ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI STRES STUART. Fajar Rinawati, Moh Alimansur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

KOMUNIKASI TERAPEUTIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RS ADI HUSADA KAPASARI SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. perannya dalam masyarakat dan berperilaku sesuai dengan norma dan aturan

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. berat sebesar 4,6 permil, artinya ada empat sampai lima penduduk dari 1000

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

GAMBARAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL SETELAH PEMBERIAN SOCIAL SKILLS THERAPY DI RUMAH SAKIT JIWA. Sukma Ayu Candra Kirana

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat, serta mampu menangani tantangan hidup. Secara medis, kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

Abdul Wakhid 1), Achir Yani S. Hamid 2), Novy Helena CD 3) AKPER Ngudi Waluyo, Ungaran, 50515, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Pasien Skizofrenia Dengan Gejala Halusinasi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB 1 PENDAHULUAN. Penderita gangguan skizifrenia di seluruh dunia ada 24 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kesehatan jiwa merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstract. Key word : social skills training, social isolation, low self esteem, Peplau interpersonal model

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN TERAPI KOGNITIF DAN TERAPI REMINISCENCE PADA LANSIA HARGA DIRI RENDAH MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI ROY

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. lain, kesulitan karena persepsinya terhadap dirinya sendiri (Djamaludin,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB II TINJAUAN TEORI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Jiwa menurut Rancangan Undang-Undang Kesehatan Jiwa tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan gangguan neurologis yang mempengaruhi fungsi otak (American

PENILAIAN TERHADAP STRESOR & SUMBER KOPING PENDERITA KANKER YANG MENJALANI KEMOTERAPI. Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perpecahan antara pemikiran, emosi dan perilaku. Stuart, (2013) mengatakan

Transkripsi:

ANALISA FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GANGGUAN JIWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL ADAPTASI STRES STUART Fajar Rinawati, Moh Alimansur Dosen Akedemi Keperawatan Dharma Husada Kediri, Jl. Penanggungan No. 1 A Kediri Email: ukhti_fajr@yahoo.com, ali.mansur75@yahoo.co.id Abstract Mental disorder can occus in all people, either children, adults or elderly. Mental disorder also can occurs anywhere, either people that living in cities or villages. The caused of mental disorder derived from biological, psychological and social aspects. The purpose of this study was to determine the factors that caused mental disorder. The methodology of this study was quantitative descriptive using purposive sampling for 9 weeks. The sample of this study was 6 respondents. The results showed that the most predispocing factor was the client ever experienced previous mental disorder before, personality type and unemployment client, and the most precipitation factor was withdrawal, an unpleasant experience and conflicts with family and friends. Based on the results of this study expected that the nursing intervention for client with mental disorder not only treating the signs and symtoms but also preventing mental disorder to overcome/reduce the factors. Keywords: mental disorder, etyology, and analysis of factor PENDAHULUAN Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan secara umum serta merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kesehatan jiwa membuat perkembangan fisik, intelektual dan emosional seseorang berkembang optimal selaras dengan perkembangan orang lain (UU No 6, 009). WHO (009) memperkirakan 50 juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa dan 5% penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu dalan rentang hidupnya yan biasanya terjadi pada dewasa muda antara usia 18-1 tahun. Menurut National institute of mental health, gangguan jiwa mencapai 1% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 5% di tahun 00. Gangguan jiwa menyebabkan hilangnya produktifitas, dan mudah kambuh sehingga meningkatkan biaya perawatan. Dampak gangguan jiwa menyebabkan keluarga kehilangan banyak waktu untuk merawat, mengalami beban emosional, dan sosial akibat stigma dari masyarakat (Hogan, 008). Asmedi (0), mengungkapkan di Indonesia gangguan jiwa menimbulkan kerugian ekonomi mencapai Rp 0 triliun, akibat hilangnya produktivitas, beban ekonomi dan biaya perawatan kesehatan yang harus ditanggung keluarga dan negara. Klien gangguan jiwa tidak hanya membutuhkan dukungan ekonomi saja tetapi juga memerlukan sistem dukungan sosial yang mencakup dukungan emosional, informasional, instrumental dan penilaian/penghargaan untuk menjalani program pemulihan (recovery) dan menghadapi stigma di masyarakat. Skizofrenia adalah bentuk gangguan jiwa yang sering dijumpai dan multifaktorial, perkembangannya dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan serta ditandai dengan gejala positif, negatif dan defisit kognitif (Jones et al, 011). Peristiwa yang penuh stres, akan mengaktifkan aksis hipotalamushipofisis-adrenal dan merangsang pelepasan berbagai neurotransmitter otak, terutama dopamine dan norepinefrine, kejadian ini juga dianggap sebagai faktor

kunci terjadinya skizofrenia (Bobo et al, 008). Gejala positif meliputi waham, halusinasi, gaduh gelisah, perilaku aneh, sikap bermusuhan dan gangguan berpikir formal. Gejala negatif meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar, kurangnya motivasi dan atensi, pasif, apatis dan penarikan diri secara sosial dan rasa tidak nyaman (Videbeck, 008). Gejala defisit kognitif meliputi: gangguan dalam attention, learning and memory, dan gangguan dalam execution function, kerusakan kognitif ini sering diperburuk dengan kondisi insight yang buruk (Stuart, 01). Klien skizofrenia mengalami gejala positif, negatif dan defisit kognitif yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan harian dan penurunan fungsi sosial yang bermakna. Skizofrenia membawa dampak bagi kehidupan individu, keluarga menghambat pelaksanaan pekerjaan, mengganggu masyarakat, dan merugikan negara. Adanya individu dengan gangguan jiwa (skizofrenia) meningkatkan cost dan beban ekonomi tidak hanya bagi keluarganya tetapi juga negara. Individu dengan skizofrenia tidak hanya kehilangan kesempatan untuk bekerja tetapi yang sudah bekerja juga dapat kehilangan pekerjaan. Mosanya et al (01) mengungkapkan kondisi klien yang tidak produktif, dan tidak berpenghasilan menimbulkan stigma di masyarakat bahkan keluarga dan mempengaruhi stigma diri sehingga klien cenderung mengalami harga diri rendah. Pendidikan rendah, tidak bekerja dan tidak ada penghasilan memberikan konstribusi menurunnya harga diri dan mempengaruhi kualitas hidup klien (Mosanya et al, 01). Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk menganalisa faktor-faktor penyebab gangguan jiwa di Ruang Kresna (Ruang Akut) Wanita Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang melihat gambaran faktor-faktor penyebab gangguan jiwa. Populasi penelitian ini adalah semua klien yang dirawat di Ruang Akut RS Jiwa Dr. Marzoeki Mahdi Bogor. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian klien yang dirawat di Ruang Akut RS Jiwa Marzoeki Mahdi Bogor dengan menggunakan metode purposive sampling dengan dibatasi waktu yaitu 9 minggu. Jumlah sample pada penelitian ini adalah 6 responden. HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini akan dijabarkan tentang karakteristik responden dan faktor-faktor penyebab gangguan jiwa. Tabel 1 Karakteristik Klien di Ruang Kresna Wanita RSMM Bogor (n=6) No Karakteristik Klien Jumlah Prosentase 1. Jenis kelamin: Perempuan 6 100. Usia: a. Remaja (-18 tahun) b. Dewasa muda (18-5 tahun) c. Dewasa (6-60 tahun) d. Lansia (lebih dari 60 tahun). Pendidikan: a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMA e. PT. Pekerjaan: a. Tidak bekerja b. Bekerja 5. Status pernikahan: a. Belum menikah b. Menikah c. Janda 6. Lama sakit (rata-rata: 8 tahun 6 bulan): a. Kurang dari 1 tahun b. 1-5 tahun c. Lebih dari 5 tahun 8 8 1 5 16 11 17, 69,6 8,7 17, 1, 89,1 10,9,8 1,,9 7,8 5

Faktor penyebab gangguan jiwa dibagi menjadi, yaitu faktor predisposisi dan presipitasi yang meliputi biologis, psikologis dan sosial. Berikut ini merupakan gambaran faktor-faktor penyebab gangguan jiwa yang terjadi pada responden: Tabel Faktor Predisposisi (n=6) No Bentuk Perilaku Jumlah Prosentase 1. Biologis: a. Gangguan jiwa sebelumnya b. Keturunan c. Trauma kepala d. Penyakit kronis. Psikologis: a. Tipe kepribadian b. Pengalaman tidak menyenangkan c. Keinginan tidak terpenuhi d. Konsep diri negatif e. Pola asuh. Sosial: a. Tidak bekerja b. Tidak ikut kegiatan sosial c. Tidak mempunyai teman dekat d. Konflik dengan keluarga/teman e. Penghasilan kurang f. Tidak sekolah/putus sekolah g. Kehilangan orang berarti 1 6 6 9 7 11 5 1 0 8 18 1 56,,8 10.5 10.5 9,,7 9,,,,8 17, 16, 1, 11,1 10,5 7,6 Tabel di atas menunjukkan bahwa pada faktor predisposisi, penyebab pada aspek biologis terbanyak adalah klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya yaitu sebanyak responden (6,%), penyebab pada aspek psikologis terbanyak adalah tipe kepribadian yaitu sebanyak 9 responden (9,%) dan penyebab pada aspek sosial terbanyak adalah klien tidak bekerja yaitu sebanyak 1 responden (,8%). Tabel Faktor Presipitasi (n=6) No Bentuk Perilaku Jumlah Prosentase 1. Biologis: a. Putus obat b. Penyakit fisik c. Trauma kepala. Psikologis: a. Pengalaman tidak menyenangkan b. Keinginan tidak terpenuhi. Sosial: a. Konflik dengan keluarga/teman b. Penghasilan kurang c. Tidak bekerja d. Tidak sekolah/putus sekolah e. Kehilangan orang berarti 7 1 1 17 69,6 15,, 5,8 8,7 7 8,8,,, Tabel di atas menunjukkan bahwa pada faktor presipitasi, penyebab pada aspek biologis terbanyak adalah putus obat yaitu sebanyak responden (69,6%), penyebab pada aspek psikologis terbanyak adalah pengalaman tidak menyenangkan yaitu sebanyak 1 responden (5,8%) dan penyebab pada aspek sosial terbanyak adalah konflik dengan keluarga atau teman yaitu sebanyak 17 responden (7%). PEMBAHASAN Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja, baik yang berusia muda, dewasa maupun lansia. Gangguan jiwa juga dapat terjadi pada orang yang tinggal di perkotaan maupun di pedesaan. usia terbanyak yang mengalami gangguan jiwa adalah usia dewasa. Usia dewasa merupakan usia produktif dimana mereka harus mampu secara mandiri menghidupi dirinya sendiri. Usia ini juga usia dimana seseorang telah berkeluarga, sehingga masalah yang dihadapi juga semakin 6

banyak, bukan hanya masalahnya sendiri namun harus memikirkan masalah anggota keluarganya. Hal ini memungkinkan orang dewasa mempunyai masalah yang lebih kompleks dan berisiko mengalami gangguan jiwa. yang mengalami gangguan jiwa adalah yang tidak bekerja. Tidak bekerja bisa membuat orang kehilangan kesempatan untuk mempunyai penghasilan. Tidak bekerja juga bisa membuat orang kehilangan kesempatan untuk menunjukkan aktualisasi dirinya. Hal ini yang dapat membuat orang tidak melakukan suatu kegiatan, sehingga akan sangat memungkinkan orang mengalami harga diri rendah yang akan berdampak pada gangguan jiwa. faktor predisposisi biologis terbanyak adalah adanya gangguan jiwa sebelumnya. Ketika seorang klien sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, walau klien telah dinyatakan sembuh dan dapat kembali ke masyarakat, namun stigma negatif yang ada di masyarakat telah membuat klien ditolak atau tidak diperlakukan baik di masyarakat. Tipe kepribadian tertutup juga merupakan penyebab terbanyak orang mengalami gangguan jiwa. Orang dengan tipe kepribadian tertutup akan cenderung menyimpan segala permasalah sendiri, sehingga masalah akan semakin menumpuk. Hal ini yang akan membuat klien bukannya menyelesaikan permasalahannya, namun akan bingung dengan permasalahannya dan dapat membuat klien depresi. Putus obat juga merupakan salah satu faktor presipitasi gangguan jiwa. Klien yang mengalami gangguan jiwa, kebanyakan harus minum obat seumur hidupnya. Hal ini yang menyebabkan klien merasa bosan minum obat dan akan menghentikan minum obat. Selain karena merasa bosan, klien yang mempunyai pengetahuan kurang juga akan menghentikan minum obat karena merasa sudah sembuh atau gejala tidak muncul. Hal ini yang akan memicu kekambuhan gangguan jiwa atau munculnya gangguan jiwa kembali. Pengalaman tidak menyenangkan yang dialami klien misalnya adanya aniaya seksual, aniaya fisik, dikucilkan oleh masyarakat atau kejadian lain akan memicu klien mengalami gangguan jiwa. Klien yang mempunyai mekanisme koping maladaptif akan membuat klien mudah mengalami gangguan jiwa. Selain itu konflik dengan teman atau keluarga misalnya karena harta warisan juga dapat membuat klien mengalami gangguan jiwa. Konflik yang tidak terselesaikan dengan teman atau keluarga akan memicu klien mengalami stresor yang berlebihan. Jika klien yang mengalami stresor berlebihan namun mekanisme kopingnya buruk, maka akan membuat klien mengalami gangguan jiwa. KESIMPULAN Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan secara umum serta merupakan dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. penyebab gangguan jiwa terdiri dari faktor penyebab predisposisi dan presipitasi. Faktor ini ditinjau dari aspek biologis, psikologis dan sosial. Faktor predisposisi terbanyak pada aspek biologis adalah klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, pada aspek psikologis adalah tipe kepribadian dan penyebab pada aspek sosial adalah klien tidak bekerja, sedangkan faktor presipitasi, penyebab pada aspek biologis terbanyak adalah putus obat, penyebab pada aspek psikologis terbanyak adalah pengalaman tidak menyenangkan dan penyebab pada aspek sosial terbanyak adalah konflik dengan keluarga atau teman. SARAN Semua orang berisiko terjadinya gangguan jiwa. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama dari semua pihak untuk 7

mengurangi atau mencegah angka kekambuhan atau terjadinya gangguan jiwa. Saran bagi tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan dapat saling bekerjasama untuk mengurangi faktor penyebab gangguan jiwa dengan melakukan tindakan pencegahan kekambuhan atau tindakan pencegahan terjadinya gangguan jiwa yang berbasis masyarakat. Selain itu tenaga kesehatan juga dapat melakukan tindakan kepada keluarga karena keluarga merupakan orang terdekat yang akan merawat klien saat di rumah. Selain keluarga, masyarakat sekitar juga perlu diberikan pengetahuan tentang cara merawat klien yang sudah kembali ke rumah. Kerjasama dengan pihak Puskesmas dan atau kader kesehatan (terutama kader kesehatan jiwa) juga sangat diperlukan untuk keberlangsungan hidup klien gangguan jiwa yang telah kembali ke masyarakat. Kementerian Kesehatan. (009). UU No 6 Tahun 009 tentang Kesehatan. Jakarta Mosanya, T.J., Adelufosi, A.O., Adebowale, O.T., Ogunwalie, A., Adebayo, O.K. (01). Self-stigma, quality of life and schizophrenia: An outpatient clinic survey in Nigeria. International Journal of Social Psychiatry. 01, Vol. 60() 77 86. DOI: 10.1177/00076019178 Stuart, G.W. (01). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 10 th Ed. Canada: Evolve. Videback, S.L. (011). Psychiatric- Mental Health Nursing. th Ed. China: Wolters Kluwer. DAFTAR PUSTAKA Asmedi, ed, (0). Gangguan Jiwa di Indonesia Masih Terabaikan, Kompas 11 Februari 0. Bobo, W.V., Rapoport, J.L., Abi- Dargham, A., Fatemi, H., dan Meltzer, H.Y. (008). The Neurology of Schizophremia. Chapter. Psychiatry. Third Edition. John Welly & Sons. Ltd, New York Hogan, M.F. (008). Assessing the Economic Costs of Serious Mental Illness. American Journal Psychiatry. 165:6, June 008 Jones, J.S., Fitzpatrick, J.J., dan Rogers, V.L. (0). Psychiatric mental health nursing an interpersonal approach. New York: Springer Publishing Company 8