BABI PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BABI. dewasa dan dijadikan bagian inti dari kehidupan. Kartono (2000: 231) anak-anak yang memberikan kegairahan, kegembiraan, dan arti tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Nining Sriningsih, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bekerja, semuanya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Instansi Sipil, Perusahaan Swasta, atau di Dinas Pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karyawan bekerja untuk mendapatkan penghasilan demi penghidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seseorang perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pegawai swasta berdasarkan undang undang republik indonesia nomor

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bekerja merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

kemunduran fungsi-fungsi fisik, psikologis, serta sosial ekonomi (Syamsuddin, 2008, Mencapai Optimum Aging pada Lansia, para.1).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern, bekerja merupakan suatu tuntutan yang

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan menuju usia lanjut, sebuah perjalanan hidup yang memang tidak bisa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aktivitas bekerja memang tidak bisa terlepas dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Bekerja merupakan salah satu usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Ando-Modigliani (dalam Subardi dan Dwiarto 1996) tentang Life-

BAB I PENDAHULUAN. bekerja merupakan suatu kesempatan dimana seseorang dapat. mengembangkan dirinya, mencapai prestise, memperoleh suatu jabatan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pubertas yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. karyawan sebagai salah satu aset terpenting perusahaan. Hubungan yang harmonis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perkembangan Sepanjang Hayat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Natasha Ghaida Husna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara profesional serta produktif. Konsep pengembangan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan atau yang juga sering disebut dengan buruh merupakan elemen penting

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DAN PEMENSIUNAN. Imam Gunawan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA TENTARA NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG HAK-HAK ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan suatu rangkaian sistem yang terdiri dari beberapa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. barang ataupun jasa, diperlukan adanya kegiatan yang memerlukan sumber daya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri

BAB I PENDAHULUAN. satu hal penting yang perlu didapatkan oleh setiap manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Safitri Hamzah, 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN GAJI ANGGOTA KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2007 TENTANG SANTUNAN DAN TUNJANGAN CACAT PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1977 N

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2000 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK IND ONES IA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

Transkripsi:

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan salah satu aktivitas manus1a yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya. Manusia sebagai makhluk sosial dan individu mencari pekerjaan sebagai bentuk apresiasi dari kualitas pendidikan, bakat dan keahlian yang dimilikinya. Orang akan dianggap terpandang dan dihormati apabila dalam pekerjaannya mampu mencapai prestasi puncak di lembaga sipil atau militer maupun swasta. Jabatan, pangkat ataupun otoritas tugas yang diembannya memberikan status bagi individu dalam relasi sosialnya. Usia produktivitas dalam bekerja umumnya berada antara usia 20 tahun sampai 60 tahun, baik yang memiliki pendidikan ataupun keterampilan atau keahlian tertentu. Di lembaga militer Indonesia, batas usia kedinasan aktif bagi prajurit TNI ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2004 Pasal 53 yang menyatakan bahwa prajurit melaksanakan dinas keprajuritan sampai usia paling tinggi 58 (lima puluh delapan) tahun bagi perwira dan usia 53 (lima puluh tiga) tahun bagi bintara dan tamtama. Setelah batas usia tersebut, karyawan akan memasuki masa pensmn. Pensiun merupakan masa dimana seseorang tidak lagi menggunakan tenaga dan pikirannya untuk aktivitas produksi, karena pada usia tersebut individu sudah dianggap tidak produktif lagi. Menurut Schwartz ( dalam Hurlock: 417), pensiun merupakan akhir pola hidup atau masa transisi ke pola hidup bam. Pensiun

menyangkut perubahan peran, perubahan keinginan dan nilai, serta perubahan secara keseluruhan terhadap pola hidup setiap individu. Masa pensiun ini terjadi pada periode yang disebut dewasa madya atau usia setengah baya yaitu antara usia empat puluh tahun sampai dengan enam puluh tahun (Hurlock, 1980: 320). Pada masa ini, individu mengalami penurunan dalam hal fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, serta semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan. Masa ini merupakan suatu titik ketika individu berusaha meneruskan sesuatu yang berarti bagi generasi berikutnya, dan suatu masa ketika seseorang mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karirnya (Santrock, 1995: 139). Dengan adanya penurunan kekuatan fisik yang biasanya diikuti oleh penurunan daya ingat pada usia ini (Hurlock, 1980: 320), maka individu diharapkan untuk dapat melakukan penyesuaian diri terhadap berbagai perubahan jasmani yang menyebabkan produktivitas kerja mereka akan menurun serta diharapkan siap menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataannya, tidak semua individu s1ap menjalani pensiun. Bagi individu tertentu, keadaan menganggur tanpa melakukan kegiatan merupakan hal yang tidak menyenangkan, karena tidak lagi melakukan pekerjaan rutin yang biasa dilakukan. Ketika menjelang masa pensiun, sebagian orang merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak (Rini, 2001, Pensiun dan Pengaruhnya, para 1). Banyak pula yang menganggap bahwa pensiun merupakan pertanda sudah tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi karena usia dan menurunnya produktivitas.

Namun demikian, sesungguhnya pensiun bukanlah hal yang perlu ditakuti. Jika benar-benar merasa siap bahwa suatu saat akan mengalami hal demikian, maka individu tidak akan mengalami kecemasan atau stres serta tidak merasa tidak berguna ketika menghadapi pensiun. Masa pensiun seharusnya tidak menjadi "momok" dalam kehidupan. Dengan pensiun, berarti tiba masa menikmati sisa hidup dan tidak lagi melakukan aktivitas rutin sehari-hari. Namun bagi sebagian orang, pensiun dianggap sebagai akhir hidup karena tidak lagi bekerja dan tidak lagi mendapat tunjangan serta fasilitas yang pemah dinikmati ketika bekerja. Sebenamya, pensiun dapat dilakukan secara sukarela ataupun secara wajib. Beberapa orang menjalani pensiun sukarela sebelum masa pensiun wajib tiba. Hal ini disebabkan karena alasan kesehatan atau keinginan untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan melakukan hal-hal yang lebih berarti bagi diri mereka daripada pekerjaannya. Sedangkan sebagian lain, pensiun dilakukan karena terpaksa atau wajib karena organisasi atau institusi dimana mereka bekerja menentukan batasan usia pensiun, tidak mempertimbangkan apakah karyawannya senang atau tidak (Hurlock, 1980: 417). Walaupun pensiun tidak memberikan dampak negatif bagi semua orang, namun pensiun akan dirasakan memberikan dampak buruk terutama bagi mereka yang melakukan pensiun karena terpaksa atau secara wajib. Oleh karena itu, untuk mempersiapkan individu memasuki masa pensiun, di lingkungan TNI AL diadakan Masa Persiapan Pensiun (MPP) bagi perwira tinggi TNI AL, yaitu Laksamana Pertama (Bintang satu), Laksamana Muda (Bintang dua), Laksamana Madya (Bintang tiga), dan Laksamana (Bintang empat). Dalam

masa persiapan pensiun ini, individu diberi kesempatan selama 1 tahun sebelum pensiun untuk mencari pekerjaan di luar. Menurut Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/252NI/2005, MPP bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada para prajurit TNI untuk melanjutkan pengabdiannya di luar lingkungan TNI. Mereka diperbolehkan untuk masuk ataupun tidak masuk kerja sebagai pejabat TNI AL selama mas a persiapan pensiun. Dalam masa persiapan pensiun ini tidak ada pembekalan apapun dari instansi TNI AL. Mereka hanya diberi 1 tahun untuk menyiapkan sendiri masa pensiun. Secara prosedural, mereka harus meminta ijin terlebih dahulu apabila ingin menggunakan masa persiapan pensiun tersebut. Apabila mengambil masa persiapan pensiun ini, individu tetap mendapat gaji dan tunjangan-tunjangan yang lain kecuali tunjanganjabatan karena tidak menjabat lagi. Sebagian individu sudah mulai menyiapkan diri untuk menghadapi masa pensiun jauh sebelum masa kerja selesai. Mulai dari segi finansial, fisik hingga kesiapan mental ketika nanti mereka tidak bekerja lagi sebagai perwira tinggi TNI AL. Secara finansial, biasanya mereka mulai membiasakan diri untuk menabung atau memiliki tabungan di masa tua (deposito). Jadi ketika pensiun, mereka dapat mengelola keuangan yang dimiliki menjadi usaha (investasi) yang dapat menghasilkan dana untuk hari tua. Secara fisik, untuk menjaga kesehatan tubuh biasanya mereka melakukan olahraga secara teratur. Secara mental, mereka mulai membiasakan diri dengan tidak mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang didapatkan ketika bekerja, serta mencari pekerjaan baru. Tak sedikit yang

mendapatkan tawaran pekerjaan dari perusahaan atau instansi lain dan dengan posisi yang bagus pula. Namun, tak sedikit juga yang terlena dengan semua pelayanan, fasilitas serta gaji yang mencukupi sehingga mereka tidak bersiap diri menghadapi pensiun. Karena sudah terbiasa dengan fasilitas dan pelayanan yang biasa mereka dapatkan ketika bekerja, seperti adanya mobil dinas, soprr, pengurus rumah tangga, rumah dinas (sewaktu menjabat) dan seluruh biaya ditanggung oleh instansi TNI AL, dan sebagainya. Setelah pensiun, semua fasilitas tersebut akan ditarik oleh instansi. Mereka umumnya kaget ketika tidak mendapatkan semua fasilitas serta pelayanan tersebut. Karena tidak mempersiapkan diri dengan baik, hal ini menyebabkan mereka mengalami shock setelah pensiun. Tidak semua karyawan menggunakan l\1pp tersebut dengan baik. Padahal perubahan rutinitas yang drastis dapat menyebabkan beberapa dampak negatif. Bila pada masa sebelumnya mereka mengalami peningkatan karir dari tahun ke tahun yang berakibat makin banyaknya aktivitas yang menuntut tenaga dan pikiran ekstra, maka setelah pensiun aktivitasnya jauh berkurang. Ujungnya, mereka mengalami stres, yang merupakan gejala kejiwaan labil dan muncul tatkala seseorang turun dari kekuasaan atau jabatan tinggi yang dimilikinya sebelumnya, atau sering dikatakan sebagai Post Power Syndrome. Tidak jarang ada yang jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit karena mereka mer as a down atau shock. Ketika tidak lagi bekerja, individu akan kehilangan semua fasilitas yang dulu pernah mereka dapatkan ketika menjabat. Dalam hal ini individu harus

menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi yang barn yaitu membaur dengan lingkungan masyarakat, tidak lagi di dalam lingkungan TNI. Disinilah fungsi MPP yaitu membantu individu untuk beradaptasi dengan perubahan peran, kondisi dan situasi di luar lingkungan TNI AL. Dalam situasi seperti itu, penyesuaian diri terhadap pensiun merupakan hal yang penting untuk terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu. Calhoun dan Acocella menjelaskan bahwa penyesuaian diri adalah interaksi kontinyu antara diri sendiri, orang lain, dan lingkungan (So bur, 2003: 526). Menurut Palmore (dalam Hoyer, 1999: 493), individu dewasa yang bisa menyesuaikan diri adalah orang yang sehat, memiliki jaringan sosial yang luas termasuk ternan, keluarga, dan biasanya lebih terpuaskan dengan kehidupan sebelum pensiun. Sebaliknya, individu dewasa dengan pendapatan yang tidak cukup, kesehatan buruk, serta stres yang terjadi bersamaan waktu pensiun seperti kematian pasangan ataupun persoalan kesehatan akan mengalami masa penyesuaian paling sulit terhadap pensiun (Stull&Hatch dalam Hoyer, 1999: 493). Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan hal yang sangat penting bagi individu untuk beradaptasi terhadap pensiun. Apabila individu mampu menyesuaikan diri dengan baik maka stres paska pensiun dapat dicegah atau diminimalkan. Namun, apabila individu tidak mampu menyesuaikan diri terhadap pensiun dengan baik maka peluang stres paska pensiun menjadi lebih besar. Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai penyesuaian diri terhadap pensiun dan kecenderungan stres paska pensiun pada pumawirawan perwira tinggi TNI AL.

1.2. Batasan Masalah Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah distress, yaitu stres yang dianggap oleh individu sebagai ancaman yang mencemaskan bagi dirinya yang dapat menimbulkan penyakit fisik dan mental serta mengarah ke perilaku yang tidak wajar. Adapun purnawirawan perwira yang dimaksud adalah perwira tinggi TNI AL yang telah selesai masa baktinya. Purnawirawan perwira dalam penelitian ini adalah purnawirawan perwira tinggi yaitu yang berpangkat Laksamana Pertama (Bintang Satu), Laksamana Muda (Bintang Dua) dan Laksamana Madya (Bintang Tiga) serta memiliki jabatan sebelum masa pensiun secara struktural dalam TNI AL. Purnawirawan yang diteliti berusia antara 58-60 tahun. 1.3. Rumusan Masalah Melalui penelitian ini diajukan suatu rumusan masalah sebagai berikut: "Apakah ada hubungan antara penyesuaian diri terhadap pensiun dan kecenderungan stres paska pensiun pada purnawirawan perwira tinggi TNI AL?" 1.4. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang mgm diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara penyesuaian diri terhadap pensiun dan kecenderungan stres paska pensiun pada purnawirawan perwira tinggi TNI AL.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Teoritis Dapat menjadi sumbangan pemikiran atau informasi bagi ilmu psikologi, terutama dalam bidang psikologi perkembangan yang mempelajari tentang individu pada masa dewasa madya yang telah mengalami masa pensiun. 1. 5.2. Manfaat Praktis 1. Bagi perwira tinggi TNI AL, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai hubungan penyesuaian diri terhadap pensiun dan kecenderungan stres paska pensiun. 2. Bagi pimpinan TNI AL, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan mengenai kebijakan dalam mempersiapkan para perwira tinggi TNI AL untuk memasuki masa pensiun.