PERAN TANAMAN PAKAN RUMPUT DAN LEGUMINOSA UNTUK PENGEMBANGAN PETERNAKAN SERTA PENGAWETAN TANAH DAN AIR Muchtar Effendi Siregar Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Peranan ternak dalam kehidupan petani sudah dikenal sejak dulu, tetapi ternak ruminansia kecuali pada beberapa perusahaan sapi perah dan ranch tidak mendapat jatah sebagai tempat bertanam rumput dan leguminosa yang merupakan pakan utamanya. Ternak ruminansia termasuk "rajakaya", yaitu salah satu kekayaan yang bermakna dalam kehidupan penduduk di pedesaan, karena itu mempunyai hubungan positif dengan kepadatan penduduk, yang pada gilirannya membuat skala usahatani semakin kecil, bahkan sebagian penduduk tidak mempunyai lahan sama sekali. Di beberapa daerah terdapat tanah kritis yang setiap tahun diperkirakan meningkat luasnya, umumnya terdiri atas lahan kering yang terlantar dengan produktivitas yang marginal, kalaupun digunakan praktis hanya satu tahun sekali di musim hujan dan dalam keadaan kering di musim kemarau. Lahan kering demikian umumnya terdapat di daerah berlereng sampai dengan kelandaian 50%, lahan kritis ini ditumbuhi alangalang dan pertanian monokultur. Padang alangalang di Indonesia sangat luas. Beberapa peneliti menaksir terdapat 1 6 juta ha padang alangalang, dan peneliti lain menaksir lebih luas dari itu. Padang alangalang terutama terdapat di luar Jawa. Dalam hal memelihara tataguna tanah dan tata air melalui pola tanam yang aneka ragam (pola tanam ganda) sepanjang tahun dan untuk meme nuhi hijauan pakan, usahatani ini dimulai di Panawangan (Daerah Aliran Sungai I Citanduy) yang dilakukan oleh Pemerintah dengan bantuan USAID. Pada pilot proyek pengawetan tanah dan air ini telah diterapkan model teras bangku untuk mendapatkan tanah datar tempat bertanam ta naman pangan dari tanah semula dengan kemiringan di bawah 50%. Dan pada bibir teras telah pula ditanam rumput, antara lain Brachiaria brizantha dan Setaria anceps. Penelitian pendahuluan penanaman rumput dan leguminosa unggul pada tampingan teras bangku, belum memperoleh hasil. Was permukaan teras bangku per hektar dengan derajat kemiringan 25 30% adalah 5.280 m2, jadi mempunyai potensi cukup besar untuk ditanami jenis tanaman pakan (4). MATERI DAN PEMBAHASAN Di daerah yang padat penduduknya peternak mencari hijauan dengan memanfaatkan kesempatan yang sempit dalam menempatkan tanaman pangan sebagai prioritas utama. Jenisjenis hijauan pakan yang digunakan terutama rumputrumputan, daundaunan dan pohonpohonan yang disabit di pinggir jalan, tanah tegalan, galengan, tanah perkebunan dan hutan, yang kualitas maupun kuantitasnya sangat bervariasi (2). Untuk menanggulangi hal tersebut Atmadilaga (1) menganjurkan menanami setiap jengkal tanah yang masih terluang seperti galengan dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan hijauan pakan dan sekaligus untuk pengawetan tanah dan air. Balai Penelitian Ternak telah melakukan beberapa penelitian, sebagai berikut : 1. Penelitian Penanaman Jenisjenis rumput dan leguminosa pada tampingan teras bangku., Pada akhir tahun 1982, telah dimulai penelitian daya hidup dan produksi berbagai spesies tanaman pakan pada tampingan teras bangku di Panawangan oleh Balai Penelitian Ternak Bogor 55
M.E. SIREGAR : Peran tanaman pakan rumput bekerja sama dengan Proyek Penelitian Penyelamatan Hutan, Tanah dan Air, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Bogor. Tujuan Penelitian adalah : pertama terhadap daya hidup sejumlah spesies hijauan pakan, dan kedua terhadap produktivitasnya. Namun tak kalah pentingnya memelihara keutuhan fungsi pengawetan tataguna tanah dan tata air. Percobaan pertama menggunakan 2 jenis rumput BB (Brachiaria brizantha) dan Setaria (Setaria splendida) dan 3 jenis leguminosa Trifolium (Tri folium semipilosum), Vigna (Vigna luteola cv Danrimple) dan Centrosema (Centrosema pubescens) Tabel 1. Tabel 1. total hijauan bahan kering 4 kali pemotongan (kg/ha) pada percobaan I. Perlskuan R L G memperlihatkan hasil tinggi, tetapi pada pemotongan ke empat hampir semua mati, juga Trifolium dan Centrosema masih tumbuh tetapi produksi hijauan rendah. Pada penelitian ini belum didapatkan jenis leguminosa yang dapat tumbuh baik pada tampingan teras bangku dan pada permulaan musim hujan tahun 1983/1984 ini diganti dengan jenis yang mempunyai harapan baik dari hasil percobaan adaptasi pada daerah tersebut. Fungsinya 2. Penggunaan Rumput Brachiaria brizantha dalam usaha transformasi padang alangalang menjadi pastura. Untuk menentukan kemampuan Brachiaria brizantha bersaing dengan alangalang, telah dilakukan penelitian pada tahun 1971, hasilnya (Grafik 1) dan dapat disimpulkan sebagai berikut : Kontrol 1515,3 Trifolium 3 3172,5 Vigna 1865,2 804,2 Centrosema 1165,2 2162,2 Brachiaria brizantha (BB) 9957,5 271,2 BB + Trifolium 10404,8 7,5 288 BB + Vigna 11164,0 276 643,9 BB + Centrosema 11075,1 220,8 447,3 Setaria splendida ISS) 7368,8 225,6 SS + Trifolium 5828,0 2 343,8 SS + Vigna 4845,0 721 188,0 SS + Centrosema 6700,6 379,6 271,0 Percobaan kedua menggunakan 2 jenis rumput Pangola (Digitaria decumbens) dan Green panic (Panicum maximum var Trichoglume) dan 2 jenis leguminosa (Centrosema pubescens dan Trifolium semipilosum) Tabel 2. Tabel 2. total hijauan bahan kering 4 kali pemotongan (kg/ha) pada percobaan II. Perlakuan R L G 100 75 50 25 100 75 0 T A = pembabadan tanpa pemupukan B = pembabadan dan pemupukan Kontrol 1950,8 50 Centrosema Trifolium Pangola (P) 4657,9 1788,1 53 3029,5 2764,3 2779,5 25 P + Centrosema P + Trifolium 2887,3 4361,2 1127,9 74 2125,1 3340,7 Green Panic (GP) GP + Centrosema GP + Trifolium 8723,3 6730,5 7064,7 811,5 71,8 1340,4 1868,9 1496,5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 ulangan pemotongan 1 2 3 4 5 6 7 8 ulangan pemotongan. Keterangan : R = Rumput. Keterangan : L = Leguminosa. C = penanaman Brachiaria D = penanaman Brachiaria G = Gulma. brizantha setelah brizantha setelah alangalang dibabad tanah dicangkul $rachiaria = alangalang..... = brizantha = rumput liar 1 8 = ulangan pemotongan. Sumber : Siregardan Djajanegara (5). total hijauan bahan kering 4 kali pemotongan memperlihatkan hasil tertinggi pada tanaman Brachiaria brizantha, dan Pangola se dangkan leguminosa pada pemotongan pertama Grafik 1. Susunan botanis hijauan selama percobaan. 56
WARTAZOA Vo% 1 No. 3, Januari 1984 a. Brachiaria brizantha yang ditanam setelah pemangkasan alangalang dan diikuti pemotongan serta pemupukan teratur (tiap 40 hari) dapat menekan pertumbuhan alangalang. b. Brachiaria brizantha dapat digunakan dalam usaha mengganti atau mengubah padang alangalang menjadi " Pastura unggul", kemu dian dimanfaatkan oleh ternak dan dapat berfungsi 3. Pengadaan tempat bertanam dengan metode Mulching dalam rangka renovasi padang rumput. Dalam rangka renovasi padang rumput yang diinvasi alangalang dan Brachiaria brizantha telah dilakukan penelitian di Bogor dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1981, untuk pengadaan tempat bertanam tanaman pakan unggul. Sistem yang dicoba adalah penutupan padang rumput Tabel 3. Pengaruh periode (waktu) penutupan terhadap akar yang masih hidup. Per Iakuan Sumber : Siregar dan Yuhaeni (8). Berat I. cylindrica gram/2 akar B. brizantha m2. A Tanpa penutupan 1900,0 677,5 B Penutupan 1 bulan 730,0 675,0 C Penutupan 2 bulan 7,5 0,0 D Penutupan 3 bulan 0,0 0,0 E Penutupan 4 bulan 0,0 0,0 oleh potongan alangalang dan Brachiaria brizantha selama 1, 2, 3 dan 4 bulan (Tabel 3). Hasil percobaan mengungkapkan : a. Dengan adanya penutupan setelah pemangkasan, maka pertumbuhan alangalang dan Brachiaria brizantha menjadi tertekan. b. Semakin lama periode penutupan maka pertumbuhan semakin tertekan, alangalang mati pada penutupan 3 bulan, sedangkan rumput Brachiaria brizantha pada penutupan 2 bulan. 4. Pengaruh leguminosa tanaman pakan ditumpangsarikan dengan jagung terhadap produksi. Untuk mengetahui pengaruh leguminosa tanaman pakan yang ditumpangsarikan dengan jagung terhadap produksi tanaman pangan telah dilakukan penelitian di Balai Penelitian Ternak, Bogor tahun 1981. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kacang tunggak dan kacang serelium ditumpangsarikan dengan jagung memperoleh produksi biji jagung lebih tinggi, sedangkan kembang telang dan kacang phasey yang ditumpangsarikan dengan jagung memperoleh hasil lebih rendah, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan dengan bertanam jagung tunggak (Tabel 4). produksi jerami jagung tidak menunjukkan perbedaan antar perlakuan. segar leguminosa menunjukkan angka tertinggi pada tanaman kacang tunggak. Tumpangsari yang terbaik adalah dengan kacang tunggak dan tidak menunjukkan pengaruh negatif terhadap produksi jagung. Tabel 4. produksi jerami jagung,leguminosa tanaman pakan ternak, gulma basah dan kering biji jagung. Perlakuan jerami jagung produksi leguminosa kelobot basah bijii (g/plot) kering biji (g/plot) gulma A 20,00 4,67 174,17 94,64 10,15 B 23,67 4,33 4,83 144,83 83,36 6,76 C 21,33 1,83 5,00 198,75 101,83 4,08 D 23,33 21,67 4,83 175,21 108,10 3,72 E 22,00 3,67 5,50 156,87 82,51 4,77 F 5,60 5,55 G 20,17 4,42 H 3,33 7,75 I 6,00 4,37 Sumber : Siregar dan Semali (6). Keterangan : A = Jagung B = Jagung + Kembang telang C = Jagung + Kacang serelium D = Jagung + Kacang Tunggak E = Jagung + Kacang phasey F = Kembang telang G = Kacang tunggak H = Kacang serelium I = Kacang phasey. 57
M. E. SIREGAR : Peran tanaman pakan rumput 5. Pengeruh penjarangan tanaman jagung terhadap hijauannya sebagai pakan. Dalam usaha peningkatan produksi hijauan pakan bagi ternak ruminansia, di Bogor telah dilakukan penelitian untuk mempelajari pengaruh penjarangan tanaman jagung yang ditanam 6 biji tiap lobang (2 x dosis biasa). hijauan hasil penjarangan (Tabel 5) tertinggi terdapat pada perlakuan penjarangan 40 50 hari setelah tanam dibandingkan de ngan perlakuan lainnya. biji jagung tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, dan dapat disimpulkan bahwa penanaman 6 biji jagung per lubang dapat meningkatkan produksi hijauan pakan dengan waktu penjarangan 40 50 hari setelah tanam, tanpa mempengaruhi produksi akhir tanaman pokok. Tabel 5. produksi gulma, hijauan dan jerami jagung dengan waktu penjarangan yang berbeda. Waktu Kontrol gulms Sumber : Semali den Siregar 141. hijauan jagung jerami jagung 6. Pengeruh tatalaksana duksi hijauan lamtoro. Produksl klobot Beret kering biji jagung 3,9 22 1,0 1,9 20 hari 4,1 7,0 20,125 0,71 1,5 30 hari 3,1 12,3 21 0,85 1,7 40 hari 3,6 41,2 21,625 0,53 1,5 50 hari 3,2 51,2 19,50 0,59 1,6 Terbagi 2,4 26,9 18,25 0,59 1,4 terhadap pro Balai Penelitian Ternak telah melakukan penelitian penanaman lamtoro untuk menghasilkan produksi hijauan. hijauan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tinggi potong, interval potong, pemupukan, dan iklim. Pada tulisan ini akan dilaporkan penelitian pengaruh empat tingkat tinggi pemotongan terhadap produksi hijauan lamtoro cv. Peru, yang dilakukan pada tahun 1979/1980 di Bogor. Perlakuan yang digunakan adalah tinggi pemotongan masingmasing 5 cm, 50 cm, 100 cm, dan 150 cm dari permukaan tanah. Hasil produksi segar (Tabel 6). Hesil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan pada ketinggian 100 cm menghasilkan hijauan dua kali lebih banyak daripada pemotongan setinggi 50 cm dan sedikit lebih rendah daripada pemotongan setinggi 150 cm, sedengkan pemotongan pada ketinggian 5 cm menghasilkan hijauan yang sangat rendah. Tabel 6. segar lamtoro setiap pemotongan (ton/ha). Pemotongan ke 5 cm Sumber : Siregar den Prawiradiputra (7). Tinggi pemotongan KESIMPULAN UMUM Sebagai penutup dari makalah ini dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Penenaman tampingan teras bangku dengan jenisjenis rumput dan leguminosa dapat meningkatkan produksi hijauan pakan, sekaligus b. Delam usaha mendapatkan hijauan berkualitas maupun kuantitas yang baik dapat dilakukan dengan penanaman jenis rumput Brachiaria brizantha pada areal padang alangalang. c. Dengen metode Mulching untuk memberantas alangalang telah berhasil baik dan areal tersebut dapat ditanami dengan rumput unggul un tuk sumber hijauan pakan serta pengawetan tanah dan air. d. Tenaman pakan telah berhasil ditumpangsarikan dengan tanaman pangan jagung dan tidak mengganggu tanaman pokok. e. Untuk mendapatkan hijauan yang diperlukan bagi petani peternak di pedesaan dapat dijalankan dengan penanaman biji jagung 2 x dari dosis biasa. f. Tinggi pemotongan pada lamtoro yang terbaik untuk mendapatkan hijauan pakan tertinggi adalah 100 cm dari permukaan tanah. DAFTAR PUSTAKA 50 cm 100 cm 150 cm 1 3,9 6,7 9,9 14,0 2 1,0 5,8 18,2 24,3 3 1,2 1,9 6,1 10,3 4 0,5 3,6 10,5 7,9 5 0,5 3,3 10,6 7,1 6 0,4 9,7 21,4 13,4 7 0,9 7,1 11,7 6,3 8 1,2 5,2 12,3 11,4 9 1,1 5,9 13,0 12,2 Total per tahun 10,7 49,2 113,7 106,9 1. Atmadilaga, D. 1972. Peranan hijauan makanan ternak dalam kritis protein. Workshop on Forage and Fodder Crop, LPP, Bogor. p. 34 37. 58
WARTAZOA Vol. 1 No. 3, Januari 1984 2. Nitis, I.M. 1979. Tanaman makanan ternak, potensi, pemanfaatan, dan pengelolaannya. Proc. Seminar Penelitian dan Penunjang Pembangunan Peternakan, Bogor, LPP, Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. p. 194 204. 3. Saefuddin, Asep. 1983. Tehnologi pola tanam Daerah Aliran Sungai. Lokakarya Tehnologi dan Dampak Penelitian Polatanam, Litbang Pertanian, Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor. p. 1 13. 4. Semali, Armiadi dan M.E. Siregar. 1983. Pengaruh penjarangan tanaman jagung terhadap produksi hijauannya sebagai makanan ternak. Ilmu dan Peternakan, 1. (3) p. 103 106. 5. Siregar, M.E. dan A. Djajanegara. 1971. Penggunaan rumput Brachiaria brizantha dalam usaha Transformasi padang alangalang menjadi Pastura. Bulletin LPP, 3 : p. 9. 6. Siregar, M.E. dan Armiadi Semali. 1982. Pengaruh leguminosa tanaman makanan ternak ditumpangsarikan dengan jagung terha dap produksi. Ilmu dan Peternakan, 1. (1) p. 35 38. 7. Siregar, M.E. dan Bambang R. Prawiradiputra. 1982. Pengaruh tinggi pemotongan terhadap produksi hijauan lamtoro (Leucaena leucocephala) cv. Peru. Proc. Seminar Penelitian Peternakan, Bogor. p. 333 336. 8. Siregar, M.E. dan Siti Yuhaeni. 1982. Pengadaan tempat bertanam dengan metode mulching dalam rangka renovasi padang rumput. Ilmu dan Peternakan, 1. (1) p. 1 3.