BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Pada era JKN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengembangan sistem sosial di masyarakat (WHO, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA SOSIALISASI PP NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN PENSIUN

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan bukan menjadi hal baru bagi negara berkembang, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup dengan bersosialisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

1 BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014

Akses Pelayanan Kesehatan di Era BPJS. Dr. E. Garianto, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal penting bagi kesejahteraan masyarakat. Kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, meliputi hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur, menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya. Berdasarkan deklarasi tersebut, pasca Perang Dunia II beberapa negara mengambil inisiatif untuk mengembangkan jaminan sosial, antara lain jaminan kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage) dimana pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui Universal Health Coverage diselenggarakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial (Kementerian Kesehatan, 2013a). Di Indonesia, falsafah dan dasar negara juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai 1

kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial (Republik Indonesia, 2009). Untuk mewujudkan komitmen global dan konstitusi tersebut, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang mengamanatkan bahwa jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk JKN. JKN adalah akses untuk mengamankan masyarakat agar mendapatkan pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan biaya yang terjangkau (Republik Indonesia, 2004). Selanjutnya melalui Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 ditetapkan bahwa Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya telah dimulai 1 Januari 2014. Masyarakat atau peserta JKN akan membayar iuran kepada BPJS dan mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah ada. Fasilitas kesehatan yang telah melakukan pelayanan kesehatan dapat mengajukan klaim kepada BPJS. Oleh karena itu, BPJS akan melaksanakan perjanjian kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang ada di seluruh Indonesia sehingga pelaksanaan jaminan kesehatan dapat terlaksana secara nasional (Republik Indonesia, 2011). Fasilitas kesehatan sebagai penyedia layanan kesehatan dibedakan menjadi fasilitas kesehatan primer, dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang 2

terdiri dari pelayanan kesehatan spesialistik dan subspesialistik. Fasilitas kesehatan tingkat pertama meliputi Puskesmas, praktik dokter, dokter gigi, Klinik Pratama atau yang setara, dan Rumah Sakit kelas D atau yang setara. Masyarakat atau peserta JKN mendapat pelayanan kesehatan secara berjenjang dimulai dari fasilitas kesehatan tingkat pertama (Republik Indonesia, 2011). Pada sistem kesehatan nasional perlu adanya pelayanan tingkat pertama yang komprehensif untuk menyelesaikan masalah kesehatan sekaligus promosi kesehatan, deteksi dini penyakit, intervensi, dan pemberian perawatan untuk kondisi akut dan kronis. Hal ini terkait staf pelayanan kesehatan tingkat pertama yang terampil, memberikan pelayanan pada fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh populasi yang ada, menggunakan guideline berdasarkan bukti dan standar pelayanan kesehatan, membangun kepercayaan masyarakat, dan memastikan alokasi dana untuk mendukung perubahan (Ibrahim dkk., 2011). Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang komprehensif, termasuk pelayanan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan perundangan yang berlaku. Bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang (Kementerian Kesehatan, 2013b). Apotek merupakan salah satu sarana penunjang bagi pelayanan kesehatan. Partisipasi dalam sistem JKN dapat dilakukan dengan menjadi apotek fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama langsung dengan BPJS untuk menjamin kebutuhan obat rujuk balik atau menjalin kerjasama dengan praktek 3

dokter yang mendaftar menjadi mitra BPJS, sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (Kementerian Kesehatan, 2013b). Pada awal pelaksanaan JKN setidaknya ada 121,6 juta jiwa yang telah terdaftar sebagai peserta, terdiri dari peserta asuransi kesehatan sosial PT. Askes (pegawai negeri sipil/pns dan pensiunan beserta keluarga, anggota dan pensiunan TNI/Polri dan keluarga), peserta jaminan kesehatan dari PT. Jamsostek, peserta yang berasal dari semua BUMN, serta penduduk miskin yang tercakup dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Hingga Agustus 2014, total peserta yang telah mendaftar mencapai 126.487.166 jiwa (Basundoro, 2014). Akan tetapi berbagai tantangan dan kendala bermunculan dalam upaya pelaksanaan JKN tahun 2014. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah sosialisasi ketentuan jaminan sosial. Program JKN yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat belum berjalan maksimal karena sosialisasi yang tidak optimal. Program dari BPJS sebagai penyelenggara JKN masih membingungkan masyarakat, khususnya pengguna Jamkesmas karena mereka belum memahami peralihan program dari Jamkesmas ke Jaminan Kesehatan Nasional (BPJS, 2014). Peserta JKN banyak yang belum mengetahui prosedur kepesertaan seperti tempat pendaftaran kepesertaan, pengisian formulir pendaftaran, dan tata cara penggunaan kartu kepesertaan saat berobat di fasilitas kesehatan. Selain itu peserta belum mengerti keuntungan apa yang diperolah dengan mengikuti program atau perihal iuran premi yang harus dibayarkan sebagai peserta JKN (Mulyadi, 2014). 4

Penelitian di Ghana menyebutkan bahwa 97,9% masyarakat di Ghana mengetahui tentang sistem asuransi kesehatan yang digunakan di negaranya namun tidak benar-benar mengerti dan tidak dapat menjelaskan dengan baik dan benar bagaimana pelaksanaan sistem asuransi tersebut. Menurut 94% penyedia layanan kesehatan, sebagian besar masyarakat tidak puas terhadap sistem kapitasi dalam asuransi kesehatan di Ghana karena kesalahpahaman dan ketidakmengertian mereka terhadap sistem kapitasi asuransi kesehatan (Agyei- Baffour dkk., 2013). Berdasarkan penelitian di Kenya terdapat kesadaran yang tinggi dari masyarakat Kenya untuk menjadi peserta jaminan kesehatan tetapi pengetahuan masyarakat masih terbatas tentang fungsi jaminan kesehatan. Laporan kepada Pemerintah mengenai ketidakpuasan terhadap sistem jaminan kesehatan juga masih cukup tinggi (Mulupi dkk., 2013). Kepuasan menyangkut perasaan yang muncul sebagai hasil dari persepsi suatu pekerjaan dan kebutuhan psikologis. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kepuasan sehingga dapat mempengaruhi suatu organisasi. Kepuasan peserta terhadap pelayanan JKN akan mempengaruhi kelangsungan dan efektivitas sistem JKN yang telah berjalan (Aziri, 2011). Menurut Hall dan Dornan (1990) faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien antara lain karakteristik pasien. Terdapat hubungan yang kuat antara karakteristik pasien dengan kepuasan yang dirasakan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Menurut Schoenfelder dkk. (2010) karakteristik yang berhubungan signifikan pada kepuasan pasien antara lain umur, jenis kelamin, status sosial, 5

pendidikan, dimana umur dan pendidikan memiliki hubungan yang kuat dengan kepuasan pasien. Pasien dengan umur lebih tua (50 tahun keatas) cenderung lebih merasa puas dibandingkan dengan pasien berumur lebih muda (< 50 tahun) dan pasien dengan pendidikan lebih rendah cenderung lebih merasa puas dibandingkan dengan pasien yang pendidikannya lebih tinggi. Provinsi DI Yogyakarta termasuk salah satu provinsi dengan tingkat harapan hidup tertinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan keberhasilan Pemerintah Daerah dalam menjalankan program pembangunan sosial ekonomi dan kesehatan penduduknya sehingga tercipta peningkatan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Provinsi DI Yogyakarta memiliki 4 Kabupaten dan 1 Kota dimana tingkat kesehatan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta. Peningkatan derajat kesehatan berhubungan dengan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan (Kementerian Kesehatan, 2014). Dari latar belakang permasalahan tersebut diatas, perlu kiranya untuk mengetahui hubungan pelayanan JKN dan karakteristik pasien terhadap kepuasan peserta JKN dalam hal ini studi dilakukan pada pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik di Kabupaten Sleman, Bantul dan Kota Yogyakarta, sehingga dapat memberikan masukan kepada Pemerintah dan BPJS sebagai penyelenggara sistem JKN untuk dapat terus memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat. 6

1. Perumusan Masalah a. Apakah terdapat hubungan karakteristik pasien terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik? b. Apakah terdapat hubungan pelayanan JKN terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik? 2. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Hal yang membedakan Unit analisis Subjek penelitian Tempat penelitian Agyei-Baffour Kepuasan masyarakat Pasien pada rumah Rumah sakit dan dkk terhadap sistem sakit dan rumah rumah bersalin di (2013) pembayaran kapitasi sakit bersalin Kumasi, Ghana pada sistem jaminan kesehatan Mulupi dkk Persepsi masyarakat Masyarakat yang Enam desa di kota (2013) terhadap sistem jaminan telah menjadi Nyeri dan kesehatan di Kenya peserta jaminan Kirinyaga, Kenya kesehatan Handel dkk Hubungan antara Pasien rawat jalan Instalasi Gawat (2014) karakteristik pasien dan di IGD yang Darurat pada Instalasi Gawat Darurat berusia lebih dari Rumah Sakit di terhadap kepuasan 21 tahun Amerika pasien dewasa di Rumah Sakit Penelitian Hubungan karakteristik Pasien rawat jalan Fasilitas kesehatan yang pasien dan pelayanan pada fasilitas tingkat pertama dan dilakukan jaminan kesehatan kesehatan tingkat Apotek Program terhadap kepuasan pertama dan Rujuk Balik di pasien Apotek Program Kabupaten Sleman, Rujuk Balik Bantul, dan Kota Yogyakarta 7

3. Manfaat Penelitian a. Bagi BPJS Kesehatan 1) Dengan diketahuinya hubungan karakteristik pasien dan pelayanan JKN terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik maka dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan perbaikan sistem pelayanan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara sistem JKN yang telah berjalan. 2) Dengan diketahuinya kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik terhadap pelayanan JKN maka dapat dilakukan pengembangan sistem pelayanan oleh BPJS sebagai penyelenggara JKN sehingga pasien memperoleh pelayanan yang lebih baik dan memuaskan. b. Bagi Pemerintah Dengan diketahuinya kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik terhadap pelayanan JKN maka dapat dilakukan evaluasi regulasi dan peraturan perundangundangan terkait pelaksanaan pelayanan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Sistem JKN, terutama regulasi pada tingkat daerah untuk mendukung dan melengkapi pelaksanaan sistem JKN. c. Bagi Peneliti Lain Dengan diketahuinya kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek 8

Program Rujuk Balik maka dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas pelayanan JKN di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut serta pelayanan pada programprogram JKN lain yang ada. d. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi kepada masyarakat tentang kondisi pelaksanaan sistem JKN yang telah berjalan dan mengetahui kualitas pelayanan yang telah diberikan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara sistem JKN. B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui hubungan karakteristik pasien terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik. 2. Mengetahui hubungan pelayanan JKN terhadap kepuasan pasien rawat jalan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Apotek Program Rujuk Balik. 9