SARAN / MASUKAN DARI KADIN KALBAR PADA RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN

dokumen-dokumen yang mirip
KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

Peluang & Tantangan Pengembangan Ketenagalistrikan di Kalbar

DISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

Analisis Pengaruh Usaha Mikro Kecil Menengah Terhadap Pendapatan Daerah Kota Bekasi. Nama : Risandra Rejina NPM : Kelas : 3 EB 15

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seberapa besar keinginan masyarakat Indonesia untuk terbang? Kutipan

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

Pidato Presiden - Penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU APBN serta..., Jakarta, 16 Agustus 2016 Selasa, 16 Agustus 2016

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VI PENUTUP 6.1 KESIMPULAN. Berdasarkan hasil empiris penelitian dan analisis pada bab sebelumnya

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

PENGEMBANGAN UMKM MENGHADAPI EKONOMI GLOBAL

PENGELOLAAN KAWASAN ANDALAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN INVESTASI DUNIA USAHA DI KTI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 230/PMK.011/2008 TENTANG

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

Kebijakan Pemerataan Ekonomi Dalam Rangka Menurunkan Kemiskinan. Lukita Dinarsyah Tuwo

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai pengaruh

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank sebagai lembaga keuangan merupakan institusi penting dalam

Universitas Sumatera Utara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

Disampaikan: Edy Putra Irawady Deputi Menko Perekonomian Bidang Industri dan Perdagangan

VII. SIMPULAN DAN SARAN

Strategi Pemberdayaan Lembaga Keuangan Rakyat BPR

Issu-Issu Global Menyikapi Krisis Ekonomi Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

Laporan Perekonomian Indonesia

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

Deputi Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan/ Ketua Tim Pelaksana Pengendali PNPM Mandiri Jakarta, 3 November 2008

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. jatuhnya perekonomian nasional. Sehingga banyak usaha-usaha berskala besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Pada akhir tahun 2015

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

PENDAHULUAN (Renstra Kementrian Koperasi dan UMKM ) diketahui jumlah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

PENGANTAR ILMU PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

Transkripsi:

SARAN / MASUKAN DARI KADIN KALBAR PADA RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN 2015 2019 1. Pada era kondisi / situasi perdagangan global/bebas saat ini berpotensi meningkatkan proteksi pada banyak Negara, serta langkah tidak sehat untuk mempertahankan pasar domestic dan ekspornya. Akibatnya persaingan antar Negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan investasi semakin ketat sehingga menuntut penguatan domestic / daya saing. 2. Untuk memperkuat perekonomian domestic, diperlukan upaya peningkatan daya saing industri, upaya hilirisasi dan penguatan pasar dalam negeri.

3. Struktur industri di Indonesia, di dominasi oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM di Indonesia mempunyai keunggulan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja maupun pengamanan ekonomi dalam negeri dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global. Namun demikian UMKM khususnya usaha Mikro dan Kecil, umumnya merupakan usaha informal dengan kemampuan manajemen; kewirausahaan; serta akses terhadap pasar, modal dan teknologi yang masih rendah, sehingga daya saing di dalam maupun di luar negeri sangat rendah.

Oleh karena itu kondusifitas iklim investasi dan usaha serta ketersediaan infrastruktur yang baik, menjadi prasyarat utama untuk mendorong peningkatan daya saing industri dan pasar dalam negeri. 4. Sedangkan daya saing Indonesia dalam kemudahan berusaha masih rendah yaitu peringkat 129. Komponen yang menyebabkan rendahnya peringkat Indonesia dalam kemudahan berusaha adalah : Prosedur memulai usaha Memperoleh listrik Memperoleh kredit dengan suku bunga rendah Kualitas infrastruktur yang rendah

5. Pembangunan infrastruktur transportasi masih juga dihadapkan pada permasalahan : Masih rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur transportasi dalam menunjang konektivitas dan system logistic nasional khususnya di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan wilayah terluar. Terhambatnya upaya percepatan penyelesaian pembangunan infrastruktur akibat pembebasan lahan yang berlarut. Tingginya biaya logistic antar kabupaten, antar wilayah di Indonesia yang menjadi salah satu factor inefisiensi ekonomi.

Oleh karena itu ketersediaan infrastruktur dan konektivitas antar daerah dan antar wilayah yang memadai harus menjadi perhatian pemerintah untuk dibenahi dan ditetapkan, terutama melalui MP3EI. 6. Dalam menghadapi daya saing pada era perdagangan bebas, ketimpangan pembangunan daerah; rendahnya kualitas infrastruktur; tingginya biaya logistic dan transaksi; besarnya peran UMKM, serta rendahnya kondusifitas iklim investasi dan usaha, KADIN Kalbar mengusulkan tematik RPJMN 2015 2019 untuk wilayah Kalimantan yakni Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Pasar Dalam Negeri melalui Pemberdayaan UMKM dan Percepatan Pembangunan Daerah.

7. Untuk pemberdayaan UMKM dan Percepatan Pembangunan Daerah Kalimantan, Kadin mengusulkan realokasi dana subsidi BBM (energi) untuk membangunan daerah dengan anggaran 5 triliun rupiah per provinsi di Kalimantan, sehingga dibutuhkan total 25 triliun rupiah untuk pembangunan infrastruktur. 8. Program penurunan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan adalah peningkatan penciptaan lapangan atau kesempatan kerja bagi penduduk miskin, bukan pengentasan kemiskinan melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan harus berupa program produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja maupun

menyerap tenaga kerja melalui pengembangan kegiatan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka akan mendorong penciptaan atau penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat mendorong penurunan pengangguran terbuka maupun terselubung, sehingga dapat mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. 9. Untuk dapat mendorong peningkatan investor swasta, pemerintah perlu : a. Menjamin iklim usaha yang kondusif yang mendorong investasi swasta. b. Penurunan tingkat suku bunga kredit yang memberi insentif bagi swasta untuk berinvestasi.

c. Mendorong peningkatan daya saing usaha melalui dukungan ketersediaan infrastruktur, energi listrik dan sumber daya manusia yang memadai. d. Penerapan program MP3EI secara baik, khususnya implementasi pembangunan infrastruktur dan peningkatan investasi, subsektor yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan ekspor yang dapat meningkatkan cadangan devisa dan memperbaiki cadangan devisa.