BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga tanggal 21 bulan Juni tahun 2012, di Laboratorium Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Gorontalo. 3.3 Desain Penelitian Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian experimental laboratorik dengan menggunakan susu kedelai Essoya yang beredar di Gorontalo sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif yaitu uji pendahuluan dengan pereaksi Molisch dan uji oksidasi gula reduksi yang mengandung aldehid dengan pereaksi Tollens, serta analisis kuantitatif dengan metode Luff-Schoorl. 1.4 Sampel Penelitian Sampel dalam penelitian ini adalah susu kedelai dengan nama merek Essoya yang diproduksi oleh Ameer Natural Essence. Pengambilan sampel dilakukan pada tempat pembuatan susu kedelai Essoya yaitu di Rumah Produksi Susu Kedelai Essoya Ameer Natural Essence yang dimiliki oleh Ibu Ferra Hippy yang beralamat di Perumahan Ceria Blok C No. 24, jalan Bulotadaa Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. 1
3.5 Alat dan Bahan 3.5.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam menganalisis susu kedelai Essoya adalah Batang pengaduk, Batu didih, Corong pendek untuk buret dan Corong panjang untuk filtrasi, Gelas kimia 100 ml, 250 ml dan 600 ml, Gelas ukur 10 ml dan 100 ml, Labu erlenmeyer, Labu ukur 250 ml dan 500 ml, Penangas air, Pendingin balik, Penjepit tabung reaksi, Pipet tetes tangkai panjang, Pipet volum, Rak tabung reaksi, Rangkaian alat buret, Tabung reaksi, Timbangan analitik dan Stopwatch. 3.5.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam menganalisis susu kedelai Essoya adalah AgNO 3, Allumunium foil, Ammoniak encer, Asam sitrat, Aquadest, CaCO 3, CuSO 4.5H 2 O, Etanol 96 %, Indikator amilum 1 %, Larutan H 2 SO 4 pekat, Larutan H 2 SO 4 25 %, Larutan KI 20 %, Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N, Kertas saring, NaOH, Natrium oksalat, Na 2 CO 3.10H 2 O, Pb-Asetat jenuh, Susu kedelai Essoya dan α-naftol. 3.6 Prosedur Kerja 3.6.1 Analisis Kualitatif Karbohidrat 3.6.1.1 Pembuatan Pereaksi Molisch (Ham, 2006) 1. Ditimbang 0,5 gram α-naftol; 2. Diukur 20 ml etanol 96 %; 3. Dilarutkan α-naftol yang telah ditimbang ke dalam etanol 96 %; 4. Campuran dituang ke dalam botol tetes. 2
3.6.1.2 Pembuatan Pereaksi Tollens (Anonim, 1984) 1. Ditimbang 0,5 gram AgNO 3 dan dicampur dengan aquadest sebanyak 5 ml; 2. Ditimbang 0,5 gram NaOH dan dicampur dengan aquadest sebanyak 5 ml; 3. Dicampur larutan AgNO 3 dan larutan NaOH ke dalam gelas kimia; 4. Ditambahkan larutan Amoniak encer tetes demi tetes sampai semua Ag 2 O terlarut dan larutan terlihat jernih. 3.6.1.3 Tes Umum Karbohidrat dengan Uji Molisch (Bialangi, 2008) 1. 5 ml susu kedelai Essoya dimasukkan kedalam tabung reaksi; 2. Dipipet dengan menggunakan 1 tetes pereaksi Molisch; 3. Dikocok perlahan-lahan; 4. Tabung reaksi dimiringkan; 5. Ditambahkan 5 ml Asam sulfat pekat dengan hati-hati dan perlahan-lahan melalui dinding tabung reaksi; 6. Diperhatikan warna lingkaran yang terbentuk pada batas pertemuan dari dua lapisan cairan dalam tabung reaksi (cincin merah atau violet). 3.6.1.4 Uji Oksidasi Gula Reduksi yang Mengandung Aldehid dengan Pereaksi Tollens (Bialangi, 2008) 1. Dimasukkan 2 ml pereaksi Tollens ke dalam tabung reaksi yang bersih dan kering; 2. Ditambahkan beberapa tetes susu kedelai Essoya; 3. Dikocok perlahan-lahan; 4. Dipanaskan dalam penangas air sampai terbentuk cermin perak pada dinding tabung reaksi; 3
5. Diperhatikan perak bebas yang menempel pada dinding tabung reaksi hingga membentuk cermin perak. 3.6.2 Analisis Kuantitatif Karbohidrat 3.6.2.1 Pembuatan Larutan Luff Schoorl (Anonim, 1984) 1. 2,5 gram CuSO 4.5H 2 O sejauh mungkin bebas besi dilarutkan dalam 10 ml aquadest; 2. 5 gram Asam sitrat dilarutkan dalam 5 ml aquadest; 3. 39 gram soda murni (Na 2 CO 3.10H 2 O) dilarutkan dalam 50 ml aquadest kemudian dipanaskan sampai mendidih; 4. Dicampurkan larutan Asam sitrat dengan larutan Na 2 CO 3.10H 2 O sambil digojog dengan hati-hati; 5. Ditambahkan larutan CuSO 4.5H 2 O; 6. Diencerkan hingga volume 100 ml dengan menggunakan aquadest; 7. Dibiarkan semalam. 3.6.2.2 Pembuatan Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N (Susanti, 2009 dalam Hasan, 2011) 1. Dilarutkan 12,4 gram Natrium tiosulfat dan 100 mg natrium karbonat dalam 500 ml aquadest yang baru dididihkan; 2. Campuran didinginkan kembali. 3.6.2.3 Pembakuan Larutan Na 2 S 2 O 3 0,1 N (Ham, 2002 dalam Hasan 2011) 1. 5 gram KI dan 4 gram NaHCO 3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer; 2. Ditambahkan 300 ml aquadest; 3. Ditambahkan HCl perlahan-lahan sambil digoyang, penambahan HCl dilakukan sampai tidak ada lagi CO 2 yang keluar; 4
4. Dilanjutkan penambahan HCl sebanyak 10 ml; 5. Ditambahkan 25 ml K 2 Cr 2 O 7 0,1 N sambil digoyang perlahan hingga homogen; 6. Didiamkan selama 10 menit; 7. Dititrasi dengan Na 2 S 2 O 3 hingga larutan yang ada di erlenmeyer tepat berwarna kuning muda; 8. Ditambahkan 5 tetes indikator amilum; 9. Titrasi dilanjutkan secara perlahan; 10. Dihentikan penitrasian tepat warna biru menghilang dan warna hijau muda (CrCl 3 ) muncul. 3.6.2.4 Pembuatan Indikator Amilum 1 % (Susanti, 2009 dalam Hasan, 2011) 1. 1 gram kanji dicampurkan dengan sedikit air dingin; 2. Ditambahkan 100 ml air panas sambil diaduk-aduk; 3. Dididihkan campuran dengan penambahan batu didih selama 30 menit sampai larutan menjadi jernih. 3.6.2.5 Preparasi Sampel Susu Kedelai Essoya yang Mengandung Karbohidrat (Guhardja, 1989) 1. Ditimbang 29 gram sampel susu kedelai Essoya dan dimasukkan ke dalam gelas piala 600 ml, ditambahkan 300 ml air dan 2 gram CaCO 3 ; 2. Dididihkan selama 30 menit, selama pendidihan ditambahkan aquadest secukupnya agar volumenya tetap; 3. Didinginkan larutan tersebut di atas, dipindahkan ke dalam labu ukur 500 ml; 5
4. Ditambahkan pelan-pelan 3-5 ml larutan Pb-asetat jenuh sampai larutan jernih; 5. Ditepatkan volume larutan sampai tanda tera 500 ml dengan aquadest; 6. Dicampur larutan sampai merata dengan cara digojog; 7. Larutan disaring melalui kertas saring; 8. Ditambahkan 1 gram Natrium oksalat kering untuk mengendapkan semua Pb; 9. Larutan dicampur secara merata dan disaring kembali; 10. Penyaringan dilakukan sampai larutan benar-benar jernih yang menandakan bahwa filtrat telah bebas dari Pb. *Preparasi sampel ini dilakukan sebanyak 3 kali percobaan (Dibuat triplo). 3.6.2.6 Penentuan Gula Reduksi (Metode Luff-Schoorl) (Sudarmadji, 1997) 1. Diambil 25 ml filtrat jernih yang telah bebas Pb dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer; 2. Ditambahkan 25 ml larutan Luff-Schoorl; 3. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan selama 10 menit; 4. Setelah mendidih, larutan cepat-cepat didinginkan ( labu Erlenmeyer diangkat dan segera didinginkan dalam bak berisi air dingin); 5. Setelah larutan dingin, ditambahkan 25 ml H 2 SO 4 25 %. Penambahan H 2 SO 4 25 % dilakukan secara hati-hati karena akan menimbulkan gelembung-gelembung pada dinding labu erlenmeyer; 6
6. Ditambahkan 15 ml KI 20 %, setelah ditambahkan KI, larutan harus segera dititrasi dengan Na-thiosulfat, hal ini untuk menghindari terjadinya penguapan iod; 7. Titrasi dengan titran Na-thiosulfat dilakukan secara perlahan-lahan sambil labu erlenmeyer digojog untuk melihat perubahan warna pada titrat; 8. Ditambahkan 3 ml larutan indikator Amilum 1 %; 9. Setelah itu, dilakukan titrasi kembali dan dihentikan sampai terjadi perubahan warna pada titrat dari biru menjadi putih susu. *Penentuan gula reduksi ini dilakukan sebanyak 3 kali pada ketiga filtrat yang telah bebas Pb (Hasil preparasi sampel). 3.6.2.7 Penentuan Titrasi Blanko (Metode Luff-Schoorl) (Sudarmadji, 1997) 1. Diambil 25 ml larutan Luff-Schoorl dan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer; 2. Ditambahkan 25 ml aquadest; 3. Erlenmeyer dihubungkan dengan pendingin balik, kemudian dididihkan selama 10 menit; 4. Setelah mendidih, larutan cepat-cepat didinginkan (labu Erlenmeyer diangkat dan segera dinginkan dalam bak berisi air dingin); 5. Setelah larutan dingin, ditambahkan 25 ml H 2 SO 4 25 %. Penambahan H 2 SO 4 25 % dilakukan secara hati-hati karena akan menimbulkan gelembung-gelembung pada dinding labu erlenmeyer; 7
6. Ditambahkan 15 ml KI 20 %, setelah ditambahkan KI, larutan harus segera dititrasi dengan Na-thiosulfat, hal ini untuk menghindari terjadinya penguapan iod; 7. Titrasi dengan titran Na-thiosulfat dilakukan secara perlahan-lahan sambil labu erlenmeyer digojog untuk melihat perubahan warna pada titrat; 8. Ditambahkan 3 ml larutan indikator Amilum 1 %; 9. Setelah itu, dilakukan titrasi kembali dengan Na-thiosulfat dan dihentikan sampai terjadi perubahan warna pada titrat dari biru menjadi putih susu. 3.7 Analisis Data Pengamatan dilakukan secara visual terhadap perubahan warna susu kedelai Essoya yang dihasilkan. Dimana perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa pada bahan susu kedelai Essoya positif mengandung senyawa karbohidrat. Data yang diperoleh ini selanjutnya akan diolah secara manual serta akan ditampilkan dalam bentuk tabel dan dengan perhitungan menggunakan rumus yang ada. Kemudian data tersebut akan dibahas secara deskriptif. 8