktu sebesar. Sehingga rata-rata waktu layanan efektif sebesar, dan delay rata-rata untuk Multiple Token Operation dapat dituliskan : ( ) ( ) ( ) (4.4) Dimana D = Delay = Rata-rata waktu pengiriman paket = Ring Latency = Delay ternormalisasi = Throughput = Jumlah DTE

3.9 Model Sistem Gambar dari model sistem jaringan untuk simulasi yang akan dibahas dalam tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.4. M 4 1 3 2 Gambar 4.1 Model jaringan untuk simulasi

3.10 Flowchart Penelitian Kinerja Multiple Token Adapun flowchart penelitian kinerja Multiple token digambarkan pada Gambar 3.5 sehingga mempermudah melihat program perhitungan yang dijalankan. Mulai Model Masukkan Data Analisis Hasil Selesai

Gambar 3.5 Flowchart Penelitian BAB IV ANALISIS KINERJA MULTIPLE TOKEN OPERATION 4.1 Umum Pada bab ini di analisis kinerja Local Area Network (LAN) metode akses Multiple Token Ring. Adapun kinerja yang akan diuji adalah delay dan throughput, dengan memvariasikan parameter jumlah terminal dan bit latency. Dari perhitungan ada beberapa parameter yang diaplikasikan baik dari jumlah stasiun dan bit latency yaitu M =10: 20: 400, λ= 10 packet/s, R = 4., Ẋ= 1000 bit Pengujian yang dibuat dilakukan dengan cara menjalankan program komputer tersebut dengan berbagai perubahan variabel input dan dianalisa hasil keluarannya. Data input sebagai nilai variabel dari program simulasi ini adalah data masukan yang berupa jumlah terminal dan bit latency. Metode simulasi yang digunakan adalah simulasi kejadian diskrit, dimana pemodelan sistem memfokuskan terhadap adanya perubahan variabel keadaan sistem secara seketika dalam titik-titik waktu tertentu. Pencatatan terhadap perubahan variabel keadaan sistem yang diperlukan dilakukan setiap adanya suatu

kejadian. Dalam proses simulasi ini, kejadian yang berlangsung adalah kedatangan paket data di terminal. Sedangkan variabel keadaan sistem yang dicatat adalah waktu berlangsungnya seluruh proses simulasi. Tabel 4.1 Parameter perhitungan throughput protokol akses acak Parameter Deskripsi a (Delay propagasi) Divariasikan (0,01) sampai (1,0) G (Attempt rate) Divariasikan ( ) sampai ( ) 4.2 Flowchart Perhitungan Kinerja Multiple Token Adapun flowchart perhitungan kinerja multiple token digambarkan pada Gambar 4.2 sehingga mempermudah melihat program yang dijalankan. mulai Inisialisasi Monitor Masukkan M Inisialisasi data-data paket Inisialisasi Token Hitung delay

Tampil hasil (tabel dan grafik) selesai Gambar 4.1 Flowchart perhitungan 4.3 Analisis kinerja Throughput terhadap jumlah stasiun Dengan M sebagai jumlah stasiun, λ adalah jumlah packet/second dan adalah jumlah bit/second, maka diperoleh nilai throughput: S=M.λ.. Gambar 4.2 memperlihatkan grafik hubungan kinerja throughput terhadap jumlah stasiun. maka : S=M.λ. (4.1)

Throughput 10 0 Throughput vs jumlah station 10-1 10-2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 jumlah station Gambar 4.2 Hasil perhitungan throughput terhadap jumlah stasiun Tabel 4.2 menampilkan trafik jumlah stasiun terhadap throughput dan menghasilkan besaran delay. Tabel 4.2 Hasil perhitungan Throughput terhadap jumlah stasiun M S 10 0.0250 30 0.0750 50 0.1250 70 0.1750 90 0.2250

110 0.2750 130 0.3250 150 0.3750 170 0.4250 190 0.4750 210 0.5250 230 0.5750 250 0.6250 270 0.6750 290 0.7250 310 0.7750 330 0.8250 350 0.8750 370 0.9250 390 0.9750 Pada grafik dan tabel yang tertera dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah stasiun yang dihitung akan semakin besar pula jumlah throughput yang terjadi. 4.4 Analisis jumlah stasiun terhadap delay Dari Gambar 4.2 didapat dilihat perbedaan delay yang dihasilkan dengan memvariasikan jumlah station dan bit latency yang menjadi acuan pembanding. Dengan rumus perhitungan dapat kita lihat τ = 1+ + ( ) ( ) + (4.2)

Delay Dimana ɑʹ didapat dari rumus ɑʹ = τ (4.3) 10 3 10 2 delay vs jlh station bitlatency = 1 bitlatency = 5 bitlatency = 10 bitlatency = 15 bitlatency = 20 10 1 10 0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 M Gambar 4.3 Hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap delay Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Jumlah Stasiun terhadap Delay Tabel 4.3 menampilkan trafik perhitungan jumlah stasiun terhadap delay dengan menvariasikan bit latency. M Bit latency 1 5 10 15 20 10 1.0560 1.0964 1.1470 1.1976 1.2482 30 1.1330 1.2577 1.4136 1.5695 1.7254 50 1.2178 1.4318 1.6993 1.9668 2.2343

70 1.3115 1.6208 2.0074 2.3940 2.7806 90 1.4161 1.8278 2.3424 3.8570 3.3716 110 1.5337 2.0564 2.7098 3.3632 4.0165 130 1.6673 2.3115 3.1168 3.9221 4.7274 150 1.8207 2.5995 3.5730 4.5465 5.5200 170 1.9989 3.9288 4.0910 5.2533 6.4156 190 2.2093 3.3113 4.6888 7.0663 7.4438 210 2.4618 3.7638 5.3913 7.0188 8.6463 230 2.7713 4.3110 6.2355 8.160 10.0846 250 3.1608 4.9908 7.2783 9.5658 11.8533 270 3.6670 5.8643 8.6111 11.3578 14.1045 290 4.3536 7.0374 10.3922 13.7470 17.1017 210 5.3409 8.7096 12.9204 17.1313 21.3421 330 6.8868 11.3088 16.8363 22.3638 27.8913 350 9.6613 15.9473 23.8048 31.6623 39.5198 370 16.1218 26.7038 39.9313 53.1588 66.3863 390 48.3845 80.2865 120.1640 160.0415 199.9190 4.3 analisis tabel perhitungan jumlah stasiun terhadap delay Dari tabel diatas terlihat pada M= 10 dengan bit latency 20 dihasilkan delay sebesar 1.24 detik.apalabila parameter kita ubah lagi M = 390 dengan bit latency 20 maka delay yang dihasilkan 199.9 detik. 4.5 Analisis perhitungan jumlah stasiun terhadap delay ternormalisasi Dari Gambar 4.3 dibawah menunjukkan perrbedaan delay ternormalisasi yang di hasilkan dengan memvariasikan jumlah stasiun dan bit latency yang menjadi acuan pembanding untuk melihat seberapa besar delay ternormalisasi yang terjadi apabila parameter yang saya sarankan diubah-ubah. Dengan rumus delay ternormalisasi dapat kita lihat

Delay Normalisasi ɑʹ =τ. (4.4) 10 1 10 0 delay normalisasi vs bitlatency bitlatency = 1 bitlatency = 5 bitlatency = 10 bitlatency = 15 bitlatency = 20 10-1 10-2 0 50 100 150 200 250 300 350 400 jlh station Gambar 4.4 Hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap delay ternormalisasi Tabel 4.4 Analisis hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap delay ternormalisasi Tabel 4.4 menampilkan trafik perhitungan jumlah stasiun terhadap delay ternormalisasi. M Delay ternormalisasi 1 5 10 15 20 10 0.0300 0.0700 0.1200 0.1700 0.2200

30 0.0500 0.1700 0.3200 0.4700 0.6200 50 0.0700 0.2700 0.5200 0.7700 1.0200 70 0.0900 0.3700 0.7200 1.0700 1.4200 90 0.1100 0.4700 0.9200 1.3700 1.8200 110 0.1300 0.5700 1.1200 1.6700 2.2200 130 0.100 0.6700 1.3200 1.9700 2.6200 150 0.1700 0.7700 1.5200 2.2700 3.0200 170 0.1900 0.8700 1.7200 2.5700 3.4200 190 0.2100 0.9700 1.9200 2.8700 3.8200 210 0.2300 1.0700 2.1200 3.1700 4.2200 230 0.2500 1.1700 2.3200 3.4700 4.6200 250 0.2700 1.2700 2.5200 4.7700 5.0200 270 0.2900 1.3700 2.7200 4.0700 5.4200 290 0.3100 1.4700 2.9200 4.3700 5.8200 310 0.3300 1.5700 3.1200 4.6700 6.2200 330 0.3500 1.6700 3.3200 4.9700 6.6200 350 0.3700 1.8700 3.5200 5.2700 7.0200 370 0.3900 1.8700 3.7200 5.5700 7.4200 390 0.4100 1.9700 3.9200 5.8700 7.8200 4.4 Tabel hasil perhitungan jumlah stasiun terhadap delay ternormalisasi Dari tabel 4.4 terlihat pada M= 10 dengan bit latency 20 dihasilkan delay sebesar 0.220 detik. apalabila parameter diubah lagi M= 390 dengan bit latency 20 maka delay yang dihasilkan 7.82 detik 4.6 Analisis perhitungan throughput terhadap transfer delay

mean transfer delay 10 3 10 2 mean transfer delay vs throughput bitlatency = 1 bitlatency = 5 bitlatency = 10 bitlatency = 15 bitlatency = 20 10 1 10 0 10-2 10-1 10 0 throughput Gambar 4.5 Grafik analisis throughput terhadap transfer delay 4.5 Tabel hasil perhitungan throughput terhadap transfer delay Tabel 4.5 menampilkan trafik perhitungan throughput terhadap transfer delay sehingga menghasilkan delay. S Bit Latency 1 5 10 15 20 0.0250 1.0560 1.0964 1.1470 1.1976 1.2482 0.0750 1.1330 1.2577 1.4136 1.5695 1.7254 0.1250 1.2178 1.4318 1.6993 1.9668 2.2343 0.1750 1.3115 1.6208 2.0074 2.3940 2.7806 0.2250 1.4161 1.8278 2.3424 2.8570 3.3716 0.2750 1.5337 2.0564 2.7098 3.3632 4.0165 0.3250 1.6673 2.3115 3.1168 3.9221 4.7274 0.3750 1.8207 2.5995 3.5730 4.5465 5.5200 0.4250 1.9989 3.9288 4.0910 5.2533 6.4156 0.4750 2.2093 3.3113 4.6888 6.0663 7.4438 0.5250 2.4618 3.7638 5.3913 7.0188 8.6463 Tabel 4.5 Lanjutan

S 1 5 10 15 20 0.5750 2.7713 4.3110 6.2355 8.1601 10.0846 0.6250 3.1608 4.9908 7.2783 9.5658 11.8533 0.6750 3.6670 5.8643 8.6111 11.3578 14.1045 0.7250 4.3536 7.0374 10.3922 13.7470 17.1017 0.7750 5.3409 8.7096 12.9204 17.1313 21.3421 0.8250 6.8868 11.3088 16.8363 22.3638 27.8913 0.8750 9.6613 15.9473 23.8048 31.6623 39.5198 0.9250 16.1218 26.7038 39.9313 53.1588 66.3863 0.9750 48.3845 80.2865 120.1640 160.0415 199.9190 4.5 Tabel analisis throughput terhadap transfer delay Dari tabel diatas terlihat pada S = 0.0250 dengan bit latency 20 dihasilkan transfer delay sebesar 1.2482 detik. Apalabila parameter diubah lagi S= 0.9750 dengan bit latency 20 maka delay yang dihasilkan 199.9190 detik. 4.7 Analisis Hasil Simulasi Program simulasi token ring ini dirancang untuk mensimulasikan kinerja jaringan token ring dengan menvariasikan bit latency dan jumlah terminal, sehingga menghasilkan keluaran angka dan grafik yang akan dianalisis. Dari hasil simulasi tersebut dilihat bahwa perubahan dan penambahana bit latency dan jumlah terminal akan mempengaruhi throughput dan delay jaringan. Semakin besar bit latency dan semakin banyak jumlah terminal yang tersambung maka througput dan delay juga meningkat. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan Setelah melakukan perhitungan dan analisis kinerja protokol multiple token operation, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk perbandingan throughput terhadap jumlah station pada M = 10 menghasilkan throughput sebesar 0.0250 detik dan pada M = 390 throughput yang dihaslkan sebesar 0.9750 detik. 2. Untuk perbandingan jumlah station terhadap delay dengan menvariasikan bit latency. Pada M = 10 dengan bit latency 20 maka delay delay yang di peroleh sebesar 1.2482 detik bila kita bandingkan pada M = 390 maka delay yang diperoleh dengan bit latency yang sama sebesar 199.9190 detik. 3. Untuk perbandingan jumlah station terhadap delay ternormalisasi dengan menvariasikan bit latency maka pada M = 10 dan bit latency 20 delay ternormalisaasi yang di hasilkan sebesar 0.2200 detik bila bandingkan dengan M = 390 maka delay ternormalisaasi yang dihasilkan sebesar 7.8200 detik. 4. Untuk perbandingan throughput terhadap delay transfer dengan menvariasikan bit latency maka dapat kita lihat bila throughput sebesar 0.0250 dengan bit latency sebesar 20 maka transfer delay yang diterima sebesar 1.2482 detik jika kita berikan throughput sebesar 0.9750 maka delay treansfer yang diperoleh sebesar 199.9190 detik. 5. Token ring menghasilkan kinerja terbaik untuk trafik yang padat dan jumlah user yang besar. 6. Hasil simulasi dilakukan untuk mewakili sistem yang sebenarnya, karena data yang dihasilkan sesuai dengan teori yang ada. 5. 2 Saran Setelah pengerjaan Tugas Akhir ini, penulis menyampaikan beberapa saran dibawah ini. 1. Sebaiknya dikemudian hari dilakukan analisis kinerja protokol multiple token operation dengan parameter analisis yang berbeda. 2. Sebaiknya dikemudian hari dilakukan analisis terhadap kinerja protokol akses lain.