BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001 : 27 ) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kondusif agar siswa mampu menyerap materi yang diberikan.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang telah menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJAGA KEUTUHAN NKRI MENGGUNAKAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW. Parjimin

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DI KELAS V SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VB SD NO. 2 DALUNG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

Yessi Malisa 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING BERBANTUAN MEDIA TEKA- TEKI SILANG

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi, yang

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang di pahami dan di mengerti dengan benar. Ernawati (2003;8) mengemukakan

Oleh: Siti Muawanah SD Negeri 2 Sumberejo, Durenan, Trenggalek

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PERTUKARAN KELOMPOK IMPROVING STUDENT S LEARNING OUTCOMES WITH EXCHANGE GROUPS METHODS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran. Motivasi. memberikan kontribusi pada peserta didik, menurut Agus Suprijono untuk

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

Penerapan Model Snowball Throwing pada Pembelajaran Pemahaman Paragraf

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DALAM PEMBELAJARAN PKn SISWA KELAS IV SDN 2 PANGENJURUTENGAH TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya tentang model pembelajaran Snowball Throwing

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS VI SD NEGERI 2 DANGURAN KLATEN SELATAN TAHUN 2013/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB SISWA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA SISWA SMK YPP PURWOREJO KELAS X TM C TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh: Luncana Faridhoh Sasmito M.Pd ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar dalam melakukan penelitian ini. Penulis menjelaskan kajian sumber-sumber

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPA

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN ATENSI SISWA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV D SDN SIDOKLUMPUK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di MI

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pengertian Model Pembelajaran Snowball Throwing

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN SENI TARI KELAS VIIIC di SMP N 1 BUKITTINGGI

DESI WIDYA NINGRUM (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Drs. Djotin Mokoginta S.Pd, M.Pd Irvin Novita Arifin S.Pd, M.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERISTIWA ALAM MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 68 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing. a. Model Pembelajaran Kooperatif

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI NILAI NILAI PANCASILA MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE DI KELAS II SDN I TLAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. masih terlalu didominasi peran guru (teacher center). Guru banyak menempatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pendidikan Kewarganegaraan Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta

Transkripsi:

8 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Pemahaman BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kata pemahaman berasal dari kata "paham" yang mendapat awalan "pe" dan akhiran "an". Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata "paham" yang mengandung arti sebagai pengertian, pengetahuan, pendapat, pikiran, mengerti benar dalam sesuatu hal, tahu benar, sependapat, sepengertian dan sekeyakinan (Poerwadarminta, 1985:694). Sedangkan menurut W. S. Winkel, "Pemahaman adalah kemampuan peserta didik untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Oleh karena itu, belajar harus mampu memahami suatu hal secara psikis, pilosofis dan berimplikasi pada diri seorang pelajar. Sehingga seorang siswa dapat mengaplikasikan pengetahuannya dalam kehidupan seharihari" (Winkel, 1991:246). Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa pemahaman (comprehention) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami dan menangkap makna tentang hal-hal yang dipelajari serta mampu menguasainya, sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali makna tersebut dalam bentuk kalimat yang lain. Pemahaman merupakan kemampuan seseorang (peserta didik) untuk mengerti dan memahami sesuatu yang dipelajari, sehingga ia akan mampu menyimpulkan bahan yang telah diajarkan (Winkel, 1991:246). Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dengan melihat sesuatu hal dari berbagai segi. Seorang siswa dikatakan memahami sesuatu, apabila ia dapat memberikan penjelasan atau menguraikannya dengan

9 menggunakan kata-kata sendiri yang lebih rinci. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan suatu daya tangkap yang sempurna, sehingga ia mampu mengkomunikasikan dan mengaplikasikannya dengan baik. Dengan demikian, diharapkan tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik. Dalam Taksonomi Bloom, kesanggupan atau kemampuan untuk memahami setingkat lebih tinggi dari pengetahuan. Pemahaman merupakan bagian dari aspek kognitif yang mencapai indikator menerjemahkan, menafsirkan, menentukan metode atau prosedur, menginterpretasikan/ mengartikan, memahami konsep, prinsip, kaidah dan kaitan antara fakta dan isi pokok (Winkel, 1991:252). Adapun indikator pemahaman dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Kemampuan untuk menjelaskan, 2) Kemampuan untuk membedakan, 3) Kesanggupan untuk membuat perkiraan, 4) Kesanggupan untuk memberikan contoh, dan 5) Kemampuan untuk menerjemahkan (berlanjut...) 2.1.2 Pengertian Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya : (1) Pengetahuan banyak ; (2) Pendapat, (3) Pikiran, (4) Aliran, Haluan, Pandangan, (5) Mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman sendiri berarti : proses, pembuatan, cara memahami atau memahamkan. Memahamkan yaitu mempelajari baik-baik supaya paham (Depdikbud, 1991/1992:636). Menurut Sadiman (1946,109) Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Suharsimi (2009, 118-137), menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

10 menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan. Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta fakta atau konsep Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah keadaan benar-benar paham setelah melalui suatu proses panjang yang disebut belajar. 2.1.3 Kajian Tentang Pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Manusia memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa. Manusia adalah makhluk individual, berbeda satu dengan sama lain. Karena sifatnya yang individual maka manusia yang satu membutuhkan manusia lainnya sehingga sebagai konsekuensi logisnya manusia harus menjadi makhluk sosial, makhluk yang berinteraksi dengan sesamanya. Karena satu sama lain saling membutuhkan maka harus ada interaksi yang silih asih (saling menyayangi atau saling mencintai). Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang saling mengasihi antar sesama siswa. Perbedaan antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar

11 manusia terhindar dari ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa). Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman dan Bintoro (2000: 78) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif menjadi salah satu pembaharuan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Pembelajaran kooperatif meliputi banyak jenis bentuk pengajaran dan pembelajaran yang merupakan perbaikan tipe pembelajaran tradisional. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan dalam kumpulan kecil supaya anak didik dapat bekerja sama untuk mempelajari kandungan pelajaran dengan berbagai kemahiran sosial. Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa ciri, antara lain: 1. Ketrampilan sosial Artinya ketrampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi dalam kelompok untuk mencapai dan menguasai konsep yang diberikan guru. 2. Interaksi tatap muka Setiap individu akan berinteraksi secara bersemuka dalam kelompok. Interaksi yang serentak berlangsung dalam setiap kelompok melalui pembicaraan setiap individu yang turut serta mengambil bagian. 3. Pelajar harus saling bergantung positif

12 Artinya setiap siswa harus melaksanakan tugas masing-masing yang diberikan untuk menyelesaikan tugas dalam kelompok itu. Setiap siswa mempunyai peluang yang sama untuk mengambil bagian dalam kelompok. Siswa yang mempunyai kelebihan harus membantu temannya dalam kelompok itu untuk tercapainya tugas yang diberikan kepada kelompok itu. Setiap anggota kelompok harus saling berhubungan,saling memenuhi dan bantu-membantu. Menurut Kagan (1994:69), pembelajaran kooperatif mempunyai banyak manfaat,yaitu: a. dapat meningkatkan pencapaian dan kemahiran kognitif siswa; b. dapat meningkatkan kemahiran sosial dan memperbaiki hubungan sosial; c. dapat meningkatkan keterampilan kepemimpinan; d. dapat meningkatkan kepercayaan diri; e. dapat meningkatkan kemahiran teknologi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dapat menciptakan terjadinya interaksi yang positif baik antara guru dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan siswa. Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan keterampilan proses yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mampun untuk belajar secara langsung dan belajar dari berbagai sumber belajar lainnya termasuk teman sebaya. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok kelompok. Setiap peserta

13 didik yang ada dalam suatu kelompok memiliki tingkat kemampuan yang berbeda beda (tinggi, sedang dan rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dengan pembelajaran kooperatif, diharpkan peserta didik akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya, komunikasi, serta bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif, melatih peserta didik untuk bertanggungjawab atas tugas yang diberikan dalam kelompoknya. 2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Snowball Throwing sebagai salah satu dari model pembelajaran aktif (active learning) pada hakikatnya mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajarinya. Namun sebagaimana model pembelajaran lainnya, dalam penerapannya pun ada faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain kondisi

14 siswa, waktu yang tersedia, materi yang diajarkan dan tujuan pembelajaran dalam Bayor (2010:89). Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pesan dalam hal ini adalah berupa pertanyaan pertanyaan yang telah dibuat oleh siswa. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Berdasarkan pendapat dari ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Snowball Throwing adalah pembelajaran secara berkelompok, setiap kelompok beranggotakan beberapa siswa dimana setiap siswa membuat pertanyaan yang kemudian dilemparkan kepada kelompok yang lainnya untuk dijawab. Ketika menjawab pertanyaan yang diperoleh harus dijawab oleh masing masing individu dengan cara berdiri dari tempat duduknya atau maju ke depan kelas. a. Langkah Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Langkah langkah penerapan Snowball Throwing menurut Suprijono (2010;51) yaitu sebagai berikut ini. 1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan. 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

15 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. 4. Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ±15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas yang berbentuk bola tersebut secara bergantian. 7. Evaluasi. 8. Penutup. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan langkah langkah pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut : 1. Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai. 2. Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. 3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masingmasing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

16 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. 5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit. 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Ketika menjawab pertanyaan tersebut siswa diminta untuk berdiri dari tempat duduknya atau majku ke depan kelas untuk menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan. 7. Evaluasi. 8. Penutup. b. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Berdasarkan penjelasan mengenai model pembelajaran koopertaif tipe Snowball Throwing, peneliti mengambil kesimpulan ada beberapa kelebihan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing 1. Melatih kepercayaan diri dalam diri siswa baik dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya. 2. Siswa akan dengan mudah untuk mendapatkan bahan pembicaraan karena adanya pertanyaan-pertanyaan yang tertulis pada kertas berbentuk bola.

17 3. Menghindari pendominasian pembicaraan dan siswa yang diam sama sekali, karena masing-masing siswa mendapatkan satu buah pertanyaan yang harus dijawab dengan cara berargumentasi. 4. Melatih kesiapan siswa. 5. Saling memberikan pengetahuan. 6. Menjembatani siswa dalam mengeksplorasi keterampilan prosesnya yaitu dengan metode ini siswa dapat mengalami sendiri pengalaman belajarnya secara langsung. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Dalam Dewi Sartika tahun 2012 dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran Ipa Di Kelas V Sd Negeri 147 Palembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V Sd Negeri 147 Palembang dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 147 Palembang tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 38 siswa. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dalam penelitian ini terdapat 2 siklus, tiap siklus terdiri dari: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Indikator kerja yang ditetepkan untuk mengukur keberhasilaan siswa adalah jika siswa memperoleh hasil belajar 60 dan ketuntasan secara klasikal 85%. Berdasarkan hasil evaluasi psda siklus I diperoleh hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata 71,57 dan ketuntasan hasil belajar sebesar

18 81,57%, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 77,10 dan ketuntasan hasil belajar sebesar 89,47%. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing hasil belajar IPA silkus II lebih besar dari siklus I.. 2.3 Hipotesis Tindakan Dari teori teori yang dikemukakan di atas, maka sebelum dilakukan pengambilan data, dalam penelitian dirumuskan terlebih dahulu hipotesis tindakan sebagai dugaan awal peneliti yaitu : Jika pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing diterapkan pada materi penggunaan uang maka pemahaman siswa kelas III SDN 1 Momalia kec. Posigadan akan meningkat. 2.4 Indikator Keberhasilan Dalam mengukur tingkat pemahaman belajar siswa penulis menetapkan Indikator keberhasilan dalam penelitian yaitu hasil nilai evaluasi belajar siswa mencapai 70%.