MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA PADA PERUSAHAAN INDUSTRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEKNIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (T.INDUSTRI/S1) KODE / SKS AK /2 SKS

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : TEKNIK DAN PROSES KESELAMATAN KERJA KODE / SKS : AK / 2

EVALUASI JENIS DAN AREA POTENSIL KECELAKAAN KERJA PADA INDUSTRI PABRIK X

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas merupakan salah satu faktor yang mendominasi suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian serta lingkungan. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe act)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja antara lain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN METODE HIRADC PADA PERUSAHAAN PENGOLAHAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semenjak terjadinya revolusi industri di Inggris pada akhir abad ke -

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERANAN FILSAFAT ILMU DALAM UPAYA PENINGKATAN PRESTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) (Studi Kasus K3 Di Kutai Barat Tahun )

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. bergeloranya pembangunan, penggunaan teknologi lebih banyak diterapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

1 Universitas Esa Unggul

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA. I. Deskripsi Mata Kuliah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan aset terpenting bagi organisasi, terlebih saat ini setiap organisasi mulai

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB I PENDAHULUAN. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. seperti faktor modal, alam, dan tenaga kerja. Ketiga faktor tersebut merupakan hal yang

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA Oleh : Agus Yulianto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan pekerja merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap lingkungan. Tentu saja akibat-akibat negatif itu menjadi tanggungan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Di era otonomi daerah Indonesia saat ini, telah ditekankan pemberian kewenangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penyerapan

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bidang industri pengolahan minyak goreng. Perusahaan Permata Hijau

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi yang sangat strategis

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN AJAR Jurusan : Administrasi Bisnis Konsentrasi : Mata Kuliah : Pengantar Bisnis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah industri untuk berusaha lebih produktif. Kesadaran bahwa pada era ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. industri. Persaingan industri yang semangkin ketat menuntut perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ( K-3 ) BIDANG KONSTRUKSI. Gatot Nursetyo. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

DEFINISI PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA (K3)

HUBUNGAN BUDAYA KESEHATANDAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA DI BAGIAN INSTALASI PG.MRITJAN KEDIRI

PENJABARAN KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA JENJANG KUALIFIKASI V KE DALAM LEARNING OUTCOMES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

Latar Belakang Keselamatan dalam bekerja merupakan suatu hal yang selalu diinginkan oleh para pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Rasa aman dalam li

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PROSES MANUFAKTUR

Transkripsi:

MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA PADA PERUSAHAAN INDUSTRI Rusmardi (1), Yulfi Desi (2) (1) Staf Pengajar Politeknik Negeri Padang, (2) Staf Pengajar Universitas Eka Sakti Padang ABSTRAK Kecelakaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Setiap perencanaan, keputusan, dan organisasi harus memperhitungkan aspek keselamatan dan kesatuan kerja dalam perusahaan industri. Efisiensi, kemampuan karyawan, keadaan peralatan harus selaras dan seimbang agar proses produksi yang optimal, aman dan selamat dapat dicapai. ABSTRACT Working accident could not be parried by totally. Planner decision maker and organization might have to consider all aspects of working and health safety on their industrial company. Efficiency, worker ability, equipments and devices condition must be well balanced and harmonic, so that the optimal and safety production processes, can be achieved. Keywords: Working accident, Decision of organization, Efficiency. 1. PENDAHULUAN Kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan. Berdasarkan defenisi di atas lahirlah doktrin keselamatan dan kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi kecelakaan kerja adalah (a) meniadakan unsur penyebab kecelakaan, dan atau (b) mengadakan pengawasan yang ketat. Sebenarnya baik perbuatan maupun keadaan yang tidak selamat berakar lebih dalam daripada kecelakaan yang terlihat atau teralami. Dalam cuplikan di atas, seandainya manajemen tidak memutuskan mendirikan pabrik di tepi jurang korban tidak akan jatuh. Seandainya manajemen sedini mungkin mengingatkan bahaya bermain di tepi jurang pada jam istirahat maka karyawan akan lebih hati-hati lagi. Jadi, kecelakaan tadi dapat dikatakan berakar dari manajemen. Dengan kata lain, kecelakaan kerja hanyalah merupakan gejala yang berakar pada manajemen Gambar (1). 2. PENGERTIAN MANAJEMEN Manajemen sebagai satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik dari segi perencanaan, maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dana pemeliharaan hygiene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya. KERUGIAN MATERI KECELAKAAN KERJA * PERBUATAN TIDAK SELAMAT * KEADAAN TIDAK SELAMAT KEBIJAKAN MANAJEMEN KERUGIAN TENAGA KERJA Gambar 1. Manajemen : akar kecelakaan kerja gejala akar Antara biaya kecelakaan dan biaya pencegahan terdapat beberapa pokok yang berakar pada manajemen. Pokok-pokok ini menentukan kebijakan perusahaan yang mengendalikan operasi. Kebijakan ini melahirkan satu atau dua dari dua kemungkinan : hasil yang baik dan/atau hasil yang merugikan sebagai akibat kecelakaan. Untuk memperkecil kerugian ini, segala upaya perlu diadakan. Selama biaya pencegahan masih lebih kecil dibanding faedahnya, perlu diadakan usaha untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan kerja. Namun demikian tidak semua manajemen mempunyai pandangan yang sama tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Mungkin sekali hal ini disebabkan karena tidak dapat dijabarkannya pencegahan dan faedahnya secara jelas. Biaya pencegahan kecelakaan kerja dapat dihitung dengan

Manajemen Keselamatan Kerja Pada Perusahaan Industri (Rusmardi) angka, tetapi faedahnya tidak. Misalkan perusahaan mengeluarkan biaya Rp. 25 juta setiap tahun untuk pencegahan kecelakaan. Seandainya biaya ini tidak ada, kecelakaan yang terjadi belum tentu hanya bernilai Rp 25 juta mengingat dampak negatif suatu kecelakaan atas karyawan yang terlibat dan keluarga mereka. Dengan lain perkataan, manajemen seharusnya menyadari : (a) Adanya biaya pencegahan ; (b) Kerugian akibat kecelakaan menimpa karyawan dan peralatan ; (c) Antara biaya pencegahan dan kerugian akibat terdapat selisih yang sukar ditetapkan ; (d) Manusia merupakan setiap kecelakaan. faktor dominan dalam Jika demikian halnya, teori manajemen manakah yang paling baik dipandang dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. 3. PERBANDINGAN LIMA TEORI MANAJEMEN TERKEMUKA Dunia usaha mengenal paling tidak lima teori manajemen : 1. Manajemen Teknologis : Efisiensi = keluaran masukan : Proses dan ekonomi proses dalam perusahaan : Peralatan dan mesin yang efisien. 2. Manajemen Administratif : Administrasi dan Organisasi yang rapih : Ekonomi, tata tertib, dan proses kerja. dalam perusahaan : Kekuasaan para manajemen sebagai penentu. 3. Manajemen Manusiawi : Manusia dan kebahagiaan manusia : Komunikasi yang jelas dan hubungan kerja yang serasi. dalam perusahaan : Karyawan dan manajemen bekerjasama untuk tujuan yang sama. 4. Manajemen Ilmiah : Mutu keputusan manajerial. : Penilaian operasional pengunaan komputer,dan sibernetika. dalam perusahaan : Mutu dan produksi pertambahan nilai 5. Manajemen Sasaran dan Hasil : Sasaran dan hasil : Pembinaan organisasi, pembinaan sumber daya secara terus menerus agar dapat mencapai sasaran dan hasil. dalam perusahaan : Prestasi kerja karyawan. Pemikiran manajemen manakah yang paling baik diterapkan dalam rangka pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja? Perhatikan bahwa manusia selalu terlibat dalam kelima pemikiran tersebut sehingga tidaklah kelebihan jika kita katakan bahwa manusia adalah faktor penting dalam setiap usaha. Jika manusia adalah faktor umum dalam setiap usaha, pandangan yang bagaimanakah layak dianut oleh setiap manajer Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam rangka pencegahan kecelakaan? Manusia pada umumnya mempunyai sifat, tabiat, dan perilaku sama, tetapi pendorong (motivator) setiap individu berbeda-beda. 4. INTERAKSI MANUSIA DAN PERALATAN Peralatan dapat bergerak automatis atau di kendali oleh manusia. Dalam suatu proses industri, potensi manusia yang tidak mempunyai batas-batas eksak itu dapat naik atau turun. Faktor-faktor utama penyebab fluktuasi potensi ini adalah : a. Rasa tanggung jawab ; b. Kemampuan menetapkan sasaran yang tinggi tetapi terjangkau ; c. Pengalaman dam pendidikan ; d. Pandangan hidup. Kelima faktor di atas dapat dijadikan satu rangkuman yang dinamakan kematangan berkarya. Dari aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja, kematangan berkarya inilah unsur utama yang dapat mencegah atau menimbulkan kecelakaan dan kemerosotan tanggung jawab. Dengan demikian dapatlah sekarang ditentukan satu asas manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 43

Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, Juni 2004 ISSN 1829-8958 5. ASAS MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Satu asas yang rasional untuk manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus mencakup kenyataan bahwa baik perencanaan maupun keputusan-keputusan manajerial dan organisasi keseluruhannya tidak terlepas dari manusia dan lingkungan kerjanya dalam arti kata seluas-luasnya. Jika demikian, maka perbuatan dan/atau keadaan yang tidak selamat yang terakhir dengan kecelakaan adalah suatu gejala. Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada dasar mencari dan mengungkapkan kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Fungsi ini dapat dilaksanakan dengan dua cara : (a) mengungkapkan sebab-musabab sesuatu kecelakaan (akarnya), dan (b) meneliti apakah pengendalian secara cermat dilaksanakan atau tidak. Kesalahan operasional yang menimbulkan kecelakaan tidak tepat; dan salah perhitungan dalam organisasi, pertimbangan, dan praktek manajemen yang kurang mantap. Menimbang keterangan di atas jelaslah bahwa manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja membutuhkan satu asas tersendiri sebagaimana digambarkan dalam ikal sibernetika keselamatan dan kesehatan kerja pada gambar dua dengan asas demikian, maka ketiga fungsi manajemen, perencanaan, pengambilan keputusan, dan organisasi akan mengenai sasarannya. KEBIJAKAN MANAJEMEN PRESTASI KERJA KONDISI KERJA OPERASIONAL * PERBUATAN YANG TIDAK SELAMAT * KONDISI YANG TIDAK SELAMAT - * PRESTASI KERJA * KONDISI KERJA - KECELAKAAN : * FATAL * LUKA-LUKA Gambar 2. Ikal sibernetika keselamatan dan kesehatan kerja 6. PERENCANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Pertimbangan ekonomis merupakan jiwa setiap perusahaan. Yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah biaya kecelakaan dan biaya pencegahannya. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi biaya produksi menyeluruh dan, dengan demikian, keuntungan yang akan diperoleh. Biaya kecelakaan mencakup : 1. Kerusakan peralatan dan bahan 2. Gangguan atas kelancaran produksi ; dan 3. Ganti-rugi kepada karyawan yang disebabkan catat dan pendapatan yang berkurang. Sasaran utama setiap perusahaan adalah mengurangi biaya yang harus ditanggung sebagai akibat kecelakaan kerja. Inilah sebabnya setiap perusahaan harus menyusun kerangka tindakan untuk mencegah kecelakaan. Kerangka tindakan ini harus mencakup : 1. Pengendalian teknis (engineering control): termasuk sistem ventilasi, penerangan, dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja; 2. Penyempurnaan ergonomis ; 3. Pengawasan atas kebiasaan kerja ; 4. Penyesuaian arus produksi dengan kemampuan optimum para karyawan ; 5. Peningkatan mekanisme yang tepat guna; 6. Penyesuaian volume produksi dengan jam proses yang optimum; 7. Pembentukan Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang profesional Berbagai ragam kecelakaan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dikurangi dengan langkahlangkah di atas. Perencanaan keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya harus mengimbangi biaya pencegahan dengan manfaat yang diperoleh dari upaya tersebut. Manfaat yang diperoleh terdiri dari : a. Biaya yang diselamatkan, b. Kemungkinan meningkatkan produktivitas sehubungan dengan langkah-langkah pencegahan. Perusahaan harus terus mengadakan investasi atas pencegahan kecelakaan sampai seimbang dengan kerugian yang mungkin timbul seandainya tidak ada rencana pencegahan. Singkatnya : Biaya Marjinal Keselamatan = Keuntungan Marjinal Biaya Pencegahan 0 Kerugian akibat kecelakaan Gambar 3 Pengaruh biaya pencegahan terhadap laba perusahaan. Dalam grafik Gambar (3) kita lihat secara sederhana bagaimana pengaruh biaya pencegahan terhadap laba perusahaan. Jika biaya A yang relatif kecil itu dipertahankan atau dinaikkan dalam jumlah yang kecil, kerugian akibat kecelakaan akan besar 44

Manajemen Keselamatan Kerja Pada Perusahaan Industri (Rusmardi) dibanding dengan biaya yang optimum (B). Titik tangensial dengan satu garis tegak lurus dari sumbu kerugian merupakan investasi optimal yang seyogyanya diadakan untuk pencegahan. 7. MENGAMBIL KEPUTUSAN Sebagaimana telah disinggung di atas, manusia merupakan salah satu faktor produksi yang senantiasa terlibat dalam kecelakaan. Setiap keputusan yang diambil sehubungan dengan pencegahan kecelakaan harus mencakup sub-sistem perangkat keras (peralatan, formulasi dan proses produksi dan mutu produksi) dan sum-sistem perangkat lunak (manusia, persyaratan kerja, kebijakan perusahaan, pengupahan, dan sebagainya). Cacat fisik cenderung membawa sekunder atas partisipasi tenaga kerja secara keseluruhan, pemerataan penghasilan dan pengeluaran. Jika cacat tersebut mengurangi kemampuan karyawan membenahi dirinya sendiri anggota keluarga lain terpaksa membagi waktu dan tenaga baginya. Ini berarti penyitaan kesempatan anggota keluarga tersebut. Dari segi penghasilan, keluarga karyawan yang cacat menderita kerugian karena : a. Pengurangan atas penghasilan karyawan yang cacat; b. Dapat terhentinya penghasilan istri yang terpaksa harus mengurus suami yang cacat; c. Pertambahan pengeluaran akibat cacat tersebut. 8. ORGANISASI Organisasi atau administrasi pencegahan kecelakaan atau pemeliharaan kesehatan kerja harus didasarkan pada kenyataan bahwa karyawan tidak dihadapkan pada kecelakaan yang merata. Hal ini dikarenakan bahaya kecelakaan tidak disebarluaskan secara merata pada berbagai kategori kegiatan industri, dan juga dikarenakan biaya pencegahan tidak selamanya sama. Penelitian pengungkapan bahwa biaya program-program keselamatan kerja berbeda menurut sektor sebagai berikut : Tertinggi (a) Industri pembuatan/ pembikinan kapal (b) Konstruksi bangunan (c) Penyulingan minyak bumi (d) Pertambahan dan pengolahan batu (e) Pabrik baja Menengah : (a) Industri Kimia (b) Perkayuan (c) Pabrik kertas (d) Pabrik produk-produk batu, tanah liat dan kaca. Terendah : (a) Pabrik makanan (b) Pencetakan dan Penerbitan (c) Peralatan umum (d) Pemintalan/ tekstil (e) Pabrik alat-alat listrik dan karet. Dari kategori biaya di atas dapat disimpulkan urutan frekuensi kemungkinan terjadinya kecelakaan. Jadi lebih tinggi kemungkinan terjadinya kecelakaan harus ditanggulangi dengan pengeluaran yang lebih banyak untuk pencegahannya. Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang paling ekonomis adalah sebagai berikut : (1) Peralatan dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Peralatan dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus tepat guna dan tidak mewah. Setiap alat atau perlengkapan harus diadakan sesuai dengan tingkat kemungkinan terjadinya kecelakaan. Misalnya setiap jenis dan kategori perusahaan wajib mempunyai pemadam kebakaran, tetapi tidak semua memerlukan ambulans. Tata bangunan dan letak peralatan harus sesuai dengan manual untuk memperkecil resiko. Perawatan dan penukaran suku cadang, pembersihan dan pengecatan harus menurut jadwal yang telah ditentukan. Misalnya, jika sebuah tank amphibi membutuhkan dua drum grease (pelumas) setiap 1.000 jam operasi, maka jumlah tersebut dan jumlah jam operasinya harus dipatuhi. Pengurangan dengan alasan apapun tidak dibenarkan. (2) Buku Pintar keselamatan dan Kesehatan Kerja Setiap perusahaan harus menyusun Buku Pintar Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan filsafat dan sasaran perusahaan. Buku pedoman ini terbagi atas dua macam : a. Buku pedoman umum untuk para manajer dan penyelia, b. Buku pedoman untuk setiap karyawan (3) Idealnya setiap perusahaan harus mempunyai seorang pejabat Keselamatan Kerja atau direktur Keselamatan Kerja. Untuk membantunya, Panitia (4) Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diorganisasi. Anggota panitia wajib mengikuti latihan Kesehatan dan keselamatan Kerja serta memperoleh pengesahan dari pemerintah. 45

Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, Juni 2004 ISSN 1829-8958 Adapun tugas pokok panitia ini pada dasarnya adalah: Menjamin bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja selalu dipatuhi karyawan; a. Mempelajari setiap kecelakaan dan membuat sasaran perbaikan; b. Membina bekerja yang aman dan selamat ; c. Bertindak sebagai pengaman bilamana terjadi kebakaran di perusahaan; d. Menjadi contoh dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja bagi seluruh karyawan. PUSTAKA 1. Depdikbud,. Manajemen Industri Perusahaan. Bandung : NV Tarate, 1980 2. LO, Encyclopedia of Occupational Health and Safety. I.A-K. Genewa; International Labour Organization, 1972 3. Lembaga Nasional Hiperkes, Hasil Seminar Nasional III Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Lembaga Nasional Hiperkes, 1975 4. Poltek Mekanik Swiss, Keselamatan Kerja. Bandung : Politeknik Mekanik Swiss, 1978 5. Rusmardi, Dasar-dasar Kepemimpinan dalam Pelaksanaan Keselamatan Kerja di Pabrik. Jurnal R&B ISSN : 1412 5080 Volume 2. No. 1 Maret 2002. UPT. PPM. Politeknik Negeri Padang, 2002. 6. Rusmardi, Kepemimpinan. Materi Pelatihan pada Islamic Management Training. UKM. Forsipol Politeknik Negeri Padang. 16 Mei 2002. 7. Rusmardi. Kecelakaan dan Pencegahannya pada Sistem Pengisian Kelistrikan Automobil. Jurnal ELKA Vol. 1 No.1 2003. Jurusan Elektro Politeknik Negeri Padang, 2003. 8. Suma mur P.K, Kecelakaan Akibat Kerja dalam Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Gunung Agung, 1978 9. Suma mur P.K (..) Recent Trend Of Occupational Safety in Indonesia. Majalah Higene Perusahaan, Kesehatan/Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial. Vol IX. No. 3 dan 4 : hal 60-4. 10. Suma mur P.K, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji Masagung, 1984 46