II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu pendidikan ada yang disebut sebagai pendidik dan sebagai. sebagai peserta didik mendapatkan haknya sepenuhnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada aktivitas ke arah tujuan.

MUHAMMAD A. DJAKARIA NIM ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. yang dikenal dengan sebutan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

ZULFA SAFITRI A54F100040

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

Jurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. variabel A, kita mengatakan arah variabel itu dari A ke B bukan dari B ke A.

BAB I PENDAHULUAN. alam dan kegiatan ekonomi, menuntut guru agar dapat menciptakan pembelajaran

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. tersebut turut berperan dalam aktivitas dirinya sehari-hari. Salah satu dari

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

MODEL PEMBELAJARAN CTL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SEJARAH SMK GAJAH MADA BANDAR LAMPUNG

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Kelebihan Kelemahan Model Belajar Kontekstual

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN DI KELAS V SD NEGERI NO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. dengan teknik tes dan non-tes. Dalam teknik tes misalnya pemberian beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1999), hlm Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi Filsafat dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan sebagai warga bangsa. Arus globalisasi telah menyebar dan mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan siswa dalam melakukan langkah - langkah pembelajaran dapat

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mengadakan hubungan atau memerlukan bantuan orang lain. Tanpa bantuan,

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB II KAJIAN TEORI. seseorang. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan

Syahriani S.Pd.,M.Pd Dosen Non PNS Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin Makassar. Abstrak

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2015 PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEAM QUIZ UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and. Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Matematika

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari kegiatan belajar mengajar, bertujuan untuk menghasilkan perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Oleh Rini Turnip Drs. H. Sigalingging, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Motivasi Belajar. a. Pengertian Motivasi Belajar.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya dalam aspek fisik intelektual, emosional, sosial dan spiritual

ABSTRACT RELATED LEARNING MOTIVATION AND LEARNING FACILITY WITH STUDENT ACHIEVEMENT IPS

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Transkripsi:

11 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA 1. Tinjauan Pustaka A. Konsep Pengaruh Menurut Hugiono, 1987:47 pengaruh merupakan dorongan atau bujukan dan bersifat membentuk atau merupakan suatu efek. Dorongan yang dimaksudkan Menurut (Sardiman, 2010: 77) adalah hal yang menunjukan bahwa seseorang melakukan aktivitas karena didorong oleh adanya factor-faktor, kebutuhan biologis, insting, dan mungkin unsur-unsur kejiwaan yang lain serta adanya pengaruh perkembangan budaya manusia. Rogers (dalam Sardiman, 2010:108) berpendapat bahwa Manusia memiliki dorongan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif. Maka pengaruh yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran Kontekstual terhadap peningkatan motivasi belajar sejarah siswa. Pengaruh yang akan dilihat dapat berupa pengaruh yang positif dan negatif, sehingga dalam penelitian ini pengaruh yang akan dilihat adalah pengaruh yang positif sesuai dengan pendapat di atas.

12 B. Konsep Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Depdiknas,2003:5 (dalam Dharma Kesuma,2009:58) Contextual Teaching and Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Johnson (d alam Hosnan, 2014: 268) menyatakan bahwa CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwasanya model Contextual Teaching and Leraning merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar dengan cara membantu siswa memahami materi yang diajarkan dan mengaitkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dari konsep di atas terdapat tiga hal yang harus dipahami: 1. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung, 2. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata, Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan,

13 3. CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari ( Dharma Kesuma,2009;59). Pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajar dengan situasi dunia nyata siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Menurut Trianto 2009:100 (dalam Hosnan, 2014:269) Karakteristik CTL yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya adalah: a. Kerja sama b. Saling menunjang c. Menyenangkan dan mengasyikan d. Tidak membosankan e. Belajar dengan bergairah f. Pembelajaran terintegrasi g. Menggunakan berbagai sumber siswa aktif Sedangkan menurut Priyatni,2002:2 (dalam Hosnan, 2014: 277) pembelajaran Kontekstual memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalam konteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting), b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning), c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing), d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group), e. Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to knot each other deeply), f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to york together),

14 g. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy acticity). Keunggulan yang dimiliki Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning adalah: 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan rill, Artinya, siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran kontruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis kontruktivisme, siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal (Hosnan, 2014:279). Langkah-langkah pembelajaran kontekstual di dalam kelas adalah sebagai berikut: a) kembangkan pemikiran anak, anak akan belajar bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksikan sendiri pengalaman dan keterampilan barunya, b) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topic, c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok), e) Hadirkan model sebagai contoh, f) Lakukan refleksi diakhir pertemuan, g) Lakukan penilaian dengan berbagai cara (Hosnan,2014:270). C. Konsep Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat

15 diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa dorongan, atau rangsangan dalam bentuk tingkah laku tertentu. Menurut Mc, Donald (dalam Sardiman, 1994; 73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian Mc, Donald ini mengandung tiga elemen yaitu 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri tiap individu manusia, Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakanya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi di tandai dengan munculnya, rasa/felling, afeksi seseorang, Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang atau terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan, tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan. Menurut Hellriegel and Slocum, 1997; 390 (dalam Hamzah, 2007;5) motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya

16 berbagai macam kebutuhan,seperti (1) keinginan yang hendak dipenuhinya; (2) tingkah laku; (3) tujuan; (3) umpan balik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal (berupa hasrat dan keingin an) dan eksternal (penghargaan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik) pada peserta didik yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil 2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar 3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan 4. Adanya pengharagaan dalam belajar 5. Adanya kegiatan yang menarik 6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik ( Hamzah, 2007;23). Peranan lain motivasi dalam proses belajar adalah dapat menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan siswa. Belajar tanpa motivasi yang kuat akan sulit untuk berhasil. Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan mengikuti pelajaran dengan baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan motivasi antara lain yaitu sebagai berikut: 1. Kematangan dalam penguasaan materi pelajaran 2. Usaha yang bertujuan 3. Pengetahuan mengenai hasil belajar 4. Partisipasi siswa 5. Perhatian (Mustakim,1990;75).

17 Motivasi dalam pengajaran merupakan tanggung jawab guru karena keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh usaha yang dilakukan oleh guru untuk membangkitkan motivasi belajar siswa. Nilai-nilai motivasi dalam pengajaran sebagai berikut: 1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa, Belajar tanpa adanya motivasi sulit untuk berhasil. 2. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada murid. Pengajaran yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam pendidikan. 3. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk berusaha secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna meningkatkan dan memelihara motivasi belajar siswa, Guru senantiasa berusaha agar murid-murid akhirnya memiliki motivasi dalam diri sendiri (self motivation) yang baik (Hamalik, 2004;161). Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa motivasi belajar adalah suatu keadaan yang ada di dalam diri peserta didik yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Motivasi juga dapat dijadikan sebagai pendorong siswa untuk selalu tumbuh dan berkembang. Pengaruh model pembelajaran Kontekstual dapat dijadikan acuan untuk memotivasi diri peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan termotivasi untuk belajar yang pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Kerangka Pemikiran Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning merupakan salah satu model pembelajaran Kontekstual yang mengaitkan antara pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil dari menerima dan hanya mengingat fakta-fakta, tetapi hasil yang diperoleh dari menemukan sendiri, dan hasilnya diharapkan akan sesuai. Dalam proses pembelajaranya langkah-langkah

18 `yang akan dilakukan meliputi 4 (empat) tahap yaitu: a), Merumuskan masalah hal ini dilakukan sebelum melakukan suatu kegiatan inquiry, b), melakukan kegitana inquiry, c), mengamati atau melakukan observasi dapat dilakukan dengan membaca buku atau menggunakan sumber lain lain untuk mendapatkan informasi pendukung, d) menganalisis atau menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, tabel dan karya lainnya. Penggunaan model ini dapat menumbuhkan suasana kelas yang aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini mempunyai banyak keunggulan yaitu dalam proses pembelajaran, pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil, dan pembelajaran lebih produktif, karena siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal.

19 3. Paradigma PROSES PEMBELAJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (X) MOTIVASI BELAJAR (Y) Keterangan: = Garis Kegiatan = Garis Pengaruh 4. Hipotesis Menurut Riduwan (2013:163 ) hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya, menurut (Sugiyono, 2013;64) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan paparan teori dan kerangka pikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis atau pernyataan sementara yang dapat diajukan adalah :

20 Uji Hipotesis pertama untuk kasus ini adalah : H o = Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). H 1 = Adanya pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan motivasi belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Sedangkan Uji Hipotesis kedua adalah: H o = Pengaruh signifikansi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap peningkatan motivasi belajar siswa lemah. H 1 = Pengaruh signifikansi model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap peningkatan motivasi belajar sejarah siswa cukup.

21 REFERENSI Hugiono. 1987. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta: Bina Aksara. Hal 47 Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Grafindo Persada. Hal 77 Sardiman, Op. Cit. hal 108 Dharma Kesuma. 2009. Contextual Teaching and Learning. Yogyakarta: Rahayasa.hal 58 Hosnan, M. 2014. Pendekatan Seintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.hal 268 Dharma Kesuma. Op. Cit. 59 Hosnan, M. Op. Cit. 269 Ibid. hal 277 Ibid. hal 279 Ibid. hal 32 Ibid. hal 34 Ibid. hal 36 Sardiman. Op. Cit. 73 Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 5 Ibid. hal 23 Mustaqim. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 75

Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 161 Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung. PT Alfabeta. hal 163. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal 64