ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA).

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi disemua negara berkembang. Menurut Thee Kian Wie, kemiskinan

PEMBERDAYAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SEBAGAI SALAH SATU PILAR SISTEM KEUANGAN NASIONAL: UPAYA KONKRIT MEMUTUS MATA RANTAI KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peran strategis UMKM dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa latin credere atau credo yang berarti kepercayaan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar Tahun

MEMBERDAYAKAN PEREKONOMIAN RAKYAT. Oleh: Bambang Ismawan

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata secara material dan spiritual seperti yang tertuang pada

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini menghadapi banyak

I. PENDAHULUAN. makmur yang merata materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. konstan sejak tahun 2007 dan selalu diiringi dengan pertumbuhan pembiayaan

Bab 4 Dinamika Lembaga Keuangan Mikro

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO LKM BY : NETTI TINAPRILLA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara adalah sektor perbankan. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

POTENSI DAN PERAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) DALAM UPAYA PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. (KSP), UMKM mampu menyerap 99,9 persen tenaga kerja di Indonesia.

A. Latar Belakang. 1 Peri Umar Farouk, Sejarah Perkembangan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Sebenarnya masalah dan kendala yang dihadapi masih bersifat klasik yang selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

I. PENDAHULUAN. tahun keuangan mikro (international microfinance year 2005), dimana lembaga

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Mengenal OJK & Lembaga Keuangan Mikro

PNM Permodalan Nasional Madani

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

ANALISIS PERANAN KOPERASI SIMPAN PINJAM/UNIT SIMPAN PINJAM DALAM UPAYA PENGEMBANGAN UMKM DI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB II TELAAH PUSTAKA. tersebut. Mengingat besarnya pengaruh bank terhadap perekonomian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2013, hlm. 29

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

LANDASAN TEORI Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia. negara negara anggota dan masyarakat Muslim pada umumnya.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN. dibanding usaha besar yang hanya mencapai 3,64 %. Kontribusi sektor

BAB I PENDAHULUAN. (UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan penanggulangan kemiskinan,

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dapat dipandang sebagai tulang punggung

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait perizinan usaha, kelembagaan LKM, sert

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu dari agenda pembangunan Indonesia dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. serangan krisis. Pada tabel penyerapan tenaga kerja BPS, pada tahun 1997

DAMPAK UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN, LEMBAGA KEUANGAN MIKRO, DAN PERKOPERASIAN TERHADAP SEKTOR KEUANGAN ARDITO BHINADI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya memang dapat dikatakan tidak merata. Terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena usaha berskala kecil dinilai mampu bertahan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan

PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR 009/PER/LPDB/2011 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan lembaga keuangan sangat berperan dalam ekonomi

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

PERKEMBANGAN, TANTANGAN, DAN PERSPEKTIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) BALI SEBAGAI INTERMEDIASI KEUANGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Namun demikian, upaya tersebut kiranya perlu dibarengi pula dengan upaya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dr. Mulyaningrum Bakrie School of Management Jakarta, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. nasional telah menunjukkan bahwa kegiatan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

PERAN KELEMBAGAAN PERBANKAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NASIONAL BANK MANDIRI

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

ANALISIS MANFAAT LEMBAGA KEUANGAN BERBENTUK KOPERASI (KSP/USP)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah sektor UKM (Usaha Kecil Menengah). saat ini para pelaku UKM masih kesulitan dalam mengakses modal.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks negara berembang, sistim perekonomian negara sering kali

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BMT merupakan pelaku ekonomi baru dalam kegiatan perekonomian nasional yang beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah. BMT melakukan fungsi

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Evaluasi Implementasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat Dalam Rangka Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan, Koperasi (UMKMK).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mendapatkan referensi yang sesuai dengan penelitian yang ingin dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berfungsi. menumbuhkan dan memompa perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh suatu bangsa dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (DIY) 2013 yakni garis kemiskinan pada maret 2013 adalah

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KOPERASI DALAM ARAH PEMBANGUNAN NASIONAL

PERSEROAN TERBATAS (PT) - LEMBAGA KEUANGAN MIKRO (LKM) SOLUSI PELESTARIAN DANA BERGULIR PNPM-MD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Urata, 2000). Akterujjaman (2000) menyatakan bahwa UKM di seluruh

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Transkripsi:

URGENSI UNDANG-UNDANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO BAGI PENGUATAN USAHA MENENGAH, KECIL DAN MIKRO DI INDONESIA H. Marzuki Alie, SE.MM. KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Kongres Nasional Baitul Mall wa-tamwil (BMT) dan Rapat Anggota Tahunan Ke-9 Inkopsyah Baitul Mall wa-tamwil (BMT) Surabaya, 12 Maret 2010 1 Pendahuluan Sejak tanggal 1 Januari 2010, Indonesia secara resmi masuk dalam pelaksanaan kesepakatan ASEAN-CHINA Free Trade Area (ACFTA). Perekonomian Indonesia, baik dalam tataran makro dan mikro tidak sebanding dengan dominasi ekonomi China. Tahun 2008, Indonesia mencatat defisit sebesar 3,6 milliar AS dengan China. China, baik pemerintah maupun pengusahanya menganggap ACFTA sebagai kesempatan besar untuk memperluas pasar di ASEAN. China sangat optimis akan dapat meningkatkan perdagangannya dengan ASEAN. 2 1

Pendahuluan.. Peredaran barang impor di Indonesia, 50%, 40%-nya merupakan produk impor dari China. Dampak buruk ACFTA: bila bea masuk sudah efektif berlaku 0%, maka komposisi barang-barang impor diprediksi bisa melonjak 75% dan produk-produk China menguasai 70%-nya. Dikhawatirkan, akan berdampak pada lapangan kerja, akan terjadi alih profesidari kalangan industriwan ke pedagang atau menjadi distributor, karena resikonya lebih kecil daripada memproduksi tetapi kalah saing di pasaran. 3 Pendahuluan.. Hingga Desember 2009, pekerja formaldi Indonesia hanya 32,14 juta orang (30,65%) dari total angkatan kerja. Sementara jumlah pekerja informal mencapai 67,86 juta orang (69,35%) dari total angkatan kerja di Indonesia, yang berjumlah 113,83 juta. Sektor informal ini umumnya adalah kelompok Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM). 4 2

Peran UMKM Peran penting (UMKM) dalam perekonomian Indonesia: Pertama, UMKM sebagai mesin penyerap tenaga kerja terbesar. Tahun 2007, jumlah UMKM mencapai 49,8 juta unit tersebar di seluruh Tanah Air. UMKM menggerakkan sektor riil dan menyerap jutaan tenaga kerja. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2008, menunjukan sektor UMKM dapat menyerap tenaga kerja sebesar 91 juta orang (97,3%) dan mampu menyumbang PDB Rp 2.121,31 triliun (53,6%). 5 Peran UMKM.. Kedua, UMKM juga berperan penting dalam ekspor. Pada tahun yang sama, konstribusi UMKM dalam ekspor mencapai Rp 142,8 triliun (20,02%) dengan total nilai investasi UMKM Rp 462 triliun (47%). Tak Punya Utang Luar Negeri, UMKM Malah Tahan Krisis Lihat Kompas, 27 November 2008 6 3

Persoalan terbesar UMKM adalah kesulitan mengakses permodalan. Hal ini disebabkan oleh adanya: Peran UMKM.. scale gap, artinya kebutuhan kredit/ pembiayaan bagi UKM pada umumnya masih lebih kecil dari minimal kredit/ pembiayaan yang disediakan oleh bank; formalization gap, artinya UKM pada umumnya informal, dan tidak memiliki kecukupan jaminan, sedangkan bank pada umumnya mensyaratkan formalitas usaha dan adanya kecukupan jaminan untuk memenuhi unsur compliance; information gap, artinya UKM sering merasa sudah layak, namun bank belum menilai layak, tapi unsur-unsur kelayakan tersebut dan prosedur perbankannya tidak pernah diinformasikan secara transparan oleh bank; orientasi lembaga keuangan pendukung yang kurang berpihak kepada UMKM. 7 Peran UMKM.. Dampak kesulitan mengakses permodalan tersebut adalah banyak UMKM yang menggunakan jasa pelepas uang (money lender) bagi pengembangan usahanya, karena pelepas uang memberikan kemudahan dalam persyaratan pengajuan kredit. Lembaga yang dapat langsung menjawab kebutuhan masyarakat diperankan oleh Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Walaupun masih mencari bentuk dan belum terjamah pembinaan dan penataan secara memadai, keberadaan LKM sering dipandang sebagai alternatif solusi akibat ketidakberhasilan sistem perbankan dalam menutup kesenjangan sektor bankable dan non-bankable. 8 4

Lembaga Keuangan Mikro Lembaga Keuangan Mikro(LKM) atau lebih populer disebut microfinance didefinisikan sebagai penyedia jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta berfungsi sebagai alat pembangunan bagi masyarakat perdesaan. Joana Ledgerwood, Microfinance Handbook : An Institutional and Financial Perspective,, (Washington DC: The World Bank, 1999), h. 65. kredit mikro adalah program pemberian kredit berjumlah kecil ke warga paling miskin untuk membiayai proyek yang mereka kerjakan sendiri agar menghasilkan pendapatan, yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan keluarganya Anonimus, Kompas, Microcredit Summit, 15 Maret 2005. 9 LKM.. LKM adalah lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro dan masyarakat berpenghasilan rendah, baik formal, semi formal dan informal. LKM merupakan lembaga yang melakukan kegiatan penyediaan jasa keuangan bagi pengusaha kecil dan mikro serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayanioleh lembaga keuangan formal dan telah berorientasi pasar untuk tujuan bisnis. Endang Thohari, Peningkatan Aksesibilitas Petani terhadap Kredit melalui LKM, dalam M. Syukur dkk. (Ed.), Bunga rampai Lembaga Keuangan Mikro, (Bogor: IPB Press, 2003), h. 176. 10 5

LKM.. LKM didefinisikan sebagai badan usaha keuangan yang menyediakan layanan jasa keuangan mikro, yang tidak berbentuk bank dan tidak berbentuk koperasi, serta bukan pegadaian, namun termasuk Badan Kredit Desa (BKD) dan Lembaga Dana Kredit Perdesaan (LDKP) yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bank, selanjutnya disebut sebagai LKM Bukan Bank Bukan Koperasi (LKM B3K), atau selanjutnya disingkat LKM. Pertama RUU Keuangan Mikro Nomor XXX Tahun 2001 dan kedua RUU Lembaga Keuangan Mikro Nomor XXX tahun 2007. Saat ini draft tersebut telah ada di DPR Menurut Asian Development Bank (ADB): lembaga penyedia jasa deposits, loans, payment services serta money transfers insurance to poor and low income households and their microenterprises. Bentuk LKM dapat berupa: 1) lembaga formal seperti bank desa dan koperasi, 2) lembaga semiformal misalnya organisasi non pemerintah, 3) sumber-sumber informal misalnya pelepas uang. 11 LKM.. Bank Indonesia mendefinisikan kredit mikro merupakan kredit yang diberikan kepada para pelaku usaha produktif baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai hasil penjualan paling banyak Rp 100 juta per tahun. LKM dibagi menjadi dua kategori yaitu LKM yang berwujud bank serta non bank. Berwujud bank adalah BRI Unit Desa, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Badan Kredit Desa (BKD). Bersifat non bank adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Unit Simpan Pinjam (USP), Lembaga Dana Kredit Perdesaan (LDKP), Baitul Mâl wa at-tamwîl (BMT), Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Credit Union (CU). 12 6

Koperasi Jasa Keuangan Syariah Regulasi: Kepmenegkop Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang koperasi jasa keuangan syariah (KJKS)/unit jasa keuangan syariah. Untuk UMKM yang berbadan hukum koperasi melalui Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan Undang-undang No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Hukum yang ada tersebut dirasa masih jauh dari memadai untuk dijadikan sandaran hukum terutama bagi pengembangan LKMS di masa-masa yang akan datang. 13 Koperasi.. Alasan lemahnya aspek regulasi: Pertama, terkait status hukum, sandaran utama bagi operasionalisasi LKMS/BMT adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) didasarkan atas Keputusan Menteri, hal ini tidak kuat apalagi jika dilihat dari hierarki peraturan perundang-undangan saat ini, khususnya berdasarkan Undangundang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan tidak ada lagi Keputusan Menteri. Kedua, ketiadaan payung hukum berupa Undang-Undang yang secara khusus (mandiri) mengatur Lembaga Keuangan Mikro baik konvensional maupun syariah membuat lembaga ini kurang mendapatkan perhatian sepenuhnya dari pemerintah. Dalam prakteknya di lapangan ada sedikit perbedaan antara operasionalisasi koperasi dengan BMT. 14 7

Ketiga, belum adanya lembaga pemerintah yang cukup kuat untuk mengambil kebijakan yang lebih luas cakupannya dan terfokus bagi kepentingan pengembangan lembaga keuangan mikro dan UMKM. Posisi Kantor Kementerian Negara berbeda dengan Departemen dalam kapasitasnya membuat peraturan perundangundangan. Keempat,belum adanya kebijakan pemerintah membuat satu lembaga yang memiliki tugas untuk mengatur kepentingan Lembaga Keuangan Mikro dari berbagai aspeknya semacam induk/atase puncak (APEX) sebagaimana keberadaan Bank Indonesia dalam mengawasi dan mengatur kegiatan operasional Bank Umum dan BPR di Indonesia. Di berbagai negara lembaga APEX LKM sudah banyak terbentuk antara lain di Filipina, India dan Bangladesh. Koperasi.. 15 Koperasi.. Kelima, belum adanya perlindungan terhadap simpanan nasabah/anggota dalam bentuk Lembaga Penjamin Simpanan bagi LKM. Undang-undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi sebagai Badan Hukum KJKS-BMT, Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS); dan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 10/Per/M.KUKM/VI/2006 tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM) Pola Syariah, memang telah mengatur beberapa hal terkait dengan perlindungan nasabah dari kemungkinan penyalahgunaan oleh pengelola LKMS. Keenam, terkait akses terhadap permodalan belum adanya Lembaga Penjamin Pembiayaan UMKM. Pembiayaan bagi LKM antara lain telah diatur dalam PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, PERMENEG Koperasi dan UKM RI Nomor 10/Per/M.KUKM/VI/2006 tentang Petunjuk Teknis Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro (P3KUM), PERMENEG BUMN PER/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PBL), dan belakangan ada program di tingkat Nasional yang mengakomodir pendanaan mikro syariah yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diluncurkan oleh Presiden pada tanggal 5 November 2007 dengan fasilitas penjaminan kredit dari Pemerintah melalui Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha. 16 8

Saran dan Kesimpulan Keberadaan dan pertumbuhan Lembaga Keuangan Mikro sebagai salah satu fasilitas penyedia dana untuk modal bagi UMKM sangat diharapkan. Untuk itu DPR sebagai lembaga legislatif sepenuhnya mendukung disusun UU tentang Lembaga Keuangan Mikro untuk menjamin kepastian hukum dan membuat standar pelayanan pada setiap Lembaga Keuangan yang memberikan fasilitas untuk UMKM disamping itu Pemerintah diharapkan memberikan perhatian lebih dalam mendorong peningkatan produktivitas UMKM ini. RUU ini sudah prioritas untuk ditangani tahun 2010 bersama 70 RUU Prioritas lainnya yang telah ditetapkan. Sampai saat ini belum disiapkan RUU tersebut, baik dari pemerintah maupun Dewan. Badan legislasi masih mencari bahan, termasuk naskah akademik dan lain-lain. Untuk beberapa bulan ke depan akan segera memasuki proses pembahasan. 17 Kesimpulan.. Beberapa hal yang perlu disarankan adalah : [1] Perlunya strategi jangka panjang yang jelas dalam pengembangan LKM baik cetak biru maupun kelembagaannya sebagaimana strategi yang telah berjalan pada industri perbankan, mengingat kontribusi LKM yang cukup besar dalam pengembangan UKM. [2] UU mengenai Lembaga Keuangan Mikro harus segera disusun sebagai payung hukum baik pelaku usaha maupun penyedia dana. [3] Pemerintah harus memiliki database Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia yang baik dan lengkap yang mencerminkan karakteristik dan keberadaannya di setiap daerah. [4] Dalam proses penyusunan RUU tersebut harus melalui kajian dan studi lebih lanjut dengan mengakomodir kepentingan dan pertimbangan publik. Dalam proses penyusunan RUU ini, akan dilakukan oleh Badan legislasi (baleg) dengan komisi terkait. RUU ini sudah menjadi prioritas tahun 2010. 18 9

TERIMA KASIH 19 10