PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM KIMIA SMA KELAS XII SEMESTER 1 BERBASIS LEARNING CYCLE 5 FASE

PENGEMBANGAN MODUL BIOLOGI DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA KELAS X DI SMAN 2 BATU MENGENAI FILUM ARTHROPODA

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA MATERI BENZENA DAN TURUNANNYA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5-E

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

Kajian Validitas Konstruk Modul IPA Terpadu Berbasis Scientific Approach Materi Pokok Suhu, Kalor dan Perpindahannya SMP Kelas VII

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: LKS, siklus belajar 5E, konstruktivistik

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikembangkan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran yang terdiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK SISWA KELAS IV SD/MI

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

Dewi Fitria Cholida, Muntholib, & Aman Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

Kata-kata Kunci : pembelajaran konstruktivistik, learning cycle 5E, buku petunjuk praktikum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengembangkan suatu produk (Paidi, 2010: 57). Produk R&D dalam

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

PENGEMBANGAN KIT PEMBELAJARAN DENGAN LKS MENGGUNAKAN LANGKAH 5M UNTUK PEMBELAJARAN BIOLOGI SISTEM REGULASI MANUSIA KELAS XI SMAN 1 PAKEL TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kajian Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development).

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development. Model Research and Development yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA HASIL PENGEMBANGAN. define, design, develop, dan disseminate. Namun dalam pelaksanaannya,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN USAHA DAN ENERGI UNTUK SISWA MA. Yenita Endriska

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA POKOK BAHASAN ATURAN PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA UNTUK SMA KELAS X DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN TERBIMBING

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) DENGAN PENDEKATAN PMR PADA MATERI LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 2 KEPOHBARU BOJONEGORO

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan dengan model ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

Kata kunci: bahan ajar berbasis masalah, PCK, kemampuan pemecahan masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

III. METODOLOGI PENELITIAN. (LKS) stoikiometri berbasis keterampian proses sains. Oleh karena itu, metode

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods)

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS READING, QUESTIONING AND ANSWERING (RQA) UNTUK SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI SISTEM EKSKRESI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan. Model pengembangan yang dipakai adalah modal Four-D yang

ABSTRAK. Oleh: Risma Zuraida, Muhammad Zaini, Bunda Halang

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan adalah langkah langkah untuk mengembangkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Kata Kunci: Pengembangan perangkat, Problem Based Learning (PBL), kompetensi siswa.

PENGEMBANGAN LKS MATEMATIKA MENGGUNAKAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH POLYA MATERI KELILING DAN LUAS LINGKARAN KELAS VIII SEMESTER II SMP

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah penjelasan operasional tentang istilah-istilah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan LKS berbasis masalah yang berorientasi pada kemampuan

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN REMEDI MATERI SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA UNTUK SISWA KELAS VIII

PERANGKAT PEMBELAJARAN SISTEM PEREDARAN DARAH MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES DAN HASIL BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) berbasis inkuiri terbimbing yang

III. METODE PENGEMBANGAN. Metode penelitian yang digunakan yaitu research and development atau

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

III. METODE PENELITIAN. LKS kimia model inkuiri terpimpin pada materi pokok kelarutan dan hasil kali

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E MATERI ENERGI DALAM SISTEM KEHIDUPAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 6 MALANG Peni Handayani 1), Masjhudi 2), Triastono Imam Prasetyo 3) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5, Malang, 65145 E-mail: peni_handayani@ymail.com ABSTRAK: Kegiatan pembelajaran menuntun siswa untuk membangun pengetahuannya secara mandiri. Hasil observasi di SMP Muhammadiyah 6 Malang menunjukkan bahwa perlu dilakukan perbaikan pada model pembelajaran melalui bahan ajar karena kemampuan siswa belum diakomodasi secara penuh. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan modul IPA berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan untuk siswa SMP kelas VII dan menguji kelayakannya. Prosedur pengembangan menggunakan model 4D dari Thiagarajan. Hasil validasi oleh tim ahli dan uji coba pada siswa menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak untuk digunakan. Kata kunci: modul IPA, model learning cycle 5E, energi dalam sistem kehidupan Pendidikan merupakan upaya untuk mendidik generasi penerus bangsa supaya memiliki pengetahuan dan keahlian yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan kualitas pendidikan harus selalu dilakukan, baik menyangkut kurikulum, sarana prasarana, dan juga kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Peningkatan kualitas pendidikan dari segi kurikulum telah dilakukan pemerintah dengan cara mencanangkan Kurikulum 2013. Pada jenjang SMP, salah satu mata pelajaran pada Kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahan Alam (IPA). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 6 Malang, guru mengalami kendala dalam proses belajar mengajar, yaitu kurikulum menuntut siswa harus lebih aktif dalam kelas. Guru tidak menerangkan dari awal sampai akhir proses belajar mengajar tetapi siswa diminta untuk lebih aktif mencari tahu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Buku dan kegiatan pembelajaran yang digunakan kurang menuntun siswa untuk aktif selama proses belajar dalam membangun pengetahuan secara mandiri. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan pengembangan bahan ajar yang dapat memudahkan guru dalam proses pembelajaran serta menuntun siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan struktur dan isi Kurikulum 2013, materi pada pembelajaran IPA dilaksanakan secara terpadu atau integrative science. Konsep keterpaduan pada pembelajaran IPA ditunjukkan dalam Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang memadukan konsep-konsep IPA dari bidang ilmu biologi, fisika, dan kimia. Salah satu materi pada pembelajaran IPA pada Kurikulum 2013 adalah energi dalam sistem kehidupan. Pada materi sistem energi dalam kehidupan, bahan ajar yang dikembangkan adalah modul pembelajaran. Modul merupakan suatu unit program yang terencana yang didesain guna membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran (Hernawan, dkk, 2010).

Modul dengan materi sistem energi dalam kehidupan dikembangkan dengan berbasis konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya (Budiningsih, 2005). Ada banyak model pembelajaran yang dapat dipilih guru IPA dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pertimbangan dalam memilih model pembelajaran adalah agar siswa dapat ikut berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme adalah learning cycle. Learning cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari tahapan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan. Pada learning cycle 5E terdapat 5 tahap/fase yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (Nugroho, 2012). Model learning cycle digunakan pada modul karena model ini sesuai jika diterapkan untuk pendekatan scientific. Hubungan antara pendekatan scientific 5M dan model learning cycle 5E menurut Purnamasari (2014) yaitu sebagai berikut. Mengamati (observes) dapat dilakukan pada fase engangement. Menanya (questions) dapat dilakukan pada fase exploration. Mengumpulkan informasi (experiments/explores) dapat dilakukan pada fase explanation. Mengasosiasi (analyzes) dapat dilakukan pada fase elaboration. Mengkomunikasikan (communicates) dapat dilakukan pada fase evaluation. Tahapan learning cycle 5E yang dikemukakan oleh Lorsbach (2001) dalam Solihin (2010) adalah sebagai berikut. Engagement (mengajak), pada fase ini guru berupaya membangkitkan minat, mendorong kemampuan berpikir, dan membantu siswa mengakses kemampuan awal yang telah dimiliki. Exploration (menggali), pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa pengajaran langsung oleh guru untuk menguji hipotesisnya melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Explanation (menjelaskan), pada fase ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep yang sedang dipelajari dengan kalimat sendiri, selanjutnya guru membantu mengklarifikasi atau melengkapi penjelasan yang diajukan siswa. Elaboration (aplikasi), kegiatan belajar pada fase ini siswa menerapkan konsepkonsep yang telah dimiliki pada situasi baru melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum lanjutan dan problem solving. Evaluation (evaluasi), pada fase ini digunakan untuk mengevaluasi pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa dan refleksi untuk melakukan siklus lebih lanjut yaitu untuk proses pembelajaran selanjutnya. Menurut Lorsbach (2001) dalam Solihin (2010), modul dengan model learning cycle 5E memiliki keunggulan yaitu mengarahkan cara berpikir siswa dari hal yang sederhana ke arah yang lebih kompleks yang selanjutnya menghubungkan pengetahuan ke fenomena di kehidupan sehari-hari. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan modul IPA berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan yang layak digunakan untuk siswa SMP kelas VII semester 2. Modul ini dapat digunakan sebagi sumber belajar siswa. Modul siswa juga dilengkapi dengan petunjuk guru sebagai panduan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran.

METODE Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul adalah model 4D oleh Thiagarajan (1974). Tahapan pengembangan 4D oleh Thiagarajan (1974) dalam Mulyatiningsih (2012) terdiri dari 4 tahapan yaitu define, design, develop, dan disseminate. Tahapan define bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan produk. Pada tahap define dilakukan analisis kurikulum, analisis karakter peserta didik, analisis materi, serta merumuskan tujuan. Tahapan design bertujuan untuk membuat rancangan produk yang akan dikembangkan. Pada tahap design dilakukan pemilihan jenis produk yang dikembangkan, pemilihan penyajian pembelajaran, dan pembuatan rancangan produk. Tahapan develop bertujuan untuk menghasilkan produk berupa modul. Pada tahap develop dilakukan penyusunan produk awal dan validasi produk oleh validator. Pengembangan produk dilakukan hanya sampai pada tahap ketiga karena produk hanya diujicobakan pada siswa dalam skala kecil dan tidak disebarkan secara luas. Uji coba produk merupakan bagian dalam tahap validasi pada proses pengembangan. Uji coba produk pengembangan dilakukan untuk menetapkan tingkat kelayakan dari produk yang dikembangkan. Kelayakan produk diketahui dengan melakukan validasi. Penentuan kelayakan dilakukan dua tahap. Tahap pertama dengan cara validasi modul secara perseorangan oleh tim ahli (ahli bahan ajar, ahli materi, dan praktisi lapangan) dan uji coba pada siswa (16 siswa SMP Muhammadiyah 6 Malang). Data hasil pengembangan modul diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data berupa angket yang diberikan kepada validator (ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan), dan siswa. Data hasil validasi pengembangan modul terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data yang terdiri dari kolom check list menggunakan skala Likert (diadaptasi dari Pujiningtyas, 2011). Data kualitatif diperoleh menggunakan instrumen pengumpul data berupa lembar komentar, saran dan kritik terhadap modul. Selain hasil validasi, juga diperoleh data hasil belajar siswa yang diperoleh dari lembar nilai pengerjaan modul. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk mengolah data berupa kritik dan saran dari validator yang digunakan sebagai masukan untuk revisi produk. Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data berupa nilai pengerjaan modul oleh siswa dan skor penilaian modul dari skala Likert. Analisis data untuk mengetahui kelayakan pada skala Likert dilakukan dengan cara perhitungan nilai rata-rata. Pada penentuan teknik analisis nilai rata-rata, Arikunto (2002) menyatakan bahwa untuk mengetahui peringkat nilai akhir pada setiap butir angket penelitian, jumlah nilai yang diperoleh dibagi dengan banyaknya responden yang menjawab butir angket penilaian tersebut. Berdasarkan pendapat tersebut, rumus untuk menghitung nilai rata-rata adalah sebagai berikut. x = x n Keterangan: x : Nilai rata-rata

x n : Jumlah skor jawaban dalam satu item : Jumlah responden yang menjawab dalam satu item Menurut Arikunto (2002) data yang telah diolah dibandingkan dengan suatu standar kriteria yang telah dibuat. Pada pengembangan modul ini, skala penskoran yang digunakan adalah 1 sampai 5. Skor 1 adalah skor terendah dan 5 adalah skor tertinggi. Penentuan rentang nilai kevalidan dapat diketahui dengan cara skor tertinggi dikurangi skor terendah sehingga diperoleh rentang nilai 4. Rentang nilai kemudian dibagi dengan banyaknya kriteria sehingga diperoleh rentang nilai kevalidan untuk setiap kriteria yaitu 0.8. Nilai rata-rata kevalidan modul jika dideskripsikan tertera pada Tabel 1. Apabila hasil yang diperoleh mencapai nilai sama atau lebih besar dari 3.5 maka modul yang dihasilkan layak untuk digunakan dan tidak perlu direvisi, kecuali terdapat kritik dan saran dari validator yang digunakan sebagai masukan untuk merevisi produk. Tabel 1 Deskripsi Nilai Rata-rata Hasil Validasi Rata-rata 4.3 5 3.5 4.2 Sangat layak Layak Keterangan 2.7 3.4 Kurang layak 1.9 2.6 Tidak layak 1 1.8 Sangat tidak layak (diadaptasi dari Setyorini, 2009) Teknik analisis secara kuantitatif juga dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa terdiri dari ketuntasan belajar individual dan ketuntasan belajar klasikal. Ketuntasan belajar individual diperoleh dari skor perolehan siswa dari jawaban benar dibanding skor maksimal yang hasilnya dipersentasekan (Arikunto, 2002). Ketuntasan belajar klasikal yaitu mengukur tingkat keberhasilan ketuntasan belajar keseluruhan siswa. Perhitungan persentase ketuntasan individual dan persentase ketuntasan klasikal adalah sebagai berikut. Persentase ketuntasan belajar individual = jumlah skor yang dicapai siswa jumlah skor maksimum x 100% Persentase ketuntasan belajar klasikal = jumlah siswa yang mendapat 70 jumlah seluruh siswa x 100% Kriteria keberhasilan belajar secara individu didapat dengan membandingkan nilai siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Secara perseorangan siswa telah tuntas belajar apabila nilainya mencapai 70. Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang mendapat 70 jumlahnya lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah siswa seluruhnya (Kumalasari, 2011). HASIL Modul IPA materi energi dalam sistem kehidupan yang dihasilkan merupakan bahan ajar yang sesuai dengan KI dan KD IPA SMP kelas VII semester 2 berdasarkan Kurikulum 2013. Komponen-komponen modul terdiri dari halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan modul, peta konsep, kegiatan belajar, uji kompetensi, umpan balik, daftar istilah, dan daftar

rujukan. Kegiatan belajar pada modul disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran yang berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E. Modul IPA model learning cycle 5E terdiri dari modul siswa dan petunjuk guru. Data yang diperoleh yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh yaitu: 1) data hasil validasi modul oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan; 2) data hasil penilaian modul oleh siswa ketika uji coba; 3) nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa. Data kualitatif yaitu: 1) komentar dan saran dari ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan; 2) komentar dan saran siswa mengenai modul. Ringkasan data hasil validasi modul oleh validator tertera pada Tabel 2. Ringkasan data uji coba modul pada siswa tertera pada Tabel 3. Tabel 2 Ringkasan Data Hasil Validasi Modul oleh Validator Ahli Materi, Ahli Pengembangan Bahan Ajar, dan Praktisi Lapangan No. Aspek yang Dinilai Rata-rata Kriteria 1. Halaman depan 4.3 Sangat valid 2. Kata pengantar 4.2 Valid 3. Daftar isi 4.5 Sangat valid 4. Gambar 4.5 Sangat valid 5. Petunjuk penggunaan modul 4.3 Sangat valid 6. Peta konsep 4.7 Sangat valid 7. Kegiatan belajar 4.1 Valid 8. Materi energi dalam sistem kehidupan 4.5 Sangat valid 9. Uji kompetensi 4.5 Sangat valid 10. Umpan balik 4 Valid 11. Daftar istilah 4.2 Valid 12. Daftar rujukan 4.5 Sangat valid Rata-rata 4.4 Sangat valid Data hasil validasi pada Tabel 2 diperoleh dengan cara menghitung ratarata skor validasi dari 3 validator (ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan). Rata-rata keseluruhan dari seluruh aspek yang dinilai menunjukkan skor 4.4 dari skor maksimal 5 yang berarti modul memiliki kriteria sangat valid. Hasil validasi menunjukkan bahwa modul layak untuk digunakan. Rata-rata keseluruhan data hasil uji coba kelompok kecil pada Tabel 3 menunjukkan skor 4.1 dari skor maksimal 5 yang berarti valid. Hasil uji coba kelompok kecil menunjukkan modul layak untuk digunakan. Tabel 3 Ringkasan Data Hasil Uji Coba Modul pada Siswa No Aspek yang Dinilai Rata-rata Kriteria 1 Halaman depan 3.9 Valid 2 Kata pengantar 4.1 Valid 3 Daftar isi 4.2 Valid 4 Gambar modul 4.2 Valid 5 Petunjuk penggunaan 4 Valid 6 Peta konsep 3.9 Valid 7 Kegiatan belajar 4.1 Valid 8 Materi energi dalam sistem kehidupan 3.9 Valid 9 Uji kompetensi 3.9 Valid 10 Umpan balik 4.3 Sangat valid 11 Daftar istilah 4.3 Sangat valid 12 Daftar rujukan 4.3 Sangat valid Rata-rata 4.1 Valid

Data kuantitatif juga terdiri dari nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa. Nilai hasil pengerjaan modul oleh siswa tertera pada Tabel 4. Ketuntasan belajar setiap siswa pada Tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh siswa mencapai nilai lebih dari KKM yaitu 70 sehingga seluruh siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar individual. Ketuntasan belajar secara klasikal dihitung berdasarkan persentase jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan KKM dibagi jumlah keseluruhan siswa. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh nilai persentase ketuntasan belajar klasikal yaitu 100%. Karena persentase ketuntasan belajar klasikal 85% maka kelas tersebut mencapai keberhasilan klasikal. Tabel 4. Ringkasan Nilai Hasil Pengerjaan Modul oleh Siswa No Nama Rata-rata Kriteria 1 A 80 Tuntas 2 B 88 Tuntas 3 C 91 Tuntas 4 D 88 Tuntas 5 E 76 Tuntas 6 F 84 Tuntas 7 G 78 Tuntas 8 H 86 Tuntas 9 I 78 Tuntas 10 J 76 Tuntas 11 K 82 Tuntas 12 L 82 Tuntas 13 M 84 Tuntas 14 N 90 Tuntas 15 O 79 Tuntas 16 P 81 Tuntas Rata-rata 83 Tuntas Data kualitatif diperoleh dari komentar dan saran yang diberikan untuk perbaikan modul. Komentar dan saran dari validator ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan tertera pada Tabel 5. Komentar dan saran dari siswa yang menjadi responden uji coba kelompok kecil tertera pada Tabel 6. Tabel 5 Komentar dan Saran dari Validator Ahli Materi, Ahli Pengembangan Bahan Ajar, dan Praktisi Lapangan No. Aspek yang Dinilai Komentar dan Saran 1 Halaman sampul Modul guru diganti dengan Petunjuk guru. Nama pembimbing ditulis pada cover. Memberikan keterangan bahwa modul untuk semester II. 2 Kata pengantar --- 3 Daftar isi --- 4 Gambar Menambahkan gambar yang menjelaskan bentukbentuk energi. Memperbesar gambar sel hewan dan sel tumbuhan. Penomoran gambar disesuaikan dengan nomor submateri. 5 Petunjuk penggunaan modul --- 6 Peta konsep Memberi penjelasan mengenai manfaat peta konsep. Menjelaskan keterkaitan antara metabolisme dan transformasi energi.

No. Aspek yang Dinilai Komentar dan Saran 7 Kegiatan belajar Pada fase eksplorasi harus lebih jelas apa yang dieksplorasi, dimana dilakukan, dan apa hasilnya. Pada fase eksplanasi penjelasan yang perlu dijelaskan oleh siswa harus benar dan sesuai tujuan. Menambahkan energi panas bumi pada contoh sumber energi. Menambahkan contoh zat makanan penghasil energi. Fungsi utama setiap jenis zat makanan disebutkan lebih dulu; kalimat protein dan lemak sebagai sumber energi diganti menjadi cadangan energi. Penambahan penjelasan temuan hasil praktikum pada fase eksplanasi. Kalimat energi kimia anorganik diubah menjadi zat anorganik. Memberikan rambu-rambu jawaban yang tepat pada soal eksplanasi. Definisi respirasi ditekankan pada respirasi eksternal. 8 Uji kompetensi Pilihan jawaban harus setara. Menambahkan beberapa soal yang berkaitan dengan praktikum. Menambahkan soal uraian. 9 Umpan balik Mengaitkan umpan balik dengan tujuan dan kegiatan siswa. 10 Daftar istilah Istilah harus lebih spesifik. 11 Daftar rujukan Penggunaan kata hubung dan untuk rujukan dengan penulis lebih dari satu orang. 12 Aspek lain Memperbaiki tata tulis, ejaan, dan sejenisnya. Penulisan sebaiknya rata kiri dan kanan agar lebih rapi. Memperbesar ukuran huruf pada setiap judul submateri. Tabel 6 Komentar dan Saran dari Siswa No. Aspek yang Dinilai Komentar dan Saran 1 Modul keseluruhan Cukup menarik dan mudah dipahami. Bisa menambah ilmu. Berguna dalam memahami materi energi dalam sistem kehidupan. Revisi modul dilakukan berdasarkan komentar dan saran yang diterima dari ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, praktisi lapangan, dan siswa. Hasil dari modul yang direvisi setelah hasil uji coba merupakan modul yang layak digunakan dalam pembelajaran.. PEMBAHASAN Produk hasil pengembangan berupa modul IPA berbasis konstruktivisme model learning cycle 5E materi energi dalam sistem kehidupan untuk SMP kelas VII semester 2. Validasi produk dilakukan oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan. Uji coba skala kecil dilakukan pada 16 siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 6 Malang. Hasil validasi oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, dan praktisi lapangan menunjukkan skor 4.4 dari skor maksimal 5. Hasil uji coba skala kecil pada 16 siswa menunjukkan skor 4.1 dari skor maksimal 5. Hasil yang diperoleh dari validasi dan uji coba dibandingkan

dengan kriteria kelayakan yang telah ditentukan pada Tabel 1. Berdasarkan kriteria kelayakan yang telah diadaptasi dari Setyorini (2009), diketahui bahwa hasil validasi modul oleh validator tergolong sangat layak dan hasil uji coba pada siswa tergolong layak. Sebelumnya pernah dilakukan pengembangan modul oleh Imamiasih (2012) yaitu Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu dengan Tema Peredaran Sari Makanan untuk Siswa Kelas VIII SMP Internasional Laboratorium Universitas Negeri Malang. Validasi modul hasil pengembangan menunujukkan kriteria valid atau layak dengan persentase 88.31% untuk modul guru dan persentase 85.98% untuk modul siswa. Selain itu, pengembangan modul tentang learning cycle juga pernah dilakukan oleh Kumalasari (2011) yaitu Pengembangan Modul Biologi Sistem Reproduksi Manusia Model Siklus Belajar (Learning cycle) 5E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Malang. Validasi modul menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan tersebut memperoleh kriteria sangat layak pada modul guru dengan persentase sebesar 88,04% dan modul siswa sebesar 87.6%. Penelitian sebelumnya dan pengembangan modul yang dilakukan menunjukkan bahwa bagian-bagian modul yang divalidasi memenuhi kriteria bahan ajar dan layak digunakan dalam pembelajaran. Hasil pengerjaan modul oleh siswa menunjukkan bahwa seluruh siswa mencapai ketuntasan belajar individual karena masing-masing siswa mencapai nilai KKM yaitu 70. Kelas juga berhasil mencapai ketuntasan belajar klasikal karena siswa yang mencapai KKM 85%. Hasil belajar siswa dapat diketahui setelah siswa selesai mengerjakan modul pada bagian umpan balik. Hal tersebut sesuai dengan kelebihan pembelajaran dengan modul menurut Widiyastutik (2008) yaitu pembelajaran dengan modul memberikan umpan balik/feed back secara langsung setelah siswa menyelesaikan sebuah modul. Siswa dapat mengetahui sesegera mungkin tingkat penguasaannya terhadap modul. Kelebihan pembelajaran modul lainnya yaitu mastery learning/penguasaan tuntas. Mastery learning merupakan suatu standar penguasaan minimal sebuah modul. Standar inilah yang menentukan diperbolehkan atau tidaknya siswa melanjutkan ke materi berikutnya. Pada pelaksanaan pembelajaran dengan modul, seluruh siswa mencapai standar penguasaan minimal yang telah ditentukan yaitu nilai 70. Modul yang direvisi terdiri dari bagian cover (halaman muka), kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan, peta konsep, kegiatan belajar yang mengacu pada model learning cycle 5E dengan materi energi dalam sistem kehidupan, uji kompetensi, daftar istilah, dan daftar rujukan. Struktur modul pembelajaran dapat bervariasi, tergantung pada karakter materi yang disajikan dan kegiatan belajar yang dilakukan. Menurut Depdiknas (2008) secara umum modul harus memuat paling tidak beberapa komponen yaitu: judul, petunjuk belajar, kompetensi yang dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja yang dapat berupa lembar kerja, dan evaluasi/penilaian. Berdasarkan hal tersebut, modul yang direvisi telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh Depdiknas (2008). Judul terdapat pada cover modul. Petunjuk belajar terdapat pada petunjuk penggunaan modul. Informasi pendukung terdapat pada daftar isi, peta konsep, glosarium/daftar istilah, dan daftar rujukan. Latihan dan lembar kerja terdapat pada setiap kegiatan belajar. Evaluasi terdapat pada uji kompetensi dan umpan balik.

Modul yang dihasilkan memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan modul adalah sebagai berikut. 1) Modul telah divalidasi oleh ahli materi, ahli pengembangan modul, praktisi lapangan, dan telah dilakukan uji coba pada siswa sehingga diketahui bahwa modul layak untuk digunakan. 2) Kegiatan pembelajaran pada modul dibuat dengan sistematis sesuai dengan model learning cycle 5E. 3) Bagian-bagian pada modul terdapat gambar dan halaman yang berwarna sehingga menarik minat siswa untuk belajar. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan modul menurut Depdiknas (2008) yaitu modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik. Sistematika modul terdiri dari komponen-komponen modul yang telah divalidasi sehingga layak digunakan dalam kegiatan belajar. Sistematika setiap kegiatan pada modul menggunakan model belajar learning cycle 5E. Modul juga dibuat menarik dengan gambargambar, bahasa, dan penyusunan setiap bagian modul. Menurut Vembrianto (1975) dalam Setyorini (2009) ada kelemahan belajar menggunakan modul. Salah satu kelemahan belajar menggunakan modul yaitu hubungan antar siswa di dalam kelas menjadi renggang, padahal motivasi siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup sosial. Kelemahan tersebut juga terdapat pada modul yang dihasilkan. Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul, kelemahan tersebut diatasi dengan mengadakan kegiatan berkelompok yaitu praktikum, selain itu juga diadakan diskusi setelah siswa selesai mengevaluasi hasil pengerjaan modulnya masing-masing pada setiap kegiatan belajar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari pengembangan yaitu modul IPA terpadu model learning cycle 5E materi energi untuk siswa SMP kelas VII semester 2 telah melalui tahap validasi oleh ahli materi, ahli pengembangan bahan ajar, praktisi lapangan, dan diujicobakan pada siswa. Hasil validasi dan uji coba menunjukkan bahwa modul layak untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Saran sebagai tindak lanjut dari modul hasil pengembangan yaitu hendaknya dilakukan tutoring oleh guru untuk membimbing siswa apabila mengalami kesulitan ketika mempelajari modul. Perlu dilakukan uji coba lanjutan untuk beberapa sekolah dengan jumlah siswa yang lebih banyak apabila modul digunakan dalam skala luas. Perlu adanya tidak lanjut atau eksperimen untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa ketika menggunakan modul. Pengembangan modul IPA untuk materi lainnya dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: Rineka Cipta. Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Hernawan, A.H., Permasih, Laksmi, D. 2010. Pengembangan Bahan Ajar, (Online), (http:file.upi.edu/direktori/fip/jur_kurikulum_ Dan_Tek._Pendidikan/194601291981012-Ermsih /Pengembangan_ Bahan_Ajar.pdf), diakses tanggal 14 Januari 2013. Imamiasih, Silvia Nur. 2012. Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu dengan Tema Peredaran Sari Makanan untuk Siswa Kelas VIII SMP Internasional Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Mulyatiningsih, E. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran, (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dra-endangmulyatiningsih-mpd/7cpengembangan-model-pembelajaran.pdf), diakses 23 Januari 2013. Nugroho, I.A. 2012. Penerapan Integrasi SEQIP dengan 5E Learning Cycle Untuk meningkatkan Kepercayaan Diri Mahasiswa, (Online), (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/ikhlasul20ardi20 Nugroho,20M.Pd./Jurnal_Didaktika_Seqip20terintegrasi.Pdf), diakses tanggal 14 januari 2013. Kumalasari, Dewi. 2011. Pengembangan Modul Biologi Sistem Reproduksi Manusia Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Pujiningtyas, P. 2011. Pengembangan Modul IPA Terpadu Model Learning Cycle dengan Tema Pencemaran Lingkungan untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang. Purnamasari, Desi. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan Model Learning Cycle pada Materi Suhu dan Perubahannya untuk Siswa SMP Kelas VII. (Online), (http:ejournal.unesa.ac.id/article/10880/37/ article.doc), diakses 25 Juni 2016. Setyorini, O. 2009.Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Terpadu Model Direct Instruction melalui Teknik QUEST (Questions that Stimulate Thinking) untuk Siswa SMP/MTs dengan Tema Benda Optik. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UniversitasNegeri Malang. Solihin, I. 2010. Keefektifan Model Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Learning Cycle dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bontang. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Widiyastutik, S. 2008. Studi Tentang Faktor pendukung dan Penghambat Siswa dalam Pembelajaran dengan Menggunakan Modul SD Laboratorium Universitas Negeri Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.