BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak

RIZKI SITI NURFITRIA

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Hewan Uji 3.4 Pengumpulan Bahan Uji

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. antioksidan. Hal ini terjadi karena sebagian besar penyakit terjadi karena adanya

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam sebagai obat tradisional akhir-akhir ini sangat

DAFTAR ISI. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

DAFTAR ISI JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan senyawa yang terbentuk secara alamiah di

BAB I PENDAHULUAN. manusia dari semua kelompok usia dan ras. Jong (2005) berpendapat bahwa

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dan Fraksi Kulit Buah Jengkol (Archidendron jiringa (Jeck) Nielsen Dengan Metode Peredaman Radikal Bebas DPPH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. identitas tanaman tersebut, apakah tanaman tersebut benar-benar tanaman yang

pengolahan, kecuali pengeringan. Standarisasi simplisia dibutuhkan karena kandungan kimia tanaman obat sangat bervariasi tergantung banyak faktor

DAFTAR PUSTAKA. Bagchi, K. and S. Puri, 1998, Free Radical and Antioxidant in Health and Disease, Eastern Mediterranean Health Journal 4 (2),

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN SAMPEL DAN EKSTRAKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Ros Sumarny, Ratna Djamil, Afrilia Indira S. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA rosaries15@yahoo.com ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

KAJIAN AWAL AKTIFITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI POLAR KELADI TIKUS (typhonium flagelliforme. lodd) DENGAN METODE DPPH

UJI DAYA REDUKSI EKSTRAK DAUN DEWANDARU (Eugenia uniflora L.) TERHADAP ION FERRI SKRIPSI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i. DAFTAR ISI...iii. DAFTAR GAMBAR...vi. DAFTAR TABEL...viii. INTISARI...x BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diakibatkan oleh radikal bebas. Namun tanpa disadari radikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

Aktivitas antioksidan ekstrak buah labu siam (Sechium edule Swartz) Disusun oleh : Tri Wahyuni M BAB I PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini telah banyak diungkapkan bahaya lingkungan yang tidak sehat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan, beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Cyclea barbata Meer), cincau hitam (Mesona palustris), cincau minyak

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

Aktifitas Anti Oksidan Ekstrak Metanol 70% Daun Krokot (Portulaca oleracea L.)

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. 6.1 Efek Pelatihan Fisik Berlebih Terhadap Spermatogenesis Mencit. Pada penelitian ini, data menunjukkan bahwa kelompok yang diberi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

39 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan

Penentuan Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Daun Ketapang (Terminalia catappa L) dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil (DPPH)

1. Determinasi tanaman salam Pengumpulan dan pembuatan serbuk daun salam Proses penyarian daun salam secara infundasi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah banyak akan menimbulkan stres oksidatif yang dapat merusak sel yang pada

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEH BUAH SALAK BONGKOK PADA VARIASI SUHU PENYEDUHAN

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Herba Sambiloto (Andrographis paniculata)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Hasil identifikasi rumput laut Gracilaria verrucosa (Hudson) Papenfus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB I PENDAHULUAN. tidak berpasangan menyebabkan spesies tersebut sangat reaktif (Fessenden dan

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

Transkripsi:

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini rimpang jahe merah dan buah mengkudu yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol menghasilkan rendemen ekstrak masing-masing 9,44 % dan 17,02 %. Ekstrak air bawang putih yang digunakan dalam pengujian diketahui setara dengan 3,25% alliin dan ekstrak kunyit setara dengan 20,95% kurkuminoid berdasarkan data penetapan standar ekstrak dalam Certificate of Analysis (CA) dari masing-masing sumber. Karakterisasi ekstrak dilakukan untuk mengetahui mutu ekstrak uji yang digunakan dalam pengujian efek antioksidan. Hasil penentuan kadar air menunjukkan bahwa semua ekstrak yang digunakan memenuhi persyaratan kadar air dalam ekstrak yaitu kurang dari 10%. Penapisan fitokimia ekstrak dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa yang terdapat di dalam ekstrak dan memperkirakan senyawa yang dapat memberikan efek dalam pengujian farmakologi. Hasil karakterisasi ekstrak dan penapisan fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Karakteristik dan Penapisan Fitokimia Ekstrak Parameter Ekstrak Bawang putih Kunyit Jahe merah Mengkudu Alkaloid - - - - Flavonoid + + + + Kuinon - + - + Saponin - - - - Tanin - - - - Steroid/Triterpenoid + + + + Susut pengeringan (% v/b) 10,32 3,31 31,21 38,53 Kadar air (% v/b) 6,05 2,55 4,97 7,48 Kadar sari larut air (% b/b) 78,17 70,63 9,81 52,29 Kadar sari larut etanol (% b/b) 0,32 11,63 29,01 45,37 Kadar abu total (% b/b) 3,30 0,23 4,97 7,48 Bobot jenis (g/ml) - - 1,0509 1,0507 Kromatografi lapis tipis dilakukan untuk mengetahui kebenaran ekstrak yang didapat berdasarkan ada atau tidaknya senyawa identitas dengan menggunakan pembanding alliin untuk bawang putih, curcuminoid untuk kunyit dan skopoletin untuk mengkudu. Selain itu 25

26 dilakukan pula pengujian pola kromatogram ekstrak jahe merah namun tidak terdapat pembanding. Pola kromatografi lapis tipis masing masing ekstrak dapat dilihat pada Gambar 4.1-4.3. 1 2 1 2 1 2 1 2 (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Pola kromatogram senyawa identitas ekstrak air bawang putih dengan pengembang butanol-asam asetat-air (4:3:3). 1 = bercak ekstrak, 2 = bercak pembanding Alliin, (a) sinar tampak, (b) sinar tampak setelah disemprot asam sulfat 10% dalam metanol, (c) UV λ=254 nm, (d) UV λ=366 nm. 1 2 1 2 1 2 1 2 (a) (b) (c) (d) Gambar 4.2 Pola kromatogram senyawa identitas ekstrak etanol kunyit dengan pengembang kloroform-etanol 95%-asam asetat glasial (95:5:1). 1 = bercak pembanding kurkuminoid, 2 = bercak ekstrak, (a) sinar tampak, (b) sinar tampak setelah disemprot asam sulfat 10% dalam metanol, (c) UV λ=254 nm, (d) UV λ=366 nm.

27 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 4.3 Pola kromatogram ekstrak etanol jahe merah dengan pengembang toluenaetil asetat (93:7). (a) sinar tampak, (b) sinar tampak setelah disemprot asam sulfat 10% dalam metanol, (c) UV λ=254 nm, (d) UV λ=366 nm, (e) UV λ=366 nm setelah disemprot asam sulfat 10% dalam metanol. 1 2 1 2 1 2 1 2 (a) (b) (c) (d) Gambar 4.4 Pola kromatogram senyawa identitas ekstrak etanol mengkudu dengan pengembang n-heksan-etil asetat (6:4). 1 = bercak ekstrak, 2 = bercak pembanding skopoletin, (a) sinar tampak, (b) sinar tampak setelah disemprot asam sulfat 10% dalam metanol, (c) UV λ=254 nm, (d) UV λ=366 nm. Pada penelitian ini dilakukan uji peredaman aktivitas radikal bebas DPPH (1,1-difenil-2- pikril hidrazil) secara in vitro oleh ekstrak uji dan pembanding. DPPH merupakan radikal bebas sintetik yang mudah menerima elektron atau atom hidrogen membentuk molekul diamagnetik yang stabil (Di Mambro, 2003). Hal ini terkait dengan kemampuan senyawa yang terkandung di dalam ekstrak untuk mereduksi radikal bebas DPPH dengan cara mendonorkan atom hidrogen. Aktivitas ini ditunjukkan dengan terbentuknya senyawa hasil reduksi DPPH yaitu DPP-hidrazin yang berwarna kuning.

28 Tabel 4.2 Hasil Uji Peredaman DPPH Kelompok Uji Konsentrasi (µg/ml) % Peredaman (n=5) EC 50 (µg/ml) 500 6,40 ± 3,86 Ekstrak air umbi bawang putih rimpang kunyit rimpang jahe merah buah mengkudu Asam askorbat 1000 10,42 ± 2,14 2000 23,75 ± 4,14 3000 35,17 ± 2,26 4000 47,14 ± 1,09 5000 58,61 ± 0,37 25 18,08 ± 6,44 50 28,75 ± 3,29 75 45,85 ± 2,72 100 45,79 ± 0,82 150 68,16 ± 2,10 200 82,67 ± 0,65 25 17,33 ± 0,78 50 37,99 ± 4,08 75 48,90 ± 0,51 100 55,52 ± 1,32 150 68,04 ± 1,12 200 76,74 ± 0,47 500 26,71 ± 0,70 600 28,84 ± 0,48 700 31,44 ± 1,70 800 38,74 ± 0,75 900 45,81 ± 1,37 1000 61,61 ± 0,37 2 18,69 ± 1,35 5 29,43 ± 0,55 10 47,33 ± 0,45 15 60,75 ± 2,62 20 92,11 ± 1,06 25 96,56 ± 0,20 4237,61 104,91 97,61 917,37 10,74 Kontrol - 0 - Keterangan: Semua kelompok sangat berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0.001) kecuali asam askorbat 2 µg/ml Daya peredaman radikal bebas DPPH dinyatakan sebagai konsentrasi larutan uji yang mampu meredam 50 % DPPH atau dikenal sebagai konsentrasi efektif 50 % (EC 50 ). Dari hasil pengujian seperti terlihat pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa semua ekstrak uji memiliki aktivitas peredaman radikal bebas dengan nilai EC 50 yang beragam. Ekstrak jahe memiliki aktivitas peredaman DPPH paling tinggi, sedangkan bawang putih memiliki aktivitas peredaman yang paling rendah. Ekstrak kunyit juga memiliki aktivitas yang hampir setara dengan ekstrak jahe. Asam askorbat sebagai pembanding memiliki aktivitas reduksi yang kuat terhadap DPPH. Dengan demikian, ekstrak kunyit, jahe, dan asam askorbat termasuk ke dalam antioksidan kuat dengan EC 50 peredaman DPPH lebih kecil dari 200 µg/ml. Perbedaan aktivitas peredaman DPPH ini juga dapat dilihat pada Gambar 4.5.

29 4237,61 EC50 (μg/ml) 917,37 104,91 97,61 10,74 Keterangan: Bawang putih Kunyit Jahe merah Mengkudu Asam askorbat Gambar 4.5 Diagram EC 50 aktivitas peredaman DPPH ekstrak uji dan pembanding. Pengujian aktivitas peredaman radikal peroksidasi lipid secara in vitro dilakukan menurut metoda Xiu-Wei Yang yang dimodifikasi untuk mengetahui kekuatan ekstrak uji, beberapa kombinasinya, dan pembanding untuk meredam peroksidasi lipid yang terjadi di organ hati. Produk peroksidasi lipid seperti malondialdehid selalu dihasilkan ketika lipid hidroperoksida dimetabolisme di dalam sistem biologi tubuh, dan identifikasi jumlahnya merupakan indeks secara tidak langsung adanya kerusakan oksidatif dimana malondialdehid akan bereaksi dengan asam tiobarbiturat menghasilkan kompleks berwarna merah muda (Punchard, 1996). Daya peredaman peroksidasi lipid dinyatakan sebagai konsentrasi larutan uji yang mampu meredam 50 % peroksidasi lipid dan dikenal sebagai konsentrasi efektif 50 % (EC 50 ). Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa ekstrak jahe merah memiliki aktivitas peredaman peroksidasi lipid yang paling tinggi dari semua ekstrak uji. Kekuatannya hampir sebanding dengan asam askorbat, sedangkan bawang putih memiliki aktivitas yang paling kecil. Kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit memiliki aktivitas yang lebih tinggi dari masing-masing tunggalnya dari tunggalnya, sedangkan kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu memiliki aktivitas peredaman yang lebih rendah dari masing-masing tunggalnya. Dalam uji ini digunakan juga pembanding α-tokoferol yang merupakan antioksidan larut lemak dan terdeposit salah satunya dalam organ hati serta dapat meredam radikal peroksil lebih kuat dari asam askorbat (Combs, 1992). Perbedaan aktivitas peredaman peroksidasi lipid dapat dilihat pada Gambar 4.6.

30 Tabel 4.3 Hasil Uji Peroksidasi Lipid secara in vitro Kelompok Uji Konsentrasi (µg/ml) % Peredaman (n=5) EC 50 (µg/ml) 50 2,84 ± 0,88* Ekstrak air umbi bawang putih rimpang kunyit Kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit (1:1) rimpang jahe merah buah mengkudu Kombinasi ekstrak jahe merah dan mengkudu (1:1) Asam askorbat α-tokoferol 100 7,14 ± 1,66* 250 9,14 ± 1,54* 500 9,39 ± 1,17* 750 13,01 ± 1,15** 1000 14,91 ± 0,57** 50 10,26 ± 4,47** 100 10,75 ± 5,68** 250 10,99 ± 4,39** 500 19,35 ± 5,06** 750 21,50 ± 2,68** 1000 30,62 ± 3,09** 50 11,99 ± 2,45** 100 19,27 ± 3,92** 250 23,59 ± 1,10** 500 26,55 ± 1,71** 750 30,74 ± 1,37** 1000 35,96 ± 3,37** 50 17,32 ± 2,65** 100 19,94 ± 5,87** 250 30,27 ± 1,72** 500 34,09 ± 1,20** 750 36,11 ± 1,55** 1000 50,76 ± 10,64** 50 14,67 ± 4,74** 100 17,83 ± 4,63** 250 25,07 ± 2,46** 500 25,91 ± 3,64** 750 30,56 ± 1,89** 1000 43,98 ± 20,83** 50 8,59 ± 2,33* 100 13,13 ± 1,54** 250 16,98 ± 1,51** 500 21,11 ± 2,61** 750 24,01 ± 2,16** 1000 30,84 ± 1,51** 50 2,23 ± 1,89* 100 7,15 ± 1,32* 250 12,73 ± 1,21** 500 24,98 ± 0,86** 750 35,26 ± 0,29** 1000 48,47 ± 2,46** 50 25,54 ± 3,12** 100 45,13 ± 3,26** 250 52,37 ± 0,41** 500 57,55 ± 1,42** 750 60,60 ± 1,54** 1000 63,47 ± 1,61** 4270,10 2001,12 1631,13 1044,71 1341,22 1952,35 1042,88 Kontrol - 0 - Keterangan: * Berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,05) ** Sangat berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,001) 416,51

31 4270,10 EC50 (μg/ml) 2001,2 1631,13 1044,71 1341,22 1952,35 1042,88 416,51 Keterangan: Bawang putih Kunyit Bawang putih:kunyit (1:1) Jahe merah Mengkudu Jahe merah:mengkudu (1:1) Asam askorbat α-tokoferol Gambar 4.6 Diagram EC 50 aktivitas peredaman peroksidasi lipid secara in vitro ekstrak uji dan pembanding. Pengujian aktivitas peredaman peroksidasi lipid secara ex vivo dilakukan pada hewan uji yang terlebih dahulu diberi bahan uji. Tujuannya adalah membandingkan kekuatan beberapa dosis ekstrak bawang putih, kunyit, dan kombinasinya terhadap kontrol yang hanya diberi suspensi natrium karboksimetil selulosa 0,5 % serta pembanding. Dalam pengujian ini digunakan dua dosis asam askorbat yaitu 6,5 dan 130 mg/kg bb. Hal ini bertujuan untuk melihat aktivitas antioksidan asam askorbat dengan dosis yang mengacu pada RDA (Recommended Daily Allowance) yaitu 50 mg/hari (antara 45-90 mg/hari) dengan dosis tinggi asam askorbat, yaitu 1000 mg/hari (>500 mg/hari) (Mc Evoy, 2005). Dosis tinggi ini telah digunakan sebagai pencegahan penyakit kanker, yang dapat dipicu juga salah satunya oleh kerusakan oksidatif inti sel yang mengakibatkan mutasi gen. Asam askorbat merupakan antioksidan utama dalam plasma dan diduga memiliki aktivitas baik pada dosis tinggi. Sedangkan dosis pembanding α-tokoferol dikonversi dari dosis manusia 400 IU/hari. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.4. Pengujian menunjukkan pemberian ekstrak bawang putih dan kunyit dosis 100 mg/kg bb secara tunggal selama 7 hari tidak memberikan efek antioksidan karena tidak memberikan peredaman positif terhadap peroksidasi lipid dan memiliki hasil yang tidak berbeda bermakna terhadap kontrol. Adanya kemungkinan induksi peroksidasi lipid oleh bahan uji belum dapat dibuktikan secara jelas dalam berbagai penelitian antioksidan.

32 Tabel 4.4 Hasil Uji Peroksidasi Lipid secara ex vivo Bahan uji Dosis (mg/kg bb) % Peredaman (n=6) Ekstrak air bawang putih 100-6,79 ± 3,00 200 35,40 ± 9,87* kunyit 100-20,94 ± 14,14 200 22,71 ± 19,09* Kombinasi ekstrak 50-50 19,75 ± 5,16* bawang putih-kunyit 200-200 34,55 ± 18,83* Asam askorbat 6,5-5,38 ± 19,62 130 28,44 ± 10,82* α-tokoferol 52 # 87,87 ± 6,24* Kontrol (CMC-Na 0,5%) - 0 Keterangan: # Dosis dalam IU/kg bb * Meredam peroksidasi lipid secara berbeda bermakna pada p<0,05 Ekstrak bawang putih dan kunyit dosis 200 mg/kg bb secara tunggal memberikan hasil peredaman positif dan berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,05) dengan peredaman peroksidasi lipid bawang putih lebih besar dari kunyit, yaitu 35,40 %. Ekstrak bawang putih dosis 200 mg/kg bb ini memiliki efek antioksidan lebih besar dari asam askorbat 130 mg/kg bb, namun tidak berbeda bermakna secara statistik. Kombinasi ekstrak bawang putih-kunyit berefek antioksidan pada dosis rendah (50-50 mg/kg bb) dan dosis lebih tinggi (200-200 mg/kg bb) dan juga memberikan peredaman positif serta berbeda bermakna terhadap kontrol (p<0,05). Namun, kombinasi 200-200 mg/kg bb ini tidak memberikan peredaman lebih tinggi dari ekstrak tunggalnya. Secara umum, ekstrak bawang putih dan kunyit dosis 200 mg/kg bb, kombinasinya pada dosis 50-50 dan 200-200 mg/ kg bb, serta asam askorbat dosis 130 mg/ kg bb tidak berbeda bermakna setelah diuji statistik. Asam askorbat dosis 6,5 mg/kg bb tidak memberikan efek antioksidan pada pemberian bahan uji selama 7 hari dan tidak berbeda bermakna terhadap kontrol, sedangkan pada dosis 130 mg/ kg bb memberikan hasil peredaman peroksidasi lipid yang positif sebesar 28,44 %. α-tokoferol memberikan efek antioksidan paling tinggi dari semua bahan uji, yanitu dengan persen peredaman sebesar 87,87 %. Perbedaan aktivitas peredaman peroksidasi lipid oleh ekstrak dan pembanding juga dapat dilihat pada Gambar 4.7. Ekstrak bawang putih baik pada kedua uji in vitro menunjukkan efek antioksidan yang sangat kecil. Namun pada uji ex vivo, bawang putih dapat meredam peroksidasi lipid secara

33 bermakna tergantung kepada dosis yang digunakan. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa efek antioksidan dari bawang putih tidak berkaitan dengan mekanisme penangkapan radikal bebas yang telah terbentuk. Efek antioksidan bawang putih kemungkinan berkaitan erat dengan mekanisme antioksidan pada tahap inisiasi, yaitu mencegah radikal bebas terbentuk sebelum sempat bereaksi. Ekstrak bawang putih diduga memiliki kemampuan menurunkan pembentukan hidrogen peroksida yang dapat memicu terbentuknya radikal hidroksil, meningkatkan aktivitas enzim superoksida dismutase, glutation peroksidase, dan katalase pada sel endotel vaskular (Ebadi, 2007). Penyakit kardiovaskular dan kanker yang dapat dicegah dengan ekstrak bawang putih kemungkinan terkait dengan mekanisme ini atau dari faktor resiko lainnya. 87,87 % Peredaman 35,40 22,71 19,75 34,55 28,44-6,79-5,38-20,94 Keterangan: Bawang putih 100 mg/kg bb Kunyit 100 mg/kg bb Bawang putih-kunyit 50-50 mg/kg bb Asam askorbat 6,5 mg/kg bb α-tokoferol 52 IU/kg bb Bawang putih 200 mg/kg bb Kunyit 200 mg/kg bb Bawang putih-kunyit 200-200 mg/kg bb Asam askorbat 130 mg/kg bb Gambar 4.7 Diagram persen peredaman peroksidasi lipid secara ex vivo ekstrak uji dan pembanding. Ekstrak kunyit dapat menangkap radikal bebas baik secara in vitro dan ex vivo tergantung kepada dosis yang digunakan. Kombinasi ekstrak bawang putih dan kunyit mampu menangkap radikal bebas lebih baik dari tunggalnya berdasarkan uji peroksidasi lipid secara in vitro. Kombinasi ini juga meredam radikal peroksidasi lipid pada uji ex vivo dengan dosis 50-50 mg/kg bb dan 200-200 mg/kg bb.

34 Dari uji yang telah dilakukan, terdapat keterkaitan antara efek antioksidan ekstrak bawang putih, kunyit dan kombinasi dalam beberapa dosis, yaitu kombinasi ekstrak tersebut memberikan peredaman radikal bebas yang lebih besar namun tidak berbeda secara bermakna setelah diuji statistik. Jahe merah dan mengkudu menunjukkan aktivitas peredaman radikal bebas secara in vitro dan jahe merah memiliki aktivitas paling tinggi. Kedua ekstrak ini diduga berperan sebagai antioksidan melalui mekanisme penangkapan radikal bebas, namun diperlukan pengujian efek lebih lanjut secara ex vivo untuk mengkajinya.