BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah k ti e g n e m r a d e k es na k u b M, O ZC LI

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang dihadapi dunia pengauditan global beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat bertahan dalam proses seleksi alam ini. non keuangan, bagi para stockholder (pemegang saham) dan stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. harus memegang prinsip-prinsip profesi. Menurut Simamora (2002) ada 8 prinsip. dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi para pengguna (Purn amasari dan Hernawati,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dalam bentuk variabel-variabel yang diteliti di bawah ini:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. variabel kompetensi, independensi, dan profesionalisme memiliki pengaruh

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sedangkan pengauditan biasanya tidak menghasilkan data akuntansi, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan kepada pihak luar, dimana pihak luarpun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. akurat dan dapat di percaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada perusahaan besar, khususnya perusahaan go public, terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian audit menurut Arens et al (2008 : 4) adalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan go public harus memberikan informasi berupa laporan keuangan yang sudah diaudit oleh jasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut De Angelo (1981) dalam Watkins et al (2004) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Akuntansi Keuangan (SAK) atau Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya waktu, perkembangan dunia usaha dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia saat ini sudah banyak perusahaan-perusahaan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. bisnis. Agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin tinggi para

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya dibandingkan laporan keuangan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah jasa auditor. Profesi akuntan publik bertanggungjawab untuk menaikkan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memihak kepada pihak lain (Mulyadi, 2002:27). Ada beberapa pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. menjelaskan independensi. Teori tersebut menyatakan bahwa perilaku ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan atau para stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, ada

BAB I PENDAHULUAN. independen maka hasil pemeriksaan akan lebih akurat. kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. mempekerjakan auditor untuk memeriksa catatan keuangan. Revolusi industri

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan tersebut bebas

BAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu

2.4 KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nantinya akan dijadikan dasar pertimbangan dan dasar pembuatan simpulan audit

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Salah satunya dilakukan dalam penyajian laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi

BAB I PENDAHULUAN. (KAP) untuk mengaudit laporan keuangannya. untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan. Para pengguna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam system akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan memberikan gambaran dan informasi posisi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap awal dan pertengahan tahun halaman-halaman surat kabar sering

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik (KAP) menurut Aturan Etika Kompartemen

BAB I PENDAHULUAN. Bagi para pengguna laporan keuangan, profesi akuntan publik

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan audit yang dapat diandalkan (Kurnia, dkk, 2014). Profesi

BAB I PENDAHULUAN. untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan. Selain digunakan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian auditing menurut Arens, Elder dan Beasley (2008 : 4) yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ARUM KUSUMAWATI B

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan yang telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). laporan keuangan tersebut, jasa audit yang dimaksud adalah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesalahan seperti watch dog yang selama ini ada di benak kita sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. membedakan dua jenis salah saji yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan (fraud).

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu entitas usaha berdasarkan standar yang telah ditentukan.

PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

Bab I. Pendahuluan. baik, jujur, bertanggung jawab, dan memiliki integritas yang tinggi. manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. berdasarkan standar auditing yang berlaku umum. Berdasarkan definisi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik pada saat ini merupakan profesi yang

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari tindakan mencari keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Audit secara umum memiliki unsur penting yang diuraikan Mulyadi (2009:9) yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Suatu Proses Sistematik 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi 4. Menetapkan tingkat kesesuaian 5. Kriteria yang ditetapkan 6. Penyampaian hasil 7. Pemakai yang berkepentingan Kutipan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Suatu Proses Sistematik Auditing merupakan suatu proses yang sistematik, yaitu berupa suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, berangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisir dan bertujuan. 2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif Proses sistematik itu ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau prasangka terhadap bukti-bukti tersebut. 3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi Yang dimaksud dengan pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi disini adalah hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuruan, dan penyampaian informasi ekonomi 6

7 yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan, yang umumnya terdiri dari empat laporan keuangan pokok: neraca, laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Laporan keuangan dapat pula berupa laporan biaya pusat pertanggung jawaban tertentu dalam perusahaan 4. Menetapkan tingkat kesesuaian Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan 5. Kriteria yang ditetapkan Kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar untuk menilai pernyataan dapat berupa: a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen c. Prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia (generally accepted accounting principles) 6. Penyampaian hasil Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi (attestation). Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report). 7. Pemakai yang berkepentingan Dalam dunia bisnis pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan kantor pelayanan pajak. 2.1.2 Kompetensi Auditor Internal mendefinisikan : Menurut Lee dan Stone dalam kutipan Kharismatuti (2012:33) kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif, Kompetensi auditor diukur

8 melalui banyaknya ijazah/ atau sertifikat yang dimiliki, serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan, seminar dan sertifikat. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar dan simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya. Sedangkan menurut Alim (2009:211) kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencangkup sifat, motifmotif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Internal auditor dikatakan memiliki kemampuan profesional apabila dapat memberikan jaminan atau kepastian bahwa teknis dan latar belakang pendidikan para auditor internal tersebut telah sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilaksanakan, juga haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan dari berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Internal auditor harus mencerminkan keahlian dan ketelitian profesional, seperti yang dikemukakan Tugiman (2009:27) adalah sebagai berikut: Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian audit internal dan setiap audit internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang secara bersama atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan dari berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas. Dengan demikian audit internal bertanggung jawab terhadap pemeriksaan internal dan auditor memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai. 2.1.2.1 Pengetahuan Menurut Widhi yang dikutif Novia (2012:18) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengetahuan dapat diukur dari seberapa tinggi pendidikan seorang auditor karena dengan demikian auditor akan mempunyai semakin banyak pengetahuan (pandangan) mengenai bidang yang digelutinya sehingga dapat mengetahui berbagai masalah

9 secara lebih mendalam. Selain itu auditor akan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks (Harhinto, 2008:35). Harhinto menemukan bahwa pengetahuan akan mempengaruhi keahlian audit yang pada gilirannya akan menentukan kualitas audit. Secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (dalam Novia, 2012) yaitu: (1) Pengetahuan pengauditan umum; (2) Pengetahuan area fungsional; (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru; (4) Pengetahuan mengenai industri khusus; dan (5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Pengetahuan pengauditan umum seperti risiko audit, prosedur audit, dan lain-lain kebanyakan diperoleh diperguruan tinggi, sebagian dari pelatihan dan pengalaman. Demikian juga dengan isu akuntansi, auditor bisa mendapatkannya dari pelatihan profesional yang diselenggarakan secara berkelanjutan. Pengetahuan mengenai industri khusus dan hal-hal umum kebanyakan diperoleh dari pelatihan dan pengalaman. 2.1.2.2 Pengalaman Audit menuntut keahlian dan profesionalisme yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman. Murphy dan Wright yang dikutif Hernadianto (2010:18), menjelaskan bahwa pengalaman menciptakan struktur pengetahuan, yang terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengalaman langsung masa lalu. Singkat kata, teori ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan struktur memori lebih baik dibandingkan auditor yang belum berpengalaman. Libby dalam Hernadianto (2012:18) mengatakan bahwa seorang auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang

10 auditor yang lebih berpengalaman akan memiliki skema yang lebih baik dalam mendefinisikan keliruan-keliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman. Menurut Tubbs dalam Mayangsari (2010:27) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal: (1) Mendeteksi kesalahan; (2) Memahami kesalahan secara akurat; dan (3) Mencari penyebab kesalahan. Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani. Harhinto (2008:27) menghasilkan temuan bahwa pengalaman auditor berhubungan positif dengan kualitas audit. Kartika Widhi (2010:67) memperkuat penelitian tersebut dengan sampel yang berbeda yang menghasilkan temuan bahwa semakin berpengalamanya auditor maka semakin tinggi tingkat kesuksesan dalam melaksanakan audit. 2.1.3 Independensi Auditor Internal adalah : Menurut Arens dan Loebbecke. (2009:111) independensi dalam auditing A member in public practice shall be independence in the performance a professional service as require by standards promulgated by bodies designated by a council. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan sesuai dengan fakta tanpa ada pengaruh dari luar. Independensi menurut Mulyadi (2009:26-27) dapat diartikan sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri

11 auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya. Penelitian mengenai independensi sudah cukup banyak dilakukan baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Lavin dalam Novia (2012) meneliti 3 faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu: (1) Ikatan keuangan dan hubungan usaha dengan klien; (2) Pemberian jasa lain selain jasa audit kepada klien; dan (3) Lamanya hubungan antara akuntan publik dengan klien. Shockley dalam Elfarini (2007) meneliti 4 faktor yang mempengaruhi independensi, yaitu (1) Persaiangan antar akuntan publik; (2) Pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien; (3) Ukuran KAP; dan (4) Lamanya hubungan audit. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka internal auditor tidak bertanggung jawab dalam fungsi eksekutif maupun operasi. Bagian ini harus mempunyai wewenang dalam mengkaji dan menilai setiap bagian dalam perusahaan sehingga dalam melakukan kegiatannya, internal auditor dapat bertindak objektif dan seefisien mungkin. Oleh karena itu, sebaiknya internal auditor tidak mempunyai wewenang langsung atas setiap bagian yang akan diaudit sehingga dapat mempertahankan independensinya dalam organisasi. Tugiman (2006:20) menyatakan bahwa: Para auditor internal dianggap mandiri apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif. Kemandirian para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap objektivitas para auditor internal. Dengan demikian auditor harus memiliki kemandirian dan tidak memihak dalam pelaksanaan pemeriksaan.

12 2.2 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu akan diuraikan mengenai hasil-hasil penelitian yang didapat oleh peneliti terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 2.2.1 Penelitian Mengenai Independensi Pentingnya aspek independensi bagi berlangsungnya profesi auditor dan banyaknya keraguan masyarakat mengenai independensi auditor, telah mendorong banyak pakar akuntansi dan pengauditan untuk melakukan penelitian mengenai independensi auditor (Indah, 2010:52). Harhinto (2008:35) meneliti pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit dengan populasi auditor Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur. Keahlian diproksikan melalui sub variabel pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan independensi diproksikan melalui tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien dan telaah rekan auditor. Hasil penelitiannya menunjukkan keahlian dan indepedensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Mayangsari (2010:47) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara independensi dengan pendapat audit menyimpulkan bahwa auditor yang independen memberikan pendapat lebih tepat dibandingkan auditor yang tidak independen. 2.2.2 Penelitian Mengenai Kompetensi Libby (1991) dalam Hernandito (2012:48) mengatakan bahwa seorang auditor menjadi ahli terutama diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman. Seorang auditor lebih berpengalaman akan memiliki skema lebih baik dalam mengidentifikasi kekeliruan-kekeliruan daripada auditor yang kurang berpengalaman. Sehingga pengungkapan informasi tidak lazim oleh auditor yang berpengalaman juga lebih baik dibandingkan pengungkapan oleh auditor yang kurang berpengalaman.

13 Hasil penelitian yang dilakuakan oleh Murtanto dalam Mayangsari (2012) menunjukkan bahwa komponen kompetensi untuk auditor di Indonesia terdiri atas : 1) Komponen pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu kompetensi. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur, dan pengalaman. 2) Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain. Menurut Gibbins dalam Hernandito (2012:57) pengalaman menciptakan standar pengetahuan, terdiri atas suatu sistem dari pengetahuan yang sistematis dan abstrak. Pengetahuan ini tersimpan dalam memori jangka panjang dan dibentuk dari lingkungan pengetahuan langsung masa lalu. Teori ini menjelaskan bahwa melalui pengalaman auditor bisa memperoleh pengetahuan dan mengembangkan struktur pengetahuannya. Auditor yang berpengalaman akan memiliki banyak pengetahuan dan struktur memori yang lebih baik dibanding auditor yang belum berpengalaman. 2.2.3 Penelitian Mengenai Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Widagdo yang dikutif Alim (2007:96) melakukan penelitian tentang atribut-atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan klien. Terdapat 12 atribut yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu (1) pengalaman melakukan audit; (2) memahami industri klien; (3) responsive atas kebutuhan klien; (4) taat pada standar umum; (5) independensi; (6) sikap hati-hati; (7) komitmen terhadap kualitas audit; (8) keterlibatan pimpinan KAP; (9) melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat; (10) keterlibatan komite audit; (11) standar etika yang tinggi; dan (12) tidak mudah percaya. Hasil menelitian ini menunjukkan bahwa ada tujuh atribut kualitas audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kulitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan lima

14 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati-hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidka mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien. Harhinto (2008:42) telah melakukan penelitian mengenai pengaruh keahlian dan independensi terhadap kualitas audit. Penelitian menggunakan responden terhadap 120 auditor dari 19 KAP di Surabaya, Malang, dan Jember. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman dan pengetahuan auditor berhubungan positif terhadap kualitas audit. Sedangkan besarnya tekanan dari klien dan lamanya hubungan dengan klien berhubungan negatif dengan kualitas audit. Akan tetapi telaah rekan auditor tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian oleh Indah (2010:76) yang membahas tentang pengaruh pengalaman, pengetahuan, lama berhubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor (peer review), dan jasa non-audit yang diberikan oleh Kantor Akuntan Publik terhadap kualitas audit, menyimpulkan bahwa pengalaman dalam melaksanakan audit, pengetahuan seorang auditor serta telaah dari rekan auditor (peer review) berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Selanjutnya penelitian oleh Sari (2011:34) yang menguji pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan etika terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik di Kota Semarang, menemukan bahwa pengalaman kerja, independensi, objektifitas dan integritas, kompetensi dan etika berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Secara simultan seluruh variabel independen tersebut berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan penelitian terdahulu maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelaksanaan audit ditentukan oleh dua hal yaitu independensi dan kompetensi. Independensi merupakan salah satu komponen etika yang harus dijaga oleh auditor internal. Independen berarti auditor internal tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak kepentingan siapapun serta jujur kepada semua pihak yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan auditor internal. Sedangkan kompetensi berkaitan dengan pengetahuan dan pengalaman memadai yang dimiliki auditor

15 internal dalam bidang auditing dan akuntansi. Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini akan meneliti pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. 2.3 Kerangka Pemikiran Salah satu fungsi dari auditor internal adalah menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Namun adanya konflik kepentingan antara pihak internal dan eksternal perusahaan, menuntut auditor internal untuk menghasilkan laporan auditan yang berkualitas yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut. Penjelasan mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal dapat dilihat secara singkat melalui kerangka pemikiran. Kerangka pemikiran yang dapat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Gambar 2.1 adalah kerangka pemikiran dari penelitian mengenai pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran Variabel Independen Independensi Auditor Internal Kompetensi Auditor Internal (+/-) (+/-) Variabel Dependen Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Kerangka pemikiran Gambar 2.1 menunjukkan independensi dan kompetensi auditor internal sebagai variabel independen dimana independensi dan kompetensi auditor internal dapat memberikan hubungan positif ataupun negatif

16 terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Independensi menunjukkan auditor tidak membela salah satu pihak. Sedangkan kompetensi menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan dalam melakukan audit. 2.4 Pengembangan Hipotesis Berdasarkan teori, hasil penelitian terdahulu, serta kerangka pemikiran tentang pengaruh independensi dan kompetensi auditor internal terhadap kualitas pelaksanaan audit interna, maka dapat dikembangkan hipotesis dengan penjelasan sebagai berikut: 2.4.1 Independensi dan Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang auditor internal untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam melaksanakan tugasnya, yang bertentangan dengan prinsip integritas dan objektivitas. adalah : Menurut Arens dan Loebbecke. (2009:111) independensi dalam auditing A member in public practice shall be independence in the performance a professional service as require by standards promulgated by bodies designated by a council. Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya, maka audit yang dihasilkan akan sesuai dengan fakta tanpa ada pengaruh dari luar. Oleh karena itu cukuplah beralasan bahwa untuk menghasilkan audit yang berkualitas diperlukan sikap independen dari auditor. Karena jika auditor kehilangan independensinya maka laporan audit yang dihasilkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

17 Ho1 Ha1 ; β1 = 0, Independensi auditor internal secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. ; β1 0, Independensi auditor internal secara parsial berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. 2.4.2 Kompetensi dan Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan dan pengalamannya yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat dan seksama. mendefinisikan : Menurut Lee dan Stone dalam kutipan Kharismatuti (2012:33) kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif, Kompetensi auditor diukur melalui banyaknya ijazah/ atau sertifikat yang dimiliki, serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam pelatihan, seminar dan sertifikat. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar dan simposium diharapkan auditor yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan tugasnya. Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa seorang auditor yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan lebih memahami dan mengetahui berbagai masalah secara lebih mendalam dan lebih mudah dalam mengikuti perkembangan yang semakin kompleks dalam lingkungan audit kliennya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi yang dimiliki auditor maka semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkannya.

18 Ho2 Ha2 ; β2 = 0, Kompetensi auditor internal secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. ; β2 0, Kompetensi auditor internal secara parsial berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. 2.4.3 Independensi dan Kompetensi Terhadap Kualitas Pelaksanaan Audit Internal Dalam melaksanakan proses audit, auditor membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang baik karena dengan kedua hal itu auditor menjadi lebih mampu memahami kondisi keuangan dan laporan keuangan kliennya. Kemudian dengan sikap independensinya maka auditor dapat melaporkan dalam laporan auditan jika terjadi pelanggaran dalam laporan keuangan kliennya. Sehingga berdasarkan logika di atas maka kompetensi dan independensi memiliki pengaruh dalam menghasilkan audit yang berkualitas baik dalam proses maupun outputnya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Tjun Tjun, Marpaun dan Setiawan (2012) menunjukkan kompetensi dan independensi mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian Elfarini (2007) dan Justinia (2008) juga menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Ho3 ; β1 = β2 = 0, Independensi dan kompetensi auditor internal secara simultan tidak berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal. Ha3 ; β1 β2 0, Independensi dan kompetensi auditor internal secara simultan berpengaruh terhadap kualitas pelaksanaan audit internal.