BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kerangka berpikir. Tatakerja pendekatan sistem menelaah masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembelajaran yang sifatnya aktif, inovatif dan kreatif. Sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 Januari 2016 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kualitas dan martabat kehidupan manusia Indonesia sehingga dapat mengatasi

PETRUS MOHAMMAD WAHYUDI SDN Ringinsari I Kandat Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pendidikan dan teknologi menuntut pengembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Mengenai Kesebangunan dan Simetri Siswa Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran, gurulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai tempat proses belajar mengajar mempunyai. sebagai wadah untuk menciptakan kehidupan manusia yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMAHAMI SIFAT-SIFAT BANGUN MATA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

Oleh: Mulyani SD Negeri 3 Karanggandu, Watulimo, Trenggalek

Jurnal Dialog: Volume III, Maret 2016 ISSN:

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik mengikuti pendidikan menengah. Salah satu bidang

Penerapan Contextual Teaching and Learning terhadap pembelajaran praktek konstruksi kayu bagi guru SMK di Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

PENERAPAN PENDEKATAN CTL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laharja Ridwan Mustofa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan sub sistem pendidikan nasional yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar, baik guru maupun siswa pasti

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

PENDAHULUAN. sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dimaksud. dari faktor-faktor itu, guru dan siswa merupakan faktor terpenting.

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran materi IPA, seorang guru dan seorang siswa. diharapkan menyenangi materi ini, karena menyenangi mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

ANALISIS BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) KELAS VII SMP PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI IMPLEMENTASI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nelly Fitriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Inquiri Tentang Perubahan Sifat Benda Dalam Pembelajaran IPA di Kelas IV SDN Siniu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gaya Magnet di Kelas V SDN 2 Labuan Lobo Toli-Toli

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan. Diperlukan penataan kembali sistem pendidikan secara menyeluruh

1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS 2,3. Dosen PGSD FKIP UNS

SETI YANINGSIH NIM : A

BAB I PENDAHULUAN. Nasional merumuskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah menyentuh segala aspek kehidupan dan melahirkan perubahan sosial, sikap, dan perilaku, yang pada akhirnya bermuara pada pergeseran sistem nilai dan norma kehidupan. Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya transformasi budaya, ilmu pengetahun, dan teknologi. Realita seperti ini menuntut setiap bangsa (termasuk Indonesia) untuk segera mempersiapkan diri agar mampu bersaing, khususnya dalam bidang pendidikan. Diakui atau tidak, mutu pendidikan Indonesia jauh tertinggal dengan negara lain. Kemampuan IPA berada pada urutan 32 dari 38 negara. Menurut catatan Human Development Report versi UNDP, peringkat HDI (Human Development Index) atau kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia berada pada urutan 110 dari 173 negara pada tahun 2002, dan 112 dari 174 negara pada tahun 2003. Indonesia berada jauh di bawah Singapura (28), Korea Selatan (30), Brunei Darusalam (31), Malaysia (58), Thailand (74), dan Filipina (85). Selanjutnya, menurut Depdiknas (2005: 45), jumlah anak usia SD (7 12 tahun) yang belum terlayani oleh pendidikan sebanyak 5,50 % (1.422.141 anak. Kondisi di atas memberikan gambaran, sekaligus bahan renungan dan refleksi, bahwa pendidikan di Indonesia masih memerlukan perhatian dan pembaharuan dalam rangka menciptakan manusia-manusia berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan.

2 Secara mikro, guru harus bisa memiliki strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas dan lebih memberdayakan potensi siswa. Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya perubahan paradigma guru yang semula mengajar dengan orientasi terhadap hasil dan materi (transfer of knowledge) menjadi orientasi terhadap proses. Nurhadi (2002: 1), mengatakan bahwa pembelajaran yang berorieritasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi 'mengingat' jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Pembelajaran hendaknya sebanyak mungkin melibatkan peserta didik agar mereka mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi secara ilmiah dan alamiah. Anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami' apa yang dipelajarinya, bukan 'mengetahui'-nya. Konsep pembelajaran yang demikian inilah yang diharapkan oleh pendekatan kontekstual/contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. Kontekstual lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut terisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswannya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi belajar. Pembelajaran kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tapi tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal.

3 Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilai yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual. Penggunaan kontekstual dalam pembelajaran IPA di kelas dapat perhatian siswa karena kontekstual memiliki berbagai komponen sehingga pembelajaran tidak membosankan. Menurut Suyanto (2003:1) kontekstual membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungan secara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus dapat mengkonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pengembangan kontekstual dalam pembelajaran IPA akan membuat pembelajaran lebih bervariasi. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai salah satu yang diberikan di sekolah Dasar dan penerapannya di masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi sangat penting. Pengembangan kemampuan siswa SD dalam bidang IPA merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan

4 kemampuan dalam memasuki abad informasi kemudian hari. Proses pembelajaran IPA di SD yang diharapkan adalah pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, aplikasi, sikap ilmiah siswa serta mendasarkan pembelajaran IPA pada isi-isu yang berkembang di masyarakat. Melalui pendekatan kontekstual siswa akan di bawa ke situasi yang lebih konkrit dan akan memberikan dampak meningkatkan apresiasi siswa, tidak hanya terhadapa konsep-konsep IPA, tetapi juga kepada kehidupan sehari-hari. Hal ini akan menunjang berkembangnya aspek kognitif, aspek keterampilan dan khususnya aspek afektif yang tampak pada saat ini masih kurang mendapat perhatian dan yang sebenarnya mengabaikan suatu hal yang sangat penting. Dari segi pemupukan minat terhadap IPA, perhatian terhadap perkembangan aspek afektif perlu ditingkatkan karena adanya korelasi yang tinggi antar siswa yang senang belajar IPA dengan respon siswa yang bersifat afektif. Berdasarkan studi pendahuluan atau pengamatan yang di lakukan oleh penulis, khususnya pada siswa kelas V SDN Galihpakuwon 1 Kecamatan Bl. Limbangan Garut pada pembelajaran IPA, hal tersebut tidak terlaksana dengan baik. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menjadi salah satu faktor yang menyebabkan siswa sukar untuk mempelajari materi yang diajarkan. Kesulitankesulitan tersebut timbul karena guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Guru banyak menghabiskan waktunya di kelas untuk mengajarkan materi. Saat ini pada kenyataanya strategi belajar yang diterapkan umumnya menggunakan pembelajaran konvensional yang lebih menekan pada tujuan yang ingin dicapai

5 dari proses belajar dibandingkan bagaimana tahapan-tahapan atau isi dari proses belajar itu sendiri. Pada akhirnya metode belajar yang digunakan hanya cermah dan textbook orientend. Siswa dipaksa menerima materi dan menghapalnya. Guru jarang menggunakan media atau alat peraga dalam pembelajaran sekalipun di sekolah tersedia KIT IPA. Akibatnya yang ditimbulkan dari kegiatan pembelajaran seperti itu adalah rendahnya aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Siswa harus datang ke sekolah, duduk dan diam di kelas, dan mendengarkan ceramah dari guru. Akibat lain yang timbul adalah rendahnya hasil belajar siswa, dari hasil UAS semester I tahun ajaran 2010/2011 jumlah siswa sebanyak 25 siswa ternyata baru 56 % atau 14 orang siswa yang telah dapat mencapai ketuntasan dalam pembelajaran IPA, artinya masih terdapat 44 % atau 11 orang siswa yang masih belum mencapai nilai kentuntasan yang telah ditetapkan pada awal tahun ajaran, yakni untuk mata pelajaran IPA Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 65. Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran agar dapat meningkatkan aktivitas siswa dan meningkatkan hasil belajar IPA. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pembelajaran IPA melalui pendekatan kontekstual dengan media surat kabar. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pendekatan Kontekstual Dengan Media Surat Kabar Dalam Meningkatkan Hasil Pembelajaran IPA Pada Peristiwa Alam.

6 B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat menjadi terarah maka permasalahannya tersebut dapat dijabarkan ke dalam sub pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh guru dalam pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam melalui pendekatan kontekstual dengan media surat kabar? 2. Bagaimana aktivitas siswa dalam memahami konsep peristiwa alam melalui pendekatan kontekstual dengan media suarat kabar? 3. Apakah pembelajaran IPA pada materi Peristiwa Alam melalui pendekatan kontekstual dengan media surat kabar dapat meningkatkan hasil belajar siswa? C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka teori di atas, maka hipotesis tindakan penelitian adalah sebagai berikut : Dengan penerapan pendekatan kontekstual dengan media surat kabar dalam pembelajaran IPA, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan lebih baik dan meningkat. D. Tujuan dan manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang penggunaan pendekatan kontekstual dengan media surat kabar dalam belajar mengajar IPA

7 tentang peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar, khususnya siswa SDN Galihpakuwon 1 Kecamatan Bl. Limbangan Garut. Secara khusus penelitian bertujuan : 1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam melalui pendekatan kontekstual dengan media surat kabar. 2. Mengetahui aktivitas siswa dalam memahami konsep peritiwa alam melalui pendekatan kontekstual dengan media surat kabar. 3. Mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam melalui pendekatan kontekstual dengan media surat kabar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Manfaat Hasil Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan pendidikan, terutama guru dan siswa kelas V sekolah dasar yang langsung terlibat dalam proses pembelajaran di kelas yaitu : 1) Manfaat Bagi Guru : a. Dapat menambah pemahaman, pengalaman, wawasan dalam pembelajaran IPA khususnya materi peristiwa alam. b. Dapat meningkatkan kemampuan dalam mengelola proses pembelajaran. c. Dapat menggunakan model pembelajaran dalam pembelajaran mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya. 2) Manfaat Bagi siswa ; a. Dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa dalam mengenal dan mempelajari peristiwa alam.

8 b. Dapat meningkatkan interaksi dan kerjasama antar siswa dalam memecahkan masalah. c. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA. 3) Manfaat Bagi Lembag pendidikan Terkait : a. Sebagai bahan referensi bagi guru yang akan melaksanakan penelitian. Sebagai bahan acuan dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran di lingkungan Dinas Pendidikan. E. Penjelasan Istilah Agar tidak terdapat kesalahpahaman atau kekeliruan dalam penelitian ini, maka penulis beranggapan perlu adanya penjabaran definisi, sebagai berikut : 1. Pembelajaran adalah prosedur dan metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran (Hamalik: 1990, hal 69). 2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam berupa sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusuanan dan pengujian gagasan-gagasan. Mata pelajaran IPA merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa

9 mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa ( BSNP. Depdiknas, 2006). 3. Kontekstual (Contextual Teaching and Learning ) adalah suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006). 4. Media Surat Kabar (sumber belajar) adalah bahan-bahan apa saja yang dapat dimanfaatkan untuk membantu guru maupun siswa dalam upaya mencapai tujuan. Dengan kata lain, sumber belajar adalah segala sesutu yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak, media pembelajaran elektronik, nara sumber, lingkungan alam sekitar, dan sebagainya ( Susilana,2009 ). F. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Husein (2009:16-20 ) Penelitian tindakan kelas merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Sedangkan menurut Sudikin (dalam Suharyati, 2006: 16) penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif

10 dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Galihpakuwon 1 Kecamatan Bl. Limbangan Garut Tahun Ajaran 2010/2011, subjek penelitian adalah siswa kelas V (lima) yang berjumlah 25 orang siswa, terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.