BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. metode difusi dengan teknik sumuran.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk meneliti efek dari ekstrak temulawak (Curcuma xanthorrhiza

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Rumah Sakit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik.

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Persiapan Media Bakteri dan Jamur. diaduk hingga larut dan homogen dengan menggunakan batang pengaduk,

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

Lampiran 2. Morfologi Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth)

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

III. Metode Penelitian A. Waktu dan Tempat Penelitian kelimpahan populasi dan pola sebaran kerang Donax variabilis di laksanakan mulai bulan Juni

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI. III. 1 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan sabun pencuci piring ialah :

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi Dasar Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

Koloni bakteri endofit

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. menggunakan media Mannitol Salt Agar (MSA). pada tenaga medis di ruang Perinatologi dan Obsgyn Rumah Sakit Umum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian terapan dengan menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

II. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di Laboratorium

A : Tanaman ceplukan (Physalis minima L.)

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

Laporan Tugas Akhir Inovasi Pembuatan Free Germs Hand sanitizer (Fertz) yang Praktis dan Ekonomis dari Ekstrak Daun Kersen BAB III METODOLOGI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2012 bertempat di

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - November 2011 :

Lampiran 1. Hasil identifikasi bunga lawang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. Rancanngan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Pada penelitian ini digunakan 2

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB III. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini termasuk ke dalam metoda penelitian eksperimental dimana

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

BAB 4 METODE PE ELITIA

SKEMA ALUR PIKIR. Kulit Buah Manggis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Juni 2014 di Laboraturium

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Hidrolisis Kitosan A dengan NaOH

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

Comparison of Antibacterial Effectivity Star Fish Culcita sp. Extract Against Staphylococcus aureus and Salmonella typhi Growth.

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental yang bersifat analitik laboratorik (Notoadmojo, 2012). Penelitian dilakukan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari ekstrak bintang laut (Culcita sp.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2015 bertempat di Laboratorium Kimia Organik dan Laboratorium Biologi Fakultas MIPA, serta Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, 3.3 Bahan dan Alat Penelitian. 3.3.1 Bahan uji Bahan penelitian adalah bintang laut Culcita sp yang didapatkan dari perairan Ketapang, Kab.Pesawaran yang diekstraksi di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA Universitas Lampung.

27 3.3.2 Bakteri uji Bakteri uji yang dipergunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi yang berasal dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung. 3.3.3 Media Kultur Media kultur yang digunakan pada penelitian ini adalah media Mannitol Salt Agar (MSA) yang digunakan untuk mengkultur bakteri Staphylococcus aureus dan media Shigella-Salmonella Agar (SSA) yang digunakan untuk mengkultur bakteri Salmonella typhi. Kemudian digunakan media agar MHA (Muller Hinton Agar) sebagai media tempat dilakukannya uji daya hambat bakteri. 3.3.4. Alat-alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pisau, cawan petri, timbangan digital, aluminium foil, oven, kompor listrik, kertas saring Whatman 42, kapas, pipet mikro, labu Erlenmeyer 250 ml dan 500 ml, gelas ukur, hammer mills, corong kaca, botol gelas, gelas piala, tabung reaksi, pipet tetes, pipet mikro, blender, sendok plastik, cakram kertas, pipa kapiler, gelas, inkubator, handscoon, dan alat tulis. 3.4 Besar Sampel Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah ekstrak bintang laut Culcita sp. dengan kadar 16000 ppm, 8000 ppm, 4000 ppm, 2000 ppm, dan 1000 ppm yang diberikan untuk mempengaruhi pertumbuhan bakteri

28 Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini digunakan rumus federer (Sastroasmoro, 1995): (n-1)(k-1) 15 (n-1)(7-1) 15 (n-1) x 6 15 (6n-6) 15 Keterangan: n = banyaknya sampel (pengulangan) k = banyaknya perlakuan n 3,5 Berdasarkan rumus diatas maka besar sampel yang digunakan adalah 3,5. Untuk menghindari terjadinya kesalahan, maka dibulatkan ke atas menjadi 4. Besar sampel ini digunakan sebagai acuan dilakukanya pengulangan pada penelitian ini. 3.5 Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahapan pengambilan dan preparasi bahan baku, sterilisasi alat, pembuatan senyawa ekstrak dari bintang laut, pembuatan kultur bakteri, uji antimikroba. 3.5.1 Tahapan Pengambilan dan Preparasi Bahan Baku Pada tahap pengambilan sampel, bintang laut Culcita Sp. berasal dari Perairan Ketapang. Bintang laut kemudian dikeringkan dengan suhu rendah menggunakan freeze dryer dengan suhu kurang dari -40 o C. Tujuan dari proses pengeringan ini adalah untuk mengurangi kadar air dalam bahan yang dikandungnya. Kadar air yang rendah menunjukkan

29 bahwa air bebas dalam bahan berada dalam jumlah yang rendah, sehingga proses pembusukan, hidrolisis komponen aktif dan oksidasi dalam sampel selama dilakukan maserasi dapat dihindari (Winarno, 2008). Bintang laut yang telah kering kemudian dihaluskan dengan hammer mills, sehingga didapat tekstur yang halus. Ukuran sampel yang lebih kecil (bubuk atau tepung) diharapkan dapat memperluas permukaan bahan yang dapat berkontak langsung dengan pelarut, sehingga proses ekstraksi komponen aktif dapat berjalan dengan maksimal. Bubuk atau tepung bintang laut akan digunakan dalam proses ekstraksi (Nurulita, 2012) 1.5.1 Sterilisasi Alat Seluruh alat yang digunakan pada penelitian ini dicuci bersih, kemudian disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 121 o C dengan tekanan 1,5 atm. 3.5.2 Pembuatan Ekstrak Bintang Laut Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode ekstraksi bertingkat. Metode ini menggunakan pelarut heksana (p.a), etil asetat (p.a), dan metanol (p.a). Masing masing sampel sebanyak 50 g dimaserasi selama 24 jam dengan pelarut secara bertingkat heksana, etil asetat, metanol dengan perbandingan 1:3 (b/v atau gr/ml), kemudian disaring dengan kertas saring Whatman 42. Filtrat ekstrak pelarut masingmasing yang diperoleh kemudian dievaporasi sehingga semua pelarut

30 terpisah dari ekstrak menggunakan rotary vacuum evaporator pada temperatur 50ºC dan tekanan 500 mmhg. Residu yang tersisa selanjutnya digunakan untuk proses ekstraksi selanjutnya. Proses ini akan menghasilkan ekstrak metanol yang kental dengan kadar 100% setara dengan larutan konsentrasi 10 6 ppm. Pada penelitian ini digunakan konsentrasi dengan besaran parts per million (ppm). Parts per million merupakan istilah kimia yang digunakan untuk mendeskripsikan konsentrasi yang sangat kecil dari sebuah larutan. Konsentrasi yang digunakan merujuk pada penelitian Juariah (2014) sebesar 16000 ppm, 8000 ppm, 4000 ppm, 2000 ppm, dan 1000 ppm. Untuk membuat berbagai konsentrasi yang diperlukan dapat digunakan rumus : M = 10 6 x Keterangan: M V ekstrak V ekstrak + pelarut = Konsentrasi hasil pengenceran (ppm) = Volume awal ekstrak yang akan di encerkan (ml) = Volume akhir hasil pengenceran (ml) 3.5.3 Identifikasi Bakteri Uji Identifikasi bakteri dilakukan dengan pewarnaan Gram dan tes-tes biokimiawi, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pewarnaan Gram Dari bahan pemeriksaan akan dibuat sediaan dari bahan kaca objek glass, lalu di warnai dengan prinsip pewarnaan Gram, dan diamati di bawah mikroskop. Bakteri Gram positif akan terlihat dengan

31 warna ungu sedangkan bakteri Gram negatif akan terlihat berwarna merah muda (Jawetz et al, 2008) 2. Kultur Bakteri Ambil biakan murni bakteri sebanyak 1 ose kemudian dikultur ulang pada media yang sesuai, media MSA untuk bakteri Staphylococcus aureus dan media SSA untuk bakteri Salmonella typhi, selanjutnya masukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37 o C selama 24 jam. 3. Tes Biokimiawi Bakteri Gram Positif a. Tes Katalase Untuk membedakan Staphylococcus sp dengan Streptococcus sp dilakukan dengan cara meneteskan H 2 O 2 pada koloni yang diambil sebanyak satu ose dan dipindahkan ke atas kaca objek. Hasil positif apabila terdapat busa, menandakan Staphylococcus sp. Hasil negatif apabila tidak terdapat busa yang menandakan Streptococcus sp. 4. Tes Biokimiawi Bakteri Gram Negatif a. Uji TSIA Berupa agar miring yang mengandung 3 jenis gula yaitu glukosa, laktosa, dan sakarosa. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan bakteri memfermentasi gula dan menghasilkan sulfur.

32 5. Uji Sitrat Merupakan tes biokimiawi untuk melihat kemampuan suatu organisme untuk menggunakan natrium sitrat sebagai sumber utama metabolisme dan pertumbuhan. Positif bila berubah warna menjadi warna biru yang bermakna timbul warna asam. 3.5.4 Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan McFarland Larutan baku McFarland terdiri atas 2 komponen, yaitu larutan BaCl 2 1% dan H 2 SO 4 1%. Larutan BaCl 2 1% sebanyak 0,05 ml dicampur dengan larutan H 2 SO 4 1% sebanyak 9,95 ml dan dikocok homogen. Nilai absorban larutan baku McFarland 0,5 ekuivalen dengan suspensi sel bakteri konsentrasi 1,5 x 10 8 CFU/ml. Larutan harus dikocok terlebih dahulu hingga homogen setiap akan digunakan untuk membandingkan suspensi bakteri. 3.5.5 Pembuatan Suspensi Bakteri Pembiakan bakteri diambil sebanyak 1-2 ose dan disuspensikan kedalam 5 ml NaCl 0,9% sampai diperoleh kekeruhan yang sesuai dengan standar 0,5 McFarland atau sebanding dengan jumlah bakteri 10 8 (CFU)/mL. Suspensi bakteri diteteskan sebanyak 50 µl kemudian diratakan pada media MHA dan didiamkan selama 30 menit (Wardhani, 2012).

33 3.5.6 Pembuatan Media Muller Hinton Agar (MHA) Media dibuat dengan melarutkan sebanyak 3,8 Gram Agar Muller- Hinton dalam aquadest sebanyak 100 ml, kemudian dipanaskan hingga mendidih disertai pengadukan sampai bubuk benar-benar larut. Media ini kemudian disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 121 C selama 50 menit. Selanjutnya sebanyak 3 ml media ini, dimasukkan ke dalam cawan petri dan dibiarkan memadat, kemudian disimpan dalam lemari pendingin (Silvikasari, 2011; Silaban, 2009). 3.5.7 Uji Aktifitas Antimikroba Uji aktifitas antimikroba dilakukan untuk melihat efek antibakteri yang dihasilkan dengan melihat adanya diameter zona hambat yang terbentuk, prosedur uji antimikroba pada penelitian ini antara lain (Juriyah, 2014): 1. Mengusap biakan bakteri Staphylococcus aureus pada lempeng Muller Hinton Agar (MHA) dengan menggunakan lidi kapas steril (media I). 2. Mengusap biakan bakteri Salmonella typhi pada lempeng Muller Hinton Agar (MHA) dengan menggunakan lidi kapas steril (media II). 3. Meletakkan cakram kertas yang telah direndam selama ± 15 menit dengan ekstrak bintang laut menggunakan konsentrasi 16000 ppm, 8000 ppm, 4000 ppm, 2000 ppm, dan 1000 ppm pada media I dan

34 II dengan cara membagi media menjadi empat bagian dengan jarak disk sekitar 25 mm. 4. Menginkubasi kedua media (media I dan II) pada suhu 37 C selama 24 jam. 5. Mengukur zona hambat yang terbentuk disekitar cakram dengan menggunakan penggaris. 6. Melakukan pengulangan sebanyak empat kali. 3.5.8 Kontrol positif Kontrol positif pada penelitian ini adalah kloramfenikol. Kontrol positif diperlukan untuk membandingkan perlakuan ekstrak dengan antibiotik murni. Kloramfenikol merupakan antibiotik yang berspektrum luas sehingga dapat menghambat Gram positif dan Gram negatif (Pelezar dan Chan, 2008). Pada penelitian ini dilakukan pengulangan kontrol positif sebanyak empat kali pada setiap bakteri uji. 3.5.9 Konrol Negatif Kontrol negatif pada penelitian ini adalah aquadest. kontrol negatif pada penilitian ini dilakukan dengan empat kali pengulangan.

35 3.5.10 Penelitian Bakteri yang didapatkan dari Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Lampung. Staphylococcus aureus Kultur pada lempeng agar darah Biakan Staphylococcus aureus Salmonella typhi Kultur pada media Mc Conkey Biakan Salmonella typhi Identifikasi dengan pemeriksaan biokimiawi Lakukan uji katalase Lakukan uji TSIA dan Sitrat. Biakan Staphylococcus aureus murni Biakan Salmonella typhi murni Sampel bintang laut Culcita Sp.dari Perairan Ketapang, Kab.Pesawaran Pengeringan dengan freeze drying Penghalusan menggunakan hammer mills Bubuk Ekstraksi secara bertingkat (n-heksana, etil asetat, metanol) Larutan Ekstrak bintang laut Membuat konsentrasi 16000ppm, 8000ppm, 4000ppm, 2000ppm, 1000 ppm Ekstrak dengan konsentrasi 16000ppm, 8000ppm, 4000ppm, 2000ppm, 1000 ppm Rendam dalam disk kosong (± 15 menit) Suspensikan bakteri kedalam 5 ml NaCl 0,9% Suspensi bakteri Membuat larutan 0,5 Mc Farland dan bandingkan dengan suspensi bakteri sampai homogen Homogen Dioleskan pada media MHA Media MHA yang sudah diolesi bakteri Inkubasi 24 jam Ukur zona hambat Disk yang mengandung ekstrak bintang laut Ditempel pada media lakukan pengulangan 4 kali Zona hambat Analisis data Hasil analisis Gambar 7. DiaGram alur penelitian

36 3.6 Variabel Penelitian 3.6.1 Variabel Bebas Ekstrak bintang laut (Culcita sp.) dengan konsentrasi 1000 ppm, 2000 ppm, 4000 ppm, 8000 ppm, 16000 ppm. 3.6.2 Variabel Terikat Variabel terikat untuk penelitian ini adalah diameter zona hambat ekstrak bintang laut (Culcita sp.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonella typhi. 3.7 Definisi Operasional Tabel 2. Definisi operasional penelitian Variabel Definisi Cara ukur Hasil ukur Skala Ekstrak bintang laut ( Culcita sp ) Suatu zat yang diperoleh dari ekstraksi zat aktif dari bintang laut Culcita sp. secara mekanik dan kimiawi Menggunakan persamaan: M =10 6 x V ekstrak V pelarut M 1 = 16000 ppm M 2 =8000 ppm M 3 =4000 ppm M 4 =2000 ppm M 5 =1000 ppm Rasio Diameter zona hambat Pertumbuhan mikroba yang terbentuk setelah diberikan variabel independen Dengan menggunakan metode Kirby Bauer Diameter zona hambat pada pertumbuhan bakteri uji (mm) Rasio 3.8 Analisis Data Analisis data yang didapatkan dari penelitian ini dilakukan secara analitik comparative, yakni membandingkan antar variabel dalam penelitian. Pengamatan diuji analisis mengunakan software statistik. Pada uji pertama yang dilakukan adalah uji normalitas (shapiro-wilk) dikarenakan besar sampel dalam penelitian ini < 50. Distribusi dikatakan normal bila p > 0,05

37 (memenuhi asumsi normalitas) dan jika p < 0,05 distribusi dikatakan tidak normal. Apabila sebaran data tidak normal atau varians data tidak sama, dilakukan uji alternatif yaitu uji kruskal-wallis. Uji statistik yang akan digunakan selanjutnya adalah one way-anova. Uji bertujuan untuk mengetahui paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok perlakuan. Apabila uji tersebut didapatkan hasil yang signifikan (bermakna) yaitu p<0,05 maka dilakukan analisis post-hoc untuk mengetahui kelompok perlakuan yang bermakna. Uji post-hoc untuk ANOVA satu arah adalah Bonferroni.