BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi. keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan menggambarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

BAB II LANDASAN TEORI. Kebangkrutan adalah suatu kondisi disaat perusahaan mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan, serta penginterpretasian atas hasilnya sehingga dapat digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Posisi Keuangan Posisi keuangan merupakan salah satu informasi yang disediakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi keuangan perusahaan. Pada mulanya laporan keuangan hanya dijadikan

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan, jadi laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

lokal. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan dibuat dan disusun sesuai dengan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Dimana faktor terpenting untuk melihat perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

: AYU ASTREA NINGSIH B.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT SENTUL CITY, Tbk. DAN ENTITAS ANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang terlihat dari kinerjanya. Informasi tentang kinerja keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. a. Pengertian Laporan Keuangan. mempunyai arti yang sangat penting terutama bagi pihak-pihak yang

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kinerja Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen untuk menunjukkan efektivitas pencapaian tujuan dan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISIS PERKEMBANGAN PT ANEKA TAMBANG DITINJAU DARI ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS

Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Pos Indonesia (Persero)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan. keuangan tersebut untuk menentukan atau menilai posisi

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

23 Universitas Sumatera Utara BAB III PEMBAHASAN. A. Laporan keuangan. 1. Pengertian Laporan keuangan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Laporan Keuangan Kinerja keuangan perusahaan dapat dinilai dan dianalisa dengan menggunakan suatu analisa keuangan yang disebut analisa rasio keuangan. Untuk mendapatkan keadaan tentang perkembangan kinerja perusahaan, perlu diadakan interprestasi atau analisis terhadap data keuangan dari perusahaan yang bersangkutan dan data tersebut tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi untuk pengambilan keputusan. Menurut Hanafi (2009:105) laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas yang semuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang berkepentingan Periode penerbitan laporan keuangan pada umumnya diterbitkan setiap tahun operasi atau lebih dikenal dengan laporan keuangan tahunan (financial statement). Menurut Harahap (2010: 121) bahwa laporan keuangan memiliki pengertian sebagai berikut: Sarana Pengkomunikasian Informasi keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah perusahaan yang kuantitatif dalam menilai moneter atau satuan uang berkenaan dengan sumber daya ekonomi dan kewajiban dari sutu perusahaan bisnis dan aktivitas ekonomi untuk mengubah sumber daya dan kewajiban. 18

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit. Untuk menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan. Untuk menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, Klaim terhadap sumber daya tersebut dan perubahaan di dalamnya. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah para pemilik, serta pihak-pihak lain termasuk investor di dalamnya. Oleh karena itu, interprestasi terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui keadaan dan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Khususnya bagi para calon investor yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan sebagai alat analistik dalam rangka penetuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntungan ataukah akan memberikan kerugian di masa yang akan datang. Jadi pengertian Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami rugi selama dua tahun berturut-turut dan Non Financial Distress adalah perusahaan yang mengalami laba selama dua tahun berturut-turut. 2.1.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Jenis-jenis laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan ada 4 (empat) yaitu : 1. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi adalah suatu ikhtisar pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu misalnya sebulan atau setahun. 19

2. Laporan Ekuitas Pemilik Laporan Ekuitas Pemilik adalah suatu ikhtisar perubahan ekuitas pemilik yang terjadi selama periode tertentu. 3. Neraca Neraca adalah suatu daftar aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. 4. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas adalah suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama peroide waktu tertentu. 2.1.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Dalam Standart Akuntansi keuangan 2002 dijelaskan bahwa karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok yaitu : 1. Mudah dipahami Kualitas penting informasi yang ada dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat dipahami oleh pemakai atau penggunanya. Maksudnya adalah pemakai di asumsikan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta kemauan untuk mempelajari informasi dari laporan keuangan yang terkandung di dalamnya dengan wajar. 2. Relevan Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi dari laporan keuangan di katakan 20

memiliki kualitas yang relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. 3. Keandalan Informasi dikatakan handal yaitu informasi harus bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya di sajikan atau yang secara wajar di harapkan dapat di sajikan. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan dari perusahaan tersebut. Pemakai harus juga dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relative agar pemakai betul-betul mengetahui hasil perbandingan dan perubahan laporan keuangan perusahaan yang di bandingkan tersebut. 2.1.4 Analisis Laporan Keuangan Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input yaitu informasi yang bisa dipakai untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan akan memberikan informasi mengenai profitabilitas, risiko, timing aliran kas, yang kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihakpihak yang berkepentingan. Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penguraian pos-pos laporan 21

keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil sehingga dapat dipahami dengan tujuan mengetahui kondisi keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan sangat membantu manajemen dalam menilai kinerja perusahaannya sehingga dapat mengambil keputusan lebih lanjut baik itu dalam hal investasi, ekspansi, ataupun pendanaan perusahaan. Di lain pihak analisis laporan keuangan juga membantu investor yang ingin menanamkan dananya ke dalam perusahaan. Dalam analisis laporan keuangan, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam analisis, analisa juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bias dan biasa dipakai sebagai pembanding. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam industri. 3. Informasi tambahan di luar laporan keuangan diperlukan untuk memberikan analisis yang lebih tajam lagi. Untuk memudahkan pembacaan data-data keuangan untuk beberapa periode (untuk mencari trend-trend tertentu) dapat menggunakan: analisis common- size dengan jalan menghitung tiap-tiap 22

rekening dalam laporan labarugi dan neraca, serta dapat menggunakan analisis rasio. Tujuan analisis laporan keuangan menurut Prastowo dan Juliaty dalam Saragih (2010) antara lain : a) sebagai proses diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya. b) sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi ataumerger, c) sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan dimasa datang, d) sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Ada beberapa jenis analisa yang dapat digunakan dalam melakukan analisa terhadap sebuah laporan keuangan, yaitu: a. Analisa Internal Analisa internal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam rangka mengukur efisiensi usaha dan menjelaskan perubahan yang terjadi dalam kondisi keuangan perusahaan. Selain menghasilkan laporan yang biasa diumumkan pada pihak di luar perusahaan, analisa ini juga menghasilkan laporan yang tidak untuk diumumkan atau dipublikasikan tetapi hanya dipakai untuk maksud-maksud internal saja. b. Analisa Eksternal Analisa eksternal merupakan analisa yang dilakukan oleh pihakpihak di luar manajemen perusahaan misalnya bank, calon pemegang saham, dan calon kreditur lain yang mana dalam melakukan analisa mereka tidak bisa 23

memperoleh data secara terperinci, hanya informasi yang sifatnya diterbitkan untuk umum. Analisa ini juga ditujukan guna menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan, sebelum pihak eksternal melakukan kerjasama finansial dengan perusahaan tersebut. c. Analisa Horizontal (Analisa Dinamis) Analisa horizontal merupakan analisa perkembangan data keuangan dan data operasi perusahaan dari tahun ke tahun atau dengan kata lain mengadakan pembandingan laporan keuangan untuk beberapa periode waktu tertentu dengan menetapkan salah satu periode sebagai periode dasar pembanding. Dari analisa ini akan dapat terlihat perkembangan maupun penurunan operasional perusahaan. d. Analisa Vertikal (Analisa Statis) Analisa vertikal merupakan analisa laporan keuangan yang terbatas pada satu periode akuntansi saja, sehingga hanya membandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut untuk mengetahui keadaan keuangan atau hasil usaha pada periode itu saja. 2.1.5 Analisis Rasio Keuangan Dalam mengadakan interpretasi dan analisa laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisa memerlukan adanya ukuran atau yard-stick tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio. Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam arithmatical terms yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara 24

dua macam data keuangan. Menurut Riyanto (2010:329), analisa rasio keuangan dapat dilakukan dengan dua macam cara pembandingan yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (ratio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan/company ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/ rasio rata-rata/ rasio standard) untuk waktu yang sama. Pada dasarnya jumlah angka rasio banyak sekali karena rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa. Menurut Riyanto (2010:331) penggolongan rasio keuangan adalah sebagai berikut: a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Yang termasuk dalam rasio likuiditas yaitu: 1. Rasio lancar (current ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar (kewajiban Lancar). 2. Rasio cepat (quick ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya dengan 25

menggunakan aktiva lancarnya yang likuid, yaitu aktiva lancer diluar persediaan. 3. Rasio modal kerja terhadap total aktiva (working capital to total assets ratio) menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan hutang lancer (kewajiban lancar). b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki, atau dengan kata lain sejauh mana efektifitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas asset. Yang termasuk dalam rasio aktivitas diantaranya: 1. Rasio periode pengumpulan piutang digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai. 2. Rasio tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengukur berapa kali tingkat perputaran piutang dalam satu tahunnya. 3. Rasio tingkat perputaran persediaan menunjukkan tingkat efektifitas manajemen persediaan, yaitu menunjukkan lamanya dana tertanam dalam persediaan. 4. Rasio tingkat perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana efektifitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetapnya. c. Rasio Laverage atau Solvabilitas Rasio laverage atau solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kawajiban- 26

kewajiban jangka panjangnya. Yang termasuk dalam rasio laverage atau solvabilitas diantaranya: 1. Rasio hutang (debt ratio) mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. 2. Rasio kewajiban terhadap modal (debt to equity ratio) menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri. 3. Time interest earned ratio mengukur kemampuan perusahaan membayar bunga hutang dengan laba sebelum bunga dan pajak atau dengan kata lain seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang tersedia untuk menutup beban bunga. 4. Rasio kewajiban lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban lancar. 5. Rasio kewajiban tidak lancar terhadap total aktiva mengukur berapa besar total aktiva perusahaan yang dibiayai dengan kewajiban bukan lancar. d. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas Rasio rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Yang termasuk dalam rasio rentabilitas atau profitabilitas diantaranya: 1. Marjin laba kotor mencerminkan mark-up terhadap harga pokok penjualan selain mencerminkan kemampuan manajemen untuk 27

meminimalisasi harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan perusahaan. 2. Margin laba usaha mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah beban operasi atau usaha dan harga pokok penjualan dalam hubungannya dengan penjualan yang dilakukan. 3. Margin laba bersih mencerminkan kemampuan manajemen untuk menghasilkan laba setelah harga pokok penjualan, beban operasi atau usaha, beban lain-lainnya dan pajak dalam hubungannya dengan penjualan. 4. Return On Investment (ROI) mencerminkan kemampuan manajemen dalam mengatur aktiva-aktivanya seoptimal mungkin sehingga dicapai laba bersih yang diinginkan. e. Rasio Pasar Rasio ini melihat perkembangan nilai perusahaan relatif terhadap nilai buku perusahaan. Disamping itu, analisis rasio juga memiliki keterbatasan. Menurut Harahap (2010:298) keterbatasan analisis rasio adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. 2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti: a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif 28

b. Nilai yang tekandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio. d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan bebeda oleh perusahaan yang berbeda. 3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio. 4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron 5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama, oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah variable rasio keuangan yang sama seperti penelitan yang dilakukan oleh Altman (1968), yaitu: 1. Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva Modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva jangka pendek. Modal kerja kotor didefisinikan sebagai total aktiva lancer perusahaan, sedangkan modal kerja bersih didefinisikan sebagai aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar. 2. Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana sendiri. Besarnya laba ditahan dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan dana perusahaan dan mengurangi sumber dana. Rasio ini mengukur keuntungan yang telah diperoleh mulai dari 29

perusahaan dioperasionalkan. Semakin kecil rasio menunjukkan kecilnya peranan laba ditahan dalam bentuk dana perusahaan. 3. Rasio EBIT terhadap Total Aktiva EBIT merupakan laba yang diperoleh perusahaan sebelum dikurangi pajak dan bunga. Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecilnya EBIT perusahaan dengan menggunakan total aktivanya. 4. Nilai Buku Modal terhadap Nilai Buku Hutang Nilai buku perusahaan adalah jumlah saham yang beredar dikalikan dengan nilai pasarnya. Nilai buku hutang merupakan biaya historis dari aktiva fisik perusahaan. Semakin kecil hasil dari perhitungan rasio ini maka perusahaan akan dapat dikatakan semakin buruk kondisinya. 2.1.5.1 Current Ratio (Rasio Lancar) 2.1.5.1.1 Pengertian Current Ratio (Rasio Lancar) Current ratio (Rasio Lancar) menurut kasmir (2008:134) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Masih menurut kasmir dalam halaman yang sama, ia menyatakan bahwa rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan suatu perusahaan. Menurut Kuswadi (2005:78) rasio lancar merupakan perbandingan antara harta lancar atau aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek bias dipakai untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dari aktiva lancarnya. 30

Menurut Brigham dan Houston dalam Leon F Lbn Batu (2011) rasio lancar mengukur kemampuan aktiva lancar membayar hutang lancar. Current ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar Current Ratio menunjukan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan hutang jangka pendek. Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total hutang lancar. Rumus mencari current ratio atau rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut: Menurut Kasmir (2008:135) dari hasil pengukuran rasio apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. 2.1.5.2 Komponen Current Ratio (Rasio Lancar) 2.1.5.2.1 Current Assets (Aktiva Lancar) Menurut Kasmir (2008:134) pengertian Current Assets atau aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat 31

berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus di terima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Aktiva lancar menurut Kieso dalam bukunya Akuntansi Intemediate yang diterjemahkan oleh Emil Salim (2002:220) menyebutkan bahwa kas dan aktiva lainnya yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu silus operasi, tergantung mana yang paling lama. Aktiva lancar menurut Munawir (2004:117-119) yang termasuk dalam kelompok aktiva lancar adalah sebagai berikut: a) Kas: meliputi uang tunai,cek,simpanan dibank (yang dapat di ambil setiap saat) b) Investasi jangka pendek: berupa obligasi, saham, deposito bank, investasi jangka pendek ini disajikan dalam neraca sebesar harga perolehannya atau harga pasar mana yang lebih rendah. c) Piutang wesel: tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu wesel atau perjanjian yang dalam undang-undang. d) Piutang dagang: tagihan kepada pihak lain sebagai akibat dari adanya penjualan barang secara kredit. e) Persediaan: barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang atau belum terjual. f) Piutang penghasilan atau penghasilan yang masih harus di terima: penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasanya tetapi belum diterima pembayarannya 32

g) Biaya yang dibayar di muka: pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya, jasa pihak lain tersebut belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini melainkan pada periode lainnya. 2.1.5.2.2 Current Liabilities (Hutang Lancar) Menurut Kasmir (2008:134-135), hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya hutang ini harus segera dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen hutang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, hutang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya. Menurut Munawir (2004:18) defenisi hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan pembayarannya dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, Mengacu pada Munawir utang lancar meliputi antara lain: a) Hutang dagang: Hutang yang disebabkan pembelian barang dagang secara kredit. b) Hutang Wesel: Hutang yang disertai dengan janji tertulis untuk melakukan pembayaran pada waktu tertentu di masa yang akan dating. c) Hutang pajak: meliputi pajak perusahaan maupun pajak pendapatan karyawan yang akan di setor ke kas negara. 33

d) Biaya yang harus dibayar: Biaya- biaya yang sudah terjadi tetapi belum dilakukan pembayarannya. e) Hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo: Hutang jangka panjang telah menjadi hutang jangka pendek, karena harus segera dibayar. f) Penghasilan diterima dimuka: Kewajiban yang disebabkan perusahaan menerima pembayaran terlebih dahulu tetapi penyerahan barang atau jasa belum dilaksanakan. 2.1.5.3 Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) 2.1.5.3.1 Pengertian Debt Ratio Menurut Kasmir (2008:156) debt ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahanan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Menurut Darsono (2005:54), Debt to asset ratio yaitu rasio total kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukan peningkatan dari risiko kreditor berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. 34

Sedangkan menurut Lukman (2007:54) debt ratio merupakan pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur. Rumus untuk mencari debt ratio dapat digunakan sebagai berikut: Menurut Kasmir (2008:156) dari hasil pengukuran apabila rasionya tinggi, artinya pendanaan dengan hutang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula sebaliknya apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai oleh hutang. Standart pengukuran untuk mengukur baik tidaknya rasio perusahaan digunakan rasio rata-rata industri sejenis. 2.1.5.3.2 Komponen Debt to Assets Ratio (Debt Ratio) 2.1.5.3.2.1 Total Assets Pengertian aktiava tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang serta aktiva yang tidak berwujud lainnya misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Menurut Djarwanto dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva adalah sebagai berikut aktiva merupakan bentuk dari penanaman modal perusahaan, bentuk-bentuknya dapat berupa harta kekayaan atau hak atas kekayaan atau jasa yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. 35

Menurut Hanafi dalam kutipan Kaerudin (2010:9) pengertian aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darinya manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diraih oleh perusahaan. Sedangkan menurut Priatma (2010:36), harta aktiva adalah keseluruhan sumber daya ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya. Klasifikasi yang umum berlaku untuk harta adalah: 1. Harta Lancar (Current Assets) 2. Harta tetap (Fixed Assets) 3. Harta Tidak Berwujud (Intangible Assets) 2.1.5.3.2.2 Total Liabilities Menurut Hendrikson yang dialibahasakan oleh Wibowo (Seperti dalam kutipan Suvryanatha, 2009:25-26) mendefinisikan kewajiban (Liabilities) sebagai kewajiban ekonomi suatu badan usaha yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan menurut Priatna (2010:38) kewajiban atau utang adalah kewajiban yang harus diselesaikan oleh perusahaan kepada pihak di luar perusahaan akibat transaksi di masa lalu. Sering juga dikatakan bahwa kewajiban atau utang ini merupakan modal yang berasal dari pihak di luar perusahaan. Klasifikasi kewajiban diatur berdasarkan urutan jatuh temponya meliputi: 1. Kewajiban jangka pendek (Current Liabilities) 2. Kewajiban jangka panjang (Long term liabilities) 36

2.1.6. Prediksi Financial Distress Menurut Ramadhani dan Lukviarman dalam Ferbianasari (2012) menyimpulkan bahwa financial distress adalah suatu situasi dimana arus kas operasi perusahaan tidak memadai untuk melunasi kewajiban-kewajiban lancar (seperti hutang dagang atau beban bunga) dan perusahaan terpaksa melakukan tindakan perbaikan. Financial distress adalah masalah likuiditas yang sangat parah yang tidak bisa dipecahkan tanpa perubahan ukuran dari operasi atau struktur perusahaan. Informasi financial distress ini dapat dijadikan sebagai peringatan dini atas kebangkrutan sehingga manajemen dapat melakukan tindakan secara cepat untuk mencegah masalah sebelum terjadinya kebangkrutan. Menurut Riyanto (2001:315) faktor-faktor yang merupakan penyebab kegagalan suatu perusahaan pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Sebab Intern adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendir, yang meliputi: a) Sebab-sebab yang menyangkut bidang finansiil meliputi: 1) Adanya utang yang terlalu besar sehingga memberikan beban tetap yang kuat bagi perusahaan 2) Adanya current liabilities yang terlalu besar diatas current assets 3) Lambatnya pengumpulan piutang atau banyaknya bad-debts (piutang tak tertagih) 4) Kesalahan dalam dividen-policy 5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan b) Sebab-sebab yang menyangkut bidang non finansiil meliputi: 1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan yaitu antara lain: 37

a. Kesalahan dalam pemilihan tempat kedudukan perusahaan b. Kesalahan dalam penentukan produk yang dihasilkan c. Kesalahan dalam penentuan besarnya perusahaan 2) Kurang baiknya struktur organisasi 3) Kesalahan dalam pemilihan pimpinan perusahaan 4) Adanya manajerial incompetence a. Kesalahan dalam policy pembelian b. Kesalahan dalam policy produksi c. Kesalahan dalam policy marketing d. Adanya ekspansi yang berlebih-lebihan 2. Sebab Ekstern adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan dan yang berada diluar kekuasaan atau control dari pimpinan perusahaan atau badan usaha, yaitu antara lain: a. Adanya persaingan yang hebat b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan c. Turunnya harga-harga, dan lain sebagainya. Menurut Almilia dan Kristijadi (2003), prediksi financial distress Perusahaan merupakan perhatian dari banyak pihak. Pihak-pihak yang menggunakan model tersebut meliputi : 1. Pemberian pinjaman. Penelitian berkaitan dengan prediksi financial distress mempunyai relevansi terhadap institusi pemberi pinjaman, baik dalam memutuskan apakah akan memberi suatu pinjaman dan menentukan kebijakan untuk mengawasi pinjaman yang telah diberikan. 38

2. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu inestor ketika akan menilai kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga. 3. Pembuat peraturan. Lembaga regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar hutang dan menstabilkan perusahaan individu, hal ini menyebabkan perlunya suatu model yang aplikatif untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai stabilitas perusahaan. 4. Pemerintah. Predisksi financial distress juga sangat penting bagi pemerintah dalam antitrust regulation. 5. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam membuat penilaian going concern suatu perusahaan. 6. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan maka perusahaan akan menanggung biaya langsung (fee akuntan dan pengacara) dan biaya tidak langsung (kerugian paksa akibat ketetapan pengadilan). Sehingga dengan adanya prediksi financial distress diharapkan perusahaan dapat menghindari kebangkrutan den otomatis juga dapat menghindari biaya langsung dan biaya tidak langsung dari kebangkrutan. 2.1.7 Indikator terjadinya financial distress Menurut Poster (1968) terdapat beberapa indikator atau sumber informasi mengenai kemungkinan dari kesulitan keuangan : 1. Analisis arus kas untuk periode sekarang dan yang akan datang. 39

2. Analisis strategi perusahaan yang mempertimbangkan pesaing potensial, struktur biaya relatif, perluasan rencana dalam industri, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan biaya, kualitas manajemen dan lain sebagainya. 3. Analisis laporan keuangan dari perusahaan serta perbandingannya dengan perusahaan lain. Analisis ini dapat berfokus pada suatu variabel keuangan 4. Variabel eksternal seperti return sekuritas dan penilaian obligasitunggal atas suatu kombinasi dari variabel keuangan. 2.1.8. Analisis Kebangkrutan Model Alman Z-Score Menurut Syahyunan (2015:116-118) Kebangkrutan merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak begitu saja muncul di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan di analisis secara cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan perusahaan. Alman dikenal sebagai pionir dalam teori kebangkrutan dengan Z-score nya. Z-Score merupakan suatu persamaan multivariabel yang digunakan oleh alman dalam rangka memprediksi tingkat kebangkrutan. Alman menggunakan model statistic yang disebut dengan analisis diskriminan, tepatnya adalah Multiple discriminant analysis (MDA). MDA mulai digunakan pada penelitian biologi di tahun 1930-an. Pada MDA sampel dibagi kedalam dua kelompok, dalam hal ini adalah perusahaan yang bangkrut dan perusahaan yang tidak bangkrut. Hal ini berbeda denga regresi berganda biasa yang mencampur kedua sampel. 40

Sebelum melakukan analisis kebangkrutan perlu disadari bahwa dalam setiap model selalu terdapat kemungkinan salah prediksi dan perbedaan tingkat akurasi. Sulit untuk berharap ada alat prediksi dengan akurasi 100%. Adapun Z-Score yang terus mengalami perubahan yaittu: 1. Z-Score Asli Z-Score asli pertama sekali dirumuskan oleh Alman dengan latar belakang, antara lain: 1) Sampel diambil dari perusahaan manufaktur publik. 2) Perusahaan beralokasi di Amerika. 3) Dirumuskan tahun 1968. 4) Jumlah sampel 66 perusahaan, terdiri dari 33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan tidak bangkrut. Junlah rasio yang dipilih adalah 22 buah. Dari jumlah sampel tersebut kemudian hanya dipilih 5 rasio yang paling kuat secara bersama berkolerasi dengan kebangkrutan. Versi pertama dari Z-Score yang asli dapat dilihat pada table dibawah ini. Z=1,2 X + 1,4 X + 3,3 X + 0,6 X Tabel 2.1 Tabel Klasifikasi Alman Z-Score Working Capital/Total Asset Retained Earning/Total Asset EBIT/Total Asset Market Value of Equity/book value of debt Sales/Total Asset Kondisi + 1,0 X Score >2,99 Tidak Bangkrut 1,81-2,99 Daerah Kelabu <1,81 Bangkrut Sumber: Syahyunan (2015:117) 41

Keterangan: a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2. Z-Score Karena keterbatasan dari penggunaan Z-Score yang hanya dapat digunakan bagi perusahaan publik dan manufaktur, kemudian Alman mengembangkan dua varian dari Z-Score, yaitu Z -Score dan Z -Score. Z -Score ditunjukan untuk perusahaan non publik (Private) dengan cara merumuskan kembali rasio yang digunakan yaitu menghilangkan market value of equity dan menggantinya dengan book value of equity. Perumusan yang berubah dan sampel yang berbeda membuat hasil akhir rumus Z -Score menjadi berbeda dengan Z-Score Asli. Z= 0,717 X + 0,847 X + 3,107 X + 0,420 X Tabel 2.2 Tabel Klasifikasi Alman Z -Score Working Capital/Total Asset Retained Earning/Total Asset EBIT/Total Asset Market Value of Equity/book value of debt Sales/Total Asset + 0,998 X Score Kondisi >2,90 Tidak Bangkrut 1,23-2,90 Daerah Kelabu <1,23 Bangkrut Sumber: Syahyunan (2015:117) Keterangan: a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. 42

c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 3. Z -Score Varian terakhir adalah Z -Score. Pada model terakhir ini rasio sales to total asset dihilangkan dengan harapan efek industri, dalam pengertian ukuran perusahaan terkait dengan asset atau penjualan dapat dihilangkan. Sampel yang digunakan kemudian diganti dengan perusahaan dari negara berkembang (emerging market), yaitu Mexico. Z -Score merupakan rumus yang paling fleksibel karena bisa digunakan untuk perusahaan publik maupun private. Z= 6,25 X + 3,26 X + 6,72 X + 1,05 X Tabel 2.3 Tabel Klasifikasi Alman Z -Score Working Capital/Total Asset Retained Earning/Total Asset EBIT/Total Asset Book value og equity/ Book value of debt Score Kondisi >2,60 Tidak Bangkrut 1,1-2,60 Daerah Kelabu <1,1 Bangkrut Sumber: Syahyunan (2015:117) Keterangan: a) Jika nilai Z > 2,99 maka termasuk perusahaan yang tidak bangkrut. b) Jika nilai Z 1,81-2,99 Maka termasuk perusahaan daerah kelabu. c) Jika nilai Z < 2,99 maka termasuk perusahaan yang bangkrut. 2.1.9. Manfaat Prediksi Financial Distress Menurut Harnanto (1984 : 483-484) menyatakan bahwa, prediksi financial distress suatu perusahaan memberikan manfaat bagi beberapa pihak anatara lain: 43

1. Bagi Investor Informasi adanya prediksi financial distress memberi masukan dalam menanamkan modal mereka, apakah mereka akan menanamkan modal mereka atau menghentikan penanaman modal mereka ke perusahaan. 5. Bagi Pemerintah Prediksi financial distress dapat digunakan untuk menetapkan kebijakan dibidang perpajakan dan kebijakan-kebijakan lain yang berhubungan antara pemerintah dan perusahaan. 6. Bagi Bank dan Lembaga Perkreditan Informasi akan adanya kemungkinan kesulitan keuangan yang dihadapi perusahaan nasabahnya dan calon nasabahnya sangat diperlukan untuk menentukan status apakah pinjaman harus diberikan, negosiasi pembayaran kembali pinjaman perlu dibuat ulang dan kebijakan lain sehubungan dengan pemberian pinjaman. 7. Bagi Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) Prediksi akan terjadinya kesulitan keuangan dan kebangkrutan suatu perusahaan diperlukan untuk memutuskan dapat atau tidaknya suatu. 2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian untuk memprediksi kegagalan perusahaan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneneliti, diantaranya adalah sebagai berikut : 44

Tabel 2.4 Review Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti/ Tahun 1 Ahmad Khaliq, et.al (2014) Judul Penelitian Identifying Financial Distress Firms: A Case Study of Malaysia s Government Linked Companies (GLC) Variabel Penelitian 1. Current Ratio 2. Debt Ratio 3. Alman Z-core Teknik Analisis Regresi Linear Berganda Hasil Penelitian 1. Current Ratio Berpengaruh Signifikan Terhadap Financial Distress 2. Debt Ratio Tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress 2 Yuanita (2010) 3 Ali Abusalah dan Ng Kim-Soon (2012) 4 Hazem dan Al-Horani (2012) Prediksi Financial Distress Dalam Industri Textile dan Garment Using Altman's Model and Current Ratio to Assess the Financial Status of Companies Quoted In the Malaysian Stock Exchange Predicting Financial Distress of Companies Listed in Amman Stock Exchange 1. Working Capital to Total Assets. 2.Retained Earnings to Total Assets 1. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets 2. Book Value of Equity to Book Value of Debt Sales/ Total Assets 3. Rasio Keuangan 1. Current Ratio 2. Financial Distress (Alman Z - score) 1. Rasio Keuangan 2. Financial Distress (Alman Z -score) Regresi Linear Berganda Regresi Logistik Regresi Linear berganda 1. Rasio Likuiditas Memiliki Pengaruh yang signifikan terhadap Financial Distress 2. Rasio Solvabilitas/ Leverage Memiliki Pengaruh yang signifikan terhadap Financial Distres 1. Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap financial distress 1. Current Ratio berpengaruh terhadap financial distress 2. Debt ratio berpengaruh terhadap financial distress 45

Lanjutan Tabel 2.4 Review Penenlitian Terdahulu No Nama Peneliti/ Tahun 5 Liana dan Sutrisno (2014) 6. Imam Mas ud dan Srengga (2011) Judul Penelitian Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur. Analisis Rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia. Variabel Penelitian 1. Working Capital to Total Assets. 2. Retained Earnings to Total Assets 3. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets 4. Book Value of Equity to Book Value of Debt Sales/ Total Assets 5. Rasio Keuangan (Likuiditas, Leverage, aktivitas, rentabilitas) 1. Rasio keuangan (likuiditas, leverage, rentabilitas, aktivitas) 2. Financial Distres (Alman Z - Score) Teknik Analisis Regresi Linear Berganda Regresi Linear berganda Hasil Penelitian 4. Rasio Likuiditas tidak memiiki pengaruh terhadap Financial Distress atau dengan kata lain likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan perubahan variabel Financial Distress 5. Rasio solvabilitas tidak memiiki pengaruh terhadap Financial Distress atau dengan kata lain solvabilitas tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam menentukan Variabel Financial Distress 1. Current Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. 2. Debt ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap financial distress. 46

Lanjutan Tabel 2.4 Review Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti/T ahun 7 Debby (2012) Judul Penelitian Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesi Variabel Penelitian 1. Rasio Keuangan (Likuiditas, Leveage, Aktivitas, Rentabilitas) 2. Financial distress (Alman Z-score) Teknik Analisis liniar probability method, logit model, dan probit model. Hasil Penelitian 1. Rasio Likuiditas yang merupakan current ratio memiliki pengaruh positif terhadap kondisi financial distress. artinya semakin besar nilai current ratio, semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress. Current ratio tidak berpengaruh signifikan dalam memprediksi financial distress. 2. Rasio Leverage yang merupakan debt ratio memiliki pengaruh 2.3. Kerangka Konseptual Tidak dipungkiri bahwa setiap perusahaan memiliki potensi mengalami kebangkrutan. Kinerja keuangan perusahaan yang dapat dilihat di dalam laporan keuangan menggambarkan bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya. 47

Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara varibel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variabel terikat. Pengukuran rasio Altman yaitu untuk mengetahui potensi kebangkrutan menggunakan perhitungan Z-score. Nilai Z-score akan menjelaskan kondisi keuangan perusahaan property dan real estate yang dibagi dalam beberapa tingkatan. Metode Altman Z Score memiliki rasio yang terdiri dari: working capital / total assets, retained earnings / total assets, earning before interest and taxes / total assets, book value of equity / total liabilities, sales / total assets. Bangkrut adalah keadaan atau situasi dimana perusahaan mengalami kekurangan dan ketidakcukupan dana untuk menjalankan atau melanjukan usahanya. Pemicu kebangkrutan dapat berasal dari adanya permasalahan yang mempengaruhi operasi utama dari perusahaan seperti kekurangan bahan baku. Kebangkrutan tidaklah terjadi secara tiba-tiba dan dapat diramalkan sebelumnya. Sebelum perusahaan dinyatakan bangkrut, biasanya ditandai oleh berbagai situasi atau keadaan khususnya berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi operasinya, seperti volume penjualan yang relatif rendah atau adanya trend penjualan yang menurun, cash flow yang negatif, kerugian yang terusmenerus, dan hutang yang semakin membengkak. Current Ratio Financial Distress (Z-Score) Debt Ratio Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 48

Adapun Pengaruh antara masing-masing variabel dalam kerangka konseptual ini yaitu sebagai berikut: 1. Pengaruh Current Ratio dengan Financial Distress Melalui Currennt ratio dapat diketahui apakah hutang jangka pendek yang biasanya jatuh tempo dalam waktu 12 bulan bisa dibayar oleh perusahaan. Karena current ratio sifatnya lebih cepat dikonversi dalam satuan moneter. Maka diharapkan hutang jangka pendek tersebut bisa dibayar dengan jumlah current asset tersebut. Oleh karena itu jumlah current asset harus lebih besar dari jumlah current liabilities. Dengan kata lain untuk bisa melunasi hutang jangka pendek perusahaan, maka perusahaan tersebut harus memiliki current ratio yang tinggi. Sebaliknya, apabila ternyata perusahaan memiliki current asset yang rendah, atau jumlah current asset harus lebih kecil dari jumlah current liabilities, maka perusahaan tersebut dikhawatirkan akan kesulitan dalam membayar utang jangka pendeknya. Hal ini yang dapat memicu terjadinya financial distress. 2. Pengaruh Debt Ratio dengan Financial Distress Melaui debt ratio dapat diketahui apakah hutang dapat tertutupi oleh jumlah asset perusahaan. Oleh karena itu, jumlah total asset harus lebih besar dari jumlah total liabilities. Dengan kata lain, untuk bisa melunasi utang perusahaan tanpa harus mengorbankan terlalu banyak kepentingan pemilik modal, maka perusahaan tersebut harus memiliki debt ratio yang rendah. Sebaliknya apabila ternyata perusahaan memiliki debt ratio yang lebih tinggi, atau jumlah current liabilities lebih besar dari jumlah current asset, 49

maka perusahaan tersebut dikhawatirkan akan kesulitan membayar hutanghutangnya. Hal ini dapat memicu terjadinya financial distress. 2.4. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan dari penelitian ini, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Current Ratio dan Debt Ratio berpengaruh terhadap financial distress pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 50