ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

MITIGASI, KESIAPSIAGAAN, DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA KEKERINGAN, KABUPATEN GROBOGAN

STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

USULAN PENELITIAN MANDIRI TAHUN ANGGARAN 2015

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

PROSIDING ISSN: M-23 POLA KETERKAITAN SPASIAL BERDASARKAN PRODUKSI PAJALE (PADI JAGUNG KEDELAI) DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Grobogan 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kekeringan dalam Permasalahan Kekeringan dan Cara. lebih panjang akan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan air

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

MITIGASI, KESIAPSIAGAAN, DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA KEKERINGAN KABUPATEN GROBOGAN

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

Katalog BPS:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Irigasi pada hakekatnya merupakan upaya pemberian air pada tanaman

KAJIAN KEKERINGAN METEOROLOGIS MENGGUNAKAN STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX (SPI) DI PROVINSI JAWA TENGAH

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENANGGULANGAN KEKERINGAN DI PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 OLEH DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PEMUKIMAN PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah

1/10 LAYANAN PERIZINAN PAKET GROBOGAN INVESTASI (LARI PAGI) BERSAMADINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KABUPATEN GROBOGAN.

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POLA TANAM MASYARAKAT PETANI PARANGTRITIS MENYIASATI KEBUTUHAN SINAR MATAHARI DAN MUSIM KEMARAU

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

INDEKS KEKERINGAN HIDROLOGI UNTUK EVALUASI KEKERINGAN PADA BENDUNG IRIGASI DI WILAYAH SUNGAI PEMALI-COMAL

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN GROBOGAN PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

commit to user BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN PRODUKSI BERAS NASIONAL DALAM MENGHADAPI KONDISI IKLIM EKSTRIM

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

Drought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tidak tercapainya beberapa sasaran tersebut diatas disebabkan karena beberapa hal, antara lain : PROSE NTASE

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

TIM PENYUSUN. : Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhayati, M.Sc. : Triyogo Amberkahi, ST

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

Memperkuat Kapasitas Kelembagaan PemerintahDaerah untuk Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Rencana Pembangunan Daerah

: Dr. Widada Sulistya DEA Dra. Nurhaya, M.Sc

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM ENDAH MURNNINGTYAS DEPUTI SDA DAN LH KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

MODELING RISK OF DROUGHT- PRONE AREA MAP

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

A. Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. secara signifikan yang pada akhirnya menimbulkan dampak dampak negatif

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. karena curah hujan yang tinggi, intensitas, atau kerusakan akibat penggunaan lahan yang salah.

PERAN PEMERINTAH DESA DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA LOROG KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bencana kekeringan terjadi disebabkan oleh menurunnya jumlah curah

MAKALAH. PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR MELALUI PENDEKATAN DAERAH TANGKAPAN AIR ( Suatu Pemikiran Untuk Wilayah Jabotabek ) Oleh S o b i r i n

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

Transkripsi:

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH Chatarina Muryani, Sarwono, dan Dwi Hastuti Universitas Sebelas Maret, Surakarta E-mail: chatarinamuryani@ymail.com ABSTRAK - Hampir setiap tahun sebagian besar wilayah Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah selalu mengalami bencana kekeringan. Bencana kekeringan ini berdampak bagi hampir seluruh kegiatan masyarakat, baik domestik, pertanian, peternakan, maupun industri Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Sebaran kekeringan di Kabupaten Grobogan th 2015, (2) dampak bencana kekeringan, (3) Adaptasi masyarakat terhadap bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan. Metode Pengumpulan data menggunakan observasi lapangan dan wawancara, teknik pengambilan sampel secara purposive sampling, analisis data secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dari 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan terdapat 14 kecamatan yang mengalami kekeringan dan hanya 5 kecamatan yang tidak mengalami kekeringan, (2) Bencana kekeringan berdampak terutama pada berkurangnya pemenuhan air untuk domestik, berkurangnya produksi pertanian, penurunan pendapatan masyarakat. (3) Adaptasi pemenuhan kebutuhan air domestik dilakukan dengan pembuatan sumur dalam dan pembuatan bak tampungan air, adaptasi bidang pertanian dilakukan dengan pengaturan pola tanam, adaptasi bidang ekonomi dilakukan dengan pengalokasian dana keluarga untuk antisipasi terjadinya kekeringan, yaitu untuk pembelian air. Kata kunci: kekeringan, sebaran, dampak, adaptasi PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap berbagai bencana. Bencana hidrometeorologis yang sering melanda negara Indonesia adalah banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau. Pada daerahdaerah tertentu, kekeringan seringkali menyebabkan gangguan serius pada kesehatan manusia dan hewan, pada budidaya pertanian dan pada aktifitas industri. Fenomena kekeringan ditandai dengan menurunnya kelembaban yang disebabkan oleh kekurangan curah hujan dalam jangka waktu tertentu (McKee, 1993 dalam Almedeij, 2014). Mishra & Singh (2010) mengklasifikasikan kekeringan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu kekeringan meteorologis, pertanian, hidrologi dan sosial-ekonomi. Kekeringan meteorologis terjadi ditandai dengan musim kering yang panjang, jauh di atas normal. Kuantifikasi 348

kekeringan biasanya ditentukan dengan indeks dan simulasi neraca air. Indeks kekeringan sangat berguna untuk memantau dampak variabilitas iklim terhadap vegetasi karena identifikasi spasial dan temporal episode kekeringan sangat kompleks Kekeringan merupakan salah satu jenis bencana alam yang terjadi secara perlahan (slow-onset disaster), berdampak sangat luas, dan bersifat lintas sektor (ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan, dan lain-lain). Kekeringan merupakan fenomena alam yang tidak dapat dielakkan dan merupakan variasi normal dari cuaca yang perlu dipahami.variasi alam dapat terjadi dalam hitungan hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad. (BMKG, 2014). Kekeringan seringkali ditandai dengan curah hujan di bawah rata-rata dalam bagian iklim normal, dapat berkembang sebagai iklim ekstrim atau berubah menjadi sebuah fenomena iklim yang berbahaya dan dapat memiliki dampak yang parah pada masyarakat (M. Sigdeli & M. Ikeda, 2010) Kekeringan sangat berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi penduduk. Pada masyarakat agraris dimana usaha tani selalu berkaitan dengan iklim, kekeringan akan mempengaruhi mata pencaharian penduduk (Mekuria, 2012). Adaptasi merupakan faktor kunci untuk keamanan pangan pada masa yang akan datang dalam menghadapi perubahan iklim (Lobell at.all, 2008). Adaptasi di bidang pertanian akan berhasil jikalau didukung bersama-sama antara petani, pemerintah, ilmuwan dan organisasi-organisasi pengembang. Bencana alam di suatu wilayah memiliki implikasi secara langsung terhadap masyarakat di wilayah tersebut. Partisipasi masyarakat untuk mengurangi dan menghindari resiko bencana penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat (Suryanti dkk, 2010). Zein (2010) menjelaskan bahwa masyarakat merupakan pihak yang memiliki pengalaman langsung dalam kejadian bencana sehingga pemahaman yang dimiliki menjadi modal bagi pengurangan resiko bencana. Adaptasi merupakan hasil akhir sikap masyarakat yang muncul berdasarkan persepsi dan pengetahuan mereka (Su Rito Hardoyo dkk., 2011). METODE Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Grobogan, Propinsi Jawa Tengah dengan alasan di daerah ini hampir setiap tahun mengalami kekeringan. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai November 2015, yaitu selama daerah penelitian mengalami kekeringan pada tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah masyarakat yang mengalami kekeringan di Kabupaten Grobogan, sampel diambil secara purposive yaitu mewakili masing-masing desa yang terkena bencana kekeringan. Data primer dikumpulkan melalui observasi (pengamatan langsung) di lapangan terhadap intensitas dan dampak kekeringan di daerah penelitian, serta wawancara langsung kepada informan terpilih menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun terlebih dahulu. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu BAPPEDA, BPBD, Dinas Pertanian dan Dinas Kesehatan. 349

HASIL Sebaran Kekeringan Kabupaten Grobogan tahun 2015 Berdasarkan data dari BPBD Kabupaten Grobogan, hampir setiap tahun di daerah ini mengalami bencana kekeringan, dan pada tahun 2015 dari 19 kecamatan terdapat 14 kecamatan yang mengalami kekeringan dan hanya 5 kecamatan yang tidak mengalami kekeringan. Kecamatan yang tidak mengalami kekeringan adalah Kecamatan Klambu, Kecamatan Brati, Kecamatan Gubug, Kecamatan Tanggungharjo, dan Kecamatan Godong. Sedangkan kecamatan yang desanya paling banyak mengalami kekeringan yaitu Kecamatan Pulokulon, yaitu sebanyak 13 desa atau 100%, sehingga semua desa di Kecamatan Pulokulon mengalami kekeringan. Data sebaran kekeringan di Kabupaten tahun 2015 adalah sebagai berikut Tabel 1. Sebaran Kekeringan per Kecamatan di Kabupaten Grobogan th 2015 Jumlah Desa Jumlah yang Seluruh Persentase No. Kecamatan Mengalami Desa/ (%) Kekeringan Kelurahan 6 12 50 1 Grobogan 5 16 31,25 2 Toroh 13 13 100 3 Pulokulon 9 14 64,29 4 Kradenan 9 14 64,29 5 Gabus 6 13 46,15 6 Geyer 6 14 42,86 7 Wirosari 4 17 23,53 8 Purwodadi 2 12 16,67 9 Ngaringan 4 19 21,05 10 Karangrayung 4 10 40 11 Tawangharjo 2 20 10 12 Penawangan 1 18 5,56 13 Tegowanu 2 12 16,67 14 Kedungjati 73 204 35,78 Jumlah Sumber: BPBD Kabupaten Grobogan th 2015 Dampak kekeringan terhadap masyarakat di Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Pada tahun 2015 kekeringan di daerah penelitian terjadi dari awal bulan Agustus sampai bulan November, padahal seharusnya bulan Oktober sudah memasuki musim penghujan tetapi sampai bulan November hujan belum juga turun sehingga masih terjadi kekurangan pasokan air untuk kehidupan seharihari. Pada bulan Juli 2015 sudah tidak terjadi hujan di daerah ini sehingga sumber-sumber air seperti sungai, embung, sumur sudah mulai berkurang volumenya. Pada bulan Agustus selain sumber air sumur yang mengering, sungai350

sungai juga mengering karena curah hujan yang sangat rendah. Kekeringan baru terasa saat air sumur mengering, sungai mengering, serta sungai dan embung mengering sehingga tidak bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan seharihari dan juga kebutuhan untuk mengairi daerah pertanian. Akibatnya, masyarakan kekurangan air untuk mencukupi kehidupan sehari-hari. Lahan pertanian menjadi kering sehingga tidak bisa ditanami dan petani menjadi merugi dan tidak mempunyai penghasilan dari panen hasil pertaniannya. Kekeringan juga merugikan usaha peternakan karena penduduk tidak punya bahan makanan untuk ternaknya sehingga harus membeli makanan ternak dari daerah lain.kekeringan juga merugikan usaha perikanan, dan bidang usaha lain yang membutuhkan ketersediaan air yang cukup. Gambar : Sawah mengalami kekeringan di Desa Pelem Kecamatan Gabus Adaptasi Masyarakat Kabupaten Grobogan terhadap kekeringan Kekeringan memang hampir setiap tahun terjadi di Kabupaten Grobogan, tetapi penduduk tidak ada yang sampai pindah tempat tinggal saat terjadi bencana tersebut karena masyarakat masih bisa bertahan dan beradaptasi terhadap kekeringan. a. Adaptasi dalam pemenuhan air domestik. 1) Pembuatan sumur bor Salah satu upaya adaptasi masyarakat dalam menghadapi kekeringan dilakukan dengan cara pembuatan sumur bor. Sumur bor dibuat dengan sumber air yang sangat dalam (artesis) sehingga diharapkan ketika musim kemarau panjang berlangsung, sumur tersebut tidak mengalami kekeringan sehingga bisa dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan informasi dari masyarakat, sumur bor dibuat dari dana kas RT dan bantuan sukarela dari warga masyarakat. Lokasi pembuatan sumur bor sesuai dengan kesepakatan warga masyarakat dan dipilih pada lokasi yang sumber airnya banyak. Pembuatan sumur bor diharapkan dapat mengurangi dampak dari terjadinya kekeringan. 351

Gambar 2. Pembuatan Sumur Bor di Desa Boloh Kecamatan Toroh 2) Pembuatan bak tampungan air Disamping pembangunan tampungan air dari program Pamsimas (Program Sanitasi Masyarakat) dari Pemerintah Kabupaten Grobogan. sebagian warga masyarakat juga mempunyai tandon air pribadi untuk menghadapi kekeringan di musim kemarau. Upaya pembuatan tandon air dapat digunakan untuk menampung air ketika mendapat bantuan air bersih dari pemerintah maupun saat masyarakat membeli air bersih dari pihak swasta. Selain itu upaya pembuatan tandon air dilakukan untuk menampung air hujan saat terjadi kekeringan. Pada musim kemarau panjang dan terjadi hujan, maka air hujan ditampung pada tandon air tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gambar 3: Tampungan air Milik Warga di Desa Pulokulon Kecamatan Pulokulon b. Adaptasi dalam bidang pertanian Adaptasi dalam bidang pertanian yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Grobogan yaitu dengan mengatur pola tanam. Pola tanam yang diterapkan di sebagian besar daerah pertanian di Kabupaten yaitu pola tanam padi-padi-polowijo bagi daerah yang tingkat kekeringanya sedang dan dengan sistem irigasi teknis, atau padi-polowijo-bero bagi daerah dengan tingkat kekeringan tinggi dan tanah tadah hujan. Hal ini dilakukan agar kerugian dari usaha tani pada musim kemarau tidak menimbulkan kerugian yang besar. 352

Gambar : adaptasi masyarakat bidang pertanian dengan menanam jagung c. Adaptasi dalam bidang ekonomi Adaptasi yang dilakukan dalam bidang ekonomi yaitu dengan cara menyediakan alokasi dana khusus untuk menghadapi kekeringan. Pada saat terjadi puncak kekeringan, bantuan air dari pemerintah masih belum dapat mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat sehingga masyarakat membeli air sendiri untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat membeli air setiap satu tangki mobil seharga Rp. 200.000,00. Air dari tangki tersebut ditampung dalam bak dan sebagian lagi ditampung dalam sumur. Air tersebut dapat mencukupi kebutuhan penduduk dalam satu KK selama seminggu PEMBAHASAN. Meskipun setiap tahun Kabupaten Grobogan selalu mengalami kekeringan, namun penduduk tidak ada yang berpindah tempat tinggal yang dikarenakan bencana kekeringan ini. Pada umumnya mereka dapat mengatasi bencana ini dengan berbagai cara. Oleh karena bencana ini datangnya juga perlahan-lahan dan rutin masyarakat sudah melakukan persiapan dan atisipasi sebelumnya. Mereka sudah melakukan adaptasi terhadap bencana kekeringan Dalam bidang penyediaan air untuk domestik, pemerintah memberikan bantuan air gratis bagi masyarakat walaupun jumlahnya terbatas. Pemerintah melalui BPBD mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam menghadapi kekeringan. BPBD bekerjasama dengan pihak PDAM dalam memberikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan. Bagi penduduk yang mampu, pemenuhan air untuk kebutuhan domestik juga dengan membeli air sendiri. Berdasarkan informasi dari BPBD, dalam upaya adaptasi kekeringan masyarakat membuat sumur bor secara kolektif. Hal ini dikarenakan pembuatan sumur bor membutuhkan biaya yang mahal dan digunakan untuk kepentingan bersama yaitu mencukupi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari masyarakat setempat. 353

Dalam bidang pertanian, para petani harus mempersiapkan varietas tanaman yang paling cocok ditanami saat musim kemarau, bahkan varietas yang mampu hidup di iklim yang ekstrim. Selain itu, upaya meningkatkan kesuburan tanah dengan bahan organik dilakukan masyarakat agar tanah mampu menahan air. Pengelolaan sumber air yang baik seperti, irigasi, drainase, penampungan, dan penyimpanan air dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi kekurangan sumber air di waktu musim kemarau. Pemberitahuan rutin mengenai keadaan cuaca penting untuk mempersiapkan jenis tanaman yang akan ditanam. Pemerintah juga membentuk kelompok tani dan gabungan kelompok tani serta memberikan bantuan kredit melalui kelompok tani, sehingga pada saat puso, masyarakat bisa meminjam modal dari kelompok tani untuk memanami lahan pertaniannya. Selain pinjaman modal, pemerintah juga memberikan bantuan dalam penyediaan pupuk serta memberi subsidi harga pupuk. Gapoktan atau kelompok tani juga mengadakan arisan rutin sehingga dapat membantu penyediaan dana bagi para petani. KESIMPULAN Dari hasil analisis data dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Pada tahun 2015 dari 19 kecamatan di Kabupaten Grobogan, terdapat 14 kecamatan yang mengalami kekeringan dan hanya 5 kecamatan yang tidak mengalami kekeringan. Kecamatan yang tidak mengalami kekeringan adalah Kecamatan Klambu, Kecamatan 2. Kekeringan di Kabupaten Grobogan adalah kekurangan air untuk kebutuhan domestik, kekurangan air untuk pertanian, perikanan dan peternakan 3. Adaptasi yang dilakukan masyarakat terhadap bencana kekeringan adalah dengan membuat sumur dalam, membuat bak tampungan air, mengatur pola tanam dalam pertanian dan mengalokasikan dana untuk menghadapi bencana kekeringan PENGHARGAAN (acknowledgement) Terima kasih pada Dwi Hastuti, Dwi Partini dan Arvita yang telah bekerjasama dalam penelitian payung Kekeringan di Kabupaten Grobogan. REFERENSI Almedeij J. 2014. Drought Analysis for Kuwait Using Standardized Precipitation Index. Hindawi Publishing Corporation e- Scientific World Journal Volume 2014, Article ID 451841, 9 pages Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Buku Informasi Peta Kekeringan Dengan Metode SPI (Standardized Precipitation Index) Propinsi Banten dan DKI Jakarta. Jakarta : Stasion Klimatologi Pondok Betung 354

Lobell, D, Marshall B. Burke, Claudia Tebaldi. 2008. Prioritizing Climate Change Adaptation Needs for Food Security in 2030. Science Vol 319 1 Februari 2008 McKee T.B., N. J. Doesken, and J. Kleist, The relationship of drought frequency and duration to time scales, in Proceedings of the 8th Conference on Applied Climatology, vol. 17,pp. 179 183, Mekuria EF. 2012. Spatial and Temporal Analysis Recent Drought Using Vegetation Temperature Condition Index Case of Somali regional state of Ethiopia. Jaume-1 Universitat Su Rito Hardoyo, Muh Aris Marfai, Novi Maulida Ni mah, dkk. 2011. Strategi Adaptasi Masyarakat Dalam Menghadapi Bencana Banjir Pasang Air Laut Di Kota Pekalongan Magister Perencanaan dan Pengelolaan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai (MPPDAS). Program S-2 Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Suryanti, E.D., Rahayu, L., dan Retnowati, A.. 2010. Motivasi dan PartisipasiMasyarakat dalam Upaya Pengurangan Multirisiko Bencana di Kawasan Kepesisiran Parangtritis dalam Penaksiran Multirisiko Bencana di Wilayah Kepesisiran Parangtritis, Yogyakarta, PSBA UGM. Zein, M. 2010. A Community Based Approach to Flood Hazard and Vulnerability Assessment in Flood Prone Area: A Case Study in Kelurahan Sewu, Surakarta City, Indonesia, Thesis, ITC, The Netherland 355