BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

KATA PENGANTAR. Akhirnya kami berharap materi ini dapat bermanfaat bagi para Kader kesehatan dan masyarakat untuk pengobatan sendiri.

INGATLAH... DA GU SI BU. Kami Para Apoteker siap membantu masyarakat

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

AGAR OBAT MEMBERIKAN MANFAAT DAN KEAMANAN BAGI ANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai memberikan

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman (GNPOPA) Edukasi terkait OBAT pada Remaja dan Dewasa

MATERI PELATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN MEMILIH OBAT BAGI TENAGA KESEHATAN DIREKTORAT BINA PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pemberdayaan Kader PKK dalam Penerapan DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang) Obat dengan Baik dan Benar

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR FARMASI UPTD PUSKESMAS LADJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apotek menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 tentang Standar

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

Penyuluhan tentang VAS+D

Resep. Penggunaan obat berlabel dan tidak berlabel Aspek legal. Pengertian Unsur resep Macam-macam resep obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Permenkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang. benda asing eksternal seperti debu dan benda asing internal seperti dahak.

2

KEDARURATAN LAIN DIABETES HIPOGLIKEMIA

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3: UJI SEDIAAN OBAT

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 3 KATA PENGANTAR SAMBUTAN DIRJEN FARMALKES CARA MEMILIH OBAT CARA MENDAPATKAN 15 OBAT CARA MENYIMPAN OBAT

PHARMACY, Vol.07 No. 03 Desember 2010 ISSN Agus Priyanto, Moeslich Hasanmihardja, Didik Setiawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN OBAT TERHADAP PERILAKU PERAWAT DALAM PENERAPAN PRINSIP SEPULUH BENAR PEMBERIAN OBAT DI RSI IBNU SINA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN KKN-PPM UGM 2017 UNIT 17T-JBR08 DESA TAMANJAYA, KEC. CIEMAS, KAB. SUKABUMI, JAWA BARAT

Aneka kebiasaan turun temurun perawatan bayi

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

SOP PELAYANAN FARMASI PUSKESMAS SINE PERENCANAAN OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

DESAIN SEDIAAN FARMASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

615 Ind p PEDOMAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada tahun 1995, WHO Global School Health Initiative telah melakukan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

Keistimewaan metode barier ini adalah: Mencegah infertilitas, kanker servix dan PMS Meningkatkan partisipasi pria dalam kontrasepsi

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Jenis kemasan Bahan pengemas Teknologi pengemasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan Tentang Tablet Obat Cacing

LAMPIRAN XI PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 24/Permentan/SR.140/4/2011 TANGGAL : 8 April 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kecacatan. Kesehatan dapat terwujud apabila tersedia sumber daya untuk

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

Tujuan Instruksional:

MENGAPA IBU HARUS MEMBERIKAN ASI SAJA KEPADA BAYI

Apa itu menstruasi? Menstruasi adalah tanda anak perempuan tumbuh menjadi dewasa. Menstruasi adalah proses alami bagi perempuan.

MATERI PENYULUHAN ASI EKSLUSIF OLEH : dr.rizma Alfiani Rachmi

Bab 11 Bagaimana menjelaskan kepada dokter saat berobat

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

Apa dan Mengapa Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan obat secara baik bagi siswa sekolah tingkat dasar, merupakan faktor

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pembelajaran e-learning bab 3 dan 4 (kelas A)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dagusibu Dagusibu merupakan singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan, Buang obat (PP IAI, 2014). Dagusibu merupakan suatu program edukasi kesehatan yang dibuat oleh IAI dalam upaya mewujudkan Gerakan Keluarga Sadar Obat (GKSO) sebagai langkah konkrit untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sehingga mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebgai komitmen dalam melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009. Perlu adanya pengawasan dan penyampaian informasi tentang obat untuk pasien atau masyarakat dalam mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan baik. Jika penggunaannya salah, tidak tepat, tidak sesuai dengan takaran dan indikasinya maka obat dapat membahayakan kesehatan (Depkes RI, 2008). 1. Mendapatkan obat (Da) Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, masyarakat dapat mendapatkan obat di fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu : a. Apotek Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. b. Instalasi rumah sakit Unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. c. Klinik Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. 4

d. Toko obat Sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran. Pada waktu menerima obat dari petugas kesehatan di rumah sakit, puskesmas, apotek, atau toko obat, diwajibkan melakukan pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang meliputi (Depkes RI, 2008) : a. Jenis dan jumlah obat Jenis obat berdasarkan golongan obat antara lain : 1) Obat bebas Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Pada kemasan dan etiket obat bebas,tanda khusus berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam 2) Obat bebas terbatas Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, namun penggunaannya harus memperhatikan informasi yang menyertai obat dalam kemasan. Pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas terdapat tanda khusus berupa lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. 3) Obat keras Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep Dokter. Obat keras mempunyai tanda khusus berupa lingkaran bulat merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K ditengah yang menyentuh garis tepi. 5

4) Narkotik Obat yang berasal dari turunan tanaman atau bahan kmia yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Obat ini hanya dapat diperoleh dengan resep dari dokter. Contoh: Morfin, Petidin 5) Psikotropik Obat bukan golongan narkotik yang berkhasiat mempengaruhi susunan syaraf pusat. Obat ini dapat menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan resep dokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Diazepam, Phenobarbital. b. Kemasan obat Pada umumnya informasi obat yang dicantumkan adalah : 1) Nama obat Nama obat pada kemasan terdiri dari nama dagang dan nama zat aktif yang terkandung didalamnya. Contoh : Nama Dagang : Panadol. Nama Zat Aktif : Parasetamol/ Acetaminophen. 2) Komposisi obat Informasi tentang zat aktif yang terkandung didalam suatu obat, dapat merupakan zat tunggal atau kombinasi dari berbagai macam zat aktif dan bahan tambahan lain. 3) Indikasi Informasi mengenai khasiat obat untuk suatu penyakit. 4) Aturan pakai Informasi mengenai cara penggunaan obat yang meliputi waktu dan berapa kali obat tersebut digunakan. 6

5) Peringatan perhatian Tanda Peringatan yang harus diperhatikan pada setiap kemasan obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas berbentuk empat persegi panjang dengan huruf putih pada dasar hitam ukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter yang terdiri dari 6 macam, yaitu P No. 1 s/d 6, sebagai berikut : Gambar 1. Kotak tanda peringatan obat 6) Tanggal Daluarsa Tanggal yang menunjukkan berakhirnya masa kerja obat. 7) Nama Produsen Nama Industri Farmasi yang memproduksi obat. 8) Nomor batch/lot Nomor kode produksi yang dikeluarkan oleh Industri Farmasi. 9) Harga Eceran Tertinggi Harga jual obat tertinggi yang diperbolehkan oleh pemerintah. 10) Nomor registrasi Merupakan tanda ijin edar absah yang diberikan oleh pemerintah. c. Kadaluarsa obat Waktu kadaluarsa obat merupakan batas waktu ketika produk farmasi tidak lagi dalam kondisi yang dapat diterima efektivitasnya. Umur simpan obat ditentukan oleh waktu pemecahan zat aktif atau resiko 7

kontaminasi. Tidak semua obat rusak pada tingkat yang sama (NHS, 2013). Cara mengetahui obat yang sudah rusak atau kadaluarsa (Depkes RI, 2008) : 1) Tablet Terjadi perubahan pada warna, bau dan rasa, timbul bintik bintik noda, lubang-lubang, pecah, retak, terdapat benda asing, menjadi bubuk dan lembab. 2) Tablet Salut Terjadi perubahan salutan seperti pecah, basah, lengket satu dengan lainnya dan terjadi perubahan warna. 3) Kapsul Cangkang kapsul menjadi lembek, terbuka sehingga isinya keluar, melekat satu sama lain, dapat juga melekat dengan kemasan. 4) Puyer Terjadi perubahan warna, timbul bau, timbul noda bintik-bintik, lembab sampai mencair. 5) Salep / Krim / Lotion / Cairan Terjadi perubahan warna, bau, timbul endapan atau kekeruhan, mengental, timbul gas, memisah menjadi 2 (dua) bagian, mengeras, sampai pada kemasan atau wadah menjadi rusak. 2. Menggunakan obat (Gu) Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan (Depkes RI, 2008). Informasi penggunaan obat bagi pasien dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu : a. Informasi umum cara penggunaan obat 1) Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur 8

Penggunaan obat tanpa petunjuk langsung dari dokter hanya boleh untuk penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas serta untuk masalah kesehatan yang ringan. 2) Waktu minum obat, sesuai dengan waktu yang dianjurkan : a) Pagi, berarti obat harus diminum antara pukul 07.00-08.00 WIB. b) Siang, berarti obat harus diminum anara pukul 12.00-13.00 WIB. c) Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB. d) Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB. 3) Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi. Bila tertulis: a) 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut. b) 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari. c) 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari. d) 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari. 4) Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya obat antibiotika. 5) Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara terus menerus. 6) Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau menimbulkan hal hal yang tidak diinginkan, segera hubungi tenaga kesehatan terdekat. 7) Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah. 9

8) Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah obat karena pada etiket tersebut tercantum cara penggunaan obat dan informasi lain yang penting. 9) Bacalah cara penggunaan obat sebelum minum obat, demikian juga periksalah tanggal kadaluarsa. 10) Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama. 11) Tanyakan kepada Apoteker di Apotek atau petugas kesehatan di Poskesdes untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap. b. Informasi khusus cara penggunaan obat Obat oral Pemberian obat secara oral (melalui mulut) merupakan pemberian yang paling praktis dan mudah. Sediaan obat yang dapat digunakan secara oral yaitu tablet, kapsul, puyer, dan cairan. Petunjuk penggunaan obat oral: 1) Sediaan obat padat a) Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan air matang. b) Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat menelan obat. c) Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum tidur. Misalnya : obat antasida harus diminum saat perut kosong, obat yang merangsang lambung, harus diminum sesudah makan, obat pencahar diminum sebelum tidur. 2) Sediaan obat larutan a) Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar obat) jika minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya tidak 10

menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran sendok rumah tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis. b) Hati-hati terhadap obat kumur. Jangan diminum. Lazimnya pada kemasan obat kumur terdapat peringatan Hanya untuk kumur, jangan ditelan. c) Sediaan obat larutan biasanya dilengkapi dengan sendok takar yang mempunyai tanda garis sesuai dengan ukuran 5.0 ml, 2,5 ml dan 1,25 ml. Apabila dalam etiket tertulis : a) 1 (satu) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 5 ml. b) ½ (setengah) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 2.5 ml. c) ¼ (seperempat) sendok takar obat, berarti obat tersebut harus dituangkan pada sendok takar sampai garis yang menunjukan volume 1,25 ml. Obat luar Obat luar merupakan obat yang diberikan tidak melalui saluran pencernaan atau buka melalui mulut. 1) Sediaan kulit Beberapa bentuk sediaan obat untuk penggunaan kulit, yaitu bentuk bubuk halus (bedak), cairan (lotion), setengah padat (krim, salep). Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), sesudah dipakai wadah harus tetap tertutup rapat. Cara penggunaan bubuk halus (bedak) : a) Cuci tangan. b) Oleskan/taburkan obat tipis tipis pada daerah yang terinfeksi. c) Cuci tangan kembali untuk membersihkan sisa obat. 11

Sediaan ini tidak boleh diberikan pada luka terbuka dan gunakan sampai sembuh, atau tidak ada gejala lagi. 2) Sediaan obat mata Terdapat 2 macam sediaan untuk mata, yaitu bentuk cairan (obat tetes mata) dan bentuk setengah padat (salep mata). Dua sediaan tersebut merupakan produk yang pembuatannya dilakukan secara steril (bebas kuman) sehingga dalam penggunaannya harus diperhatikan agar tetap bebas kuman. Untuk mencegah kontaminasi (pencemaran), hindari ujung wadah obat tetes mata terkena permukaan benda lain (termasuk mata) dan wadah harus tetap tertutup rapat sesudah digunakan. Cara penggunaan : a) Cuci tangan. b) Tengadahkan kepala pasien; dengan jari telunjuk tarik kelopak mata bagian bawah. c) Tekan botol tetes atau tube salep hingga cairan atau salep masuk dalam kantung mata bagian bawah. d) Tutup mata pasien perlahan lahan selama 1 sampai 2 menit. e) Untuk penggunaan tetes mata tekan ujung mata dekat hidung selama 1-2 menit; untuk penggunaan salep mata, gerakkan mata ke kiri-kanan, ke atas dan ke bawah. f) Setelah obat tetes atau salep mata digunakan, usap ujung wadah dengan tisu bersih, tidak disarankan untuk mencuci dengan air hangat. g) Tutup rapat wadah obat tetes mata atau salep mata. h) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. PERHATIAN : a) Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata setelah dibuka lebih dari 30 hari, karena obat tidak bebas kuman lagi. b) Hindari penggunaan obat tetes mata atau salep mata oleh lebih dari satu orang, agar tidak terjadi penulaan infeksi. 12

3) Sediaan tetes telinga Hindarkan ujung kemasan obat tetes telinga dan alat penetes telinga atau pipet terkena permukaan benda lain (termasuk telinga), untuk mencegah kontaminasi. Cara penggunaan obat tetes telinga : a) Cuci tangan. b) Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton bud. c) Kocok sediaan terlebih dahulu bila sediaan berupa suspensi. d) Miringkan kepala atau berbaring dalam posisi miring dengan telinga yang akan ditetesi obat, menghadap ke atas. e) Tarik telinga keatas dan ke belakang (untuk orang dewasa) atau tarik telinga ke bawah dan ke belakang (untuk anakanak). f) Teteskan obat dan biarkan selama 5 menit. Keringkan dengan kertas tisu setelah digunakan. g) Tutup wadah dengan baik. Jangan bilas ujung wadah dan alat penetes obat. h) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 4) Sediaan supositoria Cara penggunaan supositoria : a) Cuci tangan. b) Buka bungkus aluminium foil dan basahi supositoria dengan sedikit air. c) Pasien dibaringkan dalam posisi miring. d) Dorong bagian ujung supositoria ke dalam anus dengan ujung jari. e) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. Jika supositoria terlalu lembek, sehingga sulit untuk dimasukkan kedalam anus, maka sebelum digunakan sediaan supositoria ditempatkan di dalam lemari pendingin selama 30 menit kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum membuka bungkus kemasan aluminium foil 13

5) Sediaan krim / salep rektal Cara penggunaan krim/salep rektal : a) Bersihkan dan keringkan daerah rektal. b) Masukkan salep atau krim secara perlahan ke dalam rektal. c) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. a) Cuci tangan untuk menghilangkan sisa obat pada tangan. 6) Sediaan ovula / obat vagina Cara penggunaan sediaan ovula dengan menggunakan aplikator: a) Cuci tangan dan aplikator dengan sabun dan air hangat, sebelum digunakan. b) Baringkan pasien dengan kedua kaki direnggangkan. c) Ambil obat vagina dengan menggunakan aplikator. d) Masukkan obat kedalam vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan. e) Biarkan selama beberapa waktu. f) Cuci bersih aplikator dan tangan dengan sabun dan air hangat setelah digunakan 3. Menyimpan obat (Si) Cara Menyimpan Obat secara umum (Depkes RI, 2008) : a. Jauhkan dari jangkauan anak anak. b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat. c. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti aturan yang tertera pada kemasan. d. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat dan jangan simpan obat yang telah kadaluarsa. Cara menyimpan obat berdasarkan bentuk sediaan : a. Tablet dan kapsul Tablet dan kapsul disimpan dalam wadar tertutup rapat, di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab (Depkes RI, 1979). 14

b. Sediaan obat cair Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat (Depkes RI, 2008). c. Sediaan obat krim Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube, di tempat sejuk (Depkes RI, 1979). d. Sediaan obat vagina dan ovula Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair (Depkes RI, 2008). e. Sediaan Aerosol / spray Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan (Depkes RI, 2008). Klasifikasi suhu penyimpanan obat berdasarkan ruangan penyimpanan obat (FI, 1995) : a. Dingin Suhu dingin adalah suhu tidak lebih dari 8 0 C. Disimpan didalam lemari pendingin. b. Sejuk Suhu sejuk adalah suhu antara 8 0 C sampai 15 0 C didalam lemari pendingin. c. Suhu kamar Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja. Suhu kamar terkendali adalah suhu yang diatur antara 15 0 C sampai 30 0 C. d. Hangat Disimpan pada suhu 30 0 C sampai 40 0 C. e. Panas Disimpan pada suhu lebih dari 40 0 C. 15

4. Membuang obat (Bu) Menurut Depkes RI (2008), cara membuang obat sebagai berikut : a. Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk obat-obat padat (tablet, kapsul dan suppositoria) b. Untuk sediaan cair (sirup, suspensi, dan emulsi), encerkan sediaan dan campur dengan bahan yang tidak akan dimakan seperti tanah atau pasir. Buang bersama dengan sampah lain. c. Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup botol kemudian dibuang ditempat, hal ini untuk menghindari penyalah gunaan bekas wadah obat d. Untuk kemasan boks, dus, dan tube terlebih dahulu digunting baru dibuang. B. Ibu Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ibu merupakan 1) wanita yang telah melahirkan seorang anak, 2) sebutan wanita yang sudah bersuami, 3) panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami maupun yang belum, 4) bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): -- jari, 5) yang utama diantara beberapa hal lain; yang terpenting: --negeri, -- kota; Sedangkan ibu rumah tangga merupakan wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga, istri (ibu) yang hanya mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja di kantor). C. Metode CBIA Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA) merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat. Metode ini merupakan metode pembelajaran untuk para ibu rumah tangga agar lebih aktif dalam mencari informasi mengenai obat yang digunakan oleh keluarga (Depkes RI, 2008). Metode CBIA dilakukan dengan membagi peserta menjadi beberapa kelompok kecil 16

yang terdiri dari 6-8 orang untuk mengisi lembar kegiatan dan setelah itu melakukan diskusi selama 2-3 jam. Metode edukasi masyarakat melalui CBIA pertama kali dikembangkan oleh prof. Dr. Sri Suryawati sejak tahun 1992, guru besar farmakologi dari fakultas kedokteran, Universitas Gajah Mada. Bersama timnya di Pusat Studi Farmakologi Klinik dan Kebijakan Obat UGM, metode ini telah dikembangkan selama bertahun-tahun, dan telah diadopsi oleh beberapa negara di Asia serta diakui oleh WHO. Dalam CBIA, peserta dapat terdiri dari ibu rumah tangga, kader kesehatan (posyandu), tokoh masyarakat, anggota tim penggerak PKK, atau unsur/organisasi masyarakat lainnya (Gusnellyanti, 2014 ). Manfaat yang dapat diterima masyarakat dengan adanya kegiatan edukasi melalui CBIA antara lain: 1. Peningkatan pengetahuan tentang cara memilih dan menggunakan obat yang benar, antara lain dengan memahami bahwa: a. Logo lingkaran berwarna yang tertera memiliki arti tertentu yang tidak dijelaskan pada kemasan b. Informasi dalam kemasan obat lebih lengkap dibandingkan dengan iklan. 2. Masyarakat dapat melakukan swamedikasi dengan benar dan rasional dengan memahami bahwa : a. Penggunaan sendok takar yang disediakan dalam kemasan pada saat meminum obat sirup sangat penting, karena tidak sama dengan sendok teh atau sendok makan yang tersedia di rumah tangga. b. Informasi bahwa obat tidak dapat digunakan pada kondisi tertentu tertera pada bagian kontra indikasi, yang umumnya jarang diketahui oleh masyarakat. 3. Menurunkan penggunaan Antibiotik yang tidak tepat oleh masyarakat. 4. Membuat masyarakat lebih cerdas untuk memilih obat dengan benar. 17

D. Metode Snowball Throwing Metode melempar bola salju (Snowball Throwing) adalah salah satu model pembelajaran aktif yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan peserta, suasana belajar menjadi menyenangkan karena peserta seperti bermain. Model pembelajaran ini melatih peserta untuk lebih tanggap menerima pesan dari peserta lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok, dan peserta terlibat aktif dalam belajar. Model Snowball Throwing menggali potensi kepemimpinan peserta dalam kelompok dan keterampilan membuatmenjawab pertanyaan yang dipadukan melalui suatu permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju ( Komalasari, 2010). Langkah-langkah pembelajaran model Snowball Throwing (Suprijono, 2009) : 1. Fasilitator menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Fasilitator membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masingmasing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh fasilitator kepada temannya. 4. Kemudian masing-masing peserta diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta ke peserta yang lain selama ± 15 menit. 6. Setelah peserta mendapatkan satu bola/satu pertanyaan lalu diberikan kesempatan kepada peserta untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi. 8. Penutup. 18

E. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan meraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan yang tercangkup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, antara lain: 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari anatar alain dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. 2. Memahami (comprehension ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Dikatakan paham terhadap objek atau meteri ketika seseorang dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya. 3. Aplikasi (aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan unutk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu 19

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan. Memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan unutk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada. Arikunto (2006) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase sebagai berikut : 1. Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya 75% 2. Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74% 3. Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55% 20