I. PENDAHULUAN. Penyakit busuk akar (root rot disease) telah menjadi ancaman besar Hutan

dokumen-dokumen yang mirip
Pengalaman dari collaborative research FORDA/ACIAR/CSIRO/UTAS/UGM/Arara- MHP-RAPP

Jalan Flora, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281, Indonesia 2 Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada

KETAHANAN SEMAI AKASIA (Acacia mangium) PADA VARIASI UMUR TERHADAP INFEKSI Ganoderma spp.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. umumnya disebabkan oleh beberapa hal seperti berkurangnya luas kawasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. kering tidak lebih dari 6 bulan (Harwood et al., 1997). E. pellita memiliki

Jalan Flora, Bulaksumur, Yogyakarta, 55281, Indonesia 2 Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

TOLERANSI TANAMAN PENEDUH POLYALTHIA LONGIFOLIA DAN PTEROCARPUS INDICUS TERHADAP GANODERMA SP.

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

PENGALAMAN SWASTA DALAM IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KESEHATAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Dr. Budi Tjahjono. Head of Plant Health Program AAA R&D

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

DAMPAK PENYIAPAN LAHAN Acacia crassicarpa TERHADAP SERANGAN PENYAKIT BUSUK AKAR PUTIH SYAMSI FAUQO NURI

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

PENGENDALIAN HAYATI PATOGEN BUSUK AKAR (Ganoderma sp.) PADA ACACIA MANGIUM DENGAN Trichoderma spp. ISOLAT LOKAL SECARA IN VITRO

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpotensi sebagai komoditas agribisnis yang dibudidayakan hampir di seluruh

I. PENDAHULUAN. Industri dikenal sebagai hutan tanaman kayu yang dikelola dan diusahakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1. Latar Belakang. Pinus merkusii Jungh. et de Vriese merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang sangat dikenal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini kebutuhan kayu di Indonesia semakin meningkat. Peningkatan

Uji In-vitro Pengendalian Hayati oleh Trichoderma spp. terhadap Ganoderma yang Menyerang Sengon

I. PENDAHULUAN. Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Karet. Budidaya Karet

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. organisme hidup yaitu tumbuhan (Praptoyo, 2010). Kayu termasuk salah satu hasil

MENGENAL PENYAKIT AKAR COKLAT (Phellinus noxius) PADA TANAMAN KOPI. Oleh: Umiati,SP dan Dwi Purbo Lestari, SP.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas yang telah lama

SINTESA HASIL PENELITIAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI SERAT TANAMAN HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

Peneliti, Divisi Litbang, PT. Musi Hutan Persada, Muara Enim, Sumatera Selatan 31171, Indonesia. Telp:

Pengendalian Hayati Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) Pada Kelapa Sawit

CARA APLIKASI Trichoderma spp. UNTUK MENEKAN INFEKSI BUSUK PANGKAL BATANG (Athelia rolfsii (Curzi)) PADA BEBERAPA VARIETAS KEDELAI DI RUMAH KASSA

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

IV. KONDISI UMUM. Gambar 3. Peta Lokasi PT. RAPP (Sumber: metroterkini.com dan google map)

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. khususnya cabai merah (Capsicum annuum L.) banyak dipilih petani dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dibudidayakan secara intensif dalam pembangunan Hutan Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta

BAB I PENDAHULUAN. atsiri yang dikenal dengan nama Patchouli oil. Minyak ini banyak dimanfaatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Uji Patogenitas Ganoderma terhadap Bibit Tanaman Sengon (Paraserienthes falcataria (L) Nielsen)

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati yang sangat

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

BAB I BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selama periode jumlah penduduk bertambah sebanyak 3,25

TINJAUAN PUSTAKA. fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Sengon atau dengan nama ilmiah Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &

PENGENDALIAN Ganoderma boninense OLEH Trichoderma sp. SBJ8 PADA KECAMBAH DAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

KEBUTUHAN BENIH DAN PERMASALAHANNYA DI IUPHHHK

EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro SKRIPSI OLEH : NI MAL HAMDI BM AGROEKOTEKNOLOGI

JAP PADA TANAMAN KARET

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. kelapa sawit terluas di dunia. Menurut Ditjen Perkebunan (2013) bahwa luas areal

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

PENDAHULUAN. Tanaman kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman yang

Uji Antagonisme Lentinus cladopus LC4 terhadap Ganoderma boninense Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit

SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BIBIT MERANTI (Shorea leprosula Miq.) DI PERSEMAIAN. NGATIMAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa

BAB I PENDAHULUAN. bunga anggrek yang unik menjadi alasan bagi para penyuka tanaman ini. Di

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

Ralstonia solanacearum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Peta Areal Hutan Tanaman Acacia mangium PT. Sumatera Riang Lestari Sektor Sei Kebaro

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

S. leprosula, S. selanica dan S. mecistopteryx menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN AGENSIA HAYATI Trichoderma koningii Oud. UNTUK MENEKAN JAMUR AKAR COKELAT (Phellinus noxius) PADA PEMBIBITAN TANAMAN KAKAO DI RUMAH KASSA

BAB I. PENDAHULUAN. daerah tropis sebagai hutan tanaman. Di Indonesia saat ini spesies ini

Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Indonesia ABSTRACT

DEPARTEMEN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014

HAMA DAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang tergolong

UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT Ganoderma boninense DENGAN SISTEM MOUNDING

IbM Produksi Biopestisida Trichoderma harzianum di Pusat Pemberdayaan Agens Hayati ( PPAH) Ambulu Jember

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit busuk akar (root rot disease) telah menjadi ancaman besar Hutan Tanaman Industri (HTI) mangium di Indonesia (Lee, 2000; Old et al., 2000; Sankaran et al., 2005). Kejadian penyakit busuk akar pada awalnya sudah terjadi sejak 2 dekade terakhir, akan tetapi karena tingkat kematian pohon dipandang tidak signifikan terhadap produksi kayu maka penyakit busuk akar ini belum banyak diteliti dan mendapat perhatian. Penelitian secara intensif mulai dilakukan sejak meningkatnya jumlah pohon yang mati pada rotasi kedua. Persentase kematian pohon sangat tinggi, antara 3% hingga 28% pada tanaman mangium umur 3-5 tahun (Irianto et al., 2006) dan penyakit ini secara signifikan telah mengurangi produktivitas kayu untuk bahan pulp (Old, et al., 2000; Irianto et al., 2006; Glen et al.,2009). Survey penelitian yang dilakukan oleh Irianto dan Barry pada tahun 2004 menunjukkan sebanyak 14,5% dan 28,5% kejadian penyakit busuk akar ditemukan dari setiap 200 pohon pada tanaman mangium umur 4 dan 5 tahun rotasi kedua pada 2 kompartemen yang berbeda di Kalimantan Timur (Irianto et al., 2006). Kerugian yang timbul dapat dipahami melalui pemahaman apabila penelitian mengenai penyakit busuk akar dapat mengurangi kerugian hanya 1% saja, maka hal ini setara dengan menyelamatkan kerugian sebesar US$ 4,2 juta per tahun (Mohammed et al., 2012). Organisme penyebab penyakit busuk akar telah diketahui berasal dari kelompok jamur marga Ganoderma, Phellinus, dan Rigidoporus yang umum 1

menyebabkan gejala kerusakan yang sangat nyata berupa busuk akar terutama pada tanaman kelapa sawit, karet, akasia dan ekaliptus (Lee, 1999; Eyles et al., 2008; Glen et al., 2009). Jamur Ganoderma sp. dan Phellinus spp. telah dilaporkan sebagai jamur patogen yang berasosiasi dengan busuk akar pada tanaman Acacia mangium dan Eucalyptus pellita (Glen et al., 2009; Agustini et al., 2014a). Jamur Ganoderma philippii (Bres.& Henn. ex Sacc) Bress. dilaporkan telah menjadi patogen utama penyebab penyakit busuk akar merah (red root rot) (Lee, 1999; Glen et al., 2009; Coetzee et al., 2011; Yuskianti et al., 2014) yang banyak ditemukan pada hutan tanaman mangium di daerah Sumatera dan Kalimantan, Indonesia. Serangan patogen G. philippii ditunjukkan dengan adanya karakteristik rhizomorf berwarna merah pada permukaan kulit akar pohon yang terserang penyakit busuk akar sehingga sering disebut red root rot (Mohammed et al., 2006). Jenis penyakit busuk akar lainnya yang juga ditemukan pada tegakan mangium tetapi tidak terlalu dominan adalah penyakit busuk akar coklat (brown root rot) yang disebabkan oleh jamur Phellinus noxius (Lee, 1999; Agustini et al., 2014a). Strategi pengendalian penyakit busuk akar untuk inang tanaman yang sangat rentan terhadap penyakit tersebut tidak mudah, selain itu pilihan pengendalian dengan biaya yang efektif masih terbatas (Irianto et al., 2006; Eyles et al., 2008). Pengendalian yang selama ini sudah dilakukan baik secara fisik, kimia maupun biologi belum memberikan hasil yang nampak nyata. Seleksi genetik tahan di lapangan dengan cara inokulasi patogen buatan belum menunjukkan adanya tren genetik yang tahan terhadap patogen busuk akar 2

(Mohammed et al., 2014). Stump removal sebagai salah satu strategi pengedalian secara silvikultur tidak menjadi pilihan yang menarik pada industri kayu pulp di daerah tropis karena tidak ekonomis dan berdampak pada kerusakan tanah. Meskipun pengendalian ini dapat mengurangi kejadian penyakit sebesar 20-72% untuk patogen H. annosum s.l., 85-100% untuk patogen Phellinus sulphurascens, 880-100% untuk patogen Armillaria ostoyae (Romagn.) Herink. (Cleary et al., 2013). Percobaan stump removal di Indonesia dapat mengurangi kejadian dan keparahan busuk akar pada awal rotasi, tetapi tidak menunjukkan hasil yang konsisten pada rotasi berikutnya. Masih ditemukan adanya kejadian penyakit busuk akar pada rotasi tanaman berikutnya pada plot yang mempunyai kelimpahan sumber inokulum yang tinggi di dalam tanah (Mohammed et al., 2012). Penggantian jenis tanaman dengan jenis lain yang bukan menjadi i nang utama terhadap penyakit busuk akar juga belum memberikan hasil yang menjanjikan. Seperti halnya penggantian jenis mangium dengan jenis lain seperti Acacia crassicarpa, Eucalyptus pellita pada beberapa HTI masih ditemukan adanya beberapa kejadian busuk akar. Sampai beberapa tahun terakhir ini, pengendalian secara umum masih terkendala pada tingginya sumber inokulum jamur akar di dalam tanah yang tidak dapat dilihat dan diestimasi secara pasti dan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan rotasi tanaman. Banyak strategi pengendalian hayati yang sudah diterapkan untuk mengendalikan beberapa patogen terbawa tanah. Pengendalian hayati yang banyak digunakan sampai saat ini terutama adalah menggunakan jamur Trichoderma spp. (Mardhiansyah, 2011; Agustini et al., 2014b) dan Gliocladium 3

sp. (Bhansali, 2012). Di samping itu ada beberapa kelas Basidiomycetes yang sudah diketahui berperan sebagai agens pengendali hayati (APH) untuk mengendalikan beberapa penyakit busuk akar maupun busuk pangkal bata ng pada berbagai jenis tanaman keras dan kehutanan. Jamur busuk putih Phlebiopsis gigantea secara in vitro mampu menghambat pertumbuhan patogen Heterobasidion annosum (Mgbeahuruike et al., 2011), dan aplikasi di lapangan dengan cara mengolesi permukaan tunggak dengan suspensi oidia jamur APH tersebut berhasil menekan infeksi jamur H. annosum pada tanaman (Thor, 2003; Vasiliauskas et al., 2005; Samils et al., 2008). Jamur endofitik Phlebia GanoEF3 mampu menghambat pertumbuhan jamur G. boninense secara in vitro dan dapat mengendalikan infeksi G. boninense pada skala pembibitan (Noor Haida and Idris, 2009 cit. Nurrashyeda et al., 2012). Pada tanaman mangium, jamur agens pengendali hayati (APH) yang sudah diaplikasikan masih dari jenis Trichoderma, seperti Trichoderma reesei (Harjono and Widyastuti, 2001), Trichoderma harzianum, dan endofitik Trichoderma (Abdul Gafur dan Aswardi Nasution, komunikasi pribadi). Namun demikian hasilnya di lapangan belum dapat menjanjikan, karena APH ini bukan jamur saprofitik dekomposer yang dapat merombak sumber inokulum di dalam tanah (Bhansali, 2012). Berbagai penelitian untuk menentukan efektivitas agens pengendali hayati yang mampu menekan intensitas penyakit telah dilakukan, akan tetapi hanya beberapa aplikasi jenis pengendali hayati yang mampu memberikan hasil yang memuaskan (Sariah and Zakaria, 2000; Widyastuti, 2006). Sampai saat 4

ini pengendalian hayati jamur akar pada tanaman akasia dengan menggunakan jamur dari kelas Basidiomycetes belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian tentang potensi APH dari kelompok jamur kelas Basidiomycetes yang mampu berperan sebagai agens pengendali hayati jamur patogen G. philippii dan P. noxius penyebab penyakit busuk akar pada tanaman mangium. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan 20 isolat jamur yang berpotensi sebagai agens pengendali hayati (APH) dari 3 marga yang berbeda yaitu Phlebiopsis (9 isolat), Cerrena (7 isolat), dan Phlebia (4 isolat). Duapuluh isolat jamur APH diuji secara antagonistik dengan 2 isolat jamur akar dari 2 spesies yang berbeda, yaitu Ganoderma philippii dan Phellinus noxius. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Agustini et al. (2014b) yang hanya menggunakan 1 isolat jamur APH Phlebiopsis sp.1 (isolat Pb4) terhadap 3 isolat jamur akar Ganoderma philippii yang berbeda. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkarakterisasi morfologi isolat jamur patogen penyebab penyakit akar (Ganoderma philippii dan Phellinus noxius) dan jamur APH yang berpotensi sebagai agens pengendali hayatinya (Phlebiopsis sp.1, Cerrena sp., dan Phlebia spp.). 5

2. Menentukan isolat jamur APH yang efektif sebagai kandidat pengendali hayati jamur akar Ganoderma philippii dan Phellinus noxius secara in vitro. 3. Mengidentifikasi mekanisme penghambatan secara in vitro dari jamur yang berpotensi sebagai APH dalam menghambat pertumbuhan miselia jamur akar Ganoderma philippii dan Phellinus noxius. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat sebagai salah satu dasar bagi penelitian selanjutnya di bidang penyakit tanaman hutan untuk dapat mengendalikan penyakit busuk akar secara ramah lingkungan. 6