PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERORIENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI ELASTISITAS SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI SMA PADA MATERI LAJU REAKSI

SAMPAH. , Winarsih 2 ) dan Martini 3) Abstrak. Abstract. and the positive UAN PENDAHULU. aktif. mengajar. yang. yang diperoleh

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA

Lenni*, Maria Erna**, Erviyenni*** No. Hp:

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA SUBMATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, ISBN : Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 2, pp May 2016

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MIND MAPPING PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY

UNESA Journal of Chemical Education Vol.4, No.2, pp , May 2015

Kata Kunci : LKS scaffolding, sumber pembelajaran, faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi, kelayakan

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

THE DEVELOPMENT OF THE STUDENT ACTIVITIES WORKSHEETS BASED ON CONSTRUCTIVISM ON THE SOLUBILITY AND CONSTANT SOLUBILITY PRODUCT

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI DI SMAN PLOSO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA N 3 TAPUNG

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA SISWA UNTUK MENGASES KETERAMPILAN PROSES DALAM PRAKTIKUM SENYAWA POLAR DAN NON POLAR KELAS X SMA

KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol 3, No 2, pp , May 2014

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X SMAN 7 MALANG

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika ISBN:

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

Chemistry Study Program The Faculty of Teachers Training and Education University of Riau

PENGEMBANGAN KIT PRAKTIKUM DAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA SMA

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI GERAK KELAS VII SMP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No. 1, pp , January 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Zat Aditif Pada Makanan dan Minuman. Ariska Yuniar Rahmawati (1),Evie Ratnasari (2)

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

UNESA Journal of Chemical Education Vol. 2, No. 1, pp Januari 2013 ISSN:

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2 No.2 pp May 2013

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

KETERAMPILAN PROSES SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI LAJU REAKSI DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURABAYA

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI PROBLEM SOLVING DENGAN STRATEGI MIND MAPPING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI SMA

Fathma Fitriani 1, Jimmi Copriady 2, Lenny Anwar 3

UNESA Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 1, pp January 2016

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 02, pp , May 2014

PERMAINAN KIMIA KOTAK KATIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 1, pp Januari 2014

KELAYAKAN BUKU AJAR KIMIA BERORIENTASI QUANTUM LEARNING PADA MATERI POKOK KIMIA UNSUR UNTUK SISWA KELAS XII SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KOLOID

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

Kelayakan Teoritis LKS Berbasis Guided Discovery Berdasarkan Hasil Telaah dan Validasi

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF CHEMBOND (CHEMICAL BONDING) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No. 2, pp , May 2016

Unesa Journal of Chemical Education Vol 3, No 2, pp , May 2014

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERBASIS STARTER EXPERIMENT APPROACH (SEA) PADA MATERI KARAKTERISTIK GELOMBANG UNTUK SMA KELAS XI

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS GUIDED INQUIRY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA KELAS X

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK MENDUKUNG MEDIA PEMBELAJARAN PHET SIMULATION PADA MATERI HUKUM NEWTON KELAS X

C026 PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE 7E TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

Keefektifan Lembar Kegiatan Siswa Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelas VII SMP

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Pengembangan Media Pembelajaran Termoelektrik Generator sebagai Sumber Energi

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol 6, No.2 pp , May 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SMA.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurul Arini Pratiwi, 2013

KELAYAKAN PERMAINAN CUTHATAN KIMIA SEBAGAI MEDIA CHEMOEDUTAINMENT PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR

PENGEMBANGAN MODUL SIFAT LARUTAN BERMUATAN NILAI KETUHANAN DAN KECINTAAN LINGKUNGAN DI SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

Transkripsi:

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS THE DEVELOPMENT OF STUDENT ACTIVITY WITH LEARNING CYCLE 7-E ORIENTATION IN MAIN MATTER OF RATE REACTION TO TRAIN SCIENCE PROCESS SKILLS Faridatur Rofi ah dan Utiya Azizah Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya e-mail: riridd_kecill@ymail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan dari Lembar Kegiatan Siswa berorientasi Learning Cycle 7-E pada materi pokok laju reaksi untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa kelas XI SMA. Desain penelitian pengembangan menggunakan Research and Developmet (R&D), tetapi penelitian ini dibatasi sampai tahap uji coba produk secara terbatas. Instrumen penelitian terdiri atas lembar telaah, lembar validasi, dan lembar angket respon siswa. Subyek penelitian yaitu 1 dosen kimia, 2 guru kimia, dan 12 siswa kelas XI SMA Negeri 1 Gedangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa berorientasi Learning Cycle 7-E layak berdasarkan penilaian dari validator dan respon siswa sebesar 61%. Penilaian validator berdasarkan kelayakan kriteria isi, penyajian, kebahasaan, kesesuaian dengan model Learning Cycle 7-E, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses sains menunjukkan persentase sebesar 92,50%, 91,67%, 89,06%, 88,83%, dan 94,05%. Penilaian siswa terhadap Lembar Kegiatan Siswa menunjukkan respon positif dengan persentase kelayakan berdasarkan kriteria isi, penyajian, kebahasaan, kesesuaian dengan model Learning Cycle 7-E, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses sains sebesar 88,89%, 91,67%, 91,67%, 91,07%, dan 97,03%. Kata Kunci: Lembar Kegiatan Siswa; penelitian pengembangan; Learning Cycle 7-E; keterampilan proses sains; laju reaksi Abstract The aim of this research is to know the feasibility of Student Activity with learning cycle 7-E orientation in main matter of rate reaction to train science process skills of senior high school student grade XI. The design of development research use Research and Development (R&D), which was limited until limited trials of product. Research of instrument consist of sheets of study, validation sheet, and student questionnaire responses sheet. Subject of the research are 1 chemistry lectures, 2 chemistry teacher and 12 students of SMA Negeri 1 Gedangan in grade XI. The results showed that the student activity with learning cycle 7-E orientation is feasible based on appraiser evaluated and student s response 61%. Percentages of appraiser validated based on feasibility of content criteria, presentation, language, suitability with learning cycle 7-E model, and suitability with component of science process skills are 92,50%, 91,67%, 89,06%, 88,83%, and 94,05%. Students give positive response to Student Activity based on feasibility of content criteria, presentation, language, suitability with learning cycle 7-E model, and suitability with component of science process skills are 88,89%, 91,67%, 91,67%, 91,07%, dan 97,03%. Keywords : student activity; development research; Learning Cycle 7-E; Science process skills; rate reaction. 99

PENDAHULUAN Dalam Standar Isi Pendidikan Nasional, salah satu tujuan mata pelajaran kimia di SMA adalah memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, [1]. Hal tersebut diperkuat oleh Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk SMA yang menyatakan bahwa seorang lulusan SMA harus mampu melakukan percobaan yang mencakup merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis [2]. Berbagai kompetensi tersebut merujuk pada keterampilan proses sains yang sangat penting untuk dilatihkan Keterampilan proses sains juga merupakan keterampilan khusus yang mempermudah dalam dalam pembelajaran sains, mengaktifkan siswa, mengembangkan rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran, serta mengajarkan pada mereka metode penelitian dalam melakukan eksperimen [3]. Funk mengungkapkan bahwa keterampilan proses terbagi menjadi dua macam, yaitu keterampilan-keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skills) [4]. Berdasarkan hasil angket pra penelitian yang telah disebar pada tanggal 12 Juni 2013 di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Gedangan, keterampilan proses siswa masih rendah yang ditunjukkan dengan siswa yang dapat merumuskan masalah dengan benar hanya sebesar 21,9%; merumuskan hipotesis 28,1%; mengidentifikasi variabel manipulasi 9,4%; mengidentifikasi variabel respon 21,9%; dan mengidentifikasi variabel kontrol 31,3%. Kemudian, sebanyak 95,3% siswa telah mampu mengumpulkan dan mencatat data, tetapi hanya 26,6% yang dapat menganalisis data dengan benar, dan hanya 29,7% yang dapat menarik kesimpulan dengan benar. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil siswa yang mampu merumuskan masalah, hipotesis, dan mengidentifikasi variabel. Siswa mampu mengumpulkan dan mencatat data, tetapi untuk kemampuan menganalisis dan menyimpulkan data masih kurang. Hal tersebut didukung dengan hasil wawancara dengan guru kimia yang menyatakan bahwa pada saat kegiatan praktikum, siswa tidak dilatihkan untuk merumuskan masalah karena rumusan masalah telah disediakan di LKS. Selain itu, siswa juga tidak dituntut untuk merumuskan hipotesis dan mengidentifikasi variabel, karena tujuan percobaan yang tercantum telah menunjukkan secara tersirat tentang hipotesis dan variabel percobaan. Hasil wawancara juga menyebutkan bahwa pembelajaran masih sering dilakukan dengan metode konvensional dan belum dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Berdasarkan hasil angket pra penelitian, 34,4% siswa menyatakan laju reaksi merupakan materi yang sulit dipahami. Laju reaksi memiliki dua kompetensi dasar, yaitu mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, dan memahami teori tumbukan (tabrakan) untuk menjelaskan faktor-faktor penentu laju dan orde reaksi serta terapannya dalam kehidupan sehari-hari [1]. Dengan adanya kompetensi pencapaian tersebut, menunjukkan bahwa dalam laju reaksi banyak konsep yang harus dipahami dan diingat dengan baik, serta perlunya dilakukan kegiatan praktikum yang dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari untuk mendukung pemahaman siswa dalam menguasai konsep. Dengan adanya praktikum, siswa dituntut untuk memiliki suatu keterampilan proses sehingga dapat menemukan fakta dari suatu konsep. Hal ini menunjukkan diperlukannya pembelajaran konstruktivis yang memungkinkan siswa beraktivitas secara total sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami konsep. 100

Model Learning Cycle 7-E merupakan salah satu model pembelajaran yang berbasis pada paradigma konstrutivisktik. Model ini cocok diterapkan untuk materi pelajaran yang bersifat hafalan, perhitungan, eksperimen, pemahaman materi, dan materi pelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari [5]. Hal ini sesuai dengan karakteristik dari materi laju reaksi. Eisenkraft [6] mengembangkan siklus belajar mulai dari Learning Cycle 3- E ke 5-E, menjadi 7-E. Adapun fase-fase Learning Cycle 7-E meliputi Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), Engage (motivasi dan membangkitkan minat siswa), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (menilai), dan Extend (memperluas). Unsur-unsur teori belajar Piaget yang meliputi fase asimilasi, akomodasi, dan organisasi mempunyai korespodensi dengan fase-fase dalam model Learning Cycle 7-E. Dasna dan Sutrisno [7] menyatakan siswa akan dilibatkan secara aktif dalam kegiatan penelitian, sehingga mereka dapat mengembangkan pemahamannya terhadap suatu konsep dengan kegiatan mencoba sebelum diperkenalkan dengan kata-kata melalui diskusi atau memperoleh informasi dari buku. Selain itu, Learning Cycle juga dapat mengembangkan keterampilan proses siswa, memberi kesempatan kepada mereka untuk melakukan percobaan sains secara langsung, dan membuat pembelajaran bermakna. Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian Susilawati [8] dan Sornsakda [9] yang menyatakan bahwa Learning Cycle dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Model pembelajaran Learning Cycle 7-E harus didukung dengan adanya perangkat pembelajaran yang sesuai agar proses belajar mengajar berjalan dengan baik, di antaranya adalah penggunaan lembar kegiatan siswa (LKS). Depdiknas [10] menjelaskan lembar kegiatan siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar Kegiatan Siswa akan memberikan manfaat bagi guru dan siswa. Guru akan memiliki bahan ajar yang siap digunakan, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman belajar mandiri dan belajar memahami tugas tertulis yang tertuang dalam LKS [10]. Hal tersebut didukung oleh hasil angket, 37,5% siswa menginginkan LKS yang dapat melatih siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam melakukan percobaan (merumuskan masalah dan hipotesis, mengidentifikasi variabel, interpretasi dan menganalisis data, menyimpulkan). Ketersediaan perangkat seperti Lembar Kegiatan Siswa juga sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Lembar Kegiatan Siswa yang dikembangkan harus memenuhi kriteria-kriteria kelayakan meliputi kriteria isi, penyajian, kebahasaan, kesesuaian dengan model Learning Cycle 7-E, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses sains. METODE Sasaran penelitian adalah Lembar Kegiatan Siswa berorientasi Learning Cycle 7-E pada materi pokok laju reaksi untuk melatihkan keterampilan proses sains. Penelitian pengembangan Lembar Kegiatan Siswa ini mengacu pada desain Research and Development (R&D), yang terdiri atas tahap studi pendahuluan, pengembangan, dan evaluasi [11]. Namun penelitian ini dibatasi hanya pada tahap pengembangan, yaitu uji coba secara terbatas pada 12 orang siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Gedangan Sidoarjo. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar telaah, lembar validasi, dan lembar angket respon siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode angket yang diberikan kepada dosen kimia, guru kimia, dan siswa. Data hasil validasi dan respon siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan terhadap setiap aspek yang tertuang dalam lembar validasi dan lembar angket respon siswa. Persentase dari data hasil validasi diperoleh berdasarkan perhitungan skala Likert mulai dari 0 (buruk sekali); 1 (buruk); 2 (sedang); 3 (baik); sampai 4 (sangat baik). 101

Persentase Unesa Journal of Chemical Education ISSN: 2252-9454 Data respon siswa dihitung berdasarkan skala Guttman [12], yaitu dibuat dalam bentuk pilihan jawaban Ya (skor 1) dan Tidak (skor 0). Data yang diperoleh dihitung persentasenya dengan rumus: P(%) = Jumlah skor hasil pengumpulan data Skor kriteria x100% Skor kriteria = Skor tertinggi x Jumlah aspek x Jumlah responden Skor hasil persentase diinterpretasikan dengan kriteria 0 20% (sangat kurang); 21 40% (kurang); 41 60% (cukup); 61 80% (layak); dan 81 100% (sangat layak). LKS dikatakan layak apabila hasil persentase data hasil validasi 98.00 96.00 94.00 92.00 90.00 88.00 86.00 84.00 92.50 88.89 91.67 91.67 91.67 89.06 dan respon siswa mencapai 61%, sehingga Lembar Kegiatan Siswa dapat digunakan dalam proses belajar mengajar sebagai media pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data hasil validasi dan respon siswa terhadap Lembar Kegiatan Siswa yang dikembangkan berdasarkan kriteria kelayakan isi, penyajian, kebahasaan, kesesuaian dengan model Learning Cycle 7-E, dan kesesuaian dengan komponen keterampilan proses sains. Hasil penilaian validator dan respon siswa disajikan pada Gambar 1. Isi Penyajian Kebahasaan Learning Keterampilan Cycle 7-E Proses Sains Kriteria Gambar 1. Penilaian Lembar Kegiatan Siswa Hasil penilaian validator dan siswa pada Gambar 1 menunjukkan ketidaksamaan karena skala penilaian yang diberikan berbeda. Perbedaan ini dikarenakan kemampuan validator dan siswa tidak sama dalam menilai LKS yang dikembangkan. Secara keseluruhan, hasil penilaian validator dan siswa mendapat kategori sangat layak. Berdasarkan Gambar 1, kriteria kelayakan isi LKS yang dikembangkan mendapatkan persentase > 61% berdasarkan penilaian validator, yang menunjukkan telah layak memenuhi kriteria kelayakan isi menurut BSNP [1] dan Panduan Pengembangan Bahan Ajar menurut Depdiknas [10], meliputi: Grafik Penilaian LKS 88.83 91.07 94.05 97.03 Validator Siswa kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai; materi relevan dengan indikator hasil belajar; materi yang disajikan mendorong siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep yang dipelajari; pertanyaan evaluasi dalam LKS mudah dipahami dan sesuai dengan indikator hasil belajar; dan kegiatan eksperimen atau percobaan dalam LKS sesuai dengan materi dan Kompetensi Dasar (KD) yang dikembangkan. Hal tersebut juga didukung oleh respon siswa yang mendapatkan persentase > 61%. Berdasarkan kriteria penyajian, penilaian validator dan respon siswa juga mendapatkan persentase > 61%. LKS telah 102

layak memenuhi kriteria penyajian menurut BSNP [1] dan Panduan Pengembangan Bahan Ajar menurut Depdiknas [10], meliputi: Cover mempresentasikan isi naskah LKS; kejelasan indikator pembelajaran yang ingin dicapai; penyajian LKS membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu; kesesuaian ilustrasi atau gambar dengan materi pokok; ilustrasi atau gambar dapat membantu pemahaman konsep; penyajian gambar disertai dengan rujukan; penyajian materi berpusat pada siswa atau mendorong siswa untuk terlibat aktif; penyajian LKS menarik atau menyenangkan; dan penulisan daftar pustaka sesuai dengan aturan yang berlaku. LKS yang dikembangkan dikatakan sesuai dan layak dengan model Learning Cycle 7-E karena pada masingmasing LKS setiap aspek mendapatkan penilaian dengan persentase > 61% berdasarkan penilaian validator dan siswa, mulai dari aspek Elicit (mendatangkan pengetahuan awal siswa), Engage (motivasi dan membangkitkan minat siswa), Explore (menyelidiki), Explain (menjelaskan), Elaborate (menerapkan), Evaluate (menilai), hingga Extend (memperluas). Elicit karena LKS berisikan pertanyaan mendasar yaitu berupa pertanyaan apersepsi (pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya) dengan mengambil contoh seperti kejadian dalam kehidupan seharihari yang berhubungan dengan materi yang dipelajari. Eisenkraft [6] menyatakan bahwa fase ini merupakan fase untuk mengetahui sampai di mana pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari dengan memberikan pertanyaanpertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar timbul respon dari pemikiran siswa. Engage karena LKS berisikan pertanyaan yang disertai dengan ilustrasi (gambar dan penjelasan) yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa, mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa sehingga dapat memfokuskan perhatian siswa dan siswa lebih antusias untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan. LKS sudah sesuai dengan fase Explore karena LKS berisikan wacana yang berhubungan dengan materi yang dipelajari untuk dianalisis secara individu tanpa pengajaran langsung dari guru sehingga dapat memberikan siswa kesempatan untuk mengeksplor kemampuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan tahap asimilasi pada teori konstruktivis Piaget dalam Dasna dan Sutrisno [7] yang menekankan pada perkembangan kognitif individu, dimana siswa berinteraksi dengan data-data atau peristiwa untuk diproses dalam struktur mentalnya sehingga struktur mental siswa dapat berubah karena terjadi pencampuran antara konsep yang baru diterima dengan konsep yang sudah ada sehingga terjadi ketidakseimbangan kognitif dalam benak siswa. Explain karena LKS berisikan penjelasan yang disertai gambar yang mendorong siswa untuk bisa memahami dan menjelaskan konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan tahap akomodasi pada teori konstruktivis Piaget dan teori konstruktivis sosial Vygotsky, dimana siswa mengalami penyesuaian terhadap konsep yang baru mereka terima dengan konsep yang sudah mereka miliki melalui diskusi dengan teman sebaya yang lebih mampu karena pada saat ini proses berpikir siswa dan hasil belajarnya terbuka untuk seluruh siswa [13]. Elaborate karena LKS berisikan kegiatan praktikum untuk menerapkan konsep yang didapat. Saat melakukan praktikum, siswa diharapkan dapat menuliskan data hasil percobaan, kemudian menganalisis hasil percobaan dengan menjawab pertanyaan seputar percobaan dan memberikan siswa kesempatan untuk mempresentasikan hasil analisis tersebut. Hal ini sesuai dengan tahap organisasi dalam teori konstruktivis Piaget, teori konstruktivis sosial Vygotsky, dan teori belajar bermakna Ausubel, yaitu siswa mampu mengorganisasikan, menerapkan, dan membuktikan konsep yang mereka dapat melalui kegiatan eksperimen dan menyelesaikan soal-soal 103

yang dihadapi dengan berdiskusi dengan teman sebaya. Evaluate karena LKS berisikan soal-soal evaluasi dari hasil pembelajaran yang dilakukan. Extend karena LKS berisikan soal yang mampu mengaitkan konsep yang diajarkan dengan konsep yang sudah atau belum dipelajari. Soal yang diberikan berupa soal yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari atau industri. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis sosial Vygotsky dan teori belajar bermakna Ausubel, yaitu siswa diharuskan untuk berdiskusi dengan kelompok untuk mencari keterkaitan konsep yang didapat dengan konsep lain yang sudah atau belum dipelajari. Kriteria kesesuaian dengan komponen keterampilan proses sains juga mendapatkan persentase > 61% berdasarkan penilaian validator dan siswa, sehingga LKS dikatakan layak. Aspek keterampilan proses sains yang dilatihkan meliputi mengamati, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, melakukan pengumpulan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan, dimana masingmasing keterampilan tersebut memiliki kriteria penilaian yang berbeda [15]. Keterampilan mengamati dilatihkan pada fase Engage, dengan adanya ilustrasi (gambar dan penjelasan) yang disajikan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang mampu merangsang kemampuan berpikir siswa, mampu membangkitkan minat dan motivasi siswa. Keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan mengidentifikasi variabel dilatihkan fase Explore, dimana siswa mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya melalui fenomena yang diberikan. Sedangkan keterampilan melakukan pengumpulan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan dilatihkan pada fase Elaborate, dimana siswa menerapkan konsep melalui kegiatan praktikum. PENUTUP Simpulan Berdasarkan analisis data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Lembar Kegiatan Siswa berorientasi Learning Cycle 7-E pada materi pokok laju reaksi untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa yang dikembangkan telah layak digunakan sebagai perangkat pembelajaran karena telah mencapai persentase > 61% untuk masing-masing kriteria berdasarkan penilaian validator dan siswa. Penilaian validator pada kriteria isi, penyajian, kebahasaan, kesesuaian dengan Learning Cycle 7-E, dan kesesuaian komponen keterampilan proses sains berturut-turut sebesar 92,50%, 91,67%, 89,06%, 88,83%, dan 94,05%. Sedangkan respon siswa pada masing-masing kriteria tersebut mendapat persentase berturut-turut sebesar 88,89%, 91,67%, 91,67%, 91,07%, dan 97,03%. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya dilakukan sampai pada tahap pengembangan, yaitu pada tahap uji coba secara terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sampai tahap evaluasi. 2. Waktu pelaksanaan uji coba terbatas perlu diperhatikan agar tidak dilaksanakan di luar jam pelajaran, sehingga tidak terganggu dengan kegiatan sekolah yang lain dan hasil penelitian yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. 3. Keterampilan proses sains penting untuk dilatihkan kepada siswa, sehingga perlu dikembangkan perangkat pembelajaran lain yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains pada materi yang lain dengan komponen keterampilan proses sains yang lebih lanjut yang disesuaikan dengan karakteristik materi. 104

DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP. 2. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. 3. Karamustafaoglu, Sevilay. 2011. Improving the Science Process Skills Ability of Science Students Teacher Using I Diagrams. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education (Online), Vol. 3 Nomor 1. http://www.eurasianjournals.com/inde x.php/ejpce. Diakses pada tanggal 12 januari 2013. 4. Dimyati dan Mujiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 5. Jannah, Anissatul dan Azizah, Utiyah. 2012. The Development Of Chemistry Worksheet Bilingual With Learning Cycle 7-E Orientation In The Reaction Rate Topic As Supporting Learning For Pioneering International Senior High School. Unesa Journal of Chemical Education, ISSN: 2252-9454. Vol. 1, No. 1, pp.17-24 Mei 2012. 6. Eisenkraft, Arthur. 2003. Expanding the 5E Model. The Science Teacher (Online), Vol. 70, Nomor 6. http://itsabout-time.com/htmls/ap/eisenkrafttst. pdf. Diakses pada tanggal 12 Januari 2013. 7. Dasna, I Wayan dan Sutrisno. 2005. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pengajaran Sains/Kimia. Malang: FMIPA Kimia. 8. Susilawat, Maknun, Johar, dan Rusdiana, Dadi. 2010. PenerapanModel Siklus Belajar Hipotetikal Deduktif 7E untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep Pembiasan Cahaya. Makalah disajikan pada Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010. ISBN: 978-979-98010-6- 7. 9. Sornsakda, Sutee, Suksringarm, Paitool, dan Singseewo, Adisak. 2009. Effects of Learning Environmental Education Using the 7E-Learning Cycle with Metacognitive Techniques and the Teacher s Handbook Approaches on Learning Achievement, Integrated Sience Process Skills and Critical Thinking of Mathayomsuksa 5 Students with Different Learning Achievement. Pakistan Journal of Social Sciences, Vol. 6 Nomor 5. http://www.medwelljournals.com. Diakses tanggal 12 Januari 2013. 10. Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Atas. 11. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. 12. Riduwan. 2011. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta. 13. Nur, Muhammad dan Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendidikan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya 14. Kheng, Yeap Tok. 2008. Science Process Skill. Malaysia: Longman Pearson. 105