sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kelurahan Penjaringan terletak di Kecamatan Penjaringan, Kotamadya

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

III. KERANGKA PEMIKIRAN. meliputi konsep dasar dari metode perilaku pencegahan (averting behavior Metode Biaya Pencegahan dan Biaya Kesehatan

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

Repository.Unimus.ac.id

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

KONDISI UMUM 4.1. DKI Jakarta

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui lokasi sesungguhnya dari Kelurahan Pandeyan. Hasil survei ini

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. diresmikan pada tanggal 29 Juni tahun 2005, sebelumnya Kelurahan

POTENSI AIR TANAH DANGKAL DAERAH KECAMATAN NGEMPLAK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SLEMAN, D.I. YOGYAKARTA

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Kebonagung merupakan salah satu dari 8 (delapan) desa yang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN yaitu terdiri dari 16 kelurahan dengan luas wilayah 3.174,00 Ha. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Palas Kabupaten Lampung Selatan. Desa Bumi Restu memiliki

GAMBARAN UMUM LOKASI

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di dua desa yakni Desa Pagelaran dan Desa Gemah

BAB I PENDAHULUAN. Kuliah Kerja Nyata Alternatif Periode LI unit II.C.1 Universitas

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Metro merupakan ibukota Kecamatan Metro Pusat. Kota Metro

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Buana Sakti terletak di Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur,

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

I. PENDAHULUAN. sekaligus faktor utama penunjang pembangunan ekonomi karena peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Tengah adalah 3,802 ha² yang terdiri dari pemukiman

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. kelurahan dan profil Rukun Warga (RW) 22 dari Kelurahan Wirogunan. Hasil

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. mana tinggi rendahnya konsentrasi TDS dalam air akan mempengaruhi besar

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

BAB III GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN. A. Kelurahan Proyonanggan Utara Batang

3.1. Kondisi Umum Kelurahan Kertamaya Kondisi Fisik. A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. Air adalah sebutan untuk senyawa yang memiliki rumus kimia H 2 O. Air. Conference on Water and the Environment)

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kelurahan Bontoala merupakan bagian dari Kecamatan Pallangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

BAB II PROFIL WILAYAH. Deskripsi wilayah disusun berdasarkan hasil survei lapangan dan. pendapat, maupun diskusi dengan tokoh masyarakat di Kampung

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

IV. GAMBARAN UMUM KELURAHAN LANGKAPURA. Pada abad ke 18 jauh sebelum Indonesia merdeka tepatnya sekitar tahun 1823

BAB III METODE PENELITIAN

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan untuk mengetahui lokasi dari Dusun Klegung, Desa Ngoro-oro, baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional yang bertujuan

Transkripsi:

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di dalam Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Secara geografis kondisi alam Kelurahan Harapan Jaya adalah berupa dataran rendah dengan ketinggian tanah kurang dari 500 mdpl. Adapun suhu rata-rata berkisar antara 36-37 0 C dan memiliki curah hujan yang bervariasi antara 2000-3000 mm per tahun. Batas wilayah Kelurahan Harapan Jaya secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah Utara Sebelah Barat Sebelah Timur Sebelah Selatan : Kelurahan Pejuang, Kecamatan Medan Satria : Kelurahan Medan Satria, Kecamatan Medan Satria : Kelurahan Perwira : Kelurahan Marga Mulya Berdasarkan data monografi Kelurahan Harapan Jaya pada tahun 2010 diketahui bahwa kelurahan Harapan Jaya memiliki 29 rukun warga (RW) yang terdiri dari 256 rukun tetangga (RT). Adapun jumlah penduduk Kelurahan Harapan Jaya mencapai 75.705 jiwa yang terbagi dalam 19.266 kepala keluarga dengan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan masing-masing secara berurutan adalah 37.764 jiwa dan 37.941 jiwa. Selain itu, penduduk Kelurahan Harapan Jaya juga dikategorikan menjadi dua kelompok usia, yakni kelompok usia pendidikan dan kelompok usia tenaga kerja. Kategori usia kelompok pendidikan yang dimulai dari balita hingga remaja berjumlah 71.349 jiwa, sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia 10 57 tahun ke atas berjumlah 56.392 jiwa. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar

penduduk di Kelurahan Harapan Jaya merupakan penduduk dengan kategori usia pendidikan. Data mengenai jumlah penduduk menurut tingkat usia tersaji pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk Kelurahan Harapan Jaya Menurut Tingkat Usia Kategori Kelompok Menurut Usia Usia (tahun) Jumlah/Jiwa a. Kelompok Pendidikan 00-06 07-18 19 b. Kelompok Tenaga Kerja 10-19 20-56 57 Sumber: Data Monografi Kelurahan Harapan Jaya, 2010 14.956 17.371 38.842 17.551 29.683 9.159 Selanjutnya, luas wilayah Kelurahan Harapan Jaya mencapai 490,07 Ha atau sekitar 4,9 km 2. Adapun dibandingkan dengan enam kelurahan lainnya di Kecamatan Bekasi Utara, Kelurahan Harapan Jaya memiliki persentase luas wilayah terbesar yakni mencapai 26% dari luas Kecamatan Bekasi Utara. Selain itu kepadatan penduduk di wilayah ini juga menempati urutan teratas di Kecamatan Bekasi Utara dan Kota Bekasi yakni mencapai 15.597 jiwa per km 2. Kondisi ini diduga sebagai dampak dari pembangunan industri dan pemukiman yang cukup pesat sejak sepuluh tahun terakhir, sehingga menyebabkan peningkatan arus kedatangan penduduk di Kelurahan Harapan Jaya setiap tahunnya. Adapun mengenai kondisi sarana dan prasarana publik yang dimiliki oleh Kelurahan Harapan Jaya dapat dikatakan sudah cukup memadai. Beberapa fasilitas yang cukup vital bagi masyarakat, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan, perhubungan, hingga telekomunikasi telah tersedia dan memiliki kondisi yang cukup baik. Kegiatan perekonomian masyarakat di Kelurahan Harapan Jaya juga cukup ditunjang dengan keberadaan industri-industri, baik 53

yang berskala besar, sedang, kecil, hingga yang berskala rumah tangga. Keberadaan industri-industri ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat karena membuka kesempatan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat yang berada disekitar kawasan indsutri tersebut. Data mengenai sarana dan prasarana pembangunan publik di Kelurahan Harapan Jaya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Sarana Pembangunan Publik di Kelurahan Harapan Jaya Jenis Sarana Pembangunan Agama a. Masjid b. Gereja c. Sarana Lainnya/Musholla Pendidikan a. Pendidikan Umum 1. Taman Kanak-kanak (TK) 2. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah 4. Sekolah Menengah Atas (SMA) b. Pendidikan Khusus 1. TPA 2. Pondok Pesantren 3. Majelis Ta lim Kesehatan a. RSU Swasta b. RS Bersalin Pemerintahan/Swasta c. Puskesmas d. Apotek e. Klinik 24 jam Sarana Perhubungan a. Jalan b. Terminal Industri a. Besar b. Sedang c. Kecil d. Rumah Tangga Sumber : Data Monografi Kelurahan Harapan Jaya, 2010 Jumlah (unit) 31 5 31 15 31 8 3 3 2 26 2 3 1 3 15 1 1 20 1 2 43 5.2 Kondisi Hidrologi Kelurahan Harapan Jaya Berdasarkan hasil inventarisasi potensi air tanah seluruh Indonesia yang dilakukan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan pada tahun 1993 yang dikutip 54

oleh Naryanto et al. (2007), wilayah Bekasi berada pada sistem Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta dan CAT Karawang-Jatibarang. Kemudian Naryanto et al. (2007) lebih lanjut menjelaskan bahwa di bagian utara Kota Bekasi banyak dijumpai pemboran air tanah yang menghasilkan sumur-sumur artesis positif. Keberadaan sumur-sumur bor ini yang berada di antara Kali Bekasi dan Kali Cikarang yang mengindikasikan adanya suatu sistem air tanah berproduktifitas tinggi. Dari data-data pemboran, berdasarkan kedalamannya maka akuifer air tanah di kawasan Bekasi dan sekitarnya (Jabodetabek) dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok akuifer produktif, yaitu kelompok akuifer dengan kedalaman kurang dari empat puluh meter (< 40 m), kelompok akuifer dengan kedalaman 40 140 m, dan kelompok akuifer dengan kedalaman lebih dari seratus empat puluh meter (>140 m). Produktivitas akuifer yang tinggi di daerah Bekasi terdapat baik pada akuifer dalam maupun akuifer dangkal. Seluruh sumur bor mengambil air dari kelompok akuifer kedua yaitu pada kedalaman saringan antara 40 140 m di bawah muka tanah setempat. Walaupun jumlah data tersebut belum mencukupi untuk mengetahui secara pasti bagaimana karakteristik produktivitas pada setiap kelompok akuifer di atas, karena masing-masing sumur menyadap air tanah pada dua atau tiga kelompok akuifer. Berdasarkan interpretasi rekonstruksi geometri akuifer yang dilakukan oleh Naryanto et al. (2007), maka dapat disimpulkan bahwa di Kota Bekasi terdapat dua lapisan akuifer, yaitu lapisan akuifer tertekan (confined aquifer) dan lapisan akuifer tidak tertekan (unconfined aquifer). Kedalaman akuifer tertekan sangat bervariasi, namun akuifer yang berpotensi sebagai akuifer produktif berada 55

pada kedalaman rata-rata antara 100 140 m. Ketebalan akuifer yang mencukupi dan mempunyai penyebaran yang luas memberikan cadangan air tanah yang baik. Walaupun demikian, hal ini akan sangat dipengaruhi juga oleh jumlah resapan air tanah yang dapat masuk ke dalam akuifer. Kawasan yang menjadi daerah resapan akuifer terletak di bagian selatan yang letaknya lebih tinggi, yakni Kabupaten Bogor dan sebagian Kelurahan Bojong Menteng dan merupakan kawasan di luar daerah penelitian. Jumlah resapan air tanah dapat dihitung melalui jumlah simpanan air tanah (storage) hasil perhitungan neraca keseimbangan dan luas wilayah resapan masing-masing akuifer. Data mengenai perhitungan volume resapan air pada akuifer tertekan dan akuifer tidak tertekan di Kota Bekasi secara umum dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perhitungan Volume Resapan Air pada Akuifer Tertekan dan Akuifer Tidak Tertekan di Kota Bekasi Secara Umum Jenis Akuifer Luas wilayah resapan (m 2 ) Jumlah simpanan air (mm) Volume resapan (m 3 ) Akuifer tertekan 4.246.266 363 1540 x 109 Akuifer tidak tertekan 212.313 363 77 x 109 Total 167 x 109 Sumber : Naryanto, et.al., 2007 Apabila melihat pada kondisi saat ini, dimana daerah resapan seperti Kabupaten Bogor ataupun Kelurahan Bojong Menteng di bagian selatan Kota Bekasi telah berada dalam kondisi yang juga cukup mengkhawatirkan. Kawasan yang seharusnya dipertahankan menjadi daerah resapan (recharge area) telah berubah fungsi menjadi kawasan industri baru yang diikuti dengan pembangunan pemukiman yang juga semakin pesat. Kondisi ini juga semakin diperburuk dengan kegiatan ekstraksi air tanah yang berlebihan baik oleh industri maupun domestik secara kolektif seperti yang kini terjadi di Kelurahan Harapan Jaya. 56

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi air tanah yang dilakukan oleh BPLH Kota Bekasi pada tahun 2006 diperoleh bahwa kondisi air tanah di Kelurahan Harapan Jaya telah masuk ke dalam kategori zona rawan hingga rusak. Pengelompokan zonasi air tanah ini didasarkan pada empat parameter utama yakni tingkat eksploitasi air tanah, tingkat penurunan muka air tanah, tingkat penurunan kualitas air tanah dan dampak negatif lingkungan yang timbul akibat adanya migrasi antar sistem akuifer ataupun masuknya zat pencemar ke dalam sistem akuifer. Kategori zona air tanah ditentukan berdasarkan pemantauan dan pengujian teknis oleh pihak BPLH Kota Bekasi dengan menggunakan keempat parameter tersebut untuk dapat menentukan kondisi air tanah di suatu wilayah tertentu. Kondisi air tanah di Kota Bekasi berdasarkan zonasinya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Kondisi Air Tanah Berdasarkan Zonasi Air Tanah di Kota Bekasi, Tahun 2006 Zona Lokasi Keterangan Aman Kec. Bekasi Barat Kec. Bekasi Utara (sebagian besar) Kec. Medan Satria (bagian tengah) Kel. Jaka Setia Kel. Jaka Mulya Rawan Kritis Rusak Kel. Medan Satria Kel. Pejuang Kel. Harapan Jaya Kel. Bojong Menteng Kel. Kaliabang (sebagian) Kel. Marga Jaya Kec. Medan Satria Kel. Pejuang Kel. Harapan Jaya Kel. Medan Satria Kel. Pejuang Kel. Harapan Jaya Sumber: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bekasi, 2006 Akuifer 45-145 m Kedalaman muka air tanah 18 m Akuifer 45-98 m Kedalaman muka air tanah 18-27 m Akuifer 45-98 m Kedalaman muka air tanah 27-36 m Akuifer 45-98 m Kedalaman muka air tanah <36 m Pencemaran air tanah saat ini tidak dapat dihindari lagi akibat peningkatan populasi penduduk yang disertai dengan perkembangan pemukiman yang semakin 57

pesat, rapat dan tidak teratur di Kelurahan Harapan Jaya. Menurut Saeni (1997), kondisi pemukiman yang cenderung rapat dan tidak teratur dapat merusak kualitas air tanah akibat perembesan zat pencemar yang berasal dari kebocoran pada saluran pembuangan limbah yang konstruksinya kurang memadai ke dalam sistem akuifer. Apabila kondisi ini terus dibiarkan, dikhawatirkan akan mengakibatkan permasalahan yang cukup serius di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Saeni (1997) mengenai kualitas air tanah dangkal daerah pemukiman di Kota Bekasi secara umum ditemukan bahwa terdapat beberapa parameter yang telah melebihi baku mutu yang telah ditentukan menurut PP. No.20 Tahun 1990, KEP.02/MENKLH/I/1988, dan PERMENKESH No.01/BIRHUKMAS/I/1975. Kondisi tersebut menyebabkan air tanah (air sumur) tidak lagi layak untuk dikonsumsi secara langsung, misalnya untuk keperluan minum. Gambaran umum mengenai kualitas air di lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun parameter yang melebihi (tidak sesuai) baku mutu antara lain : 1. Kemasaman air tanah latosol rata-rata berkisar 4,6 5,6. Tingkat kemasaman air ini terlalu rendah, sehingga apabila digunakan untuk keperluan minum kurang layak dan tidak baik untuk kesehatan gigi. 2. Kekeruhan rata-rata berkisar 5,2 10,0 NTU. Bahkan dibeberapa lokasi ditemukan tingkat kekeruhan yang cukup tinggi yakni Kelurahan Harapan Jaya, Perumnas I, Perumnas III, dan Desa Setya Mekar yang mencapai 18 27 NTU. Adapun batas maksimum kekeruhan yang ditentukan oleh untuk air minum adalah 5 NTU. 58

3. Ammonia bebas rata-rata berkisar 0 0,182 mg/l. Menurut PERMENKESH No. 01/BIRHUKMAS/I/1975 telah melebihi baku mutu air minum baku. Pada beberapa tempat juga dijumpai pula ammonia bebas yang melewati ambang batas untuk perikanan dan peternakan, yaitu 0,02 mg/l, yakni daerah Pasar Kranji, Desa Harapan Jaya, Desa Setya Mekar, dan Bojong Menteng. 4. Besi berkisar 0,61 1,25 mg/l. Hampir di seluruh tempat lokasi penelitian memiliki kandungan besi yang cukup tinggi. Adapun batas maksimum yang ditetapkan oleh PERMENKESH No. 01/BIRHUKMAS/I/1979 yaitu 1 mg/l. 5. Kandungan Mangan berkisar 0,05 0,057 mg/l. Lokasi penelitian yang kandungan mangannya tinggi adalah PERUMNAS I, di Kelurahan Kranji, mencapai 0,70 mg/l. 6. Bahan organik total (BOT) rata-rata berkisar 12,49 20,50 mg/l. Kandungan BOT di seluruh lokasi telah melampaui baku mutu, baik menurut PP No. 20 maupun pada PERMENKESH No. 01. Demikian pula untuk keperluan perikanan minimum adalah 3 mg/l. 7. Oksigen terlarut rata-rata berkisar 20,3 2,59 mg/l. Batas minimum yang diperbolehkan untuk air minum baku minimum adalah 3 mg/l, sehingga air ini tidak layak sebagai air minum baku. Demikian pula untuk keperluan perikanan minimum adalah 3 mg/l. 8. Deterjen berkisar 0,491 2,117 mg/l. Kandungan deterjen di seluruh lokasi telah melewati ambang batas dalam PP No. 20 Tahun 1990 golongan A dan B, kecuali di Desa Bojong Menteng. Baku mutu untuk keperluan perikanan dan peternakan adalah 0,2 mg/l. 59

9. Sulfida berkisar 0,77 2,26 mg/l. Batas maksimum yang diperbolehkan dalam PP No. 20 Tahun 1990 golongan B adalah 0,1 mg/l, sehingga kandungan sulfida di semua sumur telah melampaui ambang batas yang telah ditetapkan. Batas maksimum yang diperbolehkan untuk perikanan dan peternakan adalah 0,002 mg/l, sehingga air ini juga tidak layak jika dipergunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 10. Jumlah Coliform berkisar 46 508 individu/100 ml. Batas yang ditetapkan dalam PERMENKESH No. 01 adalah 3 individu/100 ml, sehingga pada umumnya sumur di daerah penelitian tercemar bakteri koliform. 11. Kandungan bakteri E.Coli berkisar 41 457 individu/100 ml. Batas yang ditetapkan dalam PERMENKESH No. 01 adalah 0, sehingga pada umumnya di daerah penelitian telah tercemar E.coli. 5.3 Karakteristik Umum Responden Karakteristik umum responden diperoleh berdasarkan survei terhadap 100 rumah tangga di Kelurahan Harapan Jaya. Sebagian besar informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini disampaikan oleh satu orang yang bertindak sebagai perwakilan dari satu rumah tangga, yakni seorang kepala keluarga. Kepala keluarga dalam suatu rumah tangga diduga telah memiliki informasi yang cukup mengenai penggunaan sumber air, volume, serta perilaku rumah tangganya terhadap kondisi air tanah. Pada penelitian ini karakteristik responden dibagi ke dalam enam karakteristik, antara lain tingkat usia, tingkat pendidikan formal, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, kategori penduduk dan lama tinggal. Data mengenai karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10. 60

Tabel 10. Data Karakteristik Responden Kategori 1. Kategori Penduduk Jumlah Responden Persentase a. Asli Bekasi 22 22% b. Pendatang 88 88% 2. Lama Tinggal 3. Usia a. < 10 tahun 17 17% b. 10 20 tahun 46 46% c. 20 30 tahun 28 28% d. > 30 tahun 9 9 % a. 15 30 tahun 8 8 % b. 31 40 tahun 27 27 % c. 41 50 tahun 36 36 % d. 51 60 tahun 23 23 % e. > 60 tahun 6 6 % 4. Pendidikan Formal a. SMP 21 21 % b. SMA 54 54 % c. strata-1 (S1) 22 22 % d. strata-2 (S2) 3 3 % 5. Pendapatan a. < 1 juta 8 8 % b. 1 2 juta 36 36 % c. 2 3 juta 38 38 % d. > 3 juta 18 18 % 6. Pekerjaan a. tidak bekerja 3 3 % b. buruh 6 6 % c. karyawan swasta 45 45 % d. wiraswasta 29 29 % e. PNS 17 17 % Sumber: Data Primer, 2012 Berdasarkan data karakteristik responden yang diperoleh, sebagian besar responden yang diwawancarai merupakan kategori penduduk pendatang yang telah menetap selama 10 20 tahun. Selain itu sebagian besar respoden berada pada rentang usia 41 50 tahun, berpendidikan formal terakhir hingga tingkat SMA, memiliki jenis pekerjaan sebagai karyawan swasta dan memiliki 61

pendapatan pada rentang 2 3 juta. Adapun hasil penelitian tersebut sangat dipengaruhi oleh pemilihan responden yang sebagian besar merupakan kepala keluarga dalam rumah tangga. Selain itu karakteristik lokasi penelitian yang berada disekitar kawasan industri juga sangat mempengaruhi karakteristik pekerjaan responden yang memang sebagian besar adalah karyawan swasta pada pabrik-pabrik yang berada di sekitar Kelurahan Harapan Jaya. 62