BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KONVERSI LAHAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN III (TIGA) ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) LINGKUNGAN ALAM DAN BUATAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

Pohon dan Kemiskinan Ringkasan dari buku: EKOLOGI PEDESAAN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

ANALISIS WISATA TERHADAP KRISIS EKOLOGI

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan di atas bumi, sejak itu manusia telah beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

Oleh: ABDULLAH ERFAN SETIADI C

BAB VIII KESIMPULAN. Eskalasi dan siklus banjir yang semakin pendek di Kota. Surabaya selama paruh kedua abad ke-20, terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

KEPPRES 114/1999, PENATAAN RUANG KAWASAN BOGOR PUNCAK CIANJUR *49072 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 114 TAHUN 1999 (114/1999)

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Keputusan Presiden No. 114 Tahun 1999 Tentang : Penataan Ruang Kawasan Bogor-Puncak- Cianjur

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pola pemukiman penduduk di suatu daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

2015 DAMPAK BANJIR CILEUNCANG TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI DI KECAMATAN RANCAEKEK KABUPATEN BANDUNG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

commit to user BAB I PENDAHULUAN

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

PENDAMPINGAN PEMBUATAN RUMAH PUPUK KOMPOS DI KAMPUNG BELAKANG KAMAL JAKARTA BARAT

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

KUESIONER. Lampiran 1. Judul Penelitian : Analisis kesesuaian Lahan dan Kebijakan Permukiman Kawasan Pesisir Kota Medan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I KONDISI KAWASAN DALAM BEBERAPA ASPEK. kepada permukiman dengan kepadatan bangunan tinggi, dan permukiman ini

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan tersebut apabila

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

Penanganan Das Bengawan Solo di Masa Datang Oleh : Ir. Iman Soedradjat,MPM

JUDUL OBSERVASI ALIRAN DAS BRANTAS CABANG SEKUNDER BOENOET. Disusun oleh : Achmad kirmizius shobah ( )

Seorang diri, Sadiman memerdekakan desanya dari kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Proses dan Pihak-Pihak Terlibat dalam Kegiatan Penambangan Pasir

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Transkripsi:

63 BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI 7.1 Dampak Ekologi Konversi lahan pertanian ke pemukiman sangat berdampak negatif terhadap ekologi. Secara ekologis, perubahan telah terjadi sejak awal konversi dilakukan, misalnya, kondisi udara di kampung Pabuaran Hilir semakin panas khususnya dalam sepuluh tahun terakhir. Pohon-pohon yang dulu ditanami seperti duku, durian, rambutan, dan cengkeh, kini hampir tidak ada lagi karena sebelum tanah dijual, pemilik menebang pohonnya terlebih dahulu. Perbandingan antara lahan dan sumber daya alam yang terbatas dengan bertambahnya jumlah penduduk tidak seimbang. Hal ini diperparah dengan sikap masyarakat yang kurang memperhatikan lingkungan. Perkembangan yang tidak seimbang antara alam dengan manusia menyebabkan daya dukung lingkungan menurun. Daya dukung lingkungan adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Jadi, kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara optimum dalam periode waktu yang panjang tidak terjadi akibat konversi lahan yang tidak tepat. Setelah adanya konversi lahan, daya dukung lingkungan di Kelurahan Mulyaharja menurun. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya peluang masyarakat Kelurahan Mulyaharja untuk pindah dan membuka lahan di tempat yang lebih tinggi. Hal ini seperti yang telah diungkapkan bahwa Kelurahan Mulyaharja dekat dengan Gunung Salak, maka area inilah yang dimanfaatkan penduduk untuk dapat bertahan hidup. Hal tersebut diperkuat oleh Bapak EMN (45 tahun). Beliau adalah penduduk Kelurahan Mulyaharja yang tinggal di Cibeureum Batas atau RW 11. Cibeureum Batas adalah wilayah yang berada paling tinggi di Kelurahan Mulyaharja, berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan paling dekat dengan Gunung Salak dibandingkan wilayah lain yang ada di Kelurahan Mulyaharja. Proses konversi lahan yang dilakukan oleh PT. A belum banyak terlihat di Cibeureum Batas. Lahan pertanian di sini masih tergolong luas. Wilayah ini belum terkena patok perluasan lahan PT. A, walaupun diprediksikan beberapa

64 tahun kemudian wilayah ini akan mengalami konversi lahan pertanian ke pemukiman seperti wilayah lain di Kelurahan Mulyaharja. Meskipun daerah ini cukup aman dari masalah pembebasan lahan, namun tetap saja terkena dampaknya. Wilayah ini menjadi pelarian bagi penduduk kampung lain di Kelurahan Mulyaharja yang tempat tinggalnya telah dijual kepada PT. A. Selain itu, penduduk Cibeureum Batas adalah saksi dimana penduduk kampung lain yang menjual lahan sawah dan tempat tinggalnya, pindah ke daerah yang alamnya masih menyediakan sumber daya yang memadai bagi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka. Sebagian dari mereka mulai membuka lahan di kaki Gunung Salak. Hal ini diungkapkan pula oleh Bapak EMN (45 tahun)....setelah jual lahan dan tempat tinggal, pasti pindahnya ke atas, ke gunung, bukan ke bawah. Karena harga lahan di bawah lebih mahal, gak akan kebeli. Sedangkan lahan di atas masih bisa dibeli dari uang hasil jual lahan, bahkan masih ada sisanya. Masalah berikutnya akibat konversi lahan menyangkut masalah air. Fungsi utama dari lahan yaitu sebagai daerah resapan air kini tidak berfungsi kembali dengan semestinya. Pembangunan pemukiman yang tidak terencana dengan baik menyebabkan sistem penyerapan air terganggu, dipicu juga oleh limbah sampah rumah tangga dari pemukiman. Menurut Yusmandhany (2004), perubahan tipe penggunaan lahan misalnya dari hutan atau sawah menjadi pemukiman atau penggunaan lainnya, akan mempengaruhi kemampuan tanah menahan air hujan dan aliran permukaan secara keseluruhan. Sistem resapan air yang terganggu menyebabkan peluang banjir meningkat. Kelurahan Mulyaharja memang mengalami banjir lima tahunan sebelum konversi lahan. Namun, dalam empat tahun terakhir ini semenjak dibangunnya pemukiman di areal konversi tersebut, Kelurahan Mulyaharja mengalami banjir dalam setahun sekali. Kampung Cibeureum Sunting adalah wilayah yang lahan pertaniannya cukup banyak terkonversi. Kampung ini mengalami banjir setahun sekali semenjak adanya konversi lahan, seperti yang diungkapkan oleh Bapak AND (40 tahun).

65...tiap tahun di Cibeureum Sunting ada banjir. Ketika hujan dan air sungai meluap, dahulu ke sawah. Sekarang sawahnya tidak ada, jadi langsung ke rumah warga. Banjir yang dialami oleh Kampung Cibeureum Sunting ini disebabkan oleh terganggunya aliran sungai dan fungsi lahan sebagai resapan air yang kini tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebelum konversi lahan air hujan dapat mengalir melalui sungai, serta fungsi sawah sangat baik dalam menyerap air. Ketika sawah hilang akibat dikonversi menjadi perumahan, air mengalir langsung ke pemukiman penduduk Cibeureum Sunting. Pada kasus Cimacan, sungai tercemar akibat bahan kimia untuk menyuburkan rumput golf sebagaimana diungkapkan oleh Bachriadi dan Lucas (2001). Hal ini terjadi di Kelurahan Mulyaharja. Sungai yang digunakan untuk irigasi lahan pertanian, debit airnya menjadi berkurang setelah adanya konversi lahan. Bahkan terdapat anak sungai di Kampung Cibeureum Jempol yang tertutup oleh bebatuan dan pasir akibat pembangunan jalan perumahan di sekitarnya. Aliran sungai yang terganggu ini berdampak pada kesuburan lahan pertanian, kemudian hal itu berakibat kepada menurunnya produktivitas pertanian, seperti yang diungkapkan oleh MHF (72 tahun)....penurunan hasil pertanian salah satunya karena terganggunya sumber air yang mengaliri sawah. Penurunan produktivitas juga disebabkan oleh tercemarnya udara di Kelurahan Mulyaharja. Lahan pertanian yang berada di pinggir jalan perumahan, sangat tidak baik bagi kesuburan tanah. Peningkatan intensitas kendaraan yang melewati jalan tersebut dengan polusi yang dikeluarkannya membuat udara tercemar dan padi yang dihasilkan dari lahan persawahan mengalami hasil panen yang kurang baik. 7.2 Keterkaitan Antara Dampak Sosial, Ekonomi, dan Politik Terhadap Keberlanjutan Ekologi Konversi lahan pertanian menjadi pemukiman di Kelurahan Mulyaharja adalah akibat pertumbuhan ekonomi Kota Bogor yang mengarah pada industri.

66 Paradigma developmentalism yang dianut oleh pemerintah dengan bertumpu pada sektor ekstraktif dan industri membuat Indonesia menuju pada krisis ekologi yang ditandai oleh banyaknya kerusakan lingkungan dan bencana akibat hilangnya keseimbangan ekologi. Perubahan yang dialami oleh penduduk Kelurahan Mulyaharja, baik dalam aspek sosiologi, ekonomi, dan politik, berkaitan dengan kondisi ekologi. Beberapa aspek tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Pembangunan industri di perkotaan yang seharusnya dibangun jauh dari pemukiman saat ini terletak berdampingan dengan pemukiman. Jumlah kendaraan yang keluar dan masuk daerah perumahan semakin bertambah sehingga memperparah polusi. Kondisi jalan belum memadai, maka kemacetan lalu lintas. Penduduk kota cenderung mencari tempat bermukim alternatif untuk menghindari ketidaknyamanan hidup di kota dan dengan sendirinya wilayah pemukiman limpahan yang sangat memungkinkan adalah wilayah pinggiran. Hal ini mengakibatkan kerusakan lingkungan yang semakin nyata terlihat. Masyarakat pendatang yang memasuki kawasan perumahan yang dibangun PT. A telah mengubah gaya hidup masyarakat desa menjadi lebih konsumtif. Hal ini diperparah dengan pengaruh kebiasaan hidup yang kurang baik yang ditampilkan oleh masyarakat pendatang. Akibatnya hal-hal tersebut membawa pengaruh kepada perubahan pola pikir masyarakat desa. Perubahan ini mencakup kelangsungan pertanian Kelurahan Mulyaharja karena selain hilangnya lahan, pemuda di sana juga menganggap bertani adalah pekerjaan yang kasar, berat, dan hasilnya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Akibatnya, kini keluarga petani yang masih mempunyai lahan pertanian tidak mempunyai penerus yang akan mengurus lahan pertaniannya. Jika hal tersebut berlangsung terus-menerus, lahan pertanian akan habis karena petani akan dengan mudah memutuskan untuk menjual lahannya. Hal ini tentu berakibat terhadap penurunan produktivitas pertanian. Penurunan produktivitas pertanian juga diakibatkan oleh bertambahnya intensitas kendaraan. Selain menyebabkan kemacetan di daerah Kota Bogor, khususnya di pintu masuk perumahan PT. A, hal ini menyebabkan menurunnya produktivitas pertanian akibat polusi yang ditimbulkan. Pembangunan pemukiman tidak terlepas dari bahan-bahan bangunan dan alat-alat yang digunakannya. Beton

67 yang digunakan dalam pembangunan kawasan pemukiman mempengaruhi unsur hara air yang ada di dalam tanah. Menurut pengakuan beberapa petani Kelurahan Mulyaharja, kesuburan tanah di sana mengalami penurunan sejak adanya konversi lahan. Selain itu, fungsi tanah sebagai resapan air tidak lagi berjalan dengan baik sehingga air hujan di kawasan tersebut tidak tertampung lagi dan Kelurahan Mulyaharja mengalami banjir setahun sekali. Banjir ini terjadi khususnya di kampung yang paling dekat dengan kawasan perumahan PT. A. Krisis ekologi terlihat jelas pada kerusakan lingkungan telah memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pembangunan yang tidak mempertimbangkan faktor lingkungan. Dampak negatifnya yaitu menurunnya mutu lingkungan, terjadinya banjir, tanah longsor, erosi, dan rusaknya sumber daya air. Sungai sebagai sumber air yang digunakan untuk irigasi pertanian di Kelurahan Mulyaharja menjadi rusak dandebit airnya pun berkurang. Solusi yang seharusnya diambil adalah perubahan mendasar terhadap paradigma pembangunan dalam hubungannya dengan alam. Jika sebelumnya manusia dipandang sebagai pusat dari alam, dan apa yang ada di alam digunakan untuk memuaskan kepentingan-kepentingan manusia, maka watak manusia harus diubah ke arah ekosentrisme. Ekosentrisme berpandangan bahwa semua elemen yang ada di alam ini saling berhubungan, baik mahluk hidup maupun benda mati. Jadi, semua mahluk hidup dan benda-benda abiotik lainnya memiliki nilai masing-masing bagi keberlanjutan ekologi. Perubahan ini akan terjadi sempurna jika disertai dengan perubahan kebijakan ekonomi politik yang menyangkut pertumbuhan ekonomi dan gaya hidup masyarakat yang konsumtif. Keberhasilan paradigma keberlanjutan ekologi terdapat pada kualitas hidup yang dicapai dengan menjamin kehidupan ekologis, sosial-budaya dan ekonomi secara proporsional (Triadi, 2008). Perbaikan kualitas kehidupan agar lebih baik di masa yang akan datang, diperlukan gerakan dari semua elemen. Pemerintah sebagai regulator kebijakan harus menyusun dan menjalankan fungsinya dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan yang mementingkan kesejahteraan masyarakat. Pada masalah konversi lahan ini pemerintah seharusnya mengatur kebijakan perizinan kepada pihak swasta dan kebijakan mengatasi

68 kebutuhan akan pemukiman. Namun, kontribusi masyarakat untuk menjamin keselamatan ekologi juga harus tetap dilaksanakan didukung kebijakan yang kondusif sehingga faktor-faktor penyebab konversi lahan dapat diminimalisir dengan baik

69 Tabel 18. Perbandingan Kondisi Ekologi Sebelum dan Setelah Konversi Lahan di Kelurahan Mulyaharja No. Uraian Pembanding Sebelum Adanya Konversi Lahan (tahun 2000) 1. Kondisi Sungai - Debit air besar - Aliran air sungai lancar Setelah Adanya Konversi Lahan (tahun 2010) - Debit air sedang - Aliran air sungai terganggu. - Anak sungai tertutup oleh bebatuan dan pasir akibat pembangunan jalan perumahan - limbah sampah rumah tangga dari pemukiman Keterangan Sungai sebagai irigasi pertanian menjadi terganggu 2. Kondisi Udara - Masih segar karena terdapat banyak pepohonan - Kondisi udara semakin panas karena pepohonan yang dulu ditanami seperti duku, durian, rambutan, dan cengkeh ditebang sebelum tanah dijual - intensitas kendaraan yang sering disertai polusi yang dikeluarkannya Udara tercemar 3. Produktivitas Pertanian 4. Daya Dukung Lingkungan Letak sawah jauh dari jalan sehingga produktivitas baik Sumber daya alam mencukupi kebutuhan penduduk Kelurahan Mulyaharja Irigasi terganggu, polusi udara dan penurunan tingkat kesuburan tanah menyebabkan hasil panen yang kurang baik - Besarnya peluang masyarakat Kelurahan Mulyaharja untuk pindah dan membuka lahan di tempat yang lebih Tinggi - Gunung Salak dimanfaatkan penduduk untuk dapat bertahan hidup Produktivitas pertanian menurun. Daya dukung lingkungan menurun 5. Sistem Resapan Air Sawah menyerap air hujan dengan baik Sawah hilang akibat dikonversi menjadi perumahan, air mengalir langsung ke pemukiman penduduk Sistem resapan air terganggu 6. Peluang Banjir - Kelurahan Mulyaharja mengalami banjir lima tahunan Sumber: Hasil analisis yang dilakukan peneliti (2010) - Kelurahan Mulyaharja mengalami banjir satu tahun sekali Peluang banjir meningkat 69

70 7.3 Ikhtisar Secara ekologis, perubahan telah terjadi sejak awal konversi dilakukan, misalnya, kondisi udara di kampung Pabuaran Hilir semakin panas khususnya dalam sepuluh tahun terakhir. Pohon-pohon yang dulu ditanami seperti duku, durian, rambutan, dan cengkeh, saat ini hampir tidak ada lagi. Dampak ekologis meliputi daya dukung lahan, terganggunya sistem resapan air, dan meningkatnya peluang banjir. Perbandingan antara lahan dan sumber daya alam yang terbatas dengan bertambahnya jumlah penduduk tidak seimbang. Hal ini semakin parah jika sikap masyarakat juga kurang memperhatikan lingkungan. Setelah adanya konversi lahan, daya dukung lingkungan di Kelurahan Mulyaharja menurun. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya peluang masyarakat Kelurahan Mulyaharja untuk pindah dan membuka lahan di tempat yang lebih tinggi. Daerah yang berada di paling atas dan paling dekat dengan Gunung Salak menjadi pelarian bagi penduduk kampung lain di Kelurahan Mulyaharja yang tempat tinggalnya telah dijual kepada PT. A. Selain itu, penduduk Cibeureum Batas adalah saksi dimana penduduk kampung lain yang menjual lahan sawah dan tempat tinggalnya, pindah ke daerah yang alamnya masih menyediakan sumber daya yang memadai bagi terpenuhinya kebutuhan hidup mereka. Fungsi utama dari lahan yaitu sebagai daerah resapan air kini tidak berfungsi kembali dengan semestinya. Pembangunan pemukiman menyebabkan sistem penyerapan air terganggu oleh limbah sampah rumah tangga dari pemukiman. Sistem resapan air yang terganggu menyebabkan peluang banjir meningkat. Kelurahan Mulyaharja sebelum konversi lahan mengalami banjir lima tahunan. Namun, dalam empat tahun terakhir ini semenjak dibangunnya pemukiman di areal konversi tersebut, Kelurahan Mulyaharja mengalami banjir satu tahun sekali. Banjir tersebut disebabkan oleh terganggunya aliran sungai dan fungsi lahan sebagai resapan air yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sebelum terjadi konversi air hujan dapat mengalir melalui sungai serta fungsi sawah sangat baik dalam menyerap air. Saat ini ketika sawah hilang akibat dikonversi menjadi perumahan, air mengalir langsung ke pemukiman penduduk. Selain itu, aliran sungai yang terganggu berdampak pada kesuburan lahan pertanian, selanjutnya hal itu berakibat pada menurunnya produktivitas pertanian.

71 Selain itu produktivitas menurun juga disebabkan oleh tercemarnya udara di Kelurahan Mulyaharja. hal ini disebabkan karena bertambahnya intensitas kendaraan yang melewati jalan tersebut dengan polusi yang dikeluarkannya. Akibat tercemarnya udara maka padi yang dihasilkan dari lahan persawahan mengalami hasil panen yang kurang baik.