dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

VI. ANALISIS TATANIAGA NENAS BOGOR

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

7. KINERJA RANTAI PASOK

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

ANALISIS TATANIAGA UBI JALAR DI DESA PURWASARI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR. JAWA BARAT

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

III. KERANGKA PEMIKIRAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (2) 2015 ISSN Tinur Sulastri Situmorang¹, Zulkifli Alamsyah² dan Saidin Nainggolan²

Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa bawah bimbingan ARIF IMAM SUROSO).

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

Lampiran 1. Kuesioner Petani

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

SISTEM PEMASARAN AGRIBISNIS Sessi 4

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam menganalisis salurah buah di Jakarta, dibagi menjadi dua bagian yaitu

RESEARCH. Ricky Herdiyansyah SP, MSc. Ricky Sp., MSi/Pemasaran Agribisnis. rikky Herdiyansyah SP., MSi. Dasar-dasar Bisnis DIII

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java)

EFISIENSI PEMASARAN JERUK PAMELO DALAM WILAYAH MAGETAN (CITRUS GRANDIS L. OSBEK)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

IV. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN *

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Data luas lahan yang dimiliki petani hutan rakyat di masing masing desa penelitian No Responden Desa Margajaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

: Saluran, Pemasaran, Buah, Duku, Kabupaten Ciamis

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GABAH (Oriza sativa ) DI GAPOKTAN SAUYUNAN (Suatu Kasus di Desa Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

FUNGSI-FUNGSI PEMASARAN JAGUNG MANIS DI DESA RIDAN PERMAI KECAMATAN BANGKINANG KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING DEWA DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK JAWA BARAT OLEH : SARI NALURITA A

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TATANIAGA PERTANIAN OLEH : NOVINDRA DEP. EKONOMI SUMBERDAYA & LINGKUNGAN

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TATANIAGA RUMPUT LAUT DI DESA KUTUH DAN KELURAHAN BENOA, KECAMATAN KUTA SELATAN, KABUPATEN BADUNG, PROVINSI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN BANDENG DESA TAMBAK SARI, KECAMATAN TIRTAJAYA, KABUPATEN KARAWANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK

Transkripsi:

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul, pedagang besar (pedagang grosir), pedagang pengecer yang berada di Pasar Cisarua, Pasar TU dan Pasar Induk Kramatjati sampai kekonsumen akhir. Analisis pemasaran dapat dilihat dari saluran pemasaran yang terjadi, peranan lembaga pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, keragaan pasar, marjin pemasaran dan farmer s share. 7.1.1 Pemasaran Kegiatan pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara melibatkan pelaku atau lembaga pemasaran dalam penyaluran barang yang disebabkan karena adanya jarak antara produsen dengan konsumen. pemasaran kembang kol pada kelompok tani Suka Tani dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat lima saluran pemasaran yang digunakan petani untuk menyalurkan kembang kol kepada konsumen. tersebut antara lain: 1. Petani Pedagang Pengumpu Pedagang grosir Kramatjati Pedagang Pengecer Pasar Induk Kramatjati Konsumen 2. Petani Pedagang Pegumpul Pedagang Grosir TU Pedagang Pengecer Pasar TU Konsumen 3. Petani Pedagang Besar Pedagang Grosir Kramatjati Pedagang Pengecer Pasar Induk Kramatjati Konsumen 4. Petani Pedagang Besar ( Pedagang Grosir Pasar TU) Pedagang Pengecer Pasar TU Konsumen 5. Petani Pedagang Pengecer Pasar Cisarua Konsumen 78

I Petani Pedagang Pengumpul III IV II Grosir Kramat Grosir Pasar TU Pengecer KramatJati Pengecer Pasar TU Konsumen Gambar 9. Pola Umum Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani Desa Tugu Utara Berdasarkan hasil wawancara terhadap 30 responden petani 22 orang (73%) menjual kembang kol kepada tengkulak. Hal ini karena tengkulak mendatangi petani ke kebun petani untuk melakukan penawaran pembelian kembang kol, sehingga petani dapat dengan mudah memasarkan kembang kol mereka karena tidak perlu mencari pembeli sehingga tidak mengetahui informasi perkembangan harga sayur-sayuran dipasar. Sedangkan delapan orang (27%) petani responden menjual kembang kol mereka langsung ke pasar kepada pedagang grosir atau pengecer. Petani yang menjual langsung kembang kol kepada pedagang besar dikarenakan harga di pasar lebih besar dan menjual ke pasar lebih menyenangkan dari pada harus menjual kepada tengkulak karena dapat mengetahui perkembangan harga. V Pada dasarnya petani memiliki kebebasan untuk menentukan saluran mana yang akan dipilih dalam menjual hasil panen kembang kol tersebut. Pada saluran I dan II petani dapat menjual kembang kolnya melalui tengkulak, dan tengkulak akan melanjutkan proses pendistribusian ke dua pasar tujuan yakni, pasar Induk Kramatjati dan pasar TU. Pada saluran pemasaran III, IV dan V petani dapat menjual hasil panen kembang kolnya langsung ke pasar tujuan seperti Pasar Kramatjati, pasar TU dan pasar Cisarua. Pengecer Pasar Cisarua 79

7.1.2 Peranan Lembaga Pemasaran Proses pemasaran kembang kol dari tingkat produsen ke tingkat konsumen memerlukan berbagai kegiatan atau tindakan yang dapat memperlancar proses pemasaran dan kegiatan tersebut dinamakan fungsi-fungsi pemasaran. Fungsi fungsi pemasaran yang dilakukan dapat dikelompokkan dalam fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Setiap lembaga yang terlibat dalam pemasaran kembang kol pada petani kelompok Suka Tani mempunyai fungsi pemasaran yang berbeda-beda. Perincian pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran pada setiap lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Pelaksanaan Fungsi Pemasaran Setiap Lembaga Pemasaran Kembang Kol Petani Kelompok Tani Suka Tani Lembaga Pemasaran Fungsi Pemasaran Aktivitas Petani Fungsi Pertukaran Penjualan Fungsi Fisik Pemanenan dan Pengangkutan Fungsi Fasilitas Pembiayaan, Informasi Pasar, Penanggungan Resiko, Tengkulak Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan Fungsi Fisik Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan Fungsi Fasilitas Pembiayaan dan Informasi Pasar, Penanggungan Resiko Pedagang Besar Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan, Pengumpulan Fungsi Fasilitas Penaggungan Resiko, Sortasi, Pembiayaan dan Informasi Pasar Pedagang Pengecer Fungsi Pertukaran Pembelian dan Penjualan Fungsi Fisik Penyimpanan dan Pengangkutan Fungsi Fasilitas Penaggungan Resiko, Standarisasi, Sortasi, Grading, Pembiayaan dan Informasi Pasar 80

a. Petani Pada dasarnya petani responden kembang kol pada kelompok Suka Tani tidak mengalami kesulitan dalam menjual kembang kol karena tengkulak siap membeli kembang kol petani. Pada umumnya petani menjual kembang kol ketengkulak langganan dan jarang sekali langsung menjualnnya ke pasar. Hal ini terjadi karena lokasi petani jaraknya berjauhan dengan pasar yang ada, dan dengan mempertimbangkan ongkos dan biaya pengemasan petani lebih memilih untuk langsung menjual kepada tengkulak karena dianggap lebih efisien. Petani menjual kembang kol kepada tengkulak dengan sistem siap angkut. Petani terlebih dahulu memanen kembang kol yang sudah layak untuk dipanen dan diangkat dari lahan pertanian, dan dihadapan tengkulak kembang kol di masukkan kedalam karung untuk di timbang dan kembang kol siap dibawa tengkulak untuk dijual kembali. Harga yang terbentuk tetap menyandarkan kepada harga pasar. Selain itu, harga pasar juga dijadikan patokan dalam tawarmenawar antara petani dengan pedagang pengumpul walaupun pada akhirnya petani menerima harga yang ditawarkan oleh pedagang. Fungsi pemasaran yang dilakukan petani adalah fungsi pertukaran yaitu penjualan dan fungsi fisik yang berupa pengumpulan. Fungsi pertukaran yaitu petani melakukan transaksi penjualan kepada pedagang pengumpul maupun kepedagang grosir. Pada saluran pemasaran I dan II fungsi penjualan yang dilakukan Petani kepada pedagang pengumpul dilakukan dikebun petani dimana kembang kol telah siap dipanen. Pada saluran ini petani hanya menanggung biaya panen, tetapi untuk biaya pegemasan, dan pengangkutan seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Sedangkan untuk petani yang melakukan penjualan langsung kepasar atau pedagang besar melakukan penjualan di pasar yang dituju, seperti Pasar Cisarua, Pasar Induk Kramatjati, dan Pasar TU seluruh biaya panen, pengemasan dan pengangkutan ditanggung oleh petani sendiri. Fungsi fisik hanya dilakukan oleh sebagian petani pada saluran III, IV dan V yaitu petani yang menjual hasil panennya langsung ke pedagang grosir dan pengecer. Petani menanggung seluruh biaya panen, biaya pengemasan dan biaya pengangkutan. Biaya panen diantaranya adalah biaya tenaga kerja untuk 81

pemanenan dari kebun yaitu pemotongan kembang kol. Biaya pemanenan ini juga termasuk biaya tenaga kerja untuk pengemasan kembang kol kekarung. Untuk pengemasan kembang kol petani membutuhkan karung besar untuk mengemas kembang kol. Pengangkutan kembang kol dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar. Fungsi fasilitas di tingakat petani pada saluran pemasaran III, IV dan V antara lain fungsi penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan. Fungsi penanggungan resiko dialami petani antara lain resiko fisik seperti hasil panen yang kurang baik maupun resiko penurunan harga komoditi kembang kol di pasar. Informasi pasar yang ada ditingkat petani adalah informasi mengenai perkembangan harga pasar yang dapat diperoleh dari sesama petani atau langsung melakukan survei ke pasar. Sedangkan untuk fungsi pembiayaan yang dilakukan petani antara lain penyediaan modal untuk kegiatan usahatani dan penyediaan modal untuk pemasaran bagi petani yang menjual kembang kolnya langsung ke pasar. b. Pedagang Pengumpul Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul di Desa Tugu Utara antara lain fungsi pertukaran yaitu pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan, serta fungsi fasilitas yaitu penanggungan resiko, informasi pasar dan pembiayaan. Fungsi pembelian ditingkat pedagang pengumpul adalah pembelian kembang kol dari petani yang dilakukan langsung dikebun petani, dimana kembang kol telah selesai dipanen oleh petani, sedangkan untuk fungsi penjualannya hanya dilakukan kepada pedagang grosir yang ada di pasar. Harga pembelian kembang kol ditentukan berdasarkan harga yang sedang berlaku di pasar pada saat transaksi terjadi. Pedagang pengumpul biasanya membeli kembang kol dari petani rata-rata 2-2.5 ton per hari, hal ini terkait dengan kapasitas kendaraan yang digunakan. Besarnya biaya angkut dari desa kepasar seluruhnya ditanggung oleh pedagang pengumpul. Pengangkutan dilakukan dengan menggunakan mobil sewaan. Biaya sewa untuk satu mobil mencakup seluruh biaya bahan bakar, jalan tol, biaya supir maupun retribusi pasar. 82

Pada fungsi fasilitas sebelum membeli kembang kol dari petani, pedagang pengumpul akan mencari informasi harga dari pasar induk untuk menentukan harga beli kembang kol. Biaya penyusutan kembang kol umumnya tidak ada di tingkat pedagang pengumpul karena tidak ada kegiatan penyimpanan. Tetapi penanggungan resiko dapat dialami pedagang pengumpul bila terjadi kerusakan selama perjalanan ke pasar, hal ini dapat menyebabkan penurunan mutu yang dapat menurunkan nilai jual produk. Sedangkan fungsi pembiayaan di tingkat pedagang pengumpul adalah penyediaan modal untuk kegiatan pemasaran kembang kol. c. Pedagang Grosir pedagang grosir ini antara lain pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dan pedagang Pasar TU. Pedagang grosir pada masing-masing saluran pemasaran ini melakukan beberapa fungsi pemasaran diantaranya adalah fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan, fungsi fisik yaitu fungsi pengumpulan, pengemasan, penyimpanan, serta fungsi fasilitas yaitu standarisasi, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Fungsi pembelian yang dilakukan pedagang grosir adalah pembelian dari pedagang pengumpul. Fungsi penjualan dilakukan pedagang grosir kepada pengecer maupun konsumen. Pembelian dan penjualan dilakukan dimasingmasing lapak pasar yang sudah disewa oleh pedagang grosir. Fungsi Fisik dilakukan pedagang grosir dengan mengumpulkan semua penjualan dari pedagang-pedagang pengumpul yang berasal dari berbagai daerah. Setelah sampai di pasar, kembang kol diturunkan dari mobil oleh buruh yang seluruh biaya upah ditanggung oleh pedagang grosir. Kembang kol kemudian ditimbang dan sortasi berdasarkan kualitas, terdapat tiga tingkatan kualitas kembang kol yang akan dijual ke pedagang pengecer dan konsumen. Untuk kembang kol yang tidak layak jual dan biaya penyusutannya ditanggung oleh pedagang grosir. Kemudian kembang kol yang sudah disortasi dikemas dengan menggunakan karung dan disimpan untuk dijual pada hari selanjutnya. Penyimpanan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena mengingat sifat tanaman sayuran yang mudah busuk. 83

Fungsi fasilitas di tingkat pedagang grosir diantaranya adalah fungsi standarisasi, yaitu penentuan mutu dari kembang kol yang layak untuk dijual. Untuk kembang kol yang tidak layak jual biaya ditanggung oleh pedagang grosir. Fungsi penanggungan resiko juga terjadi bila harga yang berlaku di pasar berubah. Informasi mengenai pasar dan harga di dapat dari pedagang lainya dan dari kondisi yang terjadi di pasar. Fungsi pembiayaan yang ditanggung oleh pedagang grosir adalah biaya bongkar muat, biaya sewa lapak, biaya pengemasan dengan menggunakan karung, biaya retribusi. Pedagang grosir tidak mengeluarkan biaya pengangkutan karena penjualan kepada pengecer dilakukan di pasar tersebut. d. Pengecer Fungsi pemasaran yang ada di tingkat pedagang pengecer diantaranya fungsi pertukaran yaitu fungsi pembelian dan penjualan. Fungsi pembelian dilakukan pada pedang grosir yang ada di pasar-pasar besar dan fungsi penjualan dilakukan kepada konsumen akhir. Fungsi fisik di tingkat pengecer pada masingmasing pasar diantaranya adalah grading yaitu membagi kembang kol menjadi tiga tingkat kualitas yang berbeda-beda harga jualnya, fungsi fisik lainnya seperti pengemasan kembang kol, penyimpanan dan pengangkutan. Fungsi penyimpanan dilakukan bila kembang kol tidak habis di pasarkan pada hari yang sama. Fungsi pengangkutan hanya dilakukan saat membeli kembang kol ke pasar grosir. Gambar 10. Kondisi Penjualan Kembang Kol Tingkat Pengecer di Pasar Cisarua Tahun 2009 84

Fungsi fasilitas di tingkat pengecer diantaranya adalah standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan informasi pasar. Resiko terjadi di pengecer bila terjadi penurunan harga di pasar dan kerusakan yang terjadi pada saat pengangkutan kembang kol. Fungsi pembiayaan yang dilakukan pedagang pengecer adalah penyediaan modal. Pengecer biasanya hanya melakukan kegiatan penjualan yang tidak terlalu besar, karena modal yang dimiliki tidak besar. Informasi mengenai harga dan kondisi pasar kembang kol diketahui pengecer dari pedagang lain dan kondisi di sekitar pasar. 7.1.3 Stuktur Pasar Analisis stuktur pasar di daerah penelitian dilakukan melalui pengamatan berdasarkan jumlah penjualan dan pembeli, mudah tidaknya memasuki pasar, jenis komoditi yang dipasarkan, penentuan harga, dan informasi pasar. Stuktur pasar yang terjadi pada setiap tingkat lembaga pemasaran kembang kol adalah: 1. Petani Struktur pasar yang dihadapi petani kembang kol kelompok tani Suka Tani cendrung mengarah kepasar bersaing sempurna. Hal tersebut dilihat dari jumlah petani yang lebih banyak dibandingkan jumlah pedagang. Petani juga tidak dapat mempengaruhi harga yang berlaku di pasar, dan petani bebas keluar masuk pasar. Sumber informasi tentang harga hanya berasal dari sesama petani dan pedagang. Penentuan harga dilakukan oleh pedagang berdasarkan harga yang berlaku di pasar sehingga kedudukan petani dalam pemasaran lemah dan tidak memiliki bargaining posotion yang kuat dan hanya bertindak sebagai price taker. 2. Pedagang Pengumpul Stuktur pasar yang ada di tingkat pedagang pengumpul juga cendrung bersifat pasar bersaing sempurna. Produk yang dijual belikan bersifat homogen dan melibatkan banyak pihak yang berperan sebagai pembeli dan penjual. Pembeli dan penjual bebas keluar masuk pasar yang ditunjukkan dengan bebasnya pedagang pengumpul menentukan pasar tujuan. Pembeli dan penjual tidak dapat mempengaruhi harga dan menjual berdasarkan harga pasar yang berlaku. 85

3. Pedagang Grosir Struktur pasar yang terjadi antara pedagang grosir pada masing-masing pasar cendrung memiliki stuktur pasar oligopoli karena jumlah pedagang grosir lebih sedikit dibandingkan pedagang pengecer. Terdapat hambatan untuk keluar masuk pasar karena persaingan yang tinggi diantara pedagang grosir dalam pemasukan komoditi. Pemasukan komoditi dari pedagang pengumpul maupun petani sudah terjalin hubungan erat, sehingga banyak pedagang grosir yang sudah memiliki langganan tetap dalam pemasukan komoditi. Pedagang grosir juga masih dapat mempengaruhi harga. Hal ini mengindikasikan bisa terjadinya tawarmenawar antara pedagang pengumpul dan pedagang grosir. Sistem pembayaran yang terjadi ditingkat grosir adalah secara tunai. 4. Pengecer Struktur pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer cendrung mengarah ke struktur pasar bersaing sempurna karena jumlah pengecer yang cukup banyak. Barang yang diperjual belikan bersifat homogen dan pengecer juga tidak dapat mempengaruhi harga. Informasi mengenai harga yang terjadi di pengecer di dapat dari pedagang grosir dan dari pengecer lainnya. Sistem pembayaran yang berlaku di pengecer adalah tunai. 7.1.4 Perilaku Pasar Perilaku pasar menunjukkan pola tingkah laku dari lembaga-lembaga pemasaran yang meliputi praktek penjualan dan pembelian yang dilakukan pelaku-pelaku pemasaran. Sistem penentuan harga dan pembayaran, serta kerja sama yang terjadi antar lembaga- lembaga pemasaran. Perilaku pemasaran yang ada di Desa Tugu Utara adalah: 1 Prakter Penjualan dan Pembelian Dalam penelitian ini, praktek penjualan dan pembelian dilakukan oleh setiap pelaku pemasaran. Untuk petani yang menjual kembang kol kepada pedagang pengumpul kegiatan pembelian yang langsung dilakukan di kebun petani sehingga pedagang pengumpul harus mengeluarkan biaya pengangkutan dan retribusi. Sedangkan untuk petani yang langsung menjual kembang kol ke pasar atau pedagang grosir, kegiatan panen, pengangkutan dan biaya retribusi 86

dilakukan oleh petani sendiri. Pedagang pegumpul atau petani kemudian menjual kembang kol ke pedagang grosir di Pasar Induk Kramatjati dan Pasar TU. Praktek pembelian di tingkat pedagang grosir dilakukan dengan pedagang pengumpul yang berasal dari berbagai daerah. Pedagang grosir biasanya sudah memiliki langganan dengan beberapa pedagang pengumpul sehingga tidak mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang grosir dilakukan dengan pedagang pengecer yang ingin menjual kembali kembang kol tersebut atau sebagian dijual langsung kepada konsumen. Biasanya kembang kol habis terjual dalam satu hari, namun jika tidak habis maka disimpan untuk dijual kembali pada hari berikutnya. Kegiatan pembelian ditingkat pedagang pengecer biasanya sudah memiliki langganan dengan pedagang grosir sehingga tidak mengalami kesulitan dalam persediaan produk. Penjualan di pedagang pengecer adalah penjualan pada konsumen akhir yang membeli untuk kebutuhan sendiri. 2. Sistem Penentuan Harga dan Pembayaran Petani tidak memiliki kekuasaan dalam menentukan harga karena bargaining position di tingkat petani yang rendah dan petani hanya bertindak sebagai price taker. Walaupun harga dipasar sedang turun petani tetap melakukan kegiatan penanaman. Sistem pembayaran yang ada ditingkat petani dilakukan secara tunai atau dibayar setelah barang terjual. Pedagang pengumpul tidak memiliki kebebasan dalam menentukan harga. Harga yang berlaku sesuai dengan mekanisme pasar yang mudah berubah-ubah setiap saat dan pedagang pengumpul mengikuti harga yang berlaku di pasar. Sistem pembayaran atas penjualan kepada pedagang grosir dilakukan secara tunai maupun pada saat penjualan barang berikutnya karena antara pedagang pengumpul dan pedagang grosir sudah terjalin hubungan yang baik. Informasi harga dapat diperoleh secara mudah baik dengan melakukan survei langsung ke pasar atau dari sesama pedagang. Sistem penentuan harga di tingkat pedagang grosir terjadi berdasarkan mekanisme pasar. Sistem pembayaran yang dilakukan atas pembelian pedang pengecer adalah secara tunai. Penjualan kepada konsumen akhir juga dilakukan secara tunai. Sistem penentuan harga antara konsumen dan pedagang pengecer juga berdasarkan mekanisme pasar, tetapi masih dapat melakukan tawar-menawar. 87

3. Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran Kerjasama antara lembaga pemasaran mutlak dilakukan untuk menyalurkan kembang kol dari petani kepada konsumen. Kerjasama antar petani dengan pedagang pengumpul umumnya sudah berlangsung cukup lama, karena pedagang pengumpul masih berasal dari desa yang sama. Demikian juga antara pedagang pengumpul dengan pedagang grosir di pasar. Kerja sama tersebut didasarkan atas lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan adanya rasa saling percaya di antar lembaga-lembaga pemasaran tersebut. 7.1.5 Keragaan Pasar Struktur pasar dan perilaku pasar akan menentukan keragaan pasar yang dapat diukur melalui perubahan harga, biaya, marjin pemasaran dan jumlah komoditas yang diperdagangkan. Keragaan pasar juga dapat diidentifikasi melalui penggunaan teknologi dalam pemasaran, efisiensi penggunaan sumberdaya dan penghematan pembiayaan sehingga mencapai keuntungan maksimum. Proses pemasaran kembang kol petani pada kelompok tani Suka Tani sudah menggunakan teknologi, seperti teknologi telekomunikasi. Alat transportasi yang digunakan dalam pemasaran kembang kol adalah pick up, sedangkan teknologi telekomunikasi yang digunakan adalah telepon seluler. Teknologi telekomunikasi ini dapat menunjang kelancaran pemasaran kembang kol antara lembaga pemasaran. Efisiensi penggunaan sumberdaya sudah dilakukan oleh petani, antara lain dengan memilih cara melakukan penjualan secara langsung ke pasar pedagang grosir dari pada menjual kembang kol melalui tengkulak (pedagang pengumpul). Dengan cara ini petani akan memperoleh untung yang maksimal karena harga kembang kol yang diperoleh sesuai dengan harga pasar saat penjualan terjadi. Petani juga melakukan penjualan langsung ke pedagang pengecer, hal ini selain memberikan keuntungan bagi petani juga memberikan keuntungan bagi pedagang pengecer karena tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan. 88

7.1.6 Marjin Pemasaran Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen atau nilai jasa dari jasa-jasa pelaksana kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir, yang terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan tataniaga. Pola yang akan dibahas dalam analisis ini adalah lima pola saluran pemasaran yang terdiri dari pola I (Petani - Tengkulak ( pedagang pengumpul) - Pedagang Besar ( pedagang grosir Kramatjati - Pedagang Pengecer ( Pasar Induk Kramatjati) Konsumen), Pola II (Petani- pedagang pengumpul- Pedagang besar ( pedagang Grosir TU) - Pedagang pengecer ( Pasar TU) Konsumen), Pola III (Petani- Pedagang Kramatjati - Pengecer pasar Kramtjati) - Konsumen), Pola IV Petani - Pedagang Besar ( TU) - Pedagang Pengecer (Pasar TU) Konsumen) dan V (Petani - Pedagang Pengecer (Pasar Cisarua) Konsumen). Komponen terpenting dalam analisis marjin pemasaran kembang kol yaitu biaya. Biaya yang dikeluarkan dalam penyaluran kembang kol dari petani sampai konsumen meliputi biaya-biaya antara lain biaya panen, pengemasan, pengangkutan, retribusi, bongkar muat, standarisasi dan grading, sewa tempat, dan penyusutan. Komponen biaya pemasaran dapat dilihat pada Lampiran 3. Biaya panen adalah biaya yang dikeluarkan petani pada saat kegiatan panen kembang kol. Biaya tersebut mencakup biaya tenaga kerja yang melakukan kegiatan panen kembang kol. Biaya pengemasan adalah biaya setelah dilakukan kegiatan pemanenan, yaitu biaya pembelian karung. Biaya tersebut sudah termasuk biaya pengepakan kembang kol ke dalam mobil. Biaya panen pada saluran I hingga V seluruhnya di tanggung oleh petani. Besarnya biaya panen yang sudah termasuk pada biaya usahatani pada saluran pemasaran ini adalah Rp1,200,- per kilogram. Sedangkan besarnya biaya pengemasan pada saluran pemasaran I dan II semuanya ditanggung oleh pedagang pengumpul yaitu sebesar Rp 48,- per kilogram dan pada saluran III, IV dan V sebesar Rp 32,- per kilogram. Biaya pengangkutan adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengangkut kembang kol sampai daerah tujuan pemasaran. Besarnya biaya pengangkutan tergantung dari jarak lokasi tujuan pemasaran, semakin jauh maka semakin mahal 89

biaya transportasinya. Biaya tersebut sudah termasuk biaya ongkos sopir dan bensin mobil. Alat transportasi yang digunakan adalah Pick up dengan kapasitas 2000-2500 kilogram. Biaya transportasi di tingkat pedagang pengumpul pada saluran pemasaran I dengan tujuan Pasar Induk Keramatjati diperoleh sebesar Rp 200,- per kilogram kembang kol. Pada saluran II dengan tujuan Pasar TU sebesar Rp 100 per kilogram. Biaya pengangkutan pada saluran III, IV hingga V di tingkat petani yang memasarkan langsung kembang kolnya ke pasar adalah sebesar Rp 225,- per kilogram untuk tujuan Pasar Kramatjati, Rp 80,- per kilogram untuk tujuan Pasar Cisarua dan Rp 100,- per kilogram untuk tujuan pasar TU. Biaya pengangkutan untuk tingkat pengecer disetiap pasar memiliki rata-rata sebesar Rp 40,- per kilogram untuk pengecer keramat Jati, Rp 25,- per kilogram untuk pengecer Pasar TU dan untuk Pengecer Pasar Cisarua tidak dikenai biaya pengangkutan, karena pada saluran ini petani langsung menjualnya ke lokasi pengecer berjualan. Biaya retribusi adalah pungutan yang dibayar lembaga pemasaran untuk biaya pemeliharaan pasar seperti biaya kebersihan dan biaya pungutan lain yang terjadi selama proses pendistribusian kembang kol. Rata-rata biaya retribusi di tingkat pedagang pengumpul dan petani saluran I dan II adalah Rp 2,- per kilogram, III dan V adalah Rp 2,- per kilogram dan V petani tidak dikenai biaya retibusi. Pada tingkat pedagang grosir biaya retribusi sebesar Rp 5,- per kilogram untuk pedagang grosir pasar induk Kramatjati. Pedagang grosir Pasar TU sebesar Rp 3,- per kilogram. Rata-rata biaya retribusi di tingkat pedagang pengecer adalah sebesar Rp 23,- per kilogram di Pasar Induk Kramatjati, sebesar Rp 7,- per kilogram di pengecer pasar Cisarua, dan sebesar Rp 12,- per kilogram di Pasar TU. Biaya bongkar muat adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Biaya bongkar muat di keluarkan oleh pedagang grosir. Pada tingkat pedagang Grosir biaya bongkar muat sebesar Rp 20,- per kilogram untuk pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dan di tingkat pedagang grosir Pasar TU sebesar Rp 14,- per kilogram. Pedagang pengecer tidak mengeluarkan biaya bongkar muat karena lokasi pedagang grosir dan pedagang pengecer masih berada di lokasi yang sama. 90

Rincian biaya pemasaran masing-masing lembaga pemasaran dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Rincian Biaya Pemasaran Masing-Masing Pola Pemasaran No Komponem Biaya I II III IV V 1 Petani a. B panen dan 1,200 1,200 1,200 1,200 1,200 Usahatani b. B. pengemasan 32 32 32 c. B. Pengangkutan 225 100 80 d. B. Retribusi 2.5 2.5 e. B. Bongkar Muat f. B. Sortasi dan Grading g. B. Sewa Tempat h. B. Penyusutan Jumlah 1,200 1,200 1,459.5 1,334.5 1,312 2 Pedagang Pegumpul a. B panen b. B. pengemasan 48 48 c. B. Pengangkutan 200 100 d. B. Retribusi 2 2 e. B. Bongkar Muat f. B. Sortasi dan Grading g. B. Sewa Tempat h. B. Penyusutan Jumlah 250 150 3 Pedagang Grosir a. B panen b. B. pengemasan 100 33 100 33 c. B. Pengangkutan d. B. Retribusi 5 3 5 3 e. B. Bongkar Muat 20 14 20 14 f. B. Standarisasi 60 42 60 42 g.b.sewa Tempat 7 9 7 9 h. B. Penyusutan 114 105 114 105 Jumlah 306 206 306 206 4 Pedagang Pengecer a. B panen b. B. pengemasan c. B. Pengangkutan 40 25 40 25 d. B. Retribusi 23 12 23 12 7 e. B. Bongkar Muat f. B. Grading 83 34 83 34 14 g. B. Sewa Tempat 34 45 34 45 35 h. B. Penyusutan 1,250 1,125 1,250 1,125 875 Jumlah 1,430 1,241 1,430 1,241 931 91

Biaya sewa tempat hanya dikeluarkan oleh pedagang grosir dan pengecer. Biaya sewa tempat yang dibayarkan pedagang grosir adalah per bulan, sedangkan untuk pengecer biaya sewa tempat yang dikeluarkan per hari. Setelah biaya dirata-ratakan, biaya sewa tempat pedagang grosir adalah sebesar Rp 7,- per kilogram untuk pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati, Rp 9,- per kilogram untuk pedagang grosir Pasar TU. Sedangkan biaya sewa tempat yang dikeluarkan pengecer adalah sebesar Rp 34 per kilogram untuk pengecer Pasar Induk Kramatjati, sebesar Rp 45,- per kilogram untuk pengecer Pasar TU dan Rp 35,- untuk Pasar Cisarua. Biaya yang termasuk biaya sortasi dan grading adalah biaya tenaga kerja yang dipekerjakan untuk kegiatan tersebut. Biaya penyusutan adalah biaya yang ditanggung lembaga pemasaran karena kembang kol yang dijualnya mengalami pengurangan kuantitas akibat adanya proses pendistribusian dan pemotongan daun yang tidak layak atau rusak. Pada pemasaran kembang kol penyusutan hanya dialami oleh pedagang grosir dan pengecer. Seluruh penyusutan kembang kol yang terjadi di pedagang grosir dan pengecer memiliki rata-rata yang sama yaitu tiga persen perhari. Petani dan pedagang pengumpul tidak menanggung biaya penyusutan karena seluruh kembang kol hasil panen langsung dikirim ke pedagang grosir. Penyusutan kembang kol terjadi dikarenakan kembang kol tidak habis terjual di hari yang sama dan juga terdapat kembang kol yang tidak layak jual saat proses sortase dan grading. Berkaitan dengan sebaran margin pemasaran, secara umum petani menyalurkannya melalui dua lembaga saluran pemasaran yaitu melalui pedagang pengumpul dan langsung ke pedagang grosir. pemasaran yang melalui pedagang pengumpul terdiri dari tiga saluran pemasaran, yaitu saluran pemasaran I dan II. Sementara saluran yang langsung ke pedagang grosir yaitu saluran pemasaran III dan saluran pemasran IV dan saluran pemasaran V langsung ke pengecer. Tujuan pasar kembang kol secara umum terbagi menjadi tiga pasar tujuan, yakni Pasar Induk Kramatjati, Pasar Cisarua dan Pasar TU. 92

Berdasarkan Tabel 28, biaya usahatani yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1,200,- per kilogram. Lembaga pemasaran pada tingkat pedagang pengecer merupakan lembaga yang mengeluarkan jumlah biaya pemasaran terbesar yaitu sebesar Rp 1,430,- per kilogram pada saluran I dan III yakni pedagang pengecer Pasar Induk Kramatjati, sebesar Rp 1,259,- per kilogram pada saluran II dan IV, dan Rp 931,- per kilogram pada Pasar Cisarua yaitu pada saluran pemasaran V. Berdasarkan kelima saluran pemasaran, total marjin pemasaran terkecil terjadi pada saluran lima, yaitu sebesar Rp 2,500,-per kilogram kemudian saluran IV sebesar Rp 3,500,- per kilogram dan marjin pemasaran terbesar terjadi pada saluran I, yaitu Rp 4,500,-per kilogram. Marjin pemasaran pada saluran V menjadi lebih kecil daripada saluran lainnya dikarenakan pada saluran V petani langsung menjual kembang kol ke pedagang pengecer kemudian dari pengecer baru ke konsumen. Tingkat keberhasilan suatu sistem pemasaran dapat dilihat dari rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran. Rasio keuntungan terhadap biaya yang digunakan untuk mengetahui penyebaran rasi keuntungan terhadap biay yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam setiap saluran pemasaran.penyebaran keuntungan di antara lembaga-lembaga pemasaran tidak merata. Rasio keuntungan terhadap biaya terbesar pada masing-masing saluran pemasaran kembang kol yaitu pada saluran I rasio terbesar di peroleh pedagang grosir kramatjati sebesar 2.92. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- per kilogram biaya pemasaran yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 292,- per kilogram. Pada saluran pemasaran lainnya rasio keuntungan terhadap biaya terbesar masing-masing diperoleh pedagang grosir Pasar TU dengan nilai 3.85 pada saluran II, pedagang grosir Pasar Induk Kramatjati dengan nilai 2.92 pada saluran III, pedagang grosir Pasar TU dengan nilai 3.85 pada saluran IV, dan pedagang pengecer Pasar Cisarua dengan nilai 1.69 pada saluran V. Namun total rasio keuntungan terhadap biaya terbesar terjadi pada saluran pemasaran V yaitu sebesar 3.63. Sehingga saluran pemasaran V merupakan saluran paling menguntungkan bagi petani. Sebaran marjin dan rasio keuntungan pada setiap lembaga pemasaran tiap saluran pemasaran dapat dilihat pada Tabel 28. 93

Tabel 28. Marjin Pemasaran Kembang Kol 1-V Pada LembagaPemasaran Kelompok Tani Suka Tani. Uraian I II III IV V Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Nilai (Rp/Kg) Petani Biaya Usahatani 1200 1200 1200 1200 1200 Biaya Pemasaran 259.5 134.5 105 Keuntungan 1800 1800 2340.5 2165.5 2195 Harga Jual 3000 3000 3800 3500 3500 Marjin Rasio π/c 16.1 20.9 Pedagang Pengumpul Harga Beli 3000 3000 Biaya Pemasaran 250 150 Keuntungan 550 350 Harga Jual 3800 3500 Marjin 800 500 Rasio π/c 2.20 2.33 Pedagang Grosir Harga Beli 3800 3500 3800 3500 Biaya Pemasaran 306 206 306 206 Keuntungan 894 794 894 794 Harga Jual 5000 4500 5000 4500 Marjin 1200 1000 1200 1000 Rasio π/c 2.92 3.85 2.92 3.85 Pedagang Pengecer Harga Beli 5000 4500 5000 4500 3500 Biaya Pemasaran 1430 1241 1430 1241 931 Keuntungan 1070 1259 1070 1259 1569 Harga Jual 7500 7000 7500 7000 6000 Marjin 2500 2500 2500 2500 2500 Rasio π/c 0.75 1.01 0.75 1.01 1.69 Total Biaya Pemasaran 1986 1597 1995.5 1581.5 1036 Total Keuntungan 4314 4203 4304.5 4218.5 3764 Total Marjin 4500 4000 3700 3500 2500 π/c 2.17 2.63 2.16 2.67 3.63 Farmer s share merupakan salah satu indikator yang dapat membandingkan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir untuk menentukan efisiensi pemasaran suatu produk. Farmer s share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran, sehingga semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian yang akan diperoleh petani semakin rendah. 94

Berdasarkan Tabel 29, bagian terbesar yang diterima petani adalah pada saluran V yaitu sebesar 56.5 persen. Berdasarkan hasil perhitungan Farmer s share kelima saluran pemasaran yang ada dapat diketahui bahwa saluran V merupakan saluran yang paling menguntungkan bagi petani. Tingginya bagian harga yang diterima petani pada saluran V disebabkan oleh pola saluran pemasaran yang pendek. Namun pada saluran pemasaran V tujuan Pasar Cisarua dimana kembang kol dijual langsung kepada pengecer tidak mampu menampung seluruh hasil produksi kembang kol petani karena memiliki kapasitas pasar yang terbatas. Sehingga saluran pemasarn IV dapat dijadikan sebagai saluran pemasaran yang juga memberikan imbalan besar dibandingkan dengan saluran pemasaran lainnya. Dengan demikian tidak perlu menjual kembang kol langsung ke Psar Keramatjati atau melalui tengkulak. pemasaran kedua yang menguntungkan dan efisien bagi petani adalah saluran IV, dimana saluran ini memberikan nilai Farmer s share sebesar 48 persen dari harga yang diterima konsumen. Harga pada saluran III, IV dan V terlebih dahulu di kurang biaya pemasaran yang dikeluarkan petani yang menjual langsung ke pedagang. Pasar yang memberikan imbalan terkecil bagi petani dari hasil pemasaran kembang kol adalah saluran I, dimana pada saluran ini Farmer s Share yang diperoleh sebesar 40 persen dari harga yang diterima konsumen akhir. Farmer s share yang diterima pada setiap saluran pemasaran kembang kol dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Persentase Farmer s Share Pada Setiap Pemasaran Pemasaran Harga di Tingkat Petani Harga di Tingkat Konsumen Farmer's Share (%) I 3,000 7,500 40.0 II 3,000 7,000 42.9 III 3,540.5 7,500 47.2 IV 3,365.5 7,000 48.0 V 3,395 6,000 56.5 95