BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja banyak permasalahan yang harus dihadapi, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. paling sering disorot oleh masyarakat. Peran masyarakat dan media membawa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki ukuran dan proporsi tubuh yang berbeda-beda satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja penampilan fisik merupakan hal yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini memiliki tubuh langsing menjadi tren di kalangan wanita, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pipit Yuliani, 2013

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam alat teknologi seperti televisi, koran, majalah, dan telepon.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di

Bab 5. Ringkasan. suatu hal baru dan orang orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama

BAB I. Latar Belakang Masalah. sosial dan moral berada dalam kondisi kritis karena peran masa remaja berada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN KECENDERUNGAN BODY DISSATISFACTION

BAB I PENDAHULUAN. Mereka sangat memperhatikan penampilan selain menunjukan jati diri ataupun

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pada saat ini banyak sekali bermunculan pusat-pusat kebugaran yang. menawarkan berbagai produk maupun aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH IDEAL DENGAN USAHA MEMBANGUN DAYA TARIK FISIK PADA PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu akan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dengan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan yang pesat didunia kecantikan saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu menjadi lebih update dengan perubahan trend yang berlangsung. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa saat seseorang mengalami perubahan secara psikis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

ANALISIS HASIL PENELITIAN PENGARUH PENAYANGAN VIDEO KOREA TERHADAP BODY IMAGE WANITA YANG MENARIK PADA REMAJA PUTRI

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

CITRA DIRI REMAJA YANG MENGALAMI OVERWEIGHT Lina Mahayati STIKes William Booth (031)

Skala Kepercayaan Diri Tryout

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KETIDAKPUASAN SOSOK TUBUH (BODY DISSATISFACTION) PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Davison & McCabe (2005) istilah body image mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescene, berasal dari bahasa Latin adolescene

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja pun kehidupan untuk berkumpul bersama teman-teman tidak lepas

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir ke dunia akan mengalami pertumbuhan dan. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tubuhnya jauh dari ideal.masyarakat berpikir orang yang cantik

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA TAHUN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keseluruhan, termasuk karakteristik fisik dan fungsional dan sikap. terhadap karakteristik tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan pembelian. Menurut Setiadi (2007: 44) perilaku konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia saat ini banyak. perusahaan yang menggunakan iklan untuk mengenalkan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. antara manusia yang satu dengan yang lainnya. perkembangan yang terjadi pada remaja laki-laki meliputi tumbuhnya rambut,kulit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diet merupakan hal yang tidak asing lagi bagi remaja di era moderen seperti saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif dan Remaja Pengertian Kecenderungan Perilaku Konsumtif

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

HUBUNGAN ANTARA KETERTARIKAN IKLAN POND S DI TELEVISI DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI PRODUK POND S PADA MAHASISWA. Skripsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia membutuhkan kehadiran manusia lain di sekelilingnya untuk menunjukkan pertumbuhan, perkembangan, dan eksistensi kepribadiannya. Obyek sosial ataupun persepsi sosial yang didapatkan di luar dirinya akan berpengaruh terhadap perkembangan segala aspek individualnya, baik fisik, emosional, perilaku, intelektual, sosial, maupun psikologisnya, bahkan akan mampu memuaskan dan membahagiakan keinginan perkembangannya secara pribadi terhadap kemampuan dan eksistensi dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Alston dan Dudley (dalam Hurlock, 1980 : 18) : Kebahagiaan timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, dan merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati. Kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai tingkat kegembiraan. Kebahagiaan adalah keadaan sejahtera dan kepuasan hati, yaitu kepuasan yang menyenangkan yang timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu dari individu terpenuhi. Pendapat perkembangan lainnya dikemukakan oleh Makmun (2005), bahwa perkembangan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan dalam diri individu atau organisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Mahasiswi adalah remaja putri berstatus sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, yang menginjak usia sekitar 18 21/23 tahun yang biasanya ditandai dengan berkembangnya kemampuan untuk menjalin hubungan sosial secara lebih luas. Hal ini sesuai dengan pendapat Havigurst (dalam Makmun 2005) bahwatugas perkembangan sosial remaja, di antaranya mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai tingkah laku yang 1

secara sosial, mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, serta memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk atau pembimbing dalam tingkah laku. Menurut Asrori (dalam Kusmiati, 2006 : 32), ada tujuh karakteristik perilaku remaja yaitu : 1) Lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebaya, 2) Kemampuan untuk memiliki dan memilih banyak rujukan/idola, 3) Keinginan berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas kelompok, 4) Kurang membutuhkan (penolakan) dari orang tua, 5) Cenderung bebas dalam mengeskpresikan dan menampilkan diri, 6) Membutuhkan penerimaan sosial (masyarakat), 7) Saling berbagi dengan teman sebaya mengenai keyakinan dan minat sosial. Perilaku konsumtif pada remaja (putri) adalah salah satu bentuk perilaku sosial. Menurut Hurlock (2004), Perubahan perilaku sosial remaja berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam membentuk hubungan yang baru dan juga menyesuaikan diri dengan orang dewasa lainnya di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Terkait dengan perubahan ini, Hurlock (2004) mengemukakan, perubahan fisik dalam masa remaja lebih pesat daripada masa kanak-kanak, sehingga menimbulkan respon tersendiri berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan bentuk tubuhnya. Selanjutnya Levine dan Smolak (dalam Rey, 2002) berpendapat permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan pada masa remaja seperti ketidakpuasan/keprihatinan terhadap keadaan fisik yang dimilikinya, yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkannya. Remaja juga sering membandingkan fisiknya dengan fisik orang lain ataupun idola-idola mereka yang kemudian mengakibatkan ketidakpercayadirian. Dengan demikian, disimpulkan bahwa perkembangan sosio-psikologis mahasiswi sebagai remaja putri juga mengikuti karakteristik kecenderungankecenderungan perilaku tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Syamsudin (2003), bahwa rentang usia tersebut membentuk tiga karaktersitik perilaku, yaitu 2

kognitif, afektif, dan psikomotoris. Gejala-gejala pada masa pubertas remaja, selain ditandai dengan perubahan ukuran, postur, dan proporsi tubuh, juga ditandai dengan perubahan fisik, perubahan organ reproduksi, serta perubahan perilaku sosial, di antaranya mulai berhubungan sosial dan ingin menarik/tertarik lawan jenisnya. Tanda perubahan fisik yang terakhir inilah yang kadang memunculkan permasalahan tersendiri pada remaja, khususnya remaja putri yang berstatus mahasiswi. Permasalahan yang muncul adalah ketidakpercayaan/kehilangan rasa percaya diri terhadap penampilan tubuhnya sendiri atau keadaan fisik yang dimilikinya, ada perasaan takut tidak bisa menarik perhatian lawan jenisnya, bahkan merasa tidak puas terhadap penampilan fisiknya, sehingga mereka berupaya merubah penampilan fisiknya sesuai dengan seleranya, bahkan sesuai dengan pola yang menjadi rujukannya (idolanya). Kecenderungan merasa cemas dengan penampilan fisiknya merupakan salah satu dampak psikologis dari perubahan tubuh di masa puber, sehingga membentuk citra diri mengenai kondisi tubuhnya, baik positif maupun negatif, yang disebut body image. Bagi remaja putri, kecantikan dan kesempurnaan fisik seringkali menjadi ukuran ideal bagi dirinya, sehingga banyak yang berusaha mengejar kecantikan dan kesempurnaan dengan berbagai cara untuk mengubah penampilan fisiknya, di antaranya dengan bantuan kosmetik; senam (gymnastic);fashion dan aksesorisnya yang up to date, seperti memakai sepatu dengan model dan merk tertentu; pergi ke salon untuk menata rambut; bahkan dengan melakukan koreksi pada beberapa bagian wajah dan tubuh melalui operasi plastik. Terkait dengan penelitian ini, upaya yang dilakukan remaja putri, khususnya yang berstatus mahasiswi semester 1 yang kuliah di Universitas Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011dalam mengubah penampilannya atau body 3

image-nya melalui perilaku konsumtif terkait sepatu, di antaranya yang berjenis hak tinggi atau high-heels. Sebagaimana diketahui, tidak semua wanita, terutama remaja putri mahasiswi yang bersedia atau mau menggunakan sepatu berhak tinggi, karena alasan tidak sesuai dengan kesehatan tubuh, tidak sesuai dengan selera, tidak sesuai aturan kuliah, bahkan tidak sesuai dengan keyakinannya. Meskipun demikian, tidak sedikit pula yang mau atau bahkan memaksakan membeli dan menggunakan sepatu high-heels tersebut, juga dengan berbagai alasan sebagaimana telah dikemukakan, yaitu demi penampilan, sehingga terkesan agak mengada-ada. Alasannya hampir seragam, tidak semua yang dikenakan oleh seseorang akan mampu menarik perhatian, simpati atau decak kagum orang lain, meskipun yang bersangkutan merasa lebih percaya diri dengan penampilannya. Tayangan atau iklan media tertentu, atau karena pengaruh budaya lain dapat mempengaruhi remaja putri merasa tidak puas dengan penampilan fisiknya dengan mengambil tindakan atau perilaku yang sebetulnya mereka juga tahu, tidak sesuai dengan kondisi tubuh (body image) yang dimilikinya, yaitu menggunakan sepatu high-heels. Fakta ini berdasarkan beberapa temuan selama ini, di antaranya Levine dan Smolak (dalam Rey, 2002), bahwa 40-70 persen remaja wanita merasakan ketidakpuasan pada dua atau lebih dari bagian tubuhnya, khususnya pada bagian pinggul, bokong, perut dan paha. Selanjutnya, dikemukan terkait dengan hal ini, peran masyarakat dan media, juga membawa pengaruh yang besar dalam mendorong seseorang untuk begitu peduli pada penampilan dan image tubuhnya. Thompson (2001), sependapat ada tiga komponen yang membentuk body image, yaitu persepsi, perkembangan, dan sosiokulturaldimana sosiokultural memiliki pengaruh lebih besar terhadap nilaibody imageyang dianut 4

remaja. Bahkan menurut Papalia (2008), artikel, sinetron, dan tayangan iklan yang dimunculkan pada media cetak, televisi, maupun internet seringkali menampilkan model-model dengan kriteria tubuh ideal, yaitu memiliki bentuk tubuh yang langsing, tinggi, dan kulit yang putih, yang mendorong remaja wanita untuk mencoba tampak seperti model yang mereka saksikan di media, dan cenderung mengembangkan kepedulian yang berlebihan terhadap berat badan mereka. Upaya merubah penilaian terhadap penampilan tubuh (body image)-nya juga diyakini sebagai pengaruh dari penilaian masyarakat sendiri terhadap penampilan fisik yang ideal dari seorang wanita dengan rujukan idola masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat Mostert (dalam de Villiers, 2006), yang meyakini masyarakat pada saat ini lebih menekankan pada penampilan fisik, dan media memainkan peran yang besar dalam menunjukkan pada masyarakat bagaimanaimageideal yang disebut cantik. Kehadiran media tersebut, tidak dipungkiri semakin mendorong pribadi-pribadi untuk meletakkan standar ideal pada dirinya, seperti yang dikehendaki oleh masyarakat. Dari sejumlah uraian tentang body image yang diharapkan ideal dan sempurna bagi seorang wanita (remaja putri mahasiswi) dengan berbagai alasan, latar belakang, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, dapat disimpulkan, bahwa kaum wanita, khususnya remaja putri mahasiswi, berupaya menunjukkan eksistensi dirinya untuk tampil lebih cantik, postur ideal, serta lebih percaya diri untuk dapat menarik dan tertarik lawan jenisnya, atau untuk berinteraksi dan berhubungan sosial dengan masyarakat lain. Upayaini di antaranyadenganmembelidanmenggunakansepatuberhaktinggi. Namunsayangnya, konsumsidanpembelianbarangbarangbarutersebuttanpabatas, sehinggamenggiringremajaputriuntuktidakhematdanmenjauhdaripolahidupsederh 5

ana, bahkanmenjadisikapdanpolahidup yang sulitdihilangkan.inilah yang disebutperilakukonsumtifremajaputri, yang hanyaberorientasiterhadapdirisendiri, sehinggamengalamikrisispercayadiriataukonsepdiri yang negatif, bahkansecarapsikologis, beradadalamkeadaanlabildanmudahterpengaruhdalamperilakukonsumtifnya (Parma, 2007). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan body image dan perilaku konsumtif terkait high-heels pada remaja putri yang berstatus mahasiswi. Penelitian dilakukan terhadap remaja putri yang berstatus mahasiswi semester 1 Universitas Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011 yang dijadikan responden (sampel) melalui studi korelasional untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel-variabel penelitian tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif terkait high-heels pada mahasiswi semester 1 Universitas Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011? 1.3 Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian yang dilakukan ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan tingkat hubungan antara body image dengan perilaku konsumtif terkait high-heels pada mahasiswi semester 1 Universitas Bina Nusantara Tahun Kuliah 2011 1.4 Manfaat Penelitian 6

Berkenaan dengan latar belakang permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan, hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : 1. Peneliti, sebagai tambahan wawasan teoretis perihal persepsi remaja putri, khususnya mahasiswi, tentang penampilan fisiknya dari berbagai aspek latar belakang sosio-psikologis melalui pencitraan diri terhadap bentuk dan proporsi tubuhnya (body image), serta keterkaitannya dengan perilaku konsumtifnya selama ini. 2. Responden, sebagai gambaran tentang upaya pencitraan dirinya terhadap penampilan fisiknya (body image) melalui perilaku konsumtif dengan harapan dapat merubah persepsinya menjadi lebih positif dan menerima bentuk dan proporsi tubuh yang dimilikinya agar memiliki pola dan gaya hidup sederhana yang terhindar dari perilaku konsumtif yang tidak perlu, tanpa harus kehilangan percaya dirinya dalam berhubungan sosial, serta tanpa harus menunjukkan ketidakpuasan terhadap kondisi fisik yang dimilikinya melalui tindakan atau perilaku yang berlebihan. 7