Lahan Gambut Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

KAJIAN KELAPA SAWIT DAN PEREKONOMIAN DESA DI DAERAH RIAU 1

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

I. PENDAHUL'CJAN Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN REALITA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI KELAPA SAWIT DI PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Banyak program pembangunan ekonomi yang berlangsung saat ini. difokuskan pada pengembangan industrialisasi. Salah satu di antara

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia. menurunkan bahan baku IPK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

n.a n.a

Setitik Harapan dari Ajamu

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

II. ARAH, MASA DEPAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN INDONESIA

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Policy Brief Perbaikan Regulasi Lahan Gambut Dalam Mendukung Peran Sektor Industri Kelapa Sawit Indonesia 2017

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

I. PENDAHULUAN. degradasi hutan. Hutan tropis pada khususnya, sering dilaporkan mengalami

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN DAN PEMBIAYAAN PERBANKAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

2015 PERBANDINGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI ANTARA PETANI PLASMA DENGAN PETANI NON PLASMA DI KECAMATAN KERUMUTAN

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

PENGARUH PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rehabilitasi dan Pengelolaan Lahan Gambut Bekelanjutan

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN...I.

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

No baik hayati berupa tumbuhan, satwa liar serta jasad renik maupun non-hayati berupa tanah dan bebatuan, air, udara, serta iklim yang saling

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Penelitian Strategis Unggulan IPB

Transkripsi:

KARAKTERISTIK DAN KELAYAKAN EKONOMI EKOSISTEM GAMBUT UNTUK MENDUKUNG FUNGSI BUDIDAYA DAN LINDUNG Guru Besar Ekonomi Pedesaan http://almasdi.staff.unri.ac.id LPPM Universitas Riau Lahan Gambut Indonesia Indonesia memiliki Lahan Gambut terluas (14,9 juta ha) ke 4 di dunia setelah Kanada, Rusia, dan Amerika Serikat Lahan gambut tropika terluas di dunia Indonesia menyimpan cadangan Karbon Gambut mencapai 46 giga ton, atau sekitar 8-14% dari Karbon yang terdapat dalam gambut dunia http://almasdi.staff.unri.ac.id 1

MANFAAT EKOSISTEM GAMBUT Kehutanan Pengendali Banjir dan suplai air Potensi wisata Mata pencaharian Masyarakat lokal (perikanan, pertanian, perkebunan) Stabilisasi iklim Keanekaragaman hayati Pendidikan dan penelitian Ekonomi-Sosial PERLU PEMAHAMAN RASIONAL DALAM MEMANDANG FUNGSI GAMBUT GAMBUT DI PROVINSI RIAU Tahun 1945: Produksi tanaman pangan lahan basah di Provinsi Riau dimulai oleh pendatang Suku Banjar. Drainase rawa pasang surut dengan pembuatan saluran primer dan sekunder. Tahun 1950: Orang Bugis dari Sulawesi Selatan menanam tanaman utama padi dan kelapa Tahun 1980: Reklamasi lahan basah untuk tanaman padi meningkat setelah dibangunnya pemukiman transmigrasi. Pengembangan industri perkebunan kelapa dan pabriknya dari kelompok Pulau Sambu. Program PIR kelapa di tanah gambut menjadi tanaman utama. http://almasdi.staff.unri.ac.id 2

GAMBUT (lanjutan...) Hutan Tanaman Industri (Sektor kehutanan): Kecamatan Bukit Batu Kabupaten Bengkalis Tanaman Padi (Sektor Pertanian Tanaman Pangan) Kawasan Pertanian Tanaman pangan Pasang Surut di Kabupaten Indragiri Hilir Tanaman Kelapa Rakyat (Sektor Perkebunan) Terdapat di Kabupaten Indragiri Hilir dengan sistem Trio Tata Air untuk menjaga kestabilan air. Trio Tata Air: pembangunan kanal, pembuatan tanggul, dan pemasangan pintu air. GAMBUT (lanjutan...) Kelapa Sawit Luas areal yang dikonversi menjadi kelapa sawit sejak tahun 1988 naik 230 % dibanding perkebunan kelapa 150 % Konversi rawa gambut menjadi kelapa sawit semakin meningkat dan produksinya sama dengan perkebunan pada tanah mineral http://almasdi.staff.unri.ac.id 3

GAMBUT (lanjutan...) Sumberdaya Mineral Gambut dapat dipergunakan sebagai sumber bahan bakar alternatif. Kegiatan eksplorasi sumberdaya mineral telah menghasilkan gambut sebagai sumber energi 7.634 milyar m 3 Terdapat 4 perusahaan yang memegang izin pemanfaatan gambut untuk energi: PT. Arara Abadi PT. Multi Gambut Industri PT. Kolos Utama PT. Riau Lestari Utama PETA SEBARAN KESATUAN HIDROLOGIS GAMBUT (KHG) PROVINSI RIAU http://almasdi.staff.unri.ac.id 4

DATA LUAS SEBARAN INDIKATIF EKOSISTEM GAMBUT DI PROVINSI RIAU PENGELOLAAN LAHAN GAMBUT DI PROVINSI RIAU Penduduk asli yang menempati wilayah sekitar gambut pada umumnya memiliki teknik khusus yang sejauh ini cukup berhasil dalam penanganan lahan gambut, yang dikenal sebagai kearifan lokal. Berbagai pihak, baik swasta dan pemerintah, harus memperhatikan kearifan lokal ini juga terbukti dapat berproduksi dengan baik dan berkesinambungan. Hendaknya menjadi acuan dalam pengembangan lahan gambut di masa mendatang. http://almasdi.staff.unri.ac.id 5

PENGELOLAAN (lanjutan...) Kerusakan ekosistem gambut menyebabkan hilangnya keragaman hayati, serta fungsi ekologis lahan gambut masyarakat lokal yang kehilangan mata pencahariannya dari lahan gambut, seperti mencari ikan, mencari hasil hutan nonkayu, dan kegiatan pertanian lainnya Pengelolaan lahan yang masih ada haruslah dilakukan dengan cermat PERMASALAHAN TUTUPAN LAHAN PADA KHG FUNGSI LINDUNG KHG fungsi lindung terdapat aktivitas masyarakat maupun perusahaan berupa perkebunan dan hutan tanaman industri. KHG dengan fungsi lindung terdapat aktivitas masyarakat dengan memanfaatakan lahan gambut sebagai lahan sawah, lahan pertanian, dan tambak. Belum optimalnya dukungan sistem perencanaan, sistem informasi, inventarisasi, dan pengolahan data yang menyebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap sistem pengelolaan lahan gambut. Tingginya pemanfaatan lahan gambut pada areal lindung gambut menandakan belum optimalnya dukungan regulasi dalam pemantapan kawasan hutan, dan menjadi salah satu penyebab sering terjadinya sengketa agrarian. Luas hutan pada kawasan lindung gambut baik hutan primer maupun sekunder hanya 1,11 % dari luas kawasan lindung gambut menunjukan tingkat kerusakan dan degradasi hutan dan lahan yang masih cukup tinggi. http://almasdi.staff.unri.ac.id 6

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT Kebutuhan akan lahan yang merupakan faktor produksi utama meningkat. Lahan suboptimal pun dimanfaatkan untuk aktivitas manusia. Pemanfaatan lahan gambut berlebihan dan berorientasi jangka pendek, menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan Kemajuan IPTEK, lahan suboptimal maupun marginal berkelanjatuan yang Prinsip pembangunan dapat dikonversi menjadi berorientasi jangka panjang lahan yang layak untuk perlu diterapkan! diusahakan Upaya perbaikan terhadap kesalahan masa lalu dalam pengelolaan ekosistem gambut sebaiknya tidak dilakukan secara sporadis Dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan waktu yang ideal KEBIJAKAN MENGENAI GAMBUT Peraturan perundangan yang ditetapkan Pemerintah memiliki maksud dan tujuan yang baik, terutama dari aspek kelestarian lingkungan Penerapan peraturan juga akan berdampak negatif terhadap aspek sosial dan ekonomi Penerapan peraturan tersebut akan berdampak terhadap pengurangan lahan gambut sebagai fungsi budidaya Disamping itu, para pemangku kepentingan diwajibkan untuk melakukan pemulihan http://almasdi.staff.unri.ac.id 7

KEBIJAKAN MENGENAI GAMBUT Diterapkannya PP Nomor 57 Tahun 2016 dan PP Nomor 71 Tahun 2014 beserta turunannya akan berdampak terhadap aktivitas sosial ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat Riau di wilayah pesisir: Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Kepulauan Meranti, Kabupaten Pelalawan, dan Kabupaten Indragiri Hilir Sebagian masyarakat Riau sudah sejak lama bermukim dan melaksanakan aktivitas ekonomi pada lahan gambut dengan kedalaman >3 meter KEBIJAKAN (LANJUTAN...) Menurut APHI Riau (2017) penerapan peraturan tersebut akan menimbulkan kerugian atas investasi tanaman diperkirakan akan mencapai Rp. 6,6 Trilyun, dan biaya pemulihan ekosistem gambut yang wajib dikenakan kepada para pemegang izin dapat mencapai Rp 15,9 Triliun Potensi PHK tidak dapat dihindari, di sektor hutan tanaman dapat mencapai 20.790 orang, terdiri atas karyawan langsung 3.471 orang dan karyawan tidak langsung 17.319 orang http://almasdi.staff.unri.ac.id 8

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DARI SISI MASYARAKAT SIPIL (CIVIL SOCIETY) Arah Kebijakan Melakukan rekayasa sosial pada masyarakat di areal lahan gambut dengan fungsi budidaya (perkebunan dan HTI) Pemberdayaan masyarakat di areal lahan dengan fungsi budidaya Menjaga nilai kearifan lokal masyarakat setempat Mendefinisikan secara jelas dan tegas tentang masyarakat yang memanfaatkan lahan gambut untuk budidaya Strategi Melakukan alih teknologi pertanian yang adaptif dengan karakteristik ekosistem gambut Membangun sistem kelembagaan petani yang kuat dengan pola pendampingan; Membangun akses yang kuat pada sistem permodalan petani lokal Pengembangan sistem budidaya dengan mengoptimalkan kearifan local yang dimiliki oleh masyarakat lokal Masyarakat diklasifikasikan antara lain: 1) lokal/tempatan; 2) pendatang;; 3) pemodal (rent seeker); 4) pembeking (free rider) ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI SISI PERUSAHAAN (CORPORATE) Penciptaan kepastian usaha dan iklim usaha yang kondusif Pembahasan bersama antara pelaku usaha dan para pengambil kebijakan sehubungan dengan peralihan pemanfaatan dan pemulihan ekosistem gambut di areal yang telah diberikan ijin http://almasdi.staff.unri.ac.id 9

Terbentuknya Kemiskinan di Pedesaan Miskin Ide Keahlian Daya saing Pendidikan Pendapatan Pengetahuani Kemiskinan Produksi 5/2/2017 Informasi Keterampilan Kinerja Tabungan Investasi Produktivitas 19 Pembangunan Pedesaan Berbasis Perkebunan Komoditas unggulan: Kelapa Sawit, Karet, Kelapa Pendapatan petani sawit tahun 2015 berkisar UD$4.600,-UD$5.500,- per tahun 23:19 20 http://almasdi.staff.unri.ac.id 10

DAMPAK PEMBANGUNAN PERKEBUNAN Dampak Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat (Riau) Keterangan Tahun 1995 1998 2003 2006 2009 2012 2014 Indek Kesejahteraan 0.49-1.09 1.72 0.18 0.12 0,43 0,27 Multiplier Effect Ekonomi (Sawit) Multiplier Effect Ekonomi (Karet) - - 4,23 2,48 3,03 3,28 3,43 - - - - 1,83-0.65 http://almasdi.staff.unri.ac.id 11

TERHADAP KOMPONEN EKONOMI PEDESAAN DAN BUDAYA MASYARAKAT Kegiatan pembangunan sumberdaya masyarakat desa Pembangunan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terutama sarana jalan darat Penyerapan tenaga kerja lokal Penyuluhan pertanian, kesehatan dan pendidikan Pembayaran kewajiban perusahaan terhadap negara (pajak-pajak dan biaya kompensasi lain) DAMPAK SOSIAL DAN BUDAYA Rataan pemilikan lahan di pedesaan di wilayah pengembangan perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa) berkisar 2,47 ha per KK. Tingginya ketergantungan penduduk pedesaan terhadap lahan pertanian. Kepemilikan lahan di luar usahatani perkebunan hanya sebesar 0,36 ha http://almasdi.staff.unri.ac.id 12

Dampak Sosial dan Budaya (lanjutan...) Perkembangan pembangunan perkebunan telah membawa dampak terhadap perubahan sosial budaya masyarakat di pedesaan, terlihat dari gaya hidup dan pola pertanian yang diterapkan Berkembangnya Sumberdaya manusia di pedesaan Tersedia sarana pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah lanjutan atas Khusus untuk SLTP dan SLTA sudah tersedia di ibukota kecamatan. Dampak Sosial dan Budaya (lanjutan...) Perkebunan (Kelapa sawit) merupakan tulang punggung kehidupan masyarakat pedesaan, adanya kemajuan ekonominya di pedesaan Tersedianya kelembagaan ekonomi dipedesaan, antara lain: pasar-pasar desa, koperasi, lembaga keuangan bank maupun nonbank. Dibeberapa wilayah pengembangan telah terjadi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di ibukota kecamatan, munculnya agropolitan-agropolitan http://almasdi.staff.unri.ac.id 13

Dampak Terhadap Pembangunan dan Ketimpangan Wilayah Indeks Williamson dan Tekanan Penduduk di Daerah Riau Periode 2006-2014 Tahun Indek Williamson Tanpa Perkebun Termasuk Perkebunan Tekanan Penduduk Termasuk Perkebunan Tanpa Perkebunan 2006 0.4211 0.2802 0.14 09.84 2007 0.4661 0.2527 0.16 10.39 2008 0.4117 0.2156 0.92 11.04 2009 0.4402 0.2607 0.98 13.23 2010 0.4332 0.2462 1.54 13.78 2011 0.4223 0.2383 1.89 14.02 2012 0.4290 0.2244 2.44 14.26 2013 0.4353 0.2213 2.51 14.53 2014 0.4382 0.2210 2.65 14.76 http://almasdi.staff.unri.ac.id 14

Pengaruh Perkebunan terhadap Ekonomi Masyarakat 1. Kegiatan Perkebunan dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian regional daerah Riau, karena mempunyai efek ganda terhadap sektor ekonomi lainnya; 2. Perkembangan Perkebunan akan memberikan sumbangan terbesar di samping sektor migas; 3. Produktivitas sektor Perkebunan mempunyai peluang besar untuk terus ditingkatkan. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan yang terjadi diseluruh sub sektor yang ada; 4. Di samping memberikan hasil yang jelas bagi petani dan telah menimbulkan perubahan pola pikir dalam pengelolaan usahatani; Pengaruh Perkebunan (lanjutan ) 5. Perkembangan Perkebunan akan meningkatkan laju pertumbuhan di sektor pertanian, di samping dapat menunjang pertumbuhan di sektor lainnya; 6. Majunya perkembangan sektor Perkebunan akan mengurangi ketimpangan pendapatan masyarakat antara sektor pertanian dan non pertanian 7. Perkebunan yang memiliki basis di pedesaan akan mengurangi kecenderungan perpindahan tenaga kerja yang berlebihan dari desa ke kota http://almasdi.staff.unri.ac.id 15

Sasaran Pengembangan Perkebunan Menarik pembangunan sektor pertanian; Menciptakan nilai tambah; Menciptakan lapangan pekerjaan; Meningkatkan penerimaan devisa negara; Memperbaiki pembagian pendapatan; Meningkatkan pengetahuan petani melalui usahatani Tujuan Pembangunan Perkebunan Berbasis Agribisnis Meningkatkan pendapatan petani melalui diversifikasi pertanian dengan upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian yang berwawasan lingkungan dan peningkatan nilai tambah hasil pertanian yang berdaya saing tinggi; Meningkatkan kualitas konsumsi gizi masyarakat melalui diversifikasi konsumsi dan diversifikasi penyediaan pangan dan gizi; Mendorong dan meningkatkan penciptaan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha di pedesaan melalui pemanfaatan keterkaitan ekonomi sektoral dan sistem agribisnis; Mendorong peningkatan pertumbuhan industri dan penerimaan devisa melalui penyediaan bahan baku yang cukup dan peningkatan nilai ekspor hasil pertanian http://almasdi.staff.unri.ac.id 16

Dampak kelapa sawit Karakteristik dan Kelayakan Ekonomi Karakter Petani modern Berorientasi untuk berkembang (Growthoriented); Berinovasi (Innovativeness); Percaya diri (Self-confidence); Rasa akan kontrol usaha secara pribadi/mandiri (Sense of personal control); Pengambil resiko (Risk-taker); Dapat bekerjasama (Cooperative). DAMPAK PEMBANGUNAN KELAPA SAWIT Tanpa kelapa sawit http://almasdi.staff.unri.ac.id 17

Terima kasih! http://almasdi.staff.unri.ac.id 18