(M.7) PEMETAAN ESTIMASI ANGKA PENGANGGURAN DENGAN COKRIGING (STUDI KASUS KOTA GORONTALO TAHUN 2011)

dokumen-dokumen yang mirip
SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

Estimasi Produksi Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan Utara Menggunakan Metode Cokriging

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA

METODE ORDINARY KRIGING DENGAN SEMIVARIOGRAM LINIER PADA DUA LOKASI TERSAMPEL (Studi Kasus: Prediksi Data Inflasi Pada Lokasi Tak Tersampel)

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE. Oleh : DEWI SETYA KUSUMAWARDANI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebuah hubungan, misalnya ilmu alam yang berkaitan erat dengan

II TINJAUAN PUSTAKA. Geostatistik adalah metode statistik yang digunakan untuk melihat hubungan

Kajian Pemilihan Model Semivariogram Terbaik Pada Data Spatial (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan Eksplorasi X)

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

ANALISIS DATA GEOSTATISTIK MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA (Studi Kasus: Pencemaran Udara di Kota Semarang)

ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-10 Online di:

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

Metode Ordinary Kriging Blok pada Penaksiran Ketebalan Cadangan Batubara (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara pada Lapangan Eksplorasi X)

PROSIDING TPT XXV PERHAPI 2016 MASALAH PENCOCOKAN MODEL VARIOGRAM PADA PENAKSIRAN KADAR MEMAKAI METODE GEOSTATISTIKA

Jurusan Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika Universitas Telkom, Bandung

Seminar Hasil Tugas Akhir (Rabu, 16 Juli 2014)

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Gunung Merapi

ANALISIS PENDUDUK BEKERJA BERDASARKAN SEKTOR PEKERJAAN DAN JAM KERJA MENGGUNAKAN REGRESI PROBIT BIVARIAT DI PROVINSI ACEH

TINJAUAN PUSTAKA Profil Kabupaten Jember Pengeluaran Per kapita

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN

PEMODELAN HARGA TANAH KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE UNIVERSAL KRIGING

KONSEP PERHITUNGAN CADANGAN METODE KRIGGING

GEOSTATISTIKA. Peranan Geostatistik dalam Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Alam

Bab III Studi Kasus III.1 Decline Rate

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Model-model Variogram

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

P NGGU G N U A N A A N A

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

METODE ORDINARY KRIGING PADA GEOSTATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMODELAN KUALITAS AIR DI KAWASAN PEGUNUNGAN KENDENG DENGAN PENDEKATAN ORDINARY KRIGING DAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN (Studi Kasus: Pencemaran Udara Gas NO 2 di Kota Semarang)

Pola Sebaran Wilayah Ketahanan Pangan di Provinsi Banten

Estimasi Parameter pada Regresi Spatial Error Model (SEM) yang Memuat Outlier menggunakan Iterative Z Algorithm

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. level, model regresi tiga level, penduga koefisien korelasi intraclass, pendugaan

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional

INTERPOLASI ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA PENERAPAN METODE KRIGING PADA PROGRAM APLIKASI ESTIMASI KUAT SINYAL ANTENA. abstrak

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER

PENERAPAN METODE REGRESI GULUD DAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DALAM MENGATASI PENYIMPANGAN MULTIKOLINEARITAS PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PREDIKSI DAN INTERPOLASI MELALUI ORDINARY KRIGING: STUDI KASUS KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

INTERPOLASI. Mengapa perlu interpolasi? 12/19/2011 MINGGU 5 : INTERPOLASI. Data yg dapat diinterpolasi

ANALISIS SPASIAL DATA TAHANAN KONUS MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING (OK)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Usman dan Warsono (2000) bentuk model linear umum adalah :

PREDIKSI POLA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE ORDINARY BLOCK KRIGING

BAB I PENDAHULUAN. Energi Nasional (KEN) melalui PP No.5 Tahun 2006 yang memiliki tujuan utama

Analisis Regresi Nonlinear (I)

BAB I PENDAHULUAN. sewajarnya untuk mempelajari cara bagaimana variabel-variabel itu dapat

DATA DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

PERBANDINGAN REGRESI KOMPONEN UTAMA DAN ROBPCA DALAM MENGATASI MULTIKOLINEARITAS DAN PENCILAN PADA REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED (IDW) DENGAN METODE ORDINARY KRIGING UNTUK ESTIMASI SEBARAN POLUSI UDARA DI BANDUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Apakah investasi mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor Industri alat

PEMANFAATAN METODE KRIGING UNTUK PERAPATAN DATA SPASIAL RADIASI SURYA KRIGING METHOD UTILIZATION TO DOWNSCALE SPATIAL DATA OF SOLAR RADIATION

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

REGRESI LINIER BERGANDA

PREDIKSI POLA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN METODE ORDINARY BLOCK KRIGING

BAB II LANDASAN TEORI

pendekatan dalam penelitian ini dinilai cukup beralasan.

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB III METODE PENELITIAN

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (1), Januari 2015, pp ISSN:

LEAST SQUARE AND RIDGE REGRESSION ESTIMATION ABSTRAK ( ) = ( + ) Kata kunci: regresi linear ganda, multikolinearitas, regresi gulud.

KAJIAN TELBS PADA REGRESI LINIER DENGAN KASUS PENCILAN

BAB IV ANALISIS DATA. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data eksplorasi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

PENAKSIRAN RATAAN DAN VARIANSPOPULASI PADA SAMPEL ACAK TERSTRATIFIKA DENGAN AUXILIARY VARIABLE

(DS.5) MODEL SPASIAL BAYES DALAM PENDUGAAN AREA KECIL DENGAN PEUBAH RESPON BINER

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara dua variabel yang terdiri dari variabel tak bebas (Y ) dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu peubah prediktor dengan satu peubah respon disebut analisis regresi linier

ANALISIS SPASIAL DENGAN SEMIVARIOGRAM MODEL BOLA (Studi Kasus : Nilai Ujian Nasional Sekolah Menengah Kejuruan di Bandar Lampung) TESIS TRI WIBAWANTO

BAB II LANDASAN TEORI

S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. topik penelitian secara keseluruhan. Dalam kaitannya dengan hal ini, metode

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Statistika Spasial Kode/SKS: SS / (2/1/0) Dosen : Sutikno Semester : VII

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN MODEL REGRESI SPLINE TERBAIK. Agustini Tripena 1

X 3 : Flow Top (Aliran Atas) (lt/min) X 4 : Speed (Kecepatan) (m/min)

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel

BAB II LANDASAN TEORI. landasan pembahasan pada bab selanjutnya. Pengertian-pengertian dasar yang di

TINJAUAN PUSTAKA. Model Linier dengan n pengamatan dan p variable penjelas biasa ditulis sebagai

PENAKSIRAN KANDUNGAN CADANGAN BAUKSIT DI DAERAH MEMPAWAH MENGGUNAKAN ORDINARY KRIGING DENGAN SEMIVARIOGRAM ANISOTROPIK PUTU JAYA ADNYANA WIDHITA

Transkripsi:

(M.7) PEMETAAN ESTIMASI ANGKA PENGANGGURAN DENGAN COKRIGING (STUDI KASUS KOTA GORONTALO TAHUN 2011) Basuki Rahmat 1, Sutawanir Darwis 2, Bertho Tantular 3 1. Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Statistika Terapan Universitas Padjajaran 2. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Tehnologi Bandung 3. Jurusan Statistika Fakultas MIPA Universitas Padjajaran Email : basukiaja@gmail.com Abstrak Informasi angka pengangguran sangat dibutuhkan guna tercapainya kebijakan yang efektif dan efisien dalam bidang ketenagakerjaan. Badan Pusat Statistik (BPS) dengan jumlah sampel Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang ada, baru dapat melaksanakan estimasi tingkat pengangguran pada level Kabupaten/Kota. Untuk mendapatkan informasi pada level di bawah Kabupaten/Kota tanpa menambah sampel dapat diterapkan metode interpolasi spasial. Salah satu metode interpolasi spasial yang dapat digunakan yaitu co-kriging. Selain memperhitungkan jarak antar wilayah, cokriging juga memperhitungkan kovariat yang diharapkan dapat meningkatkan presisi dari estimasi. Sumber data yang digunakan adalah data Sakernas Kota Gorontalo Tahun 2011 serta data spasial dari peta Sensus Penduduk Tahun 2010. Kata Kunci : Interpolasi spasial, Cokriging, Pengangguran, Sakernas. 1. PENDAHULUAN Pengangguran merupakan salah satu permasalahan bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Tingginya angka pengangguran mempunyai dampak yang sangat besar baik dari sisi ekonomi maupun sosial (Dewi, 2010). Dari sisi ekonomi, wilayah dengan tingkat pengangguran yang tinggi akan menimbulkan ketidakmampuan menyekolahkan anak serta ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup sehingga dapat meningkatkan kriminalitas di daerah tersebut maupun daerah lainnya. Dari sisi sosial pengangguran akan menimbulkan dampak psikologis baik untuk penggangur tersebut maupun orang disekitarnya. Untuk dapat mendapatkan data ketenagakerjaan yang berkesinambungan setiap tahun BPS menyelenggarakan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Keluaran Sakernas antara lain menyajikan angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat pengangguran terbuka (TPT) serta indikator-indikator ketenagakerjaan lainnya. Berdasarkan yang mendasari hukum geografi yang dikemukakan oleh Tobler (1979) menyatakan bahwa "Everything is related to everything else, but near things are more related 360

than distant thinks. Maka para ahli matematika berusaha mengembangkan suatu metode yang bertujuan untuk mengukur karakteristik suatu lokasi yang belum diobservasi berdasarkan karakteristik lokasi yang berdekatan yang sudah diobservasi. Salah satu teknik tersebut adalah kriging, kriging dikembangkan oleh George Matheron (1971) untuk mengestimasi kandungan emas di negara Afrika Selatan (Virdee and Kottegoda, 1984). Sampai saat ini perkembangan kriging cukup pesat, sehingga muncul Co-kriging, Universal kriging, Regresi Kriging dan lainnya. Tujuan Penelitian yaitu mendapatkan angka pengangguran pada level kelurahan di Kota Gorontalo dengan menggunakan tehnik cokriging dengan variabel primer angka pengangguran dan kovariatnya adalah persentase kepala rumah tangga yang berstatus menikah. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengangguran BPS mengkategorikan seseorang dianggap bekerja bila orang tersebut menghasilkan uang atau membantu orang lain untuk menghasilkan uang selama 1 jam berturut-turut dalam waktu satu minggu. 2.2. Data Spasial Data spasial mempunyai pengertian sebagai suatu data yang mengacu pada posisi, obyek, dan hubungan diantaranya dalam ruang bumi. Data spasial merupakan salah satu item dari informasi, dimana didalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk permukaan bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan bawah atmosfir (Rajabidfard dan Williamson, 2000a dalam Gumelar, 2007). 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variogram Armstrong (1950) mendefinisikan variogram sebagai varians dari selisih nilai pengamatan dari 2 lokasi yang berjarak sebesar h atau dapat ditulis 2γ(h) = Var[ Z(x+h)-Z(x) ] (1) dengan γ (h) = nilai variogram x = lokasi h = jarak 361

dapat ditulis Sedangkan semivariogram [ (h)] didefinisikan sebagai setengah nilai variogram atau γ(h) = Var[ Z(x+h)-Z(x) ] (2) Untuk populasi Z(s) yang berdistribusi normal, maka diasumsikan bahwa ; - E [Z(x+h) - Z(x)] = 0 yang artinya bahwa nilai rata-rata Z(x) di semua titik x adalah sama. - Var [Z(x+h) - Z(x)] = 2γ(h) yang artinya bahwa variansi dari kenaikan [Z(x+h) Z(x)] ada dan hanya bergantung pada panjang interval h, tidak bergantung pada lokasi s. Kedua asumsi tersebut dikenal dengan konsep stasioner intrinsik yang dikembangkan oleh Matheron (1973). Variogram mempunyai 3 buah properties yaitu sill (s), nugget (n) dan range (h). Kenaikan variogram mengindikasikan kecepatan penurunan korelasi seiring bertambahnya jarak. Setelah variogram telah mencapai nilai batas (sill) mengindikasikan tidak adanya korelasi antara sampel. Jarak kritis tersebut disebut range. Sedangkan nugget effect menunjukkan variasi dalam jarak pendek, kadang- kadang bisa disebabkan oleh faktor lain seperti error pengukuran atau error di lokasi. Sebelum variogram dapat digunakan untuk mengestimasi nilai suatu lokasi, sebuah model variogram harus dipilih agar sesuai dengan karakteristik variabel target. Kalau tidak maka ada kemungkinan akan menghasilkan nilai varians yang negatif (Armstrong, 1950). Berikut ini akan dijelaskan beberapa model variogram yang sering digunakan dengan notasi s=sill, n=nugget effect, h=jarak, r = range. i. Model Spherical γ (h) n + (s-n), h < r s, h r ii. Model Eksponensial γ(h) = n + (s-n) (1 - exp( h/r), h 0 iii. Model Gaussian γ(h) = n + (s-n) (1 - exp( h /r ), h 0 362

3.2. Cross-variogram Variogram hanya mengukur independensi spasial untuk satu variabel, sedangkan cross-variogram mengukur independensi spasial untuk dua buah variabel, dengan estimatornya sebagai berikut : () γ(h) = 1 2N(h) [z (s + h) z(s )][z (s + h) z(s )] Dengan N(h) merupakan jumlah pasangan sampel pada jarak h, dimana variabel Z 1 dan Z 2 diukur. Cross variogram hanya bisa diukur ketika variabel Z 1 dan Z 2 pada lokasi yang sama (isotropy dan parsial heteropy). Nilai dari cross-variogram dapat negatif, yang mengindikasikan korelasi negatif antara variabel (Journel and Huijbregts, 1978 dalam Amstrong, 1998). 3.3 Kriging Titik Kriging titik merupakan interpolasi suatu nilai peubah pada suatu titik (lokasi) tertentu yang dilakukan dengan (3) mengamati data yang sejenis di lokasi lainnya. Kriging menggunakan semivariogram yang merepresentasikan hubungan spasial dan nilai diantara semua pasangan sampel data.metode ini sangat tepat digunakan bila kita mengetahui korelasi spasial jarak (Pramono, 2008). rumus dengan : Isaaks dan Srivastava (1989) menerangkan bahwa nilai dugaan diperoleh dengan Z = λ z Z = nilai dugaan peubah z pada suatu titik λ i = pembobot pada lokasi ke-i z i = nilai peubah pada lokasi ke-i Suatu model yang merupakan fungsi acak stasioner, dibangun untuk titik yang diinterpolasi nilainya,terdiri dari beberapa peubah acak Z(x 1), Z(x 2),, Z(x n) dan satu nilai yang diduga yaitu Z(x 0). dengan : Z(x ) = λ Z(x ) ε = Z(x )- Z(x ) = λ Z(x ) Z(x ) (5) 363

apabila E(ε) = 0, maka diperoleh : E(ε) = λ E(Z(x )) EZ(x ) = m λ m = m λ 1 agar E(ε) = 0 Agar penduga tidak bias, maka kriteria umum yang harus dipenuhi yaitu : 3.4 Cokriging λ = 1 (6) Cokriging adalah tehnik kriging yang melibatkan kovariat, Nilai dari kovariat dapat tersedia untuk semua titik sampel yang sama pada variabel target (isotropy), hanya sebagian yang sama dengan variabel target (parsial heteropy) bahkan tidak ada yang sama dengan variabel target (heteropy). Selain variogram cokriging juga menggunakan crossvariogram. Secara ringkas model cokriging dapat ditulis Z = λ z + λ z (7) dengan Z adalah estimasi dari nilai variabel target pada wilayah yang tidak tersampel, λ 1i merupakan pembobot dari variabel target dan λ 2j merupakan pembobot bagi kovariat, sedangkan Z 1i dan Z 2j masing masing adalah nilai dari variabel target dari wilayah yang tersampel dan nilai kovariat yang tersedia. Sedangkan selisih antara Z* dengan nilai Z yang sesungguhnya pada lokasi yang tidak tersampel disebut estimation error, dalam bentuk persamaan dapat ditulis ε = Z Z = λ Z + λ Z Z (8) ε = λ 11Z 11+ λ 12Z 12+...+ λ 1n1Z 1n1+ λ 21Z 21+ λ 22Z 22+...+ λ 21Z 21 Z (9) Persamaan di atas merupakan kombinasi linear dari n 1 + n 2 + 1 peubah acak, yaitu Z 11,,Z 1n1,Z 21,,Z 2n2 dan Z.Sehingga diperoleh varians dari ε sebagai berikut : Var (ε) = λ t Cz λ (10) dengan Cz adalah matriks kovarian Z. Adapun gugus pembobot yang dicari harus memenuhi dua syarat. Pertama, pembobot harus menghasilkan nilai interpolasi yang tak bias. Kedua, nilai dugaan harus memiliki ragam minimum, maka : EZ = E λ Z + λ Z = λ E(Z ) + λ E(Z ) 364

E(Z) = m Z λ + m Z λ (11) dengan E(Z 1i) = m Z dan E(Z 2i) = m Z, maka persamaan 3.10 dapat menghasilkan ketidakbiasan bila : λ = 1 dan λ = 0. Permasalahan minimalisasi yang bergantung pada dua kendala dapat dicari dengan gugus pembobot yang meminimisasi ragam galat serta tidak bias. Metode pengganda Lagrange, merupakan metode yang sering digunakan untuk memperoleh pembobot tersebut : Var (ε) = λ C λ + 2μ λ + 2μ λ dengan µ 1 dan µ 2 merupakan pengganda Lagrange. Untuk meminimumkan persamaan maka turunan parsial Var (ε) terhadap n + m pembobot dan dua pengganda Lagrange, yaitu : θ[var(ε)] θ(λ ) untuk i=1,..., n θ[var(ε)] θ(λ ) untuk j=1,..., m serta = 2 λ CovZ, Z + 2 λ CovZ, Z 2CovZ, Z + 2μ = 2 λ CovZ, Z + 2 λ CovZ, Z 2Cov(Z, Z ) + 2μ θ[var(ε)] θ(μ ) θ[var(ε)] θ(μ ) = 2 a 1 = 2 b Sistem cokriging dapat diperoleh dengan hasil dari tiap persamaan yaitu n+m+2, sama dengan nol dan menyusun ulang masing - masing bagian. untuk j=1...n λ CovZ Z + λ CovZ Z + 2μ = Cov (Z, Z ) dan λ CovZ Z + λ CovZ Z + 2μ = Cov (Z, Z ) untuk j=1...n serta λ = 1 dan λ = 0 365

3.5 Data Variabel primer [tingkat pengangguran terbuka (TPT)] serta kovariat [persentase kepala rumah tangga (KRT) yang menikah (persentase KRT nikah)] berasal dari data Sakernas Kota Gorontalo tahun 2011 sebanyak 32 blok sensus 1 (BS) yang tersebar dalam 16 kelurahan dari 49 kelurahan yang terdapat di Kota Gorontalo Untuk kelurahan yang hanya mendapat 1 BS sampel sakernas maka angka TPT serta persentase KRT nikah dianggap mewakili kelurahan tersebut, bila sampel BS lebih daripada 1 maka diambil rata-ratanya. TPT didapatkan dengan membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja (AK) di BS tersampel, sedangkan persentase KRT nikah didapatkan dengan membagi KRT tersampel yang telah menikah dengan total KRT tersampel. sedangkan titik koordinat kelurahan didapatkan dari peta Sensus Penduduk tahun 2010, titik koordinat yang digunakan adalah titik tengah dari kelurahan. 4. Hasil dan Pembahasan Proses estimasi dengan cokriging didapatkan dengan tahapan sebagai berikut 4.2 Mendapatkan model variogram dan cross variogram Dengan menggunakan data TPT, persentase KRT nikah dan titik koordinat tiap kelurahan maka akan didapatkan variogram seperti gambar dibawah ini, dimana variogram teoritis yang digunakan adalah model spherical.. Variogram untuk TPT Variogram untuk Persentase KRT Nikah Cross-Variogram untuk TPT-Persentase KRT nikah Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 4.3 Hasil Interpolasi dengan menggunakan cokriging Dengan menggunakan variogram serta cross-variogram diatas maka akan didapatkan pemetaan estimasi TPT di Kota Gorontalo Tahun 2011 seperti pada Gambar 2, dimana 16 kelurahan diperoleh berdasarkan sakernas serta 33 kelurahan sisanya hasil estimasi. 366

Gambar 2. Pemetaan Hasil Estimasi Angka Pengangguran Tingkat Kelurahan di Kota Gorontalo Semakin cerah gradasi warna suatu kelurahan maka semakin rendah TPT suatu kelurahan. 5. KESIMPULAN Tehnik cokriging dapat digunakan untuk mendapatkan informasi TPT dari suatu kelurahan yang tidak terkena sampel Sakernas dengan menambahkan kovariat, dengan harapan penambahan kovariat dapat meningkatkan presisi. Ketersediaan peta digital yang baik dapat menyajikan hasil estimasi dengan lebih informatif. 6. PENGHARGAAN Penulis memberikan penghargaan kepada Rachmawati dan Armstrong atas penjelasan teori kriging dan cokriging serta Rossiter atas tulisan pengolahan geostatistik di program R. 7. DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Margaret (1998), Basic linier Geostatistics, Springer, New York. BPS, (2011), Buku Pedoman Pengawas Sakernas 2011. Badan Pusat Statistik, Jakarta. Gumelar, Dhani, (2007), Data Spasial, Ilmu Komputer.com, Bandung Rachamawati, Dina (2009), Pendugaan Kadar NO 2 Dengan Metode Ordinary Kriging dan Cokriging, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rossiter, D G., (2007), Technical Note : Cokriging With Gstat Package Of The Evironment For Statitical Computing, International Institute for Geo-information Science & Earth Observation (ITC), Belanda. Sari, Dewi Novita (2010) Distribusi spasial Pada Unmeasured Area, Tesis, Universitas Padjajaran, Bandung. Tobler W.,(1970) A computer movie simulating urban growth in the Detroit region. Economic geography, 46(2); 234-240 367