BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Esti Maras Istiqlal,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Henita Septiyani Pertiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajran Bertema Alat Ukur Pada Kendaraaan Bermotor Untuk Meningkatkan Literasi Fisika

BAB 1 PENDAHULUAN. Literasi sains didefinisikan oleh The National Science Education Standards

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala-gejala alam dan keteraturannya serta mempelajari fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siti Nurhasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pendidikan sains merupakan salah satu komponen dasar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. sering dimunculkan dengan istilah literasi sains (scientific literacy). Literasi

ANALISIS BUKU AJAR IPA YANG DIGUNAKAN DI SEMARANG BERDASARKAN MUATAN LITERASI SAINS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MODEL PISA LEVEL 4. Kamaliyah, Zulkardi, Darmawijoyo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Julia Artati, 2013

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN. Pusat kajian statistik pendidikan Amerika (National Center for Educational

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Skor Maksimal Internasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal. Keberadaan buku ajar memberikan kemudahan bagi guru dan. siswa untuk dapat memahami konsep secara menyeluruh.

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN DOMAIN KOMPETENSI DAN PENGETAHUAN SAINS SISWA SMP PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan kesesuaian antara kompetensi baru dengan kebutuhan. pengetahuan untuk kepentingan proses pembelajaran.

PROFIL LITERASI SAINS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUA N A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.c.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Mengingat pentingnya LS, ternyata Indonesia juga telah memasukan LS ke dalam kurikulum maupun pembelajaran. Salah satunya menerapkan Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

DESKRIPSI LITERASI SAINS AWAL MAHASISWA PENDIDIKAN IPA PADA KONSEP IPA

2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan seseorang menjadi manusia

PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Enok Ernawati, 2013

Kimia merupakan salah satu rumpun sains, dimana ilmu kimia pada. berdasarkan teori (deduktif). Menurut Permendiknas (2006b: 459) ada dua hal

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS Alamat: Karangmalang, Yogyakarta (0274) , Fax. (0274) http: //

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengajarkan sains, guru harus memahami tentang sains. pengetahuan dan suatu proses. Batang tubuh adalah produk dari pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

PENERAPAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL WEBBED UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA PADA TEMA KALOR DAN PERUBAHAN SUHU

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

Education and Human Development Journal, Vol. 02. No. 01, April 2017

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intan Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 299 Bandung

Integrated Science Worksheet Pembelajaran IPA SMP Dalam Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Yetty Wadissa, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP) merumuskan 16

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang mendalam tentang alam sekitar.selama proses pembelajaran siswa dituntut

SRIE MULYATI, 2015 KONSTRUKSI ALAT UKUR PENILAIAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA KONTEN SEL VOLTA MENGGUNAKAN KONTEKS BATERAI LI-ION RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Unnes Physics Education Journal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tren Penelitian Sains dan Penelitian Pendidikan Sains

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

Profil Keterampilan Memecahkan Masalah Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Penerapan Ekstrakulikuler IPA Berbasis STEM

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada awalnya, kemampuan dasar yang dikembangkan untuk anak didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

PENERAPAN SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY DISERTAI CONCEPT MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN SISWA SMPN 1 KEBAKKRAMAT

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris

A. Latar Belakang Masalah

MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA PADA KONSEP ASAM BASA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

E-JURNAL. oleh Septi Haryani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 3 No. 3 ISSN Kata Kunci : Guided Inquiry dengan Teknik Think Pair Share, Hasil Belajar [1]

mengungkapkan gagasan-gagasan matematis secara tulisan atau lisan, menggunakan pendekatan bahasa matematis untuk menyatakan informasi matematis, mengg

PROFIL KEMAMPUAN LIT ERASISAINS SISWA SMP DI KOTA PURWOKERTO DITINJAU DARI ASPEK KONTEN, PROSES, dan KONTEKS SAINS

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 9 (1), 2017, 14-23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

BABI PENDAHULUAN. sendiri dan alam sekitar. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi tantangan-tantangan global. Keterampilan berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Melalui pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung, metode pembelajaran masih didominasi dengan metode yang berpusat dari guru, sehingga pembelajaran berlangsung dengan komunikasi satu arah. Banyak guru telah melakukan inovasi pembelajaran namun keaktifan siswa saat proses pembelajaran masih kurang. Salah satu faktornya yaitu kurangnya pengetahuan siswa. Berdasarkan penelitian dari beberapa ahli, Pintrinch dalam Astuti (2011) menyimpulkan bahwa: pengetahuan awal yang tidak akurat dapat menghalangi perkembangan siswa dan kekurangan pengetahuan awal tidak memungkinkannya untuk maju. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan awal sangat berperan sekali dalam proses pembelajaran. Selain melakukan studi pendahuluan mengenai metode pembelajaran, penulis juga melakukan studi pendahuluan capain literasi fisika terhadap 40 siswa di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung. Setelah melakukan studi pendahuluan diperoleh bahwa rata-rata siswa hanya dapat menjawab 3 soal dari 9 soal pemahaman bacaan teks fisika, 2 soal hipotesis, dan 1 soal merencanakan percobaan. Penulis meneliti bahwa masih banyak siswa SMP yang kurang mampu mengaitkan pengetahuan fisika yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar, karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk mengaitkannya. Hal ini berkaitan dengan kemampuan pemahaman bacaan teks fisika yang dimiliki siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan pemahaman bacaan teks fisika menyebabkan rendahnya kemampuan scientific inquiry dan kemampuan pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Ketiga kemampuan ini berkaitan dengan kemampuan literasi fisika. Berdasarkan data studi pendahuluan diatas dapat disimpulkan bahwa literasi fisika siswa tersebut masih rendah. 1

2 Hal diatas mendukung data yang didasarkan dalam studi literasi internasional PISA (Programme for Internatinal Student Assessment) yang dilaksanakan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada tahun 2006 menunjukkan kemampuan literasi sains anak Indonesia yang berumur 15 tahun, yang sampelnya diambil secara acak berada pada tingkat rendah. Indonesia menduduki peringkat 50 dari 57 negara peserta (Balitbang-kemdikbud, 2011). Kemampuan literasi sains yang diukur oleh PISA dibagi kedalam empat aspek yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Berdasarkan studi literatur tersebut, telah dijelaskan bahwa anak Indonesia masih sangat kurang dalam kemampuan literasi sains untuk seluruh aspek. Permasalahan yang telah dipaparkan diatas, ternyata tidak sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. KTSP memberikan suasana baru dalam dunia pendidikan terutama untuk mata pelajaran IPA, yang memungkinkan baik guru maupun siswa dapat memberdayakan potensi dan kemampuan yang ada. KTSP merupakan sebuah kurikulum yang menuntut suatu kegiatan pembelajaran yang bersifat student centered. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai fasilitator. Siswa diharuskan untuk mendapat prinsip dan pengalaman proses ilmiah yang lebih banyak. Dengan adanya KTSP maka kurikulum pendidikan IPA telah dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi. KTSP memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan IPA saat ini, yaitu untuk mencapai manusia yang melek sains (Scientific Literacy). Salah satu upaya untuk meningkatkan perkembangan sains dan teknologi pada pembelajaran IPA dalam KTSP yang menyatakan bahwa, proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas, 2006). Melalui kompetensi itu, siswa akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang saat ini banyak dipengaruhi oleh perkembangan sains dan teknologi yang berguna bagi dirinya dan masyarakat. Kompetensi itulah yang dimaksud sebagai literasi sains menurut Programme for International Student Assessment (PISA). Pengertian Scientific literacy menurut PISA (2006:20) menyatakan bahwa:

3 As the basis for an international assessment of 15-year-old students, it seems reasonable, therefore, to ask: What is it important for citizens to know, value, and be able to do in situations involving science and technology? Answering this question establishes the basis for an assessment of students in these respects: their knowledge, values and abilities today relate to what is needed in the future. Central to the answer are the competencies that lie at the heart of the PISA 2006 definition of scientific literacy. The ask how well students: identify scientific issues, explain phenomena scientifically, and use scientific evidence. These competencies require students to demonstrate, on the one hand, knowledge, cognitive abilities, and on the other, attitudes, values and motivations as they meet and respond to science related issues. Sedangkan literasi fisika menurut Jon Miller didalam Art Hobson (2003) menyatakan bahwa: He defines civic scientific literacy as (1) an understanding of basic scientific concepts such as the molecule and the structure of the solar system, (2) an understanding of the nature of scientific inquiry, and (3) a pattern of regular information consumption, such as reading and understanding popular science books. Berdasarkan hal tersebut, ternyata terdapat kaitan antara kemampuan literasi fisika siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru saat pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu teknik pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut. Salah satunya adalah dengan menerapkan strategi literasi yang sesuai dengan hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) serta tuntutan KTSP saat ini. Strategi literasi yang akan digunakan yaitu strategi yang mengintegrasikan ketujuh strategi literasi ke dalam paket pembelajaran yang terdiri dari pemberian tugas awal Integrated Reading-Writing dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Dalam hal ini, terdapat tujuh strategi literasi yang dikemukakan oleh Douglas Fisher, et.al, diantaranya yaitu read-alouds, KWL chart/sqrw, graphic organizers, vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking, reciprocal teaching. Empat strategi literasi yaitu read-alouds, KWL chart/sqrw, graphic organizers, vocabulary instruction ternyata termasuk ke dalam Integrated reading-writing dan tiga strategi literasi lainnya termasuk ke dalam pembelajaran berbasis masalah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan strategi literasi dalam pembelajaran karena di dalam ketujuh strategi literasi yang digunakan terdapat beberapa komponen Integrated

4 Reading-Writing dan pembelajaran berbasis masalah yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan mengetahui peningkatan literasi fisika. Pada hakekatnya fisika adalah salah satu bagian dari sains, oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin memfokuskan untuk mengetahui peningkatan literasi fisika siswa. Materi pembelajaran dalam penelitian menggunakan tema. Hal ini dikarenakan kebutuhan literasi sains harus diajarkan melalui cara yang menginspirasi pemahaman dan antusias siswa serta relevan terhadap kebudayaan siswa dan alam sekitar. Seperti dalam jurnal physics literacy, energy and the environment yang dikemukakan Hobson (2003) bahwa: general physics courses for non-scientist should be taught in a manner that inspires student understanding and enthusiasm, and is relevant to the cultural and social needs of students and society. More specifically, the course should: Be conceptual (non-algebraic) but numerate (power of ten, metric system, graphs, percentages, estimates, probabilities, proportionalities); Use interactive-engangement or inquiry techniques that cause students to engage, with other students, the instructor, a scientific thought process; Be focused on a few themes rather than encyclopedic; Instill scientific habits of mind by means of a recurrent theme such as how do we know? Devote 50% or more of its time to so-called modern (i.e. since the beginning of the preceding century) physics. Oleh karena itu, literasi harus berfokus pada satu tema. Dalam penelitian ini penulis memilih tema pelangi dalam pembelajaran fisika. Dengan diterapkan strategi literasi pada pembelajaran IPA, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi fisika siswa. Penerapan strategi literasi ini akan dilakukan pada salah satu kompetensi dasar yang didalamnya terdapat materi cahaya. Berdasarkan pemaparan diatas, penelitian ini diberi judul Penerapan Strategi Literasi Pada Pembelajaran Bertema Pelangi Untuk Meningkatkan Literasi Fisika.

5 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan umum dalam penelitian ini, Bagaimana peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkannya strategi literasi?. Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pernyataan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan kemampuan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi? 2. Bagaimana profil aspek attitudes siswa setelah diterapkan strategi literasi? 1.3. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah literasi fisika. Aspek literasi sains yang diukur oleh PISA tahun 2006, dalam penelitian ini difokuskan pada literasi fisika dengan mengadopsi bentuk soal PISA tahun 2006 yang didalamnya mengukur empat aspek diantaranya yaitu context, knowledge, competencies, dan attitudes. Peningkatan literasi fisika dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran bertema pelangi pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang didefinisikan dengan kriteria Hake. 1.4. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di awal, maka tujuan umum penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peningkatan literasi fisika siswa setelah diterapkan strategi literasi. 2. Mengetahui profil aspek attitudes siswa setelah diterapkan strategi literasi. 1.5. Manfaat Penelitian Terkait dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan alternatif metode pengajaran untuk dapat meningkatkan literasi fisika siswa dan untuk memberikan gambaran mengenai pemberian penerapan strategi literasi.

6 1.6. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah strategi literasi dan literasi fisika. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu literasi fisika dan variabel bebasnya yaitu strategi literasi pada model pembelajaran berbasis masalah. 1.7. Definisi Operasional 1. Strategi Literasi merupakan strategi pembelajaran yang merujuk pada tujuh strategi literasi yang dikemukakan oleh Douglas Fisher, et.al, yakni: readalouds, K-W-L chart/sqrw (strategi membaca), graphic organizers (startegi menulis), vocabulary instruction, writing to learn, structured notetaking dan reciprocal teaching. Tujuh strategi literasi tersebut diintegrasikan dalam paket pembelajaran yang terdiri dari pemberian tugas awal Integrated Reading- Writing dan pembelajaran berbasis masalah. Strategi literasi ini dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan Integrated Reading-Writing. Keterlaksanaan implementasi strategi literasi ditandai dengan ketuntasan siswa dalam mengerjakan tugas awal IRW dan PBM ditandai dengan keterlaksanaan tahapan pembelajaran. 2. Literasi fisika merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami fisika, menggunakan keterampilan proses fisika, serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan proses fisika untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan literasi fisika, digunakan alat ukur berupa tes soal pilihan ganda yang mengadopsi pada pengembangan soal literasi sains yang dibuat oleh PISA tahun 2006 yang berdasarkan empat aspek literasi sains, yaitu context, knowledge, competencies, serta attitudes untuk mengetahui ketertarikan atau respon siswa terhadap pembelajaran. Peningkatan literasi fisika dalam penelitian ini dibatasi pada pembelajaran bertema pelangi pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran yang dilihat dari nilai gain ternormalisasi yang didefinisikan dengan kriteria Hake.