2015 PERBANDINGAN ANTARA HASIL BELAJAR SISWA KELAS BILINGUAL DENGAN KELAS REGULER PADA MATA PELAJARAN MIPA

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Adanya nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran. merupakan salah satu muatan penting Kurikulum Tingkat Satuan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. llmu Pengetahuan Sosial atau biasa disingkat IPS adalah istilah yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh: RATIH ROSARI A

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah untuk dilaksanakan secara menyeluruh pada setiap sekolah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi belajar merupakan salah satu hal yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

I. PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran adaptif ini bertujuan menyiapkan tamatan untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi alat-alat tubuh organisme dengan segala keingintahuan. Segenap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari hari. Pencapaian tujuan pendidikan ini bisa ditempuh

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membentuk nilai, sikap, dan perilaku. Pendidikan akan membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan merupakan suatu masalah yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ditetapkan berdasarkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Asep Tarbini, 2015 IMPLEMENTASI MEDIA VIDEO PEMBELAJARAN ALAT UKUR OSCILLOSCOPE

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data hasil Ujian Tengah Semester Genap tahun 2011/2012,

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang lebih efektif dan efisien. Upaya tersebut meliputi peningkatan

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berkwalitas, karena matematika merupakan sarana berfikir bagi siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. penerapan kurikulum berbasis kompetensi mencakup tiga ranah, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar adalah tingkah laku yang ditimbulkan dari yang tidak tahu menjadi tahu, timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ataupun Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk menyiapkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Oleh karena itu, guru dalam mengajar dituntut kesabaran,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KriteriaKetuntasan Minimal

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia

HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI BAHASA PENGANTAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA KELAS X IMERSI SMA NEGERI 4 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sebab pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di sekolah guru mempunyai peranan yang sangat penting terhadap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan perubahan perilaku manusia berkat adanya interaksi antara manusia satu dengan yang lain. Dalam proses belajar pada dasarnya mencari suatu kebenaran, karena belajar menghasilkan sesuatu yang asalnya tidak tahu menjadi tahu dan asalnya tidak bisa menjadi bisa. Pembelajaran yaitu sebagai suatu proses interaksi antara komponen-komponen sistem pembelajaran dengan tujuan untuk mencapai suatu hasil belajar. Hal ini berarti bahwa pembelajaran adalah suatu proses saling memberikan timbal balik diantara komponen komponen sistem pembelajaran, yakni pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, alat, metode, dan proses belajar untuk mencapai suatu perubahan yang menyeluruh pada diri peserta didik. Hasil belajar merupakan pencapaian akhir dari suatu proses pembelajaran. Pada dasarnya hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajar. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Arifin (2009, hlm. 17) bahwa: Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh institusi pendidikan. Melalui proses kegiatan belajar mengajar setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik lebih lanjut, baik untuk individu maupun kelompok belajar. Penerapan program

2 pembelajaran menjadi salah satu upaya pihak sekolah maupun guru untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui pencapaian hasil belajar. Penerapan program atau sistem belajar tertentu merupakan upaya peningkatan mutu pembelajaran, dengan membuat program kelas unggulan merupakan salah satu program yang disusun dan diterapkan di dalam proses pembelajaran sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar mutu pendidikan lebih baik. Program kelas unggulan salah satunya adalah program kelas bilingual. Program kelas bilingual adalah suatu proses pembelajaran dimana beberapa mata pelajarannya menggunakan dua bahasa berbeda, terdiri dari mata pelajaran Matematika dan IPA yang secara khusus menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Selama pembelajaran berlangsung guru harus memberikan materi dan menyampaikan serta menjelaskannya dalam dua bahasa, yang diutamakannya adalah bahasa Inggris. Program kelas bilingual menuntut siswa untuk bisa berbahasa Inggris dan harus memahami materi dalam bahasa Inggris. Guru pun harus menjelaskan materi dengan sangat jelas menggunakan bahasa Inggris. Program kelas bilingual membantu siswa untuk lebih meningkatkan kemampuan berbahasa baik itu secara pembelajaran maupun secara non formal sebagai penguasaan bahasa asing. Manajemen program kelas bilingual di sekolah yang sudah diterapkan program tersebut masih memiliki beberapa masalah dan kendala yang terjadi. Jam belajar program kelas bilingual juga masih menjadi permasalahan yang cukup rumit, karena di dalam program kelas bilingual beberapa mata pelajaran khusus yang di bilingualkan mempunyai jatah waktu belajar lebih banyak dibandingkan dengan mata pelajaran lain. Hal ini dapat menimbulkan rasa jenuh siswa terlebih lagi mata pelajaran yang di bilingualkan itu mata pelajaran yang cukup sulit yaitu Matematika dan IPA, walaupun di sisi lain hal tersebut menjadi pembeda dari program kelas reguler. Penerapan kelas bilingual masih terus mengalami pengembangan dalam implementasinya. Penentuan standar kriteria ketuntasan minimal di dalam proses pembelajaran menjadi tolak ukur sejauh mana hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

3 Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2010, hlm. 241-242) yang dikutip oleh Widiyastuti mengemukakan bahwa : Capaian kompetensi dalam pembelajaran adalah hasil yang diperoleh dalam proses pembelajaran. Berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan minimal (KKM), dengan berpedoman pada tiga pertimbangan: (1) tingkat esensial (kepentingan), (2) tingkat kompleksitas (kesulitan dan kerumitan), (3) tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa, dan kemampuan sumber daya pendukung. Proses belajar mengajar antara kelas bilingual dan kelas reguler masih ada beberapa sekolah yang menentukan standar kriteria ketuntasan minimalnya disamakan. Penyamarataan KKM menjadi permasalahan pencapaian hasil belajar yang seperti apa yang dihasilkan oleh kelas bilingual yang dikatakan lebih unggul bila sistem penilaiannya masih disamaratakan dengan kelas reguler. Sulitnya siswa menerima materi yang disampaikan dalam bahasa Inggris didalam mata pelajaran MIPA pun masih menjadi tanya bagaimana pemahaman siswa akan materi pelajaran yang bersangkutan pada akhirnya. Hasil belajar merupakan pencapaian akhir dari proses pembelajaran, sehingga hasil belajar masih harus dibuktikan pencapaiannya berlandaskan dari fenomena permasalahan di dalam proses pembelajaran di sekolah yang menerapkan program kelas bilingual. Keseluruhan manajemen program kelas bilingual dalam penerapannya masih harus dicari dan dilakukan perbaikan dalam manajemen di dalamnya, termasuk fasilitator, keberlangsungan proses pembelajaran dan penyesuaian siswa di dalam program tersebut. Masih harus dicari perbandingan hasil belajar yang dihasilkan dari proses pembelajaran antara program kelas bilingual dengan kelas reguler. Permasalahan yang dipaparkan diatas masih menjadi pertanyaan apakah mempengaruhi hasil belajar yang dihasilkan oleh siswa, dan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa di kelas bilingual dengan siswa di kelas reguler? Juga masih dipertanyakan apakah dengan adanya program kelas bilingual siswa dapat memahami dengan baik materi pelajaran yang disampaikan dalam multi bahasa tersebut, serta bagaimanakah kesan belajar, kebiasaan belajar dan

4 juga kepuasan belajar siswa setelah melakukan proses pembelajaran di kelas bilingual. Permasalahan tersebut didukung oleh beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh beberapa orang diantaranya seperti apa yang dikemukakan oleh Hasanah (2010, hlm. 125) bahwa: Kendala-kendala dalam penggunaan bilingual pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas X RSBI SMAN 1 Sooko Mojokerto adalah: Diantara kendala-kendala guru, ketidakpahaman siswa bila guru mengajarkan PAI dengan menggunakan bahasa Arab. Kendala-kendala yang dialami oleh siswa diantaranya, siswa kurang mampu dalam memahami bahasa Arab jika Guru Pendidikan Agama Islam menerangkan materi dengan bahasa Arab. Sebaliknya, siswa lebih aktif jika Guru Pendidikan Agama Islam menerangkan materi pembelajaran dengan menggunakan bahasa Inggris. Pada proses penerapannya pemahaman atas apa yang disampaikan guru menggunakan dua bahasa tersebut masih cukup sulit dipahami oleh siswa. Keterkaitan dengan hasil pun tentunya masih banyak dipertanyakan apakah berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa atau tidak, begitupun dengan motivasi siswa untuk belajar agar bisa mencapai hasil belajar yang baik juga masih dipertanyakan keterkaitannya, seperti yang disimpulkan oleh Sari (2009, hlm. 88) dalam penelitiannya yaitu: Motivasi belajar antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas non bilingual di SMA 1 Batusangkar tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dari presentase hasil penelitian rata-rata motivasi belajar siswa keseluruhan di dua kelas tersebut sama saja tidak ada perbedaan yang jauh antar keduanya. Maka sebaiknya sekolah diharapkan dapat merancang dan melaksanakan suatu kegiatan belajar yang dapat menarik minat belajar siswa. Bagi guru diharapkan guru di sekolah tersebut dapat menguasai bahasa Inggris dengan lebih baik lagi. Penerapan kelas bilingual masih harus dianalisis ketercapaian hasil belajar siswanya dilihat dari nilai yang dicapai oleh siswa setelah megikuti program kelas bilingual. Hasil belajar siswa harus dibandingkan antara yang berada di kelas bilingual dengan yang berada di kelas reguler dilihat dari nilai tugas siswa, nilai ujian tengah semester siswa, dan nilai ujian akhir siswa. Begitupun hasil belajar siswa dilihat dari sikap belajar siswa masih harus dilihat bagaimana kesan belajar siswa,

5 kebiasaan belajar, dan rasa percaya diri siswa yang berada di kelas bilingual maupun reguler. Berangkat dari hal di atas, maka penulis menuangkan hasil penelitian melalui skripsi yang berjudul Studi Perbandingan Antara Hasil Belajar Siswa Kelas Bilingual dengan Kelas Reguler pada Mata Pelajaran MIPA (Studi Deskriptif pada Siswa SMP Negeri 28 dan SMP Negeri 21 Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka peneliti merumuskan masalah umum dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA?. berikut: Adapun rumusan masalah khusus dalam penelitian ini adalah sebagai 1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA dilihat dari nilai tugas siswa? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA dilihat dari nilai ujian tengah semester siswa? 3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA dilihat dari nilai ujian akhir semester siswa? 4. Apakah terdapat perbedaan sikap belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler dilihat dari kesan belajar siswa? 5. Apakah terdapat perbedaan sikap belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler dilihat dari kebiasaan belajar siswa? 6. Apakah terdapat perbedaan sikap belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler dilihat dari rasa percaya diri siswa?

6 C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka peneliti membagi tujuan penelitian menjadi dua, meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pada penelitaian ini adalah untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA. Adapun tujuan khusus yang akan diteliti yaitu : 1. Untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA dilihat dari nilai tugas siswa. 2. Untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA dilihat dari nilai ujian tengah semester. 3. Untuk memperoleh data tentang perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler pada mata pelajaran MIPA dilihat dari nilai ujian akhir semester. 4. Untuk memperoleh data tentang perbedaan sikap belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler dilihat dari kesan belajar siswa. 5. Untuk memperoleh data tentang perbedaan sikap belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler dilihat dari kebiasaan belajar siswa. 6. Untuk memperoleh data tentang perbedaan sikap belajar yang signifikan antara siswa kelas bilingual dengan siswa kelas reguler dilihat dari rasa percaya diri siswa.

7 D. Manfaat Hasil Penelitian Manfaat yang diharapkan bisa dicapai dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis a. Guru Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada guru mengenai perbandingan hasil belajar siswa antara kelas bilingual dan kelas reguler, sehingga guru bisa menentukan pengembangan selanjutnya untuk proses belajar mengajar di kelas agar memperoleh hasil yang lebih baik. b. Siswa Memberikan gambaran perbandingan hasil belajar agar bisa menjadi motivasi untuk meningkatkan kemampuan diri siswa dalam proses pembelajaran. c. Sekolah Dengan melakukan penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi dan masukan kepada pihak sekolah mengenai program kelas bilingual beserta hasil belajar dari program tersebut, sehingga pihak sekolah bisa terus memperbaiki program bilingual yang diterapkan agar lebih efektif dan tercapai tujuan hasil belajar yang lebih baik. d. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran dan pengetahuan mengenai perbandingan hasil belajar antara siswa kelas bilingual dengan kelas reguler. e. Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui gambaran dan informasi mengenai perbandingan hasil belajar yang signifikan antara kelas bilingual dan kelas reguler dalam penerapan suatu kebijakan pembelajaran di sekolah.

8 Mengetahui penerapan kebijakan program tersebut dan kaitannya dengan siswa, guru, dan pihak sekolah lainnya. Peneliti juga berharap mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai kajian keilmuan bidang Teknologi Pendidikan dalam pengelolaan sistem dan proses belajar mengajar untuk menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran. 2. Manfaat Teoritis : Dengan melakukan penelitian ini diharapkan bisa mendeskripsikan dan memberikan gambaran mengenai perbandingan hasil belajar siswa yang dicapai antara kelas bilingual dan kelas reguler. Lebih khusus lagi bisa mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah mengikuti program kelas bilingual.