BAB 1 PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

dokumen-dokumen yang mirip
Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan bagi pekerja (Sucipto, 2014). Dalam lingkungan industri, proses. terhadap kondisi kesehatan pekerja (Kuswana, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi akan selalu diiringi oleh penerapan teknologi tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

Bab V Hasil dan Pembahasan. Bab ini akan menampilkan data yang diperoleh selama penelitian beserta pengolahan dan pembahasannya

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhinya menjalankan kegiatan. Kondisi manusia dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. bila berada dalam temperatur ekstrim selama durasi waktu tertentu. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

PERBEDAAN EFEK FISIOLOGIS PADA PEKERJA SEBELUM DAN SESUDAH BEKERJA DI LINGKUNGAN KERJA PANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi dari keempat faktor ini dihubungkan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan udara dan radiasi perpindahan panas) dan pakaian yang digunakan.

Pengertian Iklim Kerja Macam-Macam Iklim Kerja

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

IV-138 DAFTAR ISTILAH

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

PENGENDALIAN TEKANAN PANAS (HEAT STRESS) LINGKUNGAN KERJA BERDASARKAN METODE ISBB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia telah ditetapkan lamanya waktu bekerja sehari maksimum

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN HEAT STRAIN PADA TENAGA KERJA YANG TERPAPAR PANAS DI PT. ANEKA BOGA MAKMUR

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

REKAP SAMPLING HEAT STRESS Tgl 23 juni 2008 PT. MULTISTRADA ARAH SARANA. 1 Line A Dekat Mesin BOM A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja terpapar panas di atas dan. di bawah NAB di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten.

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI BENGKEL KONSTRUKSI POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

ANALISIS TINGKAT IKLIM KERJA DI DALAM RUANG KERJA PT. KHARISMA RANCANG ABADI KECAMATAN SAMBUTAN. Oleh : KHIKIE PRATIWI NIM.

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan.

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ANALISIS KUISIONER LINGKUNGAN KERJA DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI INDUSTRI GERABAH - JOGJAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kota besar yang mengandalkan kepraktisan sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. Beban kerja fisik (physical workload) merupakan beban yang diterima

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peneletian

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PP RI No. 50 Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerja. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang ada di Indonesia.

KEDARURATAN LINGKUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR TEKANAN PANAS DI INDUSTRI MEBEL CV.GION & RAHAYU KARTASURA, SUKOHARJO JAWA TENGAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. finishing yang terdiri dari inspecting dan folding. Pengoperasian mesinmesin

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB II LANDASAN TEORI

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

HUBUNGAN ANTARA IKLIM KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN MENYETRIKA UNIT GARMEN PT APAC INTI CORPORA SEMARANG

PENGARUH IKLIM KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMBUATAN KAPAL FIBER (STUDI KASUS: PT. FIBERBOAT INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi di bidang industri menyebabkan terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

ANALISIS TEKANAN PANAS DAN KELUHAN SUBJEKTIF AKIBAT PAJANAN TEKANAN PANAS PADA PEKERJA DI AREA PT UNITED TRACTORS TBK TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI SYLVIA ANJANI NIM. D

ABSTRACT. Keyword: subjective complaints, heat stress, fish curing, WBGT

BAB I PENDAHULUAN. menerima beban dari luar tubuhnya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik. energi dan nordic body map (Ganong,1983 : ).

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

ABSTRACT. Conclusion: Suggested to use mask and gloves and also have consumption of isotonic water every minutes after drink mineral water.

Kesehatan Lingkungan Kerja

PERBEDAAN TEKANAN DARAH PADA PAPARAN TEKANAN PANAS DI ATAS DAN DI BAWAH NAB PADA PEKERJA BAGIAN COR CETAK PT. SUYUTI SIDOMAJU CEPER KLATEN SKRIPSI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 guna mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan merata baik materil maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan untuk peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan ketenagakerjaan adalah perlindungan tenaga kerja (Sugeng, 2003). Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral bangsa. Perlindungan tersebut bertujuan untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajad kesehatan para pekerja (Suma mur, 2011). Kesehatan kerja merupakan suatu spesialisasi ilmu kesehatan yang mempunyai tujuan meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik maupun mental dengan usaha-usaha preventif maupun kuratif terhadap penyakitpenyakit yang diakibatkan oleh faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja. Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat 2 menyatakan bahwa upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk

memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja atau buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi. Kebanyakan manusia merasa nyaman bekerja pada temperatur udara sekitar 20 0 C dan 27 0 C dan dalam situasi humiditas berkisar 35% sampai 60%. Apabila temperatur dan humiditas lebih tinggi, orang akan merasa tidak nyaman. Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi dengan panas yang terjadi. Lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan bahkan fatal (CCOHS, 2001). Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan harus dikerjakan dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksudkan meliputi tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, perserasian manusia dan mesin (Suma mur, 2011). Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam lingkungan nikmat kerja. Pengaturan temperatur atau suhu yang nyaman dilakukan untuk menunjang tercapainya produktivitas kerja. Temperatur yang terlalu panas menjadikan perasaan cepat lelah dan mengantuk, sebaliknya temperatur yang terlalu dingin mengurangi daya atensi dan ketidaktenangan yang berpengaruh negatif terutama pada kerja mental. Dengan demikian penyimpangan dari batas kenyamanan suhu baik diatas maupun di bawah nyaman akan berdampak buruk pada produktivitas kerja. Suhu kerja nikmat atau temperatur yang sesuai dengan orang Indonesia yaitu sekitar 24-26

C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot (Suma mur, 2011). Biasanya ahli higiene industri menggunakan parameter yang disebut Wet Bulb Globe Thermometer (WBGT) Index atau Indeks Suhu Bola Basah (ISBB), yaitu penggabungan parameter suhu udara kering, suhu basah bola dan suhu globe/radiasi. Sesuai Undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang ditetapkannya syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja, salah satu sumber bahaya yang ditemukan di tempat kerja adalah bahaya kondisi fisik berupa iklim kerja panas. Hal ini diperjelas dalam Permenakertrans No. PER 13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor fisika di tempat kerja, tertera dalam pasal 1, dimana NAB iklim kerja bagi pekerja yang terus menerus selama 8 jam sehari dengan beban kerja sedang adalah ISBB sebesar 26,7 0 C. Kegiatan menyangkut temperatur udara yang tinggi, pancaran sumber panas, humiditas yang tinggi, kontak fisik langsung dengan objek yang panas, ataupun aktifitas kerja fisik yang berat memiliki potensi besar menimbulkan heat stress pada pekerja yang melakukannya. Tempat-tempat ini termasuk industri pengecoran logam, pemasakan batu bata dan pabrik keramik, pembuatan produk dari kaca, pabrik produk karet, ruang elektrikal terutama ruang boiler, pembuatan roti, dapur komersial, laundry (binatu), pengalengan makanan, pabrik kimia, tambang, peleburan, dan terowongan beruap (OSHA, 1999). Di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan menghadapi tekanan lingkungan. Tekanan tersebut dapat bersifat kimiawi, fisik, biologis dan psikis. Tekanan yang berupa fisik khususnya tekanan panas memegang peranan yang

penting. Oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman mungkin supaya didapatkan efisiensi kerja dan meningkatkan produktivitas. Lingkungan kerja yang baik merupakan aspek yang penting dalam bekerja. Oleh karena itu, pekerja membutuhkan lingkungan kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan. Hal ini menjadi perhatian setiap tempat kerja agar terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja di tempat kerja. Selain itu ada berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi lingkungan dan pekerja di tempat kerja yang harus diperhatikan agar dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang bebas dari bahaya, yaitu (a) faktor fisik, (b) faktor kimia, (c) faktor biologi, (d) faktor ergonomi dan (e) faktor psikologis (Santoso, 1985). Salah satu kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerjanya adalah terpaan panas atau paparan panas yang ekstrim. Karena paparan panas yang ekstrem telah menjadi permasalahan yang banyak terdapat di lingkungan industri dan dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan dapat menurunkan produktivitas kerja (Suma,mur, 2011). Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari mesin atau alat produksi, iklim dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat mempengaruhi salah satu fungsi tubuh manusia, seperti : tekanan darah, kecepatan denyut jantung ataupun nadi, ketahanan fisik dan daya konsentrasi. Suhu lingkungan kerja yang meningkat maupun menurun dapat mempengaruhi penurunan maupun peningkatan tekanan

darah para pekerja. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding pembuluh darah (Joyce dkk, 2008). Tekanan panas merupakan salah satu kondisi kerja dari faktor fisik yang dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu lingkungan kerja harus dibuat senyaman mungkin dengan mengatur dan mengendalikan iklim di tempat kerja yaitu suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan udara, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi tekanan panas. Tekanan panas mengenai tubuh manusia dapat mengakibatkan berbagai permasalahan kesehatan hingga kematian. Pada musim panas tahun 1995, 100 penduduk Chicago meninggal karena gelombang panas. Penelitian lain di Amerika menunjukan terjadi 400 kematian setiap tahun yang diakibatkan oleh tekanan panas. Di Jepang dari tahun 2001-2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja selama lebih dari 4 (empat) hari karena penyakit akibat panas dan 63 orang diantaranya meninggal. Kematian tersebut diakibatkan oleh berbagai penyakit yang disebabkan oleh terpaan panas pada tubuh. Tubuh manusia selalu berusaha mempertahankan keadaan normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi diluar tubuh, tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya yaitu bahwa tubuh manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan tubuh normal.

Lingkungan kerja dengan suhu yang tinggi dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja seperti heat cramps, heat exhaustion, heat stroke dan miliaria. Heat cramps dialami dalam lingkungan yang suhunya tinggi sebagai akibat bertambahnya keringat yang menyebabkan hilangnya garam natrium (Na) dari tubuh dan sebagai akibat dari minum banyak air tapi tidak diberi garam untuk mengganti garam natrium yang hilang. Heat cramps mengakibatkan kejang otot pada tubuh dan perut yang sakit. Disamping kejang tersebut terdapat pula gejala yang biasa terjadi pada heat stress yaitu pingsan, kelemahan dan muntah. Heat exhaustion biasanya ditandai dengan penderita berkeringat banyak, suhu tubuh normal atau subnormal, tekanan darah menurun dan denyut nadi bergerak lebih cepat (Suma mur, 2011). Iklim kerja yang panas atau tekanan panas dapat menyebabkan beban tambahan pada sirkulasi darah. Pada waktu melakukan pekerjaan fisik yang berat di lingkungan yang panas, maka darah akan mendapat beban tambahan karena harus membawa oksigen ke bagian otot yang sedang bekerja. Di samping itu harus membawa panas dari dalam tubuh kepermukaan kulit. Hal demikian juga merupakan beban tambahan bagi jantung yang harus memompa darah lebih banyak lagi. Akibat dari pekerjaan ini, maka frekuensi denyut nadipun akan lebih banyak lagi atau meningkat (Santoso, 1985). Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat aktivitas fisik, emosi dan stres. Semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar resikonya dan jika tekanan darah lebih dari 160/90 mmhg akan memiliki faktor resiko penyakit jantung (Huwon dkk, 2002).

Panas dapat menyebabkan terjadinya dilatasi pembuluh darah perifer, sehingga keseimbangan peredaran darah akan terganggu. Penelitian menunjukan bahwa insiden penyakit yang diakibatkan dari panas dengan kehilangan hari kerja paling kecil satu hari diestimasikan sebesar 1.432 kasus. Menurut data kasus yang dianalisa oleh Jensen, ditemukan industri yang mempunyai kasus dikarenakan sakit akibat panas per 100.000 pekerja adalah pada area perkebunan (9,16 kasus/ 100.000 pekerja), konstruksi (6,36 kasus/100.000 pekerja) dan tambang (5,01 kasus/ 100.000 pekerja). Dinman et.all, melaporkan incident rate sebesar 6,2 per 100.000 hari kerja dengan studi pada tiga pabrik alumunium (Siswanto, 1987). Berdasarkan hasil penelitian Kurniawan A (2010) yang bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji perbedaan tekanan darah pada tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas bagian finishing di Industri Mebel CV. GION & RAHAYU Kec.Kartasura, Kab.Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasil analisis dengan uji Paired T-Test, uji perbedaan tekanan darah sistolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,167 atau lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Sedangkan uji perbedaan tekanan darah diastolik pada paparan tekanan panas di atas dan di bawah NAB diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,446 atau lebih besar dari 0,05 (p > 0,05). Penelitian tentang lingkungan panas juga dilakukan Muflichatun (2006), dalam penelitiannya tersebut menyatakan bahwa ada hubungan antara tekanan panas (heat stress) dengan produktifitas dan denyut nadi. Tekanan panas pada pekerja dapat dikendalikan dengan memperbaiki lingkungan kerja perusahaan atau dengan melakukan perbaikan pada seragam pekerja.

Penelitian Hayyu Rakhmia, Tresna Dermawan Kunaefi dan Katharina Oginawati untuk melihat Pengaruh Paparan Suhu Ekstrim Panas di Lingkungan Kerja Terhadap Kesehatan Pekerja Industri Baja dengan metode penelitian Cross Sectional Study (survei analitik dengan kasus kontrol) menunjukkan bahwa Nilai rata-rata ISBB di pengecoran sebesar 32,3 dan 1,52 C dengan durasi kerja di bawah paparan panas sekitar 47,5%. Kedua nilai ISBB melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan, yaitu sebesar 32,2 C untuk waktu kerja 25%. Sedangkan Pengukuran parameter kesehatan menunjukkan peningkatan suhu tubuh pada durasi paparan panas yang lebih tinggi dan peningkatan denyut nadi sebagai kompensasi peningkatan suhu tubuh. Kemudian penelitian Sarah Gardner, David Hoch, Bryan LaFonte CU Boulder, Fall (2007) dalam penelitiannya Effects of Temperature on Blood Pressure dengan metode penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional menunjukkan bahwa Uji T-Test menunjukkan bahwa tekanan darah setelah terpapar suhu dingin secara signifikan lebih besar (p = 3,6 E -4) dari tekanan darah setelah terpapar suhu panas, dengan rata-rata untuk air dingin menjadi 133/90 mmhg dan rata-rata untuk air panas yang mmhg 121/78. Tekanan darah rata-rata untuk air suhu kamar adalah 113/68 mmhg. Tidak ada perbedaan yang signifikan (p = 0,29) antara denyut jantung untuk uji suhu panas, dingin atau ruang air, yang rata-rata adalah 74, 76 dan 76 bpm, masing-masing. Penelitian lain oleh Lenie Marlinae (2007) untuk melihat Hubungan Keluhan Subyektif Akibat Tekanan Panas Terhadap Karakteristik Tenaga Kerja yang Bekerja

di Bagian Pengering PT. Nusantara Plywood Gresik dengan metode penelitian Analitical Research with cross sectional study approach menunjukkan hasil bahwa 52,5% tenaga kerja menyatakan keluhan berat selama bekerja di bagian drier. Keluhan subyektif yang dirasakan oleh sebagian besar tenaga kerja meliputi banyak keringat, badan letih lesu, pusing, mual cepat lelah, terdapat biang keringat, kulit kemerahan dan kejang otot. Analisis Uji chi square menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna (α>0,05) antara umur responden dengan keluhan. Multichatun (2006) dalam penelitianya melihat Hubungan antara Tekanan Panas, Denyut nadi dan Produktivitas pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Adji Donorejo Batang menunjukkan bahwa Berdasarkan uji statistik Korelasi Pearson antara tekanan panas dengan denyut nadi diperoleh nilai P 0,000<0,05 berarti ada hubungan antara tekanan panas dengan denyut nadi dengan nilai (r) 0,643. Nilai (r) menunjukkan korelasi yang kuat dengan arah hubungan positif. Hasil analisis antara denyut nadi dengan produktivitas diperoleh nilai P 0,004<0,05 berarti ada hubungan antara denyut nadi dengan produktivitas dengan nilai (r) 0,445. Nilai (r) menunjukkan korelasi yang cukup kuat dengan arah hubungan negatif. Kemudian penelitian mengenai upaya pengendalian efek fisiologis akibat heat stress pada pekerja industri kerupuk Tiga Bintang Kec. Binjai Utara oleh Hikma Ridha Siregar (2008) dengan pendekatan kuasi eksperimen,one group before and after design menunjukkan bahwa besar tekanan panas rata-rata pada bagian penggorengan yaitu 32,9ºC, keluhan subyektif sering dirasakan pekerja yaitu kelelahan 50%, pusing 27% dan keram otot 11,1 %. Pengaturan waktu istirahat dan pemberian jus jambu biji

berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan tekanan darah sistol dan diastol, serta peningkatan temperature tubuh pekerja bagian penggorengan. Lingkungan kerja yang baik akan mampu meningkatkan kinerja karyawan dan efisiensi dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung merupakan perusahaan Pabrik Peleburan Alumunium dengan kapasitas terpasang 225.000 ton aluminium pertahun. Dalam melakukan kegiatan proses produksinya berpotensi untuk menimbulkan dampak terhadap aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai ketahanan korosi yang baik. Berat jenis alumunium adalah 2,643 kg/m3 cukup ringan dibandingkan logam lain. Kekuatan alumunium yang berkisar 83 310 Mpa dapat melalui pengerjaan dingin atau pengerjaan panas (Surdia dkk, 1994). Selama proses produksi, industri peleburan alumunium membutuhkan panas yang sangat tinggi sekitar 1700 ºC. Suhu peleburan yang sangat tinggi akan memindahkan panas ke seluruh lingkungan kerja dengan berbagai cara seperti; radiasi, konduksi, koveksi dan evaporasi. Perpindahan panas dari proses produksi ke lingkungan kerja terjadi secara radiasi adalah proses perpindahan panas dimana permukaan obyek seluruhnya secara konstan memancarkan panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Laju pancaran ditentukan oleh suhu dari permukaan radiasi (Ganong, 2001). Panas yang dihasilkan selama proses produksi akan menyebar ke seluruh lingkungan kerja, sehingga mengakibatkan suhu udara di lingkungan kerja juga meningkat. Lingkungan kerja yang panas diukur dengan beberapa pengukuran seperti

suhu kering, suhu basah, suhu bola, kecepatan angin dan kelembaban udara. Gabungan dari pengukuran suhu basah, suhu kering, suhu bola, kelembaban udara dan kecepatan angin disebut dengan iklim kerja (Haryuti et all.,1987). PT. Indonesia Asahan Aluminium atau yang lebih dikenal dengan PT. INALUM merupakan perusahaan kelas dunia yang bergerak dalam bidang peleburan aluminium, industri aluminium sebagai salah satu proyek bisnis tentunya bertujuan menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Satu hal yang penting yang dapat mendukung atau malah dapat menjatuhkan adalah dalam hal bahasan K3 ini adalah adanya faktor resiko yang mempengaruhi kesehatan pekerja khususnya tekanan panas (heat stress). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2014 pada bagian peleburan di PT. INALUM peneliti menjumpai banyak pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang panas khususnya di ruang reduksi yang merupakan tempat peleburan biji aluminium yang tidak memenuhi nilai ambang batas (NAB). Pekerja pada bagian rerduksi peleburan biji aluminium yang disebut dengan elekrolisa proses terdiri dari 3 shift kerja. Pada setiap shift pekerja bekerja selama 8 jam dengan dipotong waktu istirahat selama 2 jam. Pekerja istirahat pada stasiun yang disediakan kusus oleh perusahaan yang terdiri dari 6 (enam) jumlah stasiun yang cukup untuk menampung sebanyak 12 orang pekerja. Berdasarkan hasil pengukuran iklim kerja pada bagian peleburan dengan menggunakan Heat Stress Area, diperoleh Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB) sebesar 35-45 o C. Jika di bandingkan dengan standar iklim kerja di Indonesia yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.13/MEN/X/2011 dengan

pengaturan waktu kerja 75% kerja dan 25% istirahat untuk 8 jam kerja dengan beban kerja yang didasarkan atas pengukuran denyut nadi sebesar 28 o C, maka iklim kerja tersebut diatas mempunyai ISBB yang telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB). Menurut Suma mur (1996), Tekanan panas dapat mempengaruhi tekanan darah. Berdasarkan uraian permasalahan diatas dan setelah melakukan survei pendahuluan di bagian produksi peleburan di PT. INALUM maka penulis tertarik mengadakan penelitian mengenai Pengaruh Iklim Kerja terhadap Tekanan Darah Pekerja di Bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 1.2. Perumusan Masalah Hasil wawancara awal kepada 10 (sepuluh) orang pekerja yang bekerja di bagian produksi peleburan di PT. INALUM mengeluh merasa haus, banyak mengeluarkan keringat, cepat merasa lelah dan denyut jantung tidak teratur karena merasa panas yang berlebihan, sering juga merasa sakit kepala yang berlebihan. Pada pengamatan lingkungan terlihat adanya tersedia air minum di dekat dengan lingkungan kerja namun pekerja jarang minum karena fokus dalam bekerja. Berdasarkan keluhan pekerja, pengamatan lingkungan dan hasil pengukuran iklim kerja dengan ISBB diatas NAB yang ditetapkan, maka perlu dilakukan penelitian terhadap terjadinya gangguan tekanan darah yang diperkirakan dapat terjadi akibat keadaan keseimbangan cairan dan oksigen dalam darah yang terganggu akibat tekanan panas yang dialami pekerja.

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : Bagaimana pengaruh iklim kerja yang mempengaruhi tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014? 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian untuk mengetahui iklim kerja yang mempengaruhi panas tubuh terhadap tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh masa kerja terhadap tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 4. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan minum air putih terhadap tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 5. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan buang air kecil terhadap tekanan darah pekerja di bagian Produksi PT. INALUM Tahun 2014. 6. Untuk mengetahui iklim kerja (ISBB) di bagian Produksi PT. INALUM 2014. 7. Untuk mengetahui tekanan darah di kalangan pekerja di bagian Produksi PT. INALUM.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Dapat memberikan masukan kepada perusahaan usulan penerapan program kesehatan kerja dalam upaya penanggulangan faktor-faktor yang mempengaruhi panas tubuh pekerja dan terjadinya gangguan tekanan darah. 2. Memberikan informasi dan masukan yang bermanfaat bagi pekerja sehingga pekerja mampu menilai faktor-faktor yang mempengaruhi panas tubuh yang terjadi pada dirinya maupun pada teman sekerjanya, serta memberikan informasi tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh pekerja. 3. Memberikan informasi dan masukan bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan masukan bagi pemerintah, lembaga pendidikan maupun masyarakat umum yang tanggap terhadap persoalan-persoalan kesehatan kerja untuk dilakukan penelitian.