HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai kehidupan guna membekali siswa menuju kedewasaan dan. kematangan pribadinya. (Solichin, 2001:1) Menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. motivasi siswa dalam belajar sehingga membantu siswa dalam mencapai prestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebelumnya. Data itu disampaikan pengelola liga, PT Deteksi Basket Lintas

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pemimpin pada lembaga-lembaga pendidikan seringkali menjadi

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tenaga kerja sebagai sumberdaya yang sangat penting di dalam suatu

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

(Survey di Perguruan Tinggi di Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia mulai diperkenalkan sebagai suatu pendekatan baru. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kepekaan dan kepedulian mereka terhadap masalah sosial. Rendahnya

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat dan kompetitif. Keputusan tersebut menyangkut keputusan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat. Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (citacita)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mendaki gunung adalah suatu kegiatan berpetualang di alam terbuka

PROFESIONAL MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. logis, kreatif serta mampu menggunakan nalarnya untuk memperoleh,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Intelligent Quotient

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN BERAKTUALISASI DIRI DAN KONFLIK PERAN DENGAN CITRA DIRI. Skripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan sesuatu hal (Chalpin, 2006). Dijelaskan pula jika kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

Keberanian Menjalankan Langkah-Langkah Sukses

BAB I PENDAHULUAN. melakukan studi di universitas. Pada saat menjalani studi, mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan selama kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sejak terjadinya conception antara sel telur dan sel kelamin laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. terduga makin mempersulit manusia untuk meramalkan atau. dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Kecerdasan Spiritual ( Spiritual Quotient )

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

Manusia makhluk sosial sehingga membutuhkan interaksi dengan manusia lain. Kemampuan manusia berinteraksi menjadi tolak ukur keberhasilan penyesuaian

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan mengolah data keuangan (input) untuk menghasilkan informasi keuangan

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Guna Mencapai Derajat Strata 1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

BAB V PEMBAHASAN. kecerdasan spiritual pada nilai kejujuran di MTs Al-Ma arif pondok. pesantren Salafiyah As-Syafi iyah Panggung Tulungagung.

PENGARUH ANTARA DIMENSI-DIMENSI EMOTIONAL INTELLIGENCE

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menempati peringkat kedua setelah China. Ekonomi Indonesia triwulan III-2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia menjadi sehat dan kuat secara jasmani maupun rohani atau dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. seorang lulusan program studi S1 Akuntansi bisa melanjutkan estafet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB 2 LANDASAN TEORI

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi Sumber Daya Manusia sehingga tercipta generasi yang siap

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh IFAH KIRANA RUSMAN A

PELAKSANAAN PEMBINAAN MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB I PENDAHULUAN. yang beretika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya untuk memperkenalkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari hari, manusia selalu mengadakan bermacammacam

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI OPTIMISME MASA DEPAN PADA SISWA SMP N 2 JENAWI TESIS Oleh : ANTON FAJAR HIDAYAT Q 100 040 087 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2007 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran di sekolah yang ditandai dengan prestasi yang tinggi, kemampuan intelektual yang memadai serta kepribadian yang baik dalam diri tiap siswa adalah harapan kita semua. Untuk mencapai ini semua dibutuhkan kerja keras dari semua elemen yang berasal dari pendidik, masyarakat maupun dari anak didik itu sendiri. Segala upaya yang dilakukan secara maksimal dari pendidik dan masyarakat tak akan berhasil jika siswa yang dididik sendiri tidak memiliki semangat untuk maju, maka keberhasilanpun akan sulit tercapai. Untuk itu dibutuhkan motivasi yang tinggi dari tiap peserta didik agar harapan dan tujuan dari pembelajaran bisa tercapai. Pada umumnya individu yang memiliki motivasi belajar tinggi, maka individu tersebut akan terdorong untuk menaruh perhatian pada situasi atau aktifitas tertentu (Mahmud, 1979:59). Sedangkan Hudgins (1983:103) berpendapat bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi akan berusaha keras demi suksesnya belajar. Individu mempunyai harapan yang besar untuk suksesnya sikap positif terhadap pencapaian tujuan. Apabila usaha ini telah membuahkan hasil, individu akan merasa puas sebab semua itu diperoleh, karena suatu usaha bukan keberuntungan. Dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi selalu berusaha secara terus 1

menerus untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya, yakin akan berhasil menyelesaikan setiap permasalahan belajar yang dihadapinya dan mempunyai respon yang cukup kuat untuk menyelesaikan setiap persoalan yang kelihatannya harus membutuhkan konsentrasi pikiran. Mc. Clelland (1991:69) berpendapat bahwa individu yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai kesenangan terhadap pekerjaannya dan akan berusaha menemukan pemecahan masalah dengan pengerahan upaya kemampuan sendiri. Ia juga berpendapat bahwa individu yang memiliki minat belajar yang tinggi, maka individu tersebut akan mempunyai kesadaran untuk giat belajar. Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan prestasi belajar siswa adalah kecerdasan. Dalam dekade terakhir ini muncul adanya Kecerdasan Spiritual yang diyakini sebagai puncaknya kecerdasan karena tidak hanya hanya mengandalkan penalaran maupun emosi saja namun juga menekankan aspek spiritual dalam mengarahkan manusia menuju kesuksesan dalam menjalani hidup. Dalam perkembangannya kecerdasan ini disinyalir juga mampu menghidupkan motivasi siswa dalam belajar sehingga membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Ginanjar Agustian (2001:60) mengemukakan dalam kecerdasan spiritual terdapat prinsip-prinsip dalam membangun mental, diantaranya yaitu prinsip bintang (star principle) yang di dalamnya dipaparkan bahwa manusia sebenarnya memiliki energi dahsyat dalam pikiran bawah sadarnya yang bisa dijadikan sebagai sumber motivasi dalam segala hal. Dalam kecerdasan spiritual juga memuat prinsip pembelajaran (learning principle), yang menuntun manusia 2

untuk senantiasa mencari dan mengembangkan pengetahuan yang seluasluasnya. Zohar dan Marshall (2001:102) mengungkapkan enam prinsip dalam kecerdasan spiritual, salah satunya adalah jalan pengetahuan, yaitu merentang dari pemahaman akan masalah praktis umum, pencarian filososfis yang paling dalam akan kebenaran, hingga pencarian spiritual akan pengetahuan. Kemajuan alamiah menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi bermula dari perenungan, melalui pemahaman, menuju kearifan. Cara memecahkan masalah apapun, praktis maupun intelektual, dengan cara yang cerdas spiritual adalah menempatkannya dalam suatu perspektif yang lebih luas, sehingga terlihat lebih jelas. Dari sini kita bisa melihat bahwa orang yang cerdas secara spiritual memiliki motivasi yang kuat untuk memperluas pengetahuannya melalui proses pembelajaran. Namun di sisi lain munculnya motivasi biasanya dilandasi suatu tujuan tertentu, bukannya tanpa alasan. Seperti halnya siswa, mereka termotivasi untuk belajar karena adanya berbagai macam alasan. Dari pengamatan peneliti sendiri, kebanyakan siswa memiliki motivasi belajar dengan tujuan meraih kesuksesan di masa depan. Menurut Crow dan Crow (1984:75) tentang motivasi belajar mengungkapkan adanya The factor inner urge (faktor dorongan dari dalam), yaitu munculnya motivasi yang dipengaruhi adanya keinginan yang besar untuk dapat meraih keberhasilan di masa yang akan datang. Kecenderungan mengharapkan hasil yang paling memuaskan merupakan salah satu aspek dalam optimisme masa depan (dalam Saphiro, 1997:80). 3

Masa depan ditandai dengan adanya perubahan dan segudang ketidakpastian. Oleh karena itu individu senantiasa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, sedangkan individu yang tidak dapat menyesuaikan diri dapat dikatakan individu yang gagal (Toffler, 1987:108). Sebagai seorang siswa, tugas utamanya adalah mencari dan memperluas pengetahuan sebanyak mungkin sebagai suatu wujud penyesuaian siswa terhadap kebutuhannya saat ini. Oleh karena itu untuk menjadi individu yang berhasil di masa yang akan datang, maka hal inilah yang mendorong siswa menjadi termotivasi untuk belajar. Singer (Toffler, 1987:109) masa depan memainkan peranan penting, ia berpendapat bahwa diri seseorang individu merupakan umpan balik dari kondisi apa yang ada (to be) ke arah kondisi yang terjadi (to become) sasaran yang dituju individu adalah citra perannya yang berfokus masa depan yaitu konsepsi tentang keinginan akan mejadi apa dia pada berbagai saat di masa depan. Maka seringkali siswa ditanya mengapa menjadi semangat untuk belajar, karena dia memiliki cita-cita setelah dia lulus nanti dia ingin berprofesi sebagai dokter, insinyur, pengusaha dan sebagainya. B. Rumusan Masalah Frankl (dalam Danah Zohar, 2001:24) mengungkapkan bahwa dimensi spiritual yang diistilahkan sebagai noos mengandung semua sifat khas manusia, seperti keinginan kita untuk memberi makna, orientasi tujuan kita, imajinasi kita, intuisi kita, keimanan kita, visi kita akan menjadi apa, kemampuan kita untuk 4

mencintai di luar kecintaan yang visio-psikologis, kemampuan untuk mendengarkan hati nurani kita di luar kendali super ego dan selera humor kita. Dengan adanya makna dari visi dan orientasi tujuan hidup inilah kita akan mampu menatap masa depan dengan sikap optimis. Ginanjar Agustian (2001:60) mengemukakan adanya prinsip masa depan (vision principle) yang memaparkan bahwa kecerdasan spiritual individu ditandai dengan adanya perencanaan masa depan mulai dari orientasi jangka pendek, menengah maupun jangka panjang yang diiringi dengan kendali sosial dan ketenangan batiniah untuk mencapai jaminan masa depan yang dicitacitakan. Hal ini erat kaitannya dengan optimisme masa depan seorang individu. Dalam suatu penelitian diungkapkan bahwa motivasi dan optimisme ada kaitannya dengan kecerdasan spiritual. Menurut Sinetar (2001:9) orang-orang yang mencapai keberhasilan di masa dewasanya, pada umumnya pada masa kecilnya telah memiliki sifat-sifat spiritual, seperti keberanian, optimisme, tindakan konstruktif, bahkan kewaspadaan dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Terlihat jelas bahwa perkembangan spiritual pemikiran yang terilhami (istilah untuk Kecerdasan Spiritual) telah menghidupkan motif-motif khusus dalam diri mereka. Mereka terilhami, terdorong dan sangat termotivasi untuk mengambil tanggung jawab dan prakarsa untuk belajar. Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pola hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar yang sebenarnya, apakah secara langsung atau melalui Optimisme Masa Depan. 5

B. Tujuan dan manfaat penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimanakah pola hubungan Kecerdasan Spiritual dengan Motivasi Belajar yang sebenarnya, apakah secara langsung atau melalui Optimisme Masa Depan. Setelah dilakukan penelitian ini maka diharapkan dalam pelaksanaan manajemen sekolah dapat dilakukan berbagai upaya dan kegiatan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spiritual maupun optimisme masa depan siswa dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP N 2 Jenawi, diantaranya dengan : a. Pengenalan dan pemahaman siswa tentang Kecerdasan Spiritual melalui pembinaan oleh Guru Bimbingan Konseling. b. Pembinaan tentang pentingnya sikap optimisme siswa terhadap masa depan mereka oleh guru saat memberikan pelajaran. c. Mengembangkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diharapkan mampu menumbuhkembangkan Kecerdasan Spiritual siswa. d. Mengadakan training-training untuk meningkatkan Kecerdasan Spiritual dan optimisme masa depan bagi siswa. 6