BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memperoleh keturunan merupakan salah satu dari tujuan pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. ketakutan besar dalam kehidupan, dapat berdampak terhadap kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB 1 PENDAHULUAN. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Aisah, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infertilitas adalah suatu keadaan dimana pasangan. suami-istri yang telah menikah selama satu tahun atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tri Fina Cahyani,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Folikel antral adalah folikel kecil - kecil berukuran 2-8 mm yang dapat

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi peningkatan penduduk sebesar satu triliun penduduk pada tahun 2030.

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak persoalan, terutama di negara berkembang. Salah satunya adalah Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keharmonisan serta menjadi dambaan bagi pasangan suami istri. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (2012), infertilitas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat agar dapat menerima pembentukan Norma Keluarga Kecil Bahagia. dan Sejahtera (NKKBS) (Manuaba, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dialami seseorang dari orang-orang terdekat dalam. hubungan interpersonalnya, yaitu teman dekat seperti

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB 2 LANDASAN TEORI

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Tindak kekerasan di dalam rumah tangga (domestic violence) merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara. Sesuai Undang undang No.17 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung kepada dokter (Kasiana,2013). Infertilitas atau ketidak suburan adalah ketidak mampuan pasien untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara mandiri atau bersama-sama dalam satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia khususnya di Afrika dan

BAB I PENDAHULUAN. mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. urat. Kebanyakan arthritis gout disebabkan oleh pembentukan asam urat yang

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal penting yang diinginkan. setiap manusia. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada umumnya bertujuan untuk merubah kualitas kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. buku berjudul Door Duisternis Tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang). Kartini

ABSTRAK GAMBARAN ANALISA SPERMA DI KLINIK BAYI TABUNG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah-masalah kesehatan pada keluarga dengan anak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB 1 PENDAHULUAN. Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas yang didefinisikan sebagai kegagalan untuk hamil setelah satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi, dianggap sebagai masalah di hampir semua budaya dan masyarakat ( Lewis, 2007). Infertilitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu primer dan sekunder. Infertilitas primer terjadi ketika keadaan istri belum pernah hamil sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder terjadi pada istri yang pernah hamil (Easley, 2013). Pasangan yang mengalami infertilitas sekitar 15% disebabkan oleh subfertilitas atau kemandulan (yang memiliki ketidakmampuan bawaan untuk hamil) di salah satu pasangan atau keduanya (Easley, 2013). Pada kasus infertilitas, perempuan memiliki peran sebesar 40% -50% kasus sedangkan laki-laki sebesar 30% dan penyebab lain sekitar 20% -30% dari pasangan (Easley, 2013). Infertilitas sebagian besar disebabkan oleh perempuan, oleh karena itu dampak dari infertilitas memiliki pengaruh lebih besar bagi perempuan. Infertilitas yang disebabkan oleh faktor perempuan antara lain anovulasi, kerusakan tuba, endometriosis dan kegagalan ovarium. Faktor laki-laki antara lain disebabkan oleh jumlah sperma yang sedikit, sperma tidak motil dalam ejakulasi, dan disfungsi ereksi. Faktor lain penyebab infertil antara lain stres, pengguna tembakau dan alkohol, kelebihan dan kekurangan berat badan, serta intensitas olahraga yang berlebihan (Tai, 2013).

2 Infertilitas terjadi pada banyak pasangan di seluruh dunia, yaitu sebanyak 50 juta hingga 80 juta pasangan dengan usia wanita yang masih subur (WHO, 2011). The World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 8-10% pasangan usia subur mengalami masalah kesuburan. Di Indonesia, pada tahun 2007, dari sekitar 30 juta pasangan usia subur terdapat 3-4,5 juta atau sekitar 10-15 % pasangan yang memiliki problem kesuburan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta sekitar 400 ribu pasangan suami istri infertil, jumlah pasien yang datang ke Poliklinik Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta rata-rata setiap bulan berjumlah 6 orang dalam 1 tahun terakhir. Kasus infertil dalam suatu lingkungan sosial budaya mengandung bias jender yang kuat. Pihak perempuan sering disalahkan pada pasangan suami istri yang tidak mempunyai keturunan (Pranata, 2009). Beberapa budaya menganggap ketidaksuburan merupakan tanggung jawab perempuan. Hal itu dihubungkan dengan dosa-dosanya di masa lalu. Perempuan yang pertama divonis oleh masyarakat sebagai individu penyebab masalah tanpa melihat terlebih dahulu penyebabnya (perempuan atau laki-laki). Masalah infertilitas juga menyebabkan stres pada laki-laki, namun stres lebih banyak dan lebih cepat dialami oleh perempuan (Wat kins & Baldo, 2005). Dengan demikian perempuan dianggap sebagai pihak yang bertanggung jawab atas semua kejadian infertilitas. Menurut Wiersermman, (2006) cit. Sigar, (2008) dalam penelitiannya di Vietnam Selatan ditemukan bahwa akibat infertilitas menimbulkan respon

3 stres yang tinggi terhadap wanita. Hal ini disebabkan dalam budaya masyarakat Vietnam pasangan yang telah menikah penting untuk mempunyai keturunan agar bisa mewariskan nama keturunannya terutama bagi anak lakilaki. Faktor stres juga berpeluang dialami oleh masyarakat Indonesia, mengingat dalam budaya Indonesia nilai anak masih memiliki arti penting. Masyarakat Indonesia pada umumnya berpendapat bahwa anak mempunyai nilai yang tinggi bagi keluarga. Selain memiliki fungsi ekonomi yaitu secara ekonomi anak dianggap menguntungkan untuk investasi hari tua, juga memiliki fungsi sosial karena anak merupakan kebanggaan keluarga (Siregar, 2003 cit. Sigar, 2008). Tidak jarang kekerasan dalam rumah tangga terjadi akibat ketidakadilan memandang masalah terkait infertilitas, sehingga pada akhirnya perempuan yang menjadi korban baik secara fisik, ekonomi, seksual maupun psikososial (Greil, 1997 cit. Warsiti, 2006). Masyarakat Yogyakarta merupakan masyarakat yang masih menganut budaya patrilineal. Dalam masyarakat patrilineal suami merupakan pengambil keputusan tertinggi dalam keluarga, termasuk keputusan perempuan untuk menentukan hak-hak reproduksinya (Koentjaraningrat, 1999). Kaum perempuan menghadapi berbagai persoalan yang diakibatkan oleh sistem patriakhi. Patriakhi adalah sistem yang selama ini meletakkan kaum perempuan terdominasi dan tersubordinasi. Hubungan antara laki-laki dan perempuan bersifat hierarkhis, yakni laki-laki berkedudukan dominan sedangkan perempuan sub ordinat (Laki-laki menentukan, wanita ditentukan).

4 Penjajahan kaum pria terhadap wanita terlihat semakin meningkat dengan beberapa indikasi dengan meningkatnya persoalan yang dihadapi kaum perempuan mulai dari KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) hingga perdagangan wanita (trafficking). Peran perempuan dalam berbagai bidang sering menghadapi berbagai kendala. Permasalahan pendidikan, status sosial ekonomi, dan pekerjaan perempuan sering dinomorduakan dan dianggap tidak sebanding dengan lakilaki. Istilah yang erat kaitannya dengan hal ini adalah bahwa perempuan merupakan koncowingking. Perempuan hendaknya tinggal di rumah mengurusi dapur, sumur dan kasur (reproduksi). Pekerjaan -pekerjaan perempuan meliputi masak, macak, dan manak (Sulistyo, 2008). Islam beranggapan bahwa wanita terbaik adalah mereka yang mencintai dan bisa memiliki banyak anak bahkan beberapa ulama menganggap Makruh untuk menikahi seorang wanita yang tidak bisa memiliki anak. Kemajuan terbaru dalam pengobatan reproduksi sangat membantu beberapa pasangan dengan masalah infertilitas yang sulit untuk hamil, tetapi metode ini jarang berhasil dalam semua kasus (Easley, 2013). Pengobatan terbaru infertil adalah in-vitro. Walaupun terapi ini sangat benyak membantu dalam mengatasi infertilitas tetapi prosedur pengobatan sangat kompleks meliputi klien harus mampu menghasilkan gamet, bebas dari intervensi medis, paparan racun dan penyebab genetik selain itu biaya yang diperlukan juga mahal (Easley, 2013). Penelitian lain mengenai in-vitro pada wanita infertil membandingkan perasaan wanita yang berhasil hamil setelah terapi

5 dan yang belum berhasil, hasilnya wanita yang berhasil hamil setelah in-vitro merasa sangat bahagia dalam hidupnya sedangkan yang belum berhasil hamil berdampak negatif dalam pernikahannya (Leiblum, 1998). Kesungg uhan pasien infertil selama pengobatan dapat mempercepat kesembuhan dan juga didukung oleh pengetahuan yang cukup tentang manfaat pengobatan (Hinton, Kurinczuk, & Ziebland, 2012). Berbagai macam pemeriksaan dan pengobatan medis sebagai upaya untuk mengatasi masalah infertilitas dijalani oleh perempuan namun tidak semua akan segera memperoleh keturunan, sehingga keadaan ini akan menimbulkan stres pada perempuan (Reeder, Martin, & Griffin, 1997). Kegagalan terapi medis ini manyebabkan wanita infertil untuk mencari pengobatan alternatif, misalnya pijat, refleksi, ke dukun lalu minum ramu-ramuan dan menikah lagi dengan pasangan yang dianggap subur (Mariyani, 2003). Respon individu yang berkeinginan kuat untuk memperoleh keturunan menuntut individu yang mengalami infertilitas akan berupaya mencari pengobatan. Respon terhadap masalah infertilitas yang bervariasi, maka sikap sensitivitas dan kepedulian anggota tim kesehatan termasuk di dalamnya perawat maternitas dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasangan dengan masalah ketidaksuburan menjadi fondasi ketidakmampuan pasien untuk mencari terapi (Warsiti, 2006). Oleh karena itu, dapat kita lihat berbagai macam cara yang ditempuh oleh perempuan infertil untuk mendapat keturunan.

6 Pengambilan tindakan untuk kesembuhan dan peningkatan kualitas hidup seseorang, dalam hal ini pencarian pengobatan dalam mengatasi infertilitas adalah pengertian dari promosi kesehatan yang ditulis oleh Pender dalam teori Health Promotion Model/HPM (Pender, 2006). Health promotion model adalah model yang menggambarkan komponen dan mekanisme yang menjadi penentu pada gaya hidup yang mempromosikan kesehatan dengan mewujudkan potensi kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan melalui penggunaan perilaku pendekatan bukan perilaku penolakan penyakit (Pender, 2006). Dari hasil studi pendahuluan wawancara pada 5 orang wanita infertil yang masih melakukan pengobatan di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan bahwa mereka sudah melakukan terapi medis yaitu ke dokter, tetapi belum ada hasilnya. Pengobatan alternatifpun sudah dilakukan, tapi juga belum berhasil. (Sumber: wawancara klien infertil pada tanggal 30 Januari 2014). Pengalaman individu mempengaruhi tindakan dan keputusan yang akan diambil. Jika pengalaman tersebut menguntungkan maka akan jadi pengulangan perilaku (Pender, 2006). Pengalaman akan menjadi kognitif dan spesifik yang akan dimasukkan ke dalam memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut di kemudian waktu. Perawat dapat berperan dalam membantu klien dengan melihat riwayat perilaku yang positif yang memfokuskan pada pemanfaatan perilaku, mengajarkan klien bagaimana bertindak dan menimbulkan potensi

7 dan sikap yang positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back positif (Pender, 2006). Dari penjelasan di atas akibat infertilitas lebih besar pengaruhnya pada perempuan yang disebabkan oleh berbagai faktor, dampak infertilitas pada perempuan karena sebagai pihak yang menanggung kesalahan, pentingnya anak sebagai penerus keluarga sehingga akhirnya menyebabkan perempuan melakukan berbagai cara untuk memperoleh keturunan walaupun terkadang tidak berhasil. Berdasarkan teori Health Promotion Model/HPM, pengambilan tindakan untuk kesembuhan dan peningkatan kualitas hidup perempuan dalam hal ini pengalaman pencarian pengobatan dalam mengatasi infertilitas akan dipengaruhi oleh karakteristik dan pengalaman perempuan sebelumnya, sehingga berdampak pada kognitif behaviour spesifik dan sikap selama pengobatan. Perilaku sebelumnya, faktor personal terutama sosiokultural, manfaat pengobatan, hambatan selama pengobatan, kepercayaan diri dalam mencari pengobatan, sikap selama pengobatan, dukungan keluarga, kelompok, petugas kesehatan, dukungan sosial, belajar dari pengalaman orang lain, pilihan yang tersedia, karakteristik kebutuhan, dan penyuluhan kesehatan reproduksi menimbulkan komitmen perempuan infertil untuk hamil. Pencarian pengobatan juga dikarenakan tuntutan dari suami dan keluarga untuk segera hamil. Dari studi literatur yang ada belum didapatkan adanya penelitian tentang ini, oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian secara

8 mendalam pengalaman wanita infertil dalam mencari pengobatan dengan menggunakan pendekatan teori Health promotion model. B. Rumusan Masalah Pengambilan keputusan dalam menentukan pengobatan pada perempuan infertil terutama di Yogyakarta merupakan hak bagi kaum laki-laki atau suami dan perempuan hanya sebagai sub ordinasi. Pengobatan infertilitas perempuan merupakan masalah yang kompleks, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik, pengalaman perempuan infertil, kognitif behaviour spesifik, dan sikap selama pengobatan. Berdasarkan rumusan masalah, maka pertanyaan penelitiannya adalah: Bagaimana pengalaman wanita infertil dalam mencari pengobatan? C. Tujuan Penelitian Mengeksplorasi pengalaman perempuan infertil dalam mencari pengobatan. D. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan pelayanan keperawatan terutama maternitas. Manfaat penelitian meliputi: 1. Bagi perempuan yang mengalami infertilitas Hasil penelitian ini diharapkan meningkatkan pengetahuan bagi para perempuan yang mengalami infertil tentang usaha mencari pengobatan.

9 2. Bagi institusi pelayanan kesehatan Diharapkan bagi institusi pelayanan kesehatan hasil penelitian ini menjadi dasar untuk membuat suatu metode yang tepat dan sistem pelayanan yang komprehensif meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk mengatasi masalah infertilitas. 3. Bagi perawat maternitas Bagi perawat maternitas dapat meningkatkan pengetahuan dan memahami permasalahan serta sumber-sumber yang dibutuhkan perempuan infertil, sehingga dapat dikembangkan suatu bentuk konseling sesuai dengan harapan perempuan dengan masalah infertilitas. 4. Bagi pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam menentukan kebijakan pada pengobatan infertilitas. 5. Bagi ilmu keperawatan Diharapkan menambah wacana baru bagi ilmu keperawatan sebagai sumber dalam pengembangan asuhan keperawatan maternitas khususnya pada perempuan yang mengalami infertilitas. E. Keaslian Penelitian 1. Anggraeni (2009), judul penelitian dukungan sosial yang diterima oleh perempuan yang belum berhasil dalam pengobatan infertilitas. Metode penelitian adalah kualitatif dengan desain fenomenologi, teknik pengambilan sampel dengan purposive dan subjek penelitian adalah

10 infertil dan partisipan adalah perempuan infertil yang belum berhasil dalam pengobatan. Hasil penelitian adalah ditemukan tiga topik utama yaitu persepsi diri, orang yang berarti dalam hidup dan dukungan yang membuat perempuan infertil menjadi semangat. Persamaan penelitian adalah subjek penelitian infertil, metode penelitian kualitatif, teknik pengambilan sampel dengan purposive, partisipan perempuan infertil dan desain phenomenology. 2. Hinton, Kurinczuk, Ziebland (2012), judul penelitian Reassured or fobbed off? Perspectives on infertility consultations in primary care: a qualitative study. Metode penelitian kualitatif, desain grounded theory, teknik pengambilan sampel purposive, subjek infertil dan partisipan adalah pasangan infertil. Hasil pada penelitian ini adalah keseriusan dari pasangan infertil sangat mempengaruhi keberhasilan pengobatan. Persamaan penelitian adalah subjek penelitian infertil, metode penelitian kualitatif dan teknik pengambilan sampel dengan purposive. Perbedaan penelitian adalah partisipan pasangan infertil, desain penelitian grounded theory. 3. Pranata (2009), judul penelitian infertilitas di kalangan laki laki Madura. Metode penelitian kualitatif, desain etnografi, subjek infertil, teknik pengambilan sampel dengan snowball, dan partisipan laki-laki infertil. Hasil penelitian ini adalah infertilitas sebagai realitas kehidupan dapat menjadi pemicu ketidak harmonisan kehidupan berkeluarga dan perceraian dalam masyarakat. Persamaan adalah

11 subjek penelitian infertil dan metode kualitatif. Perbedaan penelitian adalah teknik pengambilan sampel dengan snowball, desain etnography, dan partisipan laki-laki infertil. 4. Sigar (2008), judul penelitian koping istri dalam merespon kegagalan terapi infertilitas di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Metode penelitian kualitatif dengan desain studi kasus, teknik pengambilan sampel purposive, subjek penelitian infertil dan partisipan perempuan infertil yang mengalami kegagalan terapi infertil. Hasil penelitian adalah Koping awal cenderung negatif seperti: marah, menangis, sedih, kecewa dan menarik diri. Setelah itu koping menjadi positif seperti melakukan aktifitas, refresing, pasrah dan tawakal. Sementara koping untuk mempertahankan kelangsungan perkawinan saling terbuka dan lebih melihat kelebihan dari pada kekurangan pasangan, memelihara anak, adopsi dan melakukan doa bersama. Solusi dalam merespon dampak terhadap problem psikososial, budaya serta ekonomi adalah menghindari pembicaraan,kegiatan sosial, mencari alternatif terapi, dan mengikhlaskan semua biaya yang telah dikeluarkan. Persamaan penelitian adalah subjek penelitian infertil, metode kualitatif, partisipan perempuan infertil dan teknik sampling purposive. 5. Warsiti (2006), judul penelitian stres dan koping perempuan dengan masalah infertilitas studi fenomenologi pada masyarakat Yogyakarta. Metode penelitian kualitatif, desain phenomenology, subjek infertil. Teknik pengambilan sampel theory based/operational construct

12 sampling, dan partisipan adalah perempuan infertil. Hasil penelitian perempuan dengan masalah infertilitas mengalami suatu keadaan menegangkan, emosi yang tidak labil, dan perasaan kehilangan yang dirasakan dapat menambah beban. Persamaan penelitian adalah subjek penelitian infertilitas, lokasi Daerah Istimewa Yogyakarta, metode kualitatif, desain phenomenology dan partisipan perempuan infertil. Perbedaan penelitian adalah teknik pengambilan sampling theory based/operational construct sampling.