METODE PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS. Ary Kristiyani, M.Hum.

dokumen-dokumen yang mirip
DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

YUNICA ANGGRAENI A

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. kemudian mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN Kedung Banteng

BAB I PENDAHULUAN. Rupert Evan merumuskan tujuan Pendidikan Kejuruan (SMK) : 1) memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

BAB II LANDASAN TEORI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN MENULIS DIALOG SEDERHANA MELALUI METODE KONTEKSTUAL

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

PENERAPAN PENDEKATAN CTL BERBANTUAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA PRODUKTIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... A. Latar Belakang... B. Tujuan... C. Ruang Lingkup...

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi ini, kiranya tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Jurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS BERBASIS PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Ary Kristiyani. Proses belajar-mengajar merupakan kegiatan utama sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan upaya yang dilakukan. aspek yang lain yang digunakan untuk mencapai tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO

Husnul Chotimah SMKN 13 Malang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bab kelima ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari penelitian

Deti Ahmatika Universitas Islam Nusantara, Jl. Soekarno Hatta No. 530, Bandung; Abstrak

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat seperti organisasi sosial. Di dalam kelompok itu, manusia selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. sains berkaitan juga dengan bagaimana cara mencari tahu, baik fakta-fakta

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun dapat dirinci beberapa

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

Transkripsi:

METODE PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS Ary Kristiyani, M.Hum. Disampaikan pada Seminar Internasional di Yogyakarta, 9-10 November dalam Rangka Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) se-jateng dan DIY XXXIII Tahun 2010 A. Pendahuluan Permasalahan yang muncul saat ini, bahasa Indonesia terasa asing di negeri sendiri. Banyak orang berlomba-lomba untuk belajar bahasa asing dan seolah-oleh menganggap remeh bahasa sendiri. Hal ini tampak jelas dalam proses pembelajaran di sekolah. Motivasi belajar bahasa Indonesia siswa rendah dibandingkan dengan belajar bahasa asing. Sebagai contoh konkret nilai Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun 2010 mengalami kemerosotan, banyak siswa yang tidak lulus mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kenyataan ini cukup memprihatinkan, bahasa Indonesia yang notabene bahasa nasional kalah dengan bahasa Inggris. Kemerosotan nilai Ujian Nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia ini disebabkan oleh berbagai aspek. Tidak hanya pendidik atau guru yang bertanggung jawab atas kegagalan ini. Kegagalan nilai Ujian Nasional Tahun 2010 tidak dapat dipisahan dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Sikap saling menyalahkan tidak akan berujung pada penyelesaian masalah. Berbagai pihak harus bersama-sama dalam menganalisis kegagalan nilai Ujian Nasional Bahasa Indonesia dan menjadikan pijakan untuk merancang, melaksanakan, dan memperbaiki pembelajaran bahasa Indonesia. Sesuai dengan salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang tercantum dalam kurikulum dinyatakan bahwa, mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berfungsi sebagai sarana pengembangan penalaran. Salah satu tujuan umum pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia dapat dimulai dari perencanaan pembelajaran yang matang sampai dengan evaluasi pembelajaran yang tepat. Dengan demikian, diharapkan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dapat berjalan secara baik, maksimal, dan tuntas sehingga dapat menghasilkan output yang memiliki kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan pemahaman dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar-mengajar hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi. Suasana belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Di sekolah, terutama guru diberikan kebebasan untuk mengelola kelas yang meliputi strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru, dan sumber daya yang tersedia di sekolah. Kegiatan pembelajaran di kelas melibatkan beberapa komponen pembelajaran, di antarannya: perencanaan, tujuan, bahan atau materi pembelajaran, strategi, metode, teknik, media, dan evaluasi. Seorang guru harus terampil dan kreatif dalam merancang pembelajaran. Di samping membuat perencanaan, guru harus mampu memilih strategi, metode, teknik, media, dan bahan pembelajaran 1

secara tepat sehingga tercapai ketuntasan. Metode pembelajaran sebagai salah satu komponen pembelajaran berperan penting dalam keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat, efektif, dan variatif dapat menunjang keberhasilan kegiatan belajar. Guru dituntut memiliki kemampuan dalam memilih metode pembelajaran. Berikut dikemukanan hakikat metode pembelajaran, jenis-jenis metode pembelajaran bahasa, metode inquiry, dan penerapan metode inquiry dalam pembelajaran menulis. B. Hakikat Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah bahan secara menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan atau approach tertentu (Hartati, dkk., 2006). Menurut Tarigan dkk. (2006) perbedaan pandangan mengenai teori belajar juga mewarnai perbedaan metode. Teori belajar merupakan landasan suatu metode yang berorientasi dua hal. Pertama, proses kognitif yakni proses yang terjadi dalam belajar suatu bahasa. Kedua, kondisi belajar yakni kondisi-kondisi yang mendukung belangsungnya proses belajar bahasa berjalan baik. Lebih lanjut dikatakan, metode pembentukan kebiasaan (habit formation) adalah metode yang berorientasi pada proses. Metode alamiah (natural method) berorientasi pada situasi dan kondisi proses pembelajaran. Metode berfungsi sebagai jembatan penghubung antara teori dan praktik, antara pendekatan dan teknik. Dalam www.hrbrata.multiply.com/journal/item/2 metode pembelajaran bahasa adalah apa yang dimaksud oleh tujuan pembelajaran itu sendiri. Metode mencakup beberapa faktor, yaitu (1) penentuan bahan, (2) penentuan urutan bahan, dan (3) cara-cara penyajian. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran adalah cara merencanakan dan melaksanakan pembelajaran secara sistematis. Adakalanya guru menggunakan beberapa metode dalam menyampaikan suatu pokok bahasan tertentu. Dengan variasi beberapa metode, selain tidak membosankan dapat mengatasi kekurangan guru dalam hal-hal tertentu. Metode pembelajaran merupakan komponen kegiatan belajar-mengajar yang banyak menentukan keberhasilan pembelajaran. Guru harus dapat memilih, mengkombinasi, dan mempraktikkan berbagai cara penyampaian bahan sesuai dengan situasi. Keberhasilan dalam pelaksanaan suatu pembejaran sebagian besar ditentukan oleh pilihan bahan dan pemakaian metode yang tepat. C. Jenis-Jenis Metode Pembejaran Bahasa Berdasarkan GBPP (Garis-Garis Besar Program Pembelajaran) 1989 memuat empat belas metode pembelajaran bahasa, yaitu: (1) metode penugasan, (2) metode eksperimen, (3) metode proyek, (4) metode diskusi, (5) metode widyawisata, (6) metode bermain peran, (7) metode demonstrasi, (8) metode sosiodrama, (9) metode pemecahan masalah, (10) metode tanya-jawab, (11) metode latihan, (12) metode ceramah, (13) metode bercerita, dan (14) metode pameran. Untuk saat ini, metode meliputi pemilihan bahan, penentuan urutan bahan, pengembangan bahan, rancangan evaluasi dan remedial. Adapun metode pembelajaran yang digunakan dalam Kurikulum 2004 ditentukan setelah guru menetapkan kompetensi dasar beserta indikator-indikatornya. Beberapa metode ini digunakan secara terpisah maupun digabungkan dengan metode lain atau beberapa metode dalam pelaksanaannya. 1. Metode Langsung Metode ini menerapkan secara langsung semua aspek dalam bahasa yang dianjurkan. Misalnya, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di kelas tanpa diselingi bahasa daerah atau bahasa Ibu. 2. Metode Alamiah Metode ini berprinsip bahwa mengajarkan bahasa kedua harus sesuai dengan kebiasaan belajar bahasa yang sesungguhnya, seperti yang dilalui anak-anak 2

ketika belajar bahasa ibunya. Proses alamiah sangat berpengaruh pada metode ini. 3. Metode Tatabahasa Metode ini memusatkan pada pembelajaran vokabuler (kosakata). Kelebihan metode ini terletak pada kesederhanaannya dan sangat mudah dalam pelaksanaannya. 4. Metode Terjemahan The translation method adalah metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran bahasa asing. Metode ini juga digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang umumnya sebagai bahasa kedua setelah bahasa ibu atau daerah. 5. Metode Pembatasan Bahasa Metode ini menekankan pada pembatasan dan penggradasian kosakata dan struktur bahasa yang akan diajarkan. Kata-kata dan pola kalimat yang tinggi pemakaiannya di masyarakat diambil sebagai sumber bacaan dan latihan penggunaan bahasa. 6. Metode Linguistik Prinsip metode ini adalah pendekatan ilmiah karena yang menjadi landasan pembelajaran adalah hasil dari penelitian linguis (ahli bahasa). Urutan penyajian bahan pembelajaran disusun sesuai tahap-tahap kesukaran yang dialami oleh siswa. Pada metode ini tidak dilarang menggunaan bahasa ibu karena bahasa ibu siswa akan memperkuat pemahaman bahasa tersebut. 7. Metode SAS Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik) bersumber pada ilmu jiwa yang berpandangan bahwa pengamatan dan penglihatan pertama manusia adalah global dan bersifat menyeluruh. Dengan demikian, segala sesuatu yang diperkenalkan kepada siswa haruslah mulai ditunjukkan dan diperkenalkan struktur totalitasnya atau secara global. 8. Metode Bibahasa Metode ini hampir sama dengan metode linguistik. Bahasa ibu siswa digunakan untuk menerangkan perbedan-perbedaan fonetik, kosakata, struktur kalimat, dan tata bahasa kedua bahasa itu. 9. Metode Unit Metode ini berdasarkan 5 tahap, yaitu; (a) mempersiapkan siswa untuk menerima pembelajaran, (b) menyajikan bahan, (c) bimbingan melalui proses induksi, (d) generalisasi, (e) penggunaannya di sekolah dasar. Senada dengan GBPP jenis-jenis metode pembelajaran yang dimuat dalam www.pustaka.ut.ac.id. FKIP, antara lain: (1) ceramah, (2) tanya jawab, (3) diskusi, (4) kerja kelompok, (5) demonstrasi dan eksperimen, (6) sosiodrama dan bermain peran, (7) pemberian tugas belajar dan resitasi, (8) karyawisata, dan (9) drill atau pemberian latihan. Dari berbagai jenis metode pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, secara umum metode pembelajaran bahasa dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; metode ekspositori dan metode discovery atau inquiry. Metode ekspositori adalah metode pembelajaran yang berpusat pada guru, seperti ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. Adapun metode discovery atau inquiry adalah metode yang berpusat pada siswa, seperti eksperimen. Pembelajaran dengan metode inquiry menciptakan situasi yang memberikan kesempatan kepada siswa sebagai ilmuwan sehingga mereka betul-betul belajar. Siswa harus mampu mengamati dan mempertanyakan sebuah fenomena, mereka mencoba menjelaskan fenomena yang diamati, menguji kebenaran penjelasan mereka, kemudian menarik kesimpulan. 3

D. Metode Inquiry Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari hasil menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiry meliputi: (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hiphotesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan (5) penyimpulan (conclussion). Langkah-langkah kegiatan menemukan (inquiry) menurut Depdiknas (2002: 12) sebagai berikut. 1. Merumuskan masalah. 2. Mengamati atau melakukan observasi. 3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya. 4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. Kegiatan inquiry diawali dengan pengamatan, dilanjutkan dengan pertanyaan, baik oleh guru maupun oleh siswa. Berdasarkan pertanyaan yang muncul, siswa merumuskan semacam dugaan dan hipotesis. Untuk mengetahui apakah dugaan mereka benar, siswa mengumpulkan data yang akhirnya menyimpulkan hasilnya. Jika hasil kesimpulan belum memuaskan, mereka kembali ke siklus semula, mulai dari pengetahuan dan seterusnya. Inquiry memberikan kesempatan kepada guru untuk belajar memahami cara berpikir siswa mereka. Dengan pengetahuan yang mereka miliki, guru dapat menciptakan situasi pembelajaran yang sesuai dan mempermudah siswa memperoleh ilmu pengetahuan yang sudah ditargetkan dalam kurikulum. Berikut ini beberapa contoh keterampilan yang diperoleh guru dalam inquiry. Pertama, guru mengetahui kapan mereka harus memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa. Kedua, guru mengetahui petunjuk apa yang harus diberikan kepada siswa pada waktu-waktu tertentu. Ketiga, guru mengetahui bahwa jawaban tidak boleh diberikan begitu saja kepada siswa. Keempat, guru mengetahui bagaimana membaca perilaku siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan dan bagaimana merancang situasi-situasi yang bermakna untuk ikut mempertimbangkan perilaku-perilaku itu. Kelima, guru mengetahui bagaimana membantu siswa bekerja sama dalam memecahkan masalah. Keenam, guru mengetahui apakah pengamatan, hipotesis, dan eksperimen yang dibuat siswa sudah cukup bermakna. Ketujuh, guru dapat memanfaatkan kesalahan siswa secara konstruktif. Kedelapan, guru mengetahui cara membimbing siswa supaya kebebasan yang diberikan kepada mereka tidak berarti guru kehilangan kendali atas kelas (Ninsiana, 2005: 43-44). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa inti metode yang berpusat pada siswa adalah menemukan (inquiry). Siswa diberikan kesempatan menjadi ilmuwan dengan melakukan kegiatan awal dalam pengamatan, pertanyaan, dugaan atau hipotesis, pengumpulan data, dan penyimpulan. Selain itu, dalam inquiry digunakan dan dikembangkan keterampilan berpikir kritis. E. Penerapan Metode Inquiry dalam Pembelajaran Menulis Menemukan merupakan bagian paling berharga bagi siswa dari kegiatan pembelajaran. Siswa diberikan kesempatan untuk berpikir kritis. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, melainkan hasil dari menemukan sendiri. Penerapan metode inquiry dalam pembelajaran menulis seperti yang diadopsi dari Depdiknas (2002: 12) adalah sebagai berikut. 1. Merumuskan masalah Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk menemukan masalah dengan cara merumuskannya dalam bentuk pertanyaan, seperti contoh berikut. a. Bagaimanakah cara melukiskan suasana pantai Anyer di kala senja? 4

b. Bagaimanakah cara menyampaikan gagasan tentang peranan bahasa Indonesia dalam bidang pendidikan? 2. Mengamati atau melakukan observasi Siswa melakukan pengamatan terhadap objek dan mengumpulkan bahan sebagai sumber informasi. Bahan sebagai sumber informasi dapat diperoleh melalui buku, artikel, jurnal, internet, majalah, koran, wawancara, dan pengamatan secara langsung pada objek yang diamati. Berikut tahap yang dilakukan oleh siswa. a. Siswa membaca buku atau artikel dalam koran atau internet tentang objek wisata pantai Anyer. b. Siswa melakukan tamasya ke pantai Anyer. 3. Menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan Pada tahap ini, siswa mulai mengembangkan gagasannya dalam bentuk tulisan yang utuh. Berikut kegiatan yang dapat dilakukan siswa. a. Siswa membuat tulisan deskripsi dengan tema pantai Anyer di kala senja. b. Siswa membuat tulisan esai tentang peranan bahasa Indonesia dalam bidang pendidikan. 4. Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain. Pada tahap terakhir, siswa dapat menampilkan hasil karyanya kepada pembaca dengan tujuan karya yang disampaikan mendapatkan masukan. Siswa lain atau pembaca dapat memberikan pertanyaan dan tanggapan sehingga memunculkan ide-ide baru. Pada akhirnya, siswa melakukan refleksi dan dapat mempublikasikan karya tulis di dinding kelas, dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dan sebagainya. Keberhasilan metode inquiry untuk keterampilan berbahasa Indonesia siswa, terutama keterampilan menulis dapat ditunjukkan oleh hasil penelitian Kristiyani (2007: 119) data observasi, aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis laporan, pada Siklus I terdapat 27 (67,5%) siswa yang melakukan kegiatan inquiry dan pada Siklus II mengalami kenaikan menjadi 30 (75%) siswa. Penerapan metode inquiry dapat meningkatkan pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia, khususnya menulis laporan hasil pengamatan. Hal ini didukung hasil penelitian yang dikemukakan oleh Kristiyani (2007: 114) yakni: (a) siswa menjadi terlatih untuk bernalar dan berpikir secara kritis terhadap materi pramenulis laporan dan menulis laporan; (b) siswa penuh dengan aktivitas dan antusias untuk menemukan tema; (c) siswa berani mengajukan pertanyaan dan informasi atau hal-hal yang tidak sesuai dengan pendapat mereka; (d) siswa terlatih untuk belajar sharing ideas saling berbagi pengetahuan dan berkomunikasi; (e) siswa dapat memberikan contoh melakukan pengamatan terhadap suatu objek di lingkungan sekolah secara giat, serius, dan antusias untuk memperoleh data seoptimal mungkin; (f) Refleksi yang dilakukan, baik selama pembelajaran berlangsung maupun dalam setiap akhir pembelajaran berlangsung. F. Penutup Pemilihan metode pembelajaran secara tepat dan bervariasi berdampak pada keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Setiap metode pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kelemahan masing-masing. Suatu metode baik untuk suatu tujuan tertentu, pokok bahasan, maupun situasi dan kondisi tertentu, tetapi tidak tepat untuk situasi lain. Suatu metode yang dianggap baik untuk suatu pokok bahasan tertentu, tetapi adakalanya belum berhasil dengan baik jika digunakan oleh pengajar atau guru lain. Metode inquiry sebagai salah satu metode pembelajaran bahasa dapat menjadi alternatif meningkatkan keterampilan menulis siswa. Siswa diberikan 5

kesempatan untuk menemukan, menganalisis, dan berpikir kritis dalam pembelajaran menulis. Keterlibatan siswa secara langsung pada objek belajar ternyata mampu membuat mereka makin aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini terjadi karena siswa menjadi pusat kegiatan. Guru tidak menstransfer pengetahuan kepada siswa. Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan belajar melalui mengonstruksi sendiri, baik secara individual maupun kelompok, siswa berlatih untuk bernalar dan berpikir kritis. Pemilihan metode inquiry dalam pembelajaran menulis berdampak pada keberhasilan peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, terutama keterampilan menulis. Siswa makin bergairah selama proses pembelajaran. Mereka penuh dengan aktivitas karena pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi sebagai hasil menemukan sendiri. Hal ini membuat proses pembelajaran yang dilaksanakan berjalan secara aktif, kreatif, dan produktif, serta dalam suasana yang menyenangkan. Dalam diri siswa akan tumbuh rasa bangga, senang, dan puas karena mampu menemukan sendiri apa yang mereka pelajari, bukan dari transfer pengetahuan yang dilakukan oleh guru. DAFTAR PUSTAKA Beberapa Metode dalam Pembelajaran Bahasa. Diunduh tanggal 6 Oktober 2010, dari www.hrbrata.multiply.com/journal/item/2. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Kristiyani, Ary. 2007. Penerapan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Laporan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Juwana. Tesis. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Metode dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Diunduh tanggal 6 Oktober 2010, dari www. berita.balihita.com/metode-dan-strategi-pembelajaranbahasa-indonesia.html. Ninsiana, Widya. 2005. Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Inggris dengan Pendekatan Kontekstual (CTL) Mahasiswa Teknik Universitas Muhammadiyah Metro, Lampung. Tesis magister, tidak diterbitkan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. 6