Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Sumber : Analisa Penulis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep Utama: Optimalisasi Lahan dengan Pengembangan Elemen Pembatas Sarana

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Development Designfor Tanjung Batu Harbour towards Sea Tolls Concept

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN


BAB VI. Hasil Perancangan. dengan berbagai aspek desain, baik berdasarkan faktor fisik maupun non-fisik

Pelabuhan Teluk Bayur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

Architecture. Home Diary #007 / 2014

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Hasil rancangan adalah output dari semua proses dalam bab sebelumnya

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Ada dua permasalahan utama pada Pelabuhan Amahai saat ini. Permasalahan tersebut

5.1 Konsep macam dan besaran ruang

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB II STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING. Dalam desain Gedung Kantor LKPP terdapat 13 point target

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V : KONSEP. 5.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN TERMINAL TERBOYO

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

BAB VI KONSEP PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan dalam perancangan kembali pasar

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERANCANGAN

UTARINA KUSMARWATI BAB I PENDAHULUAN

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PENDEKATAN DAN PERANCANGAN

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

sekitarnya serta ketersediaannya yang belum optimal (pada perbatasan tertentu tidak terdapat elemen gate). d. Elemen nodes dan landmark yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN CENGKARENG OFFICE PARK KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar perancangan beranjak dari hasil analisis bab sebelumnya yang

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

Putih Abu Hitam Coklat

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GALERI SENI LUKIS MODERN DI YOGYAKARTA

BAB 6 DESAIN PERANCANGAN

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB VI HASIL RANCANGAN. Redesain terminal Arjosari Malang ini memiliki batasan-batasan

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Dengan efisiensi penggunaan energi melalui desain pasif dan optimalisasi energi terbarukan melalui pemanfaatan tenaga surya. BAB 4 RANCANGAN SKEMATIK

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pemikiran yang melandasi perancangan dari proyek Mixed-use Building

Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

Transkripsi:

BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1 Pengertian Umum Konsep Perancangan Gambar 6.1 Konsep Hasil Perumusan Pendekatan Konsep Konsep perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah konsep perwakilan prinsip dari pendekatan dekonstruksi yang diaplikasikan pada TPKL. Konsep trans programming yang digunakan secara spesifik merupakan tanggapan terhadap problem yang ada untuk kemudian menemukan desain yang atraktif, impresif sekaligus ikonik. Perwujudan trans programming sendiri dapat tercapai melalui beberapa metoda dekonstruksi. Adapun metoda terpilih dalam konsep ini adalah differeals of meaning, instability dan discontinuity. 69

Tabel 6.1 Penjabaran Konsep KONSEP MAKRO KONSEP MESSO KONSEP MIKRO Perancangan Terminal Penumpang Kapal Laut yang mengubah paradigma masyarakat Konteks dekonstruksi pada TPKL terkait kawasan pelabuhan Konteks trans programming dalam program ruang TPKL Konteks tapak - Perubahan image TPKL untuk mengubah kesan kawasan pelabuhan. - Desain arsitektur yang dekonstruktif dalam skala kawasan pelabuhan sehingga memberikan impresi mendalam. - Perancangan arsitektur dengan metode trans programming untuk memberikan pengalaman ruang impresif dan fungsional. - Arsitektur untuk publik : peran TPKL sebagai ruang publik masyarakat. - Perencanaan tapak dalam studi dengan skala perbandingan yang lebih luas - Perancangan TPKL atraktif untuk meningkatkan gairah transportasi laut. 70

6.2 Konsep Makro Secara makro perancangan terminal penumpang kapal laut (TPKL) ini merupakan sebuah perwujudan perubahan untuk menggiatkan kembali aktivitas transportasi kapal laut. Paradigma kurang baik yang melekat pada kawasan pelabuhan dirubah melalui perancangan TPKL yang kontradiktif dengan pandangan masyarakat selama ini sehingga menjadi fasilitas yang fungsional sekaligus ruang publik atraktif bagi masyarakat. 6.3 Konsep Messo Perancangan TPKL ini diproyeksikan ke dalam lingkup tapak berupa kawasan tertata yang sedang mengalami pembangunan. Pertimbangan pemilihan tapak ini adalah aksesibilitas masyarakat yang telah mengenal tapak ini sebagai lokasi terminal penumpang. Selain itu, berdasarkan masterplan kawasan pelabuhan Tanjung Emas, pengembangan zona terminal penumpang berada pada tapak terpilih. 6.4 Konsep Mikro Konsep mikro perancangan TPKL ini merupakan penerjemahan konsep trans programming ke dalam berbagai aspek arsitektural mulai dari studi massa, konfigurasi ruang maupun konsep formal lainnya. Hirarki ruang dibaurkan melalui trans programming dengan mempertemukan dua program ruang yang sangat berbeda menjadi satu bangunan yaitu terminal penumpang dan taman publik. Pencapaian bangunan yang atraktif dan impresif dibuat untuk memfasilitasi seluruh aktivitas dengan optimal sekaligus membentuk ruang publik baru bagi masyarakat. 71

6.4.1. Penjabaran Konsep Dekonstruksi Trans programming Gambar 6.2 Penjabaran konsep trans programming 6.4.2. Konsep Organisasi Ruang & Layering Perancangan organisasi ruang menggunakan metode discontinuity memiliki implementasi berupa penyamaan hirarki antara ruang terminal penumpang dan taman. Dalam merancang organisasi ruang ini, batas antara ruang indoor dan outdoor akan dileburkan dengan keberadaan taman yang menembus ruang tertutup pada massa-massa terpisah. 1. Zonasi Pada konsep ini, hasil studi programatik yang telah dilakukan diolah dengan penataan pada tapak. Implementasi dari pendekatan konsep trans programming yang digunakan terlihat pada pengelompokkan ruangan yang saling berinteraksi tanpa adanya hirarki tertentu. Adapun untuk zonasi pada site dipengaruhi pula oleh faktor karakteristik aktivitas pada setiap zona serta berbagai faktor lainnya. A. Zonasi Vertikal Dalam bentuk vertikal kebutuhan ruang akan tersusun secara keseluruhan dengan perpaduan konfigurasi ruang sesuai kebutuhan. Melalui metode trans programming, zonasi terbentuk melalui beberapa faktor tertentu 72

yang saling mendominasi. Faktor kelancaran sirkulasi menjadi aspek yang dipertimbangkan untuk kemudian digabungkan dengan faktor besaran ruang dan keterkaitan diantaranya. Segala ruang akan saling terhubung dengan adanya area publik pada tiap levelnya sehingga membaurkan hirarki utama yang ada namun tetap membagi zonasi dengan tatanan rapi. Gambar 6.3 Diagram organisasi ruang secara vertikal B. Zonasi Horizontal Untuk zonasi horizontal, faktor privasi dalam keterkaitannya dengan faktor sirkulasi menjadi aspek-aspek yang diperhatikan. Zona dibedakan menjadi zona publik, penumpang (semi publik) dan pengelola (servis). Pada zona publik dan semi publik saling tumpang tindih dengan keberadaan taman sebagai penghubung (connector) karakteristik ruang-ruang pada zona ini. Gambar 6.4 Pembagian ruang berdasarkan sifat 73

Gambar 6.5 Skema zonasi horizontal 2. Hubungan Ruang Ruang-ruang saling terintegrasi dengan karakteristik yang berbeda dihubungkan dengan taman sebagai pembaur batas zonasi yang diterapkan. Taman sebagai ruang terbuka memberikan transparansi sifat bangunan terminal penumpang yang selama ini solid dan tertutup sehingga menimbulkan intimidasi bagi penggunanya maupun individu di sekitarnya. Fleksibilitas sifat ruang ini kemudian mendekonstruksi pandangan masyarakat pada umumnya terhadap terminal penumpang. 74

Gambar 6.6 Hubungan ruang lantai 1 dan 2 Pada lantai satu, merupakan zona dengan aktivitas terpadat dengan keberadaan ruang debarkasi dan embarkasi yang saling terhubung ke lantai dua. Terdapat pula beberapa area komersil dan fasilitas penunjang seperti tour agent dan penjualan souvenir khas Semarang. Hall umum yang berada di tengah dan salah satu titik pandang utama pengguna bangunan merupakan konektor ke segala ruangan pada lantai satu. Secara keseluruhan area lantai satu dirancang lebih terbuka dan memberi pandangan luas bagi pengguna bangunan. Lantai dua merupakan zona aktivitas yang mirip dengan lantai satu. Perbedaannya adalah keberadaan taman publik yang terintegrasi dengan hall umum di lantai satu yang menjadi titik pandang utama pada zona ini. Ruang tunggu penumpang embarkasi terdapat di lantai dua untuk menyesuaikan dengan ketinggian kapal penumpang saat proses masuknya penumpang ke dalam kapal. 75

Gambar 6.7 Hubungan ruang lantai 3 Pada lantai tiga terdapat area komersil yang terintegrasi dengan taman publik. Area ini merupakan zona rekreatif yang menjadi peluang bisnis bagi masyarakat sekitar terminal penumpang. Area komersial dibagi menjadi dua yaitu untuk franchise dan untuk bisnis masyarakat sekitar. Di lantai ini, rancangan tiap ruang dibuat semi terbuka dengan pandangan ke taman publik dan aktivitas sekitar pelabuhan. 3. Integrasi Antar Ruang Sebagai implementasi konsep trans programming pada terminal penumpang yang menonjolkan interaksi antara aktivitas dengan bentuk ruang yang berbeda secara kontras, intergrasi antar ruang dibuat agar setiap ruang dapat saling terbuka dan berinteraksi secara visual. Taman publik sebagai open space dijadikan sebagai media integrasi setiap ruang pada terminal penumpang yang selama ini cenderung tersekat-sekat dan terpisah. Dinding partisi dengan material kaca digunakan agar tidak menghalangi pandangan 76

manusia dari dalam bangunan kearah taman maupun sebaliknya. Karakter transparan antar ruang yang tercipta oleh integrasi ruang ini akan menguatkan implementasi konsep trans programming pada bangunan. Gambar 6.8 Intergrasi ruang yang fluid Adapun sebagai pembeda jenis ruang yang terikat dalam satu ruang dapat menggunakan variasi skala ruang, material yang digunakan dalam ruang hingga warna nuansa dalam ruang. Persepsi manusia terhadap masing-masing ruang dimanfaatkan sebagai sarana pemberi impresi dan atraksi sehingga meninggalkan kesan yang kuat bagi pengguna bangunan. Perpindahan antar ruang dirancang fluid dan dinamis hingga memberikan impresi tidak terasanya perpindahan antar ruang karena aliran ruang yang unik. 6.4.3. Konsep Tata Massa Ruang & Bangunan Pada konsep tata massa ruang dan bangunan dirancang menggunakan metode differeals of meaning. Melalui metode ini makna simbolis terminal penumpang yang mewakili image pelabuhan dileburkan sehingga fungsi taman di dalamnya tidak terlihat jelas. 77

1. Massa Bangunan Massa bangunan dirancang berupa beberapa massa yang terpisah yang memainkan ketinggian bangunan dengan bentuk yang fluid geometrikal serta penghijauan taman memberi konektivitas bangunan. Massa bangunan di satu sisi dirancang masif tertutup namun dengan adanya taman massa bangunan terlihat lebih terbuka dan transparan sehingga memiliki kesan mengajak yang lebih atraktif pada masyarakat. Gambar 6.9 Konsep massa bangunan Gambar 6.10 Skema massa bangunan 78

2. Fasad Bangunan memiliki dua muka kearah barat dan timur dengan dominasi fasad yang lebih memanjang sehingga perlu perhatian khusus. Massa bangunan yang tidak biasa telah membentuk fasad berkarakter bagi bangunan. Menyikapi melimpahnya cahaya matahari yang akan menyorot ke dalam bangunan dan akan mempengaruhi suhu ruangan, permainan fasad berupa paduan solid void double shading diperlukan. Fasad semacam ini dirancang sebagai paduan antara vegetasi dan material solid seperti baja ekspos dan kayu. 3. Ruang Konsep ruang menyatukan antara open space dari teman dengan ruang tertutup terminal penumpang. Taman dirancang sebagai konektor kawasan secara keseluruhan sekaligus menembus ruang sehingga memberi sifat berkesinambungan antar bangunan yang terpisah. Gambar 6.11 Skema trans programming taman dalam bangunan 79

6.4.4. Konsep Sirkulasi Metode discontinuity yang diaplikasikan pada perancangan sirkulasi kawasan ini ditunjukkan dengan hanya ada satu akses sebagai pintu utama untuk menuju ke pusat aktivitas kawasan. Hal ini merupakan implementasi prinsip hirarki yang sama yang ada dari metode discontinuity. 1. Sirkulasi Eksternal/Pencapaian Bangunan Site berada di dalam kompleks Pelabuhan Tanjung Emas dan berada di barat laut dari arah pintu masuk utama kompleks pelabuhan. Secara spesifik, pintu masuk terminal penumpang berada di arah barat laut dari jalan primer kompleks pelabuhan yang langsung menuju ke arah area parkir. Aksesibilitas ke dalam kawasan terminal penumpang ini cukup mudah dan efisien menyesuaikan pula dengan master plan kompleks pelabuhan secara keseluruhan. Pengkondisian akses dibagi menjadi akses utama drop off bagi pengunjung maupun akses langsung ke area parkir yang ditemui sebelum sampai ke area drop off. Gambar 6.12 Skema pencapaian drop off dari pintu sekunder 80

Gambar 6.13 Skema pencapaian drop off melalui parkir 2. Parkir Area parkir berada di selatan bangunan terminal penumpang menyesuaikan dengan kondisi eksisting. Berdasarkan hasil analisa dengan asumsi jumlah pengunjung secara bersamaan berkisar 500 orang, jumlah mobil yang muat ditampung mencapai 70 unit dan motor berjumlah 25 unit. Gambar 6.14 Skema pencapaian parkir dari pintu utama 81

3. Sirkulasi Internal Bangunan Melalui pendekatan trans programming, sirkulasi ruang dalam bangunan dirancang fleksibel dan membaur antara tiap zona namun tetap memiliki sirkulasi sendiri bagi penumpang, pengunjung umum dan pengelola. Sirkulasi yang fleksibel ini lebih baik untuk memberikan keleluasaan bagi para pengunjung untuk beraktivitas dan berinteraksi dalam terminal penumpang. Untuk sirkulasi vertikal menggunakan tangga dan eskalator. Akses masuk dan keluar dibuat lebih menyebar pada terminal penumpang untuk menciptakan sifat keterbukaan. Untuk akses penumpang lebih spesifik dan khusus hanya pada titik tertentu. 6.4.5. Konsep Lansekap Pada perancangan lansekap, konsep dekonstruksi dengan metode instability diterjemahkan sebagai lansekap yang tumpang tindih pada bangunan. Olahan lansekap yang selama ini seringkali menjadi bagian luar dari fisik utama bangunan, didekonstruksi dengan memasukkannya ke dalam bangunan yang mempengaruhi tampak bangunan maupun aspek lainnya. Pengolahan lansekap semacam ini merupakan usaha untuk menciptakan view positif dalam site yang tidak monoton dan eye catching. Beberapa jenis elemen yang dimasukkan pada desain lansekap antara lain : 1. Vegetasi Vegetasi dimanfaatkan untuk berbagai fungsi dalam terminal penumpang. Selain sebagai elemen peneduh, vegetasi dapat dijadikan elemen estetis dalam bangunan. Adapun vegetasi berupa rerumputan pendek dapat digunakan sebagai pembentuk path sirkulasi pengguna banguna. Vegetasi semak dengan ketinggian sedang menjadi pembentuk pola meeting point area. 82

Gambar 6.15 Rumput sebagai pembentuk path sirkulasi Sumber : http://anglotopia.wpengine.netdna-cdn.com diakses 15 Desember 2014 pukul 14.56 2. Air Elemen air sebagai pembentuk dinamisme ruang menjadi focal point. Dengan pencitraan ekstra akan memberikan efek natural pada bangunan sekaligus daya tarik bagi bangunan. 3. Park furniture Gambar 6.16 Outdoor furniture Sumber : http://monmouthcountyparks.com diakses 15 Desember 2014 pukul 15.13 Keberadaan taman dalam bangunan tidak hanya dihadirkan melalui adanya tanaman saja namun furnitur pelengkap agar taman dapat berfungsi dengan optimal. Furnitur taman diwujudkan dalam bentuk kursi dan meja outdoor kemudian water tap dan juga sculpture. 83

6.4.6. Konsep Sistem Bangunan 6.4.6.1. Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan pada bangunan TPKL ini adalah pencahayaan alami dan buatan yang menyesuaikan dengan kebutuhan, fungsi serta pengguna ruang tersebut dengan menggunakan metode instability. Keberadaan taman publik dengan vegetasi yang membutuhkan sinar matahari alami juga mendukung pentingnya pencahayaan alami pada bangunan. Melalui perpaduan konfigurasi ruang tertutup (terminal penumpang) dan terbuka (taman publik) dapat dimanfaatkan sebagai massa ruang yang unik dengan permainan cahaya alami melalui rancangan bukaan yang atraktif sehingga masuknya cahaya ke dalam bangunan menjadi poin menarik. Bukaan berupa jendela maupun ceiling dengan bentuk agresif sehingga tidak hanya menarik perhatian secara solid namun juga secara void. Pencahayaan artifisial diaplikasikan pada seluruh ruangan dalam bangunan yang tentunya membutuhkan pencahayaan yang optimal untuk efisiensi aktivitas di dalamnya. Selain itu, pencahayaan pada eksterior bangunan terminal secara artifisial dilakukan untuk memberikan impresi megah dan unik pada bangunan sehingga menambah keindahan dan keanekaragaman pemandangan kota di malam hari. 6.4.6.2. Penghawaan 1. Cross Ventilation Sistem penghawaan alami yang dapat diterapkan adalah sistem cross ventilation. Penerapan konsep dapaat dilakukan dengan membuat bukaanbukaan pada ruang-ruang yang saling berhadapan sehingga aliran udara alami akan saling bertukar melalui bukaan ini. Ruangan-ruangan yang menggunakan penghawaan alami ini adalah hall umum, toko-toko kecil dan toilet. 2. Air Conditioner (AC) Untuk penghawaan buatan digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan pengkondisian suhu yang khusus. Pada terminal penumpang ini, ruangan yang menggunakan penghawaan buatan antara lain : ruang tunggu penumpang, ruang pengelola, kantor pengelola, ruang mekanikal. 6.4.6.3. Persyaratan ruang 84

Tabel 6.2 Persyaratan Ruang Persyaratan Ruang Nama Ruang Penghawaan Pencahayaan Alami Buatan Alami Buatan Pelayanan Umum Hall umum o o o Lobby embarkasi o o Hall debarkasi o o Ruang tunggu penumpang embarkasi o o o Ruang tunggu pengantar & penjemput o o o Ruang penumpang debarkasi o o o Ruang kontrol peron o o Lavatory o o o o Pelayanan Khusus Gudang o o Lavatory o o o Ruang Anak Buah Kapal o o Ruang Buruh Angkut o o Loker o o Pantry o o Ruang ME o o Ruang Rapat o o Pengelola Kantor o o Ruang Ibadah o o o Lavatory o o o Penunjang Pusat Informasi o o o Pertokoan o o o Resto o o o Toilet o o o ATM o o Musholla o o Taman Publik Taman o o o 85