SARAN / MASUKAN DARI KADIN KALBAR PADA RANCANGAN TEKNOKRATIK RPJMN 2015 2019 1. Pada era kondisi / situasi perdagangan global/bebas saat ini berpotensi meningkatkan proteksi pada banyak Negara, serta langkah tidak sehat untuk mempertahankan pasar domestic dan ekspornya. Akibatnya persaingan antar Negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan investasi semakin ketat sehingga menuntut penguatan domestic / daya saing. 2. Untuk memperkuat perekonomian domestic, diperlukan upaya peningkatan daya saing industri, upaya hilirisasi dan penguatan pasar dalam negeri.
3. Struktur industri di Indonesia, di dominasi oleh usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM di Indonesia mempunyai keunggulan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja maupun pengamanan ekonomi dalam negeri dalam menghadapi ketidakpastian perekonomian global. Namun demikian UMKM khususnya usaha Mikro dan Kecil, umumnya merupakan usaha informal dengan kemampuan manajemen; kewirausahaan; serta akses terhadap pasar, modal dan teknologi yang masih rendah, sehingga daya saing di dalam maupun di luar negeri sangat rendah.
Oleh karena itu kondusifitas iklim investasi dan usaha serta ketersediaan infrastruktur yang baik, menjadi prasyarat utama untuk mendorong peningkatan daya saing industri dan pasar dalam negeri. 4. Sedangkan daya saing Indonesia dalam kemudahan berusaha masih rendah yaitu peringkat 129. Komponen yang menyebabkan rendahnya peringkat Indonesia dalam kemudahan berusaha adalah : Prosedur memulai usaha Memperoleh listrik Memperoleh kredit dengan suku bunga rendah Kualitas infrastruktur yang rendah
5. Pembangunan infrastruktur transportasi masih juga dihadapkan pada permasalahan : Masih rendahnya kualitas dan kapasitas infrastruktur transportasi dalam menunjang konektivitas dan system logistic nasional khususnya di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan wilayah terluar. Terhambatnya upaya percepatan penyelesaian pembangunan infrastruktur akibat pembebasan lahan yang berlarut. Tingginya biaya logistic antar kabupaten, antar wilayah di Indonesia yang menjadi salah satu factor inefisiensi ekonomi.
Oleh karena itu ketersediaan infrastruktur dan konektivitas antar daerah dan antar wilayah yang memadai harus menjadi perhatian pemerintah untuk dibenahi dan ditetapkan, terutama melalui MP3EI. 6. Dalam menghadapi daya saing pada era perdagangan bebas, ketimpangan pembangunan daerah; rendahnya kualitas infrastruktur; tingginya biaya logistic dan transaksi; besarnya peran UMKM, serta rendahnya kondusifitas iklim investasi dan usaha, KADIN Kalbar mengusulkan tematik RPJMN 2015 2019 untuk wilayah Kalimantan yakni Peningkatan Daya Saing Industri dan Penguatan Pasar Dalam Negeri melalui Pemberdayaan UMKM dan Percepatan Pembangunan Daerah.
7. Untuk pemberdayaan UMKM dan Percepatan Pembangunan Daerah Kalimantan, Kadin mengusulkan realokasi dana subsidi BBM (energi) untuk membangunan daerah dengan anggaran 5 triliun rupiah per provinsi di Kalimantan, sehingga dibutuhkan total 25 triliun rupiah untuk pembangunan infrastruktur. 8. Program penurunan kemiskinan yang efektif dan berkelanjutan adalah peningkatan penciptaan lapangan atau kesempatan kerja bagi penduduk miskin, bukan pengentasan kemiskinan melalui Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, program pengentasan kemiskinan harus berupa program produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja maupun
menyerap tenaga kerja melalui pengembangan kegiatan ekonomi. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka akan mendorong penciptaan atau penyerapan tenaga kerja, sehingga dapat mendorong penurunan pengangguran terbuka maupun terselubung, sehingga dapat mendorong penurunan jumlah penduduk miskin. 9. Untuk dapat mendorong peningkatan investor swasta, pemerintah perlu : a. Menjamin iklim usaha yang kondusif yang mendorong investasi swasta. b. Penurunan tingkat suku bunga kredit yang memberi insentif bagi swasta untuk berinvestasi.
c. Mendorong peningkatan daya saing usaha melalui dukungan ketersediaan infrastruktur, energi listrik dan sumber daya manusia yang memadai. d. Penerapan program MP3EI secara baik, khususnya implementasi pembangunan infrastruktur dan peningkatan investasi, subsektor yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan ekspor yang dapat meningkatkan cadangan devisa dan memperbaiki cadangan devisa.