PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan menggunakan one group pretes-posttest design,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. tidak lain sebagai alat menanamkan nilai-nilai atau moral dan budi pekerti, agar

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

BAB V PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS NILAI-NILAI KARAKTER

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

PENGARUH TEKNIK SQ3R TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

Yudi Budianti* Dwi Kustianingsih* ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS DONGENG SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA JURNAL. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Intan Komariah, 2014

OLEH : PRASTIAN ALDI ROZALDI

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

(Sugiyono,2013hlm.76) Keterangan : E = kelas eksperimen yang dipilih secara acak K = kelas kontrol yang dipilih secara acak

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN TEKNIK QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS V SDN WANASARI 12 KECAMATAN CIBITUNG KABUPATEN BEKASI

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

Disusun dan Diajukan oleh : SRI PRATIWI NIM Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat untuk Diunggah pada Jurnal Online

Keywords: STAD learning model, audio media, listening, intrinsic elements of short story.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 KOTA PALOPO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : ELVA AYU ANDRIANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Oleh Evi Kristina Br Ujung Drs. Malan Lubis, M.Hum

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Pendidikan Matematika OLEH :

Oleh Dian V. Sitompul Dra. Inayah Hanum, M.Pd.

2015 PENERAPAN METODE IMAGE STREAMING MELALUI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI

PENGARUH MEDIA AUDIO DIDUKUNG MEDIA BAGAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR CERITA SISWA KELAS V SDN CAMPUREJO 2 KOTA KEDIRI

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembelajaran sastra, khususnya

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PADANG

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN LISTENING TEAM TERHADAP KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK DRAMA

PENGARUH PENGGUNAAN METODE LATIHAN/DRILL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTsN TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Lestari Koswara, 2013

Oleh Dian Surya Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Mmemenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PGSD FKIP UNP Kediri OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

membuat siswa semakin malas dalam belajar.

Ayunda Riska Puspita 1 Heri Suwignyo 2 Karkono 3 Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang

Oleh Rosmindo Sitorus Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

TEKNIK BERMAIN PERAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA)

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK FAST WRITING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Eka Nurjanah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: e-book interaktif, menyimak, unsur-unsur intrinsik cerpen, kearifan lokal

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

Transkripsi:

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK Dewi Alpiani; Hodidjah; Nana Ganda. ABSTRAK Salah satu pembelajaran bahasa Indonesia yang harus dikuasai oleh siswa kelas V SD yaitu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di kelas V SDN Cikeusal II, siswa belum mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang meliputi tema, tokoh, latar, amanat. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pembelajaran yang dianggap tepat. Adapun metode pembelajaran yang dipilih yaitu metode discovery learning. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen dalam bentuk pre-eksperimen dengan design one group pretest-posttest, dengan jumlah sample sebanyak 30 siswa. Adapun alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes dengan bentuk tes uraian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Perolehan hasil analisis keseluruhan pretest dan posttest pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam materi mengidentifikasi unsur-unsur cerita pendek terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan metode discovery learning. Dengan demikian, ada peningkatan antara sebelum menggunakan metode discovery learning dengan sesudah menggunakan metode discovery learning. Hal ini menujukkan bahwa penggunaan metode discovery learning berpengaruh terhadap tingkat kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Kata kunci : Metode, Discovery Learning, Unsur-unsur intrinsik, Cerita Pendek PENDAHULUAN Bagi kehidupan manusia pendidikan sangatlah penting karena dengan pendidikan manusia dapat berdaya guna dan mandiri. Pendidikan secara umum diartikan sebagai proses kehidupan dalam mengembangkan kualitas diri dalam kehidupannya. Adapun tujuan diadakannya pendidikan yaitu untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan mutu pendidikan, diantaranya yaitu dengan menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas. Kegiatan pembelajaran menurut Hamalik (2007, hlm. 10) yaitu kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh setiap guru, selalu bermula dan bermuara pada komponen-komponen pembelajaran yang tersurat dalam kurikulum. Kurikulum adalah program yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Proses pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru selalu berpedoman pada komponen-komponen pembelajaran yang sudah ditetapkan dalam 270

kurikulum. Guru tidak akan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik tanpa adanya kurikulum. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam penelitian ini proses pelaksanaan pembelajaran lebih ditekankan pada pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD menyangkut kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek dapat berhasil apabila dalam pelaksanaannya memanfaatkan suatu metode pembelajaran yang tepat. Dengan acuan Standar Kompetensi (SK) memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan dan Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Berdasarkan hasil obervasi awal yang dilakukan di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cikeusal II, siswa belum mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek (meliputi tema, tokoh, latar, amanat) dan dari hasil perolehan nilai siswa, menunjukkan belum mencapai nilai KKM. Ketidakmampuan siswa dalam menentukan unsur-unsur intrinsik cerita pendek disebabkan oleh: (1) ketidaksesuaian metode pembelajaran yang dipilih, kondisi ini dilihat pada proses pelaksanaan pembelajaran guru masih mendominasi dan mengandalkan ceramah, (2) guru tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, (3) media sebagai sarana pembantu dalam pembelajaran masih kurang karena hanya terpaku pada apa yang ada di dalam buku saja. Melihat kondisi tersebut maka diperlukan suatu metode pemebelajaran yang dianggap tepat. Oleh karena itu maka peneliti beranggapan metode discovery learning diharapkan dapat berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Anggraeni (2013, hlm. 4 ) menyatakan metode discovery learning dapat diartikan sebagai cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Selain itu siswa diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya, harus diusahakan agar jawaban itu tetap ditemukan sendiri. Berdasarkan pendapat di atas maka discovery learning merupakan suatu metode pembelajaran yang menunutut siswa untuk berperan aktif mencari informasi atau jawaban hasil akhir itu ditemukan sendiri oleh siswa. Mengacu pada pemaparan tersebut maka penulis mencoba untuk membuktikan pengaruh dari penggunaan metode discovery learning pada pembelajaran bahasa Indonesia, maka penulis mencoba melakukan penelitian di kelas V SD dengan judul: Pengaruh Metode Discovery Learning Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Mengidentifikasi Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Pendek Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek sebelum menggunakan metode pembelajaran discovery learning, 2) Bagaimana kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek sesudah menggunakan metode pembelajaran discovery learning dan 3) Bagaimana pengaruh metode pembelajaran discovery learning pada kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah 1) mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek 271

sebelum menggunakan metode discovery learning, 2) mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek sesudah menggunakan metode discovery learning, 3) mengetahui bagaimana pengaruh metode pembelajaran discovery learning pada kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan KTSP mengarah pada aspek fungsional dari bahasa itu sendiri yaitu upaya meningkatkan kompetensi dalam berbahasa Indonesia dimana para guru hendaknya mengacu pada aspek-aspek berbahasa yang mencakup keterampilan dalam menyimak, membaca, berbicara dan menulis. Adapun Tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Peran sentral bahasa yaitu mengembangkan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi (Depdiknas, 2006, hlm. 317). Pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar uuntuk menggali potensi yang dimiliki siswa maka pelaksanaannya haruslah berpedoman pada kompetensi yang telah ditetapkan dan dikembangkan dengan pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi siswa, lingkungan sekolah dan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis, guna diaplikasikan dalam kehidupannya di lingkungan masyarakat. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 ( Depdiknas, 2006, hlm. 37) yaitu: mencakup komponen berbahasa dan bersastra yang meliputi aspek-aspek (1) Mendengarkan, (2) Berbicara, (3) Membaca, (4) Menulis. Nursito (2009, hlm. 141), mengatakan cerita pendek ialah jenis karya sastra yang memaparkan kisah manusia beserta seluk beluknya lewat tulisan pendek atau cerpen adalah sebuah karangan yang isinya sebagian kehidupan seseorang atau juga kehidupan yang diceritakan secara ringkas. Selain pengertian tersebut di atas, cerita pendek atau yang lebih dikenal dengan cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerita pendek mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman. Cerita pendek merupakan jenis karya sastra modern yang dihasilkan dan berkembang dalam kehidupan masyarakat modern. Cerita pendek mengisahkan sepenggal kehidupan manusia, yang penuh pertikaian, mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah dilupakan. Unsur intrinsik adalah elemen-elemen cerita pendek yang membangun karya cerita pendek itu sendiri sebagai suatu wacana. Secara umum unsur-unsur cerita pendek mencakup : (a) tema, (b) tokoh dan penokohan, (c) watak dan perwatakan (d) alur atau plot, (e) gaya bahasa (style), (f) setting atau latar, (g) sudut pandang pengarang, dan (h) amanat (Aminuddin, 2002, hlm. 83). Berdasarkan Kurikulum KTSP 2006 dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar untuk materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek hanya mencakup tema, tokoh, latar dan amanat (Depdiknas, 2006, hlm. 328). 272

Suryosubroto (2009, hlm. 178) menyatakan Discovery learning diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa sadar akan pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Menurut Bruner (dalam Winataputra, 2008, hlm. 319) tahap-tahap penerapan belajar penemuan, yaitu; (1) stimulus (pemberian perangsang/stimuli), (2) problem statement (mengidentifikasi masalah), (3) data collection (pengumpulan data), (4) data processing (pengolahan data), (5) verifikasi, dan (6) generalisasi. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat simpulkan bahwa metode discovery learning dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut, stimulus (memberikan pertanyaan atau menganjurkan siswa untuk mengamati gambar maupun membaca buku mengenai materi), problem statement (memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis), data collection (memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi), data processing (mengolah data yang telah diperoleh oleh siswa), verifikasi (mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis), dan generalisasi (mengadakan penarikan kesimpulan). Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan desain penelitian pre-experimental designs. Adapun bentuk desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah one-group pretest-posttest designs. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut: Sugiyono (2010, hlm. 111) O1 = Nilai pretest O2 = Nilai posttest X = Perlakuan Adapun Metode penelitian sangat menentukan dalam upaya menghimpun data yang diperlukan. Metode merupakan alat untuk mencapai tujuan. Sugiyono (2009, hlm. 6) metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Cikeusal II yang beralamat di Jalan Desa Cikeusal Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka. Dalam penelitian ini melibatkan kepala sekolah SDN Cikeusal II yang telah memberikan izin dalam pelaksanaan penelitian serta guru dan siswa kelas V SDN Cikeusal II, dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang sebagai sampel. Adapun instrument penelitian yang digunakan berupa lembar tes dalam bentuk tes uraian. Temuan dan Pembahasan Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar untuk materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek mencakup tema, tokoh, latar 273

dan amanat. Hal ini sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yang ada dalam kurikulum KTSP (2006, hlm. 328) yaitu mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). Hasil perolehan data analisis deskriptif dan analisisis inferensial pada nilai tes kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Cikeusal II dengan dilakukan pengujian berupa pretest dan posttest. Proses pengolahan data temuan diawali dengan pengolahan data (sebelum menggunakan metode discovery learning) yaitu dengan memberikan tes awal atau pretest. Pretest ini diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek sebelum menggunakan metode discovery learning. Tes ini diberikan kepada siswa kelas V SDN Cikeusal II kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka sebanyak 30 orang. Pengujian prestest yaitu pengujian berupa tes kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik. Dimana pretest dilakukan untuk mengetahui gambaran kemampuan awal siswa. Adapun perolehan dari hasil analisis data pretest perolehan skor terkecil sebesar 19 dan skor terbesar sebesar 63. Skor terkecil 19 sebanyak 1 orang dan skor terbesar 63 sebanyak 3 orang. Adapun perolehan nilai rata-rata pada prestest sebesar 40, 43 dengan tingkat keberhasilan dari keseluruhan sebesar 42%. Melihat dari perolehan tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek masih dianggap perlu adanya perbaikan. Guna meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek kemudian dilakukan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti yaitu memberikan posttest (pembelajaran menggunakan metode discovery learning). Pemberian posttest ini merupakan salah satu langkah yang harus dilalui peneliti, karena yang menjadi tujuan utama penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Penggunaan metode discovery learning merupakan suatu metode pembelajaran yang menunutut siswa untuk berperan secara aktif mencari informasi dan jawaban atau hasil akhir itu ditemukan sendiri oleh siswa. Metode discovery learning yang telah diterapkan dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk berperan aktif dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek sehingga siswa dapat belajar menemukan dengan cara stimulus (memberikan pertanyaan atau menganjurkan siswa untuk mengamati cerita pendek), problem statement (memberikan kesempatan kepada siswa sesuai dengan bahan pelajaran berupa cerita pendek kemudian merumuskannya dalam bentuk jawaban dari soal yang diberikan guru ), data collection (memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi), data processing (mengolah data yang telah diperoleh oleh siswa), verifikasi (mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya jawaban siswa), dan generalisasi (mengadakan penarikan kesimpulan dari materi unsur-unsur intrinsik cerita pendek). Selama proses pembelajaran berlangsung siswa dilatih untuk berperan aktif dalam menemukan informasi (jawaban) dengan atau tanpa bantuan guru, siswa 274

diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya, hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh siswa. Selain itu siswa juga dilatih untuk dapat berkomunikasi dengan baik, misalnya bertanya jawab antara guru dan siswa, siswa dengan siswa dan membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas. Setelah proses pelaksanaan pembelajaran selesai kemudian dilanjutkan dengan pemberi tes (posttest). Adapun perolehan hasil analisis data posttest mengalami perbaikan, hal ini dilihat dari perolehan nilai terkecil sebesar 50 dan terbesar sebesar 94. Perolehan skor terkecil yaitu 50 sebanyak 3 orang dan skor terbesar 94 sebanyak 4 orang. Adapun perolehan nilai rata-rata 71,26. Adapun tingakat keberhasilan sebesar 76%. Hasil yang lebih baik diperoleh pada saat posttest yaitu setelah menggunakan metode discovery learning dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang mudah menemukan unsur-unsur intrinsik pada cerita pendek serta jawaban siswa yang dituangkan bervariasi. Berdasarkan data hasil analisis keseluruhan pretest dan posttest pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita pendek maka terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan metode discovery learning. Melihat dari perolehan nilai rata-rata pretest dan posttest mengalami kanaikan sebesar 30,83. Hasil nilai pretest dan posttest dapat disajikan dalam bentuk diagram. Diagram Rata-Rata Nilai Pretest Dan Posttest 80 70 60 50 40 30 20 10 0 40,43 Pretest 71,26 Postest Data hasil perbandingan antara pretest dan posttest dan ada atau tidak adanya pengaruh metode ataupun metode dalam mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik cerita pendek di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cikeusal II, maka dilakukan uji t atau uji hipotesis. Berdasarkan perolehan hasil uji hipotesis diperoleh uji t di atas, t hitung adalah 8,33 dengan t tabel 2,002 Nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 8,33 >2,002, maka dapat disimpulkan bahwa H 0 (hipotesis nol) ditolak dan H a (hipotesis alternatif) diterima, artinya terdapat pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur instrinsik cerita pendek. 275

Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi 1. Simpulan Berdasarkan hasil Penelitian di SDN Cikeusal II Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka mengenai pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. Berdasarkan hasil penelitian di SDN Cikeusal II Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka mengenai pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek, menunjukkan perolehan data hasil dari pembelajaran sebelum menggunakan metode discovery learning yaitu perolehan skor terkecil sebesar 19 dan skor terbesar sebesar 63. Skor terkkecil 19 sebanyak 1 orang dan skor terbesar 63 sebanyak 3 orang. Adapun perolehan nilai rata-rata pada pretest sebesar 40,43 dengan tingkat keberhasilan dari keseluruhan sebesar 42%. b. Setelah pembelajaran menggunakan metode discovery learning dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita pendek, menunjukkan perolehan skor terkecil sebesar 50 dan skor terbesar sebesar 94. Skor terkecil 50 sebanyak 3 orang dan skor terbesar 94 sebanyak 4 orang. Adapun perolehan rata-rata pada posttest sebesar 71, 26 dengan tingkat keberhasilan dari keseluruhan sebesar 73%. c. Pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsu-unsur intrinsik cerita pendek di kelas V SDN Cikeusal II kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka berdasarkan uji hipotesis. Hasil analisis uji t, diketahui t hitung adalah 8,33 dengan t tabel 2,002 artinya nilai t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 8,33 > 2,002, maka dapat disimpulkan bahwa H 0 (hipotesis nol) ditolak dan H a (hipotesis alternatif) diterima. Dengan demikian terdapat pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur instrinsik cerita pendek. 2. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN Cikeusal II Kecamatan Talaga Kabupaten Majalengka, maka implikasinya yaitu: a. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia pada materi unsur-unsur intrinsik cerita pendek dengan menggunakan metode discovery learning membawa dampak positif terhadap tingkat kemampuan dan hasil belajar siswa, selain itu melalui metode discofvery learning dapat menciptakan suasana pembelajaran yang lebih aktif sekaligus meningkatkatkan semangat belajar siswa. b. Penggunaan metode pembelajaran discovery learning dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengembangkan metode pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. c. Penggunaan metode discovery learning dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menentukan dan memilih metode pembelajaran yang tepat dan menarik. 3. Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti hasilnya menunjukkan adanya pengaruh terhadap tingkat kemampuan siswa dalam 276

mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Maka berdasarkan pengalaman ini peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu sebagai berikut : a. Penelitian ini menjadi pengalaman bagi peneliti sebagai masukan dan pengetahuan. Penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan dan sekaligus pengembangan bagi peneliti selanjutnya dalam menggunakan metode discovery learning. b. Upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengindentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek hendaknya guru melakukan pengembangan dari segi metode pembelajaran, salah satu alternatifnya yaitu dengan menggunakan metode discovery learning karena metode ini menciptakan situasi pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa akan lebih aktif dan kreatif yang tentunya dapat meningkatkan motivasi siswa. c. Sebaiknya lembaga sekolah dapat memfasilitasi sumber-sumber buku bacaan cerita pendek untuk digunakan oleh guru dalam proses mengajar di kelas dalam materi mengidentifikasi unsur-unsur cerita pendek. d. Diharapkan penggunaan metode discovery learning ini dapat menciptakan situasi pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa akan lebih aktif dalam mencari informasiatau jawaban siswa dalam mengidentifikasi unsurunsur intrinsik cerita pendek. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. (2002). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Angraeni. (2013). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta: Diva Press. Depdiknas (2006). Kurikulum tingkat sataun pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Hamalik, Oemar. (2007). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Nursito. (2000). Ikhtisar kesusastraan indonesia. Yogyakarta: Nusa. Sugiyono. (2008). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Adicita Karya. (2010). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta. Suryosubroto, B. (2009.) Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Winataputra. (2008). Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. 277