Winda Rukmana 1. Indra Chahaya 2. Nurmaini 2 ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA LIPSTIK BERWARNA MERAH YANG DIJUAL DI PASAR ANTASARI BANJARMASIN

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Saat ini kosmetik merupakan suatu kebutuhan yang sangat diperlukan, terutama

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

Ibnu Sina Biomedika Volume 1, No.1 (2017) 97

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penampilan menarik dan cantik selalu diidam-idamkan oleh semua kalangan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian juga memiliki dampak meningkatkan pencemaran oleh limbah cair

THE IDENTIFICATION OF SYNTHETIC DYES IN RENGGINANG CRACKERS BY PAPER CHROMATOGRAPHY. Jatmiko Susilo, Agitya Resti Erwiyani, Lelie Amaliatusshaleha

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRODUSEN DENGAN PENGGUNAAN FORMALIN PADA BAKSO SAPI KILOAN YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DAN MODERN KOTA PONTIANAK

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmein artinya berhias. Kosmetik digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA SAMBAL BOTOL YANG DIPERDAGANGKAN DIPASAR MODERN KOTA KENDARI (Studi Pada Hypermart dan Mall Mandonga) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia pada saat ini kian pesat, terutama di

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, produk kosmetik khususnya. yakni di pusat perbelanjaan, maupun di klinik kecantikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

,Jurnal Karya Tulis Ilmiah

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

ABSTRAK ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA JELLY BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

Nina Jusnita 1, Lioba Sripadma Septifani Nandu 2 Fakultas Farmasi UTA 45 Jakarta ABSTRAK

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

BAB III METODE PENELITIAN. Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

IDENTIFIKASI PEWARNA RHODAMIN B (CI 45170) DALAM LIPSTIK SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VISIBLE

Total. Warung/ Kios. Pedagang Kaki Lima

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai jenis kulit, warna kulit, iklim, cuaca, waktu penggunaan, umur dan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

BAB 1 PENDAHULUAN. merubah warna kulit sehingga menjadikan kulit putih bersih dan bersinar

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

IDENTIFIKASI KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU YANG DIJUAL DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO. Sriyanti Dunggio, Herlina Jusuf, Ekawaty Prasetya 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga yang murah, menarik dan bervariasi. Menurut FAO (Food

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KADAR NITRIT PADA SOSIS SAPI DI PASAR MODERN KOTA GORONTALO. Nurnaningsi Yalumini, Rama P Hiola, Ramly Abudi 1

PENGGUNAAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA TERASI BERDASARKAN PENGETAHUAN & SIKAP PRODUSEN TERASI DI DESA BONANG KECAMATAN LASEM KABUPATEN REMBANG

Nurmaya Effendi, Mamat Pratama, Husna Kamaruddin. Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak sekali makanan dan minuman yang beredar di masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

ANALISIS KANDUNGAN FORMALIN PADA TAHU PUTIH DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO TAHUN 2017 Regina Sasmita Lakuto*, Rahayu H. Akili*, Woodford B.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar (SD) adalah membeli jajanan di sekolah. Ketertarikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berabad abad yang lalu. Pada abad ke 19, pemakaian kosmetik mulai. besaran pada abad ke 20 (Tranggono, 2007).

BAB III METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK JENIS PEMERAH PIPI YANG DIJUAL DI PUSAT PASAR KOTA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B DAN FORMALIN PADA GULA MERAH SERTA PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN MEDAN BARU TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

Hidrokinon dalam Kosmetik

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH

Transkripsi:

ANALISA ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA LIPSTIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PEDAGANG KOSMETIK TENTANG BAHAYA RHODAMIN B DI PASAR RAMAI KOTA MEDAN TAHUN 20 Winda Rukmana. Indra Chahaya 2. Nurmaini 2 Alumni Mahasiswa Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU 2 Staf Pengajar Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU ABSTRACT B synthetic dyes are substances commonly used in the textile and paper industries. B is often misused to food dye and coloring cosmetics as syrup, lipstick and others. The purpose of this research is to know the existence of substance dyes rhodamin B in lipstick and a level of knowledge, attitudes and actions about the dangers of cosmetic merchant rhodamin B in the Pasar Ramai town of Medan. The method used is descriptive in nature survey to find out the whereabouts of rhodamin B dye substances on lipstick and to find out the level of knowledge, attitudes and actions about the dangers of cosmetic merchant rhodamin B in the Pasar Ramai town of Medan. The research results of dye rhodamin B in Lipstick by using paper chromatography in 0 samples of lipstick are examined, there is no containing rhodamin b. For the level of knowledge, attitudes and actions about the dangers of cosmetic merchant rhodamin B in the Pasar Ramai town of Medan which is of thirty merchant cosmetics, 4 persons have knowledge of good, as many as 7 people have good attitude and as many as 24 people have less good action. The conclusions of this study are of 0 samples of lipstick are examined, there is no containing rhodamin b. cosmetics traders in the Pasar Ramai knowledge many about the dangers of rhodamin B field is classified as moderate, the attitude of traders crowded markets cosmetics in the field about the dangers of rhodamin B belongs to both the merchant and the lively market in the field of cosmetics on the danger of rhodamin B is less good. Keywords: B, knowledge, attitude, Action Pendahuluan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76 menyatakan kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, melindungi tubuh agar tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru abad ke 9 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor lingkungan yang lain,

mencegah penuaan,dan secara umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono, 2007). Lipstik adalah produk kosmetik yang paling luas digunakan. Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas dalam bentuk batang (roll up) yang terbentuk dari minyak, lilin dan lemak (Wasitaatmadja,997). Lipstik adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai bibir sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah dan memberikan ekspresi wajah yang menarik. Lipstik termasuk produk kosmetik wajah yang sudah menjadi identitas bagi wanita pada zaman modern ini, tanpa polesan pewarna bibir ini banyak diantara wanita merasa kurang tampil percaya diri di depan umum. Kebutuhan terhadap lipstik terus meningkat seiring dengan munculnya produk lipstik baru, baik dalam negeri maupun merek global yang terus mengikuti kebutuhan konsumennya (Nurfebriyani, 2009). Lipstik termasuk ke dalam kosmetik dekoratif yang mengandung bahan-bahan seperti lilin, minyak, lemak, acetoglycerides, surfaktan, antioksidan dan zat pewarna. Zat pewarna memiliki peranan besar dalam setiap fungsi kosmetik dekoratif. Zat warna dalam kosmetik dekoratif harus memenuhi syarat keamanan. Zat warna ini berasal dari dua sumber. Ada yang berasal dari alam ada juga yang sintesis. Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih sulit disintesa dan distandarisasi. Zat warna sintetis lebih mudah diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintetis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh produsen dan konsumen (Muliyawan, 20). Beraneka lipstik ditawarkan pada konsumen, bermacam merek, jenis dan warna. Kebanyakan wanita memilih lipstik terutama karena warnanya. Ternyata dibalik keindahan warna dan manfaat lipstik, banyak juga produsen yang melakukan kecurangan dalam memproduksi lipstik. Untuk menghasilkan produk yang murah, banyak diantaranya yang sengaja menambahkan kandungan zat- zat kimia yang ternyata berbahaya pada tubuh (Sinurat, 20). B adalah zat warna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau, dan dalam larutan berwarna merah terang berfluorensi. B semula digunakan untuk kegiatan histologi dan sekarang berkembang untuk berbagai keperluan seperti sebagai pewarna kertas dan tekstil. B seringkali disalahgunakan untuk pewarna pangan dan pewarna kosmetik, misalnya sirup, lipstik, pemerah pipi, dan lain-lain. Pewarna ini terbuat dari dietillaminophenol dan phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia. Biasanya pewarna ini digunakan untuk pewarna kertas, wol, dan sutra (Djarismawati, 2004). B adalah bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pewarna dasar dalam tekstil dan kertas. Zat ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang di Indonesia melalui Peraturan Menkes RI No.722/Menkes/Per/IX/88 (Hamdani,202). Penggunaan rhodamin B pada makanan dan kosmetik dalam waktu lama akan mengakibatkan kanker dan gangguan fungsi hati. Namun demikian, bila terpapar rhodamin B dalam jumlah besar maka dalam waktu singkat akan terjadi gejala akut keracunan rhodamin B. Bila rhodamin B tersebut masuk melalui makanan akan mengakibatkan iritasi pada saluran pencernaan dan mengakibatkan gejala keracunan dengan urin yang berwarna merah maupun merah muda. Selain melalui makanan ataupun kosmetik, rhodamin B juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, jika terhirup terjadi iritasi pada saluran pernafasan. Mata yang terkena rhodamin B juga akan mengalami iritasi yang ditandai dengan mata kemerahan dan timbunan cairan atau udem pada mata. Jika terpapar pada bibir dapat menyebabkan bibir akan pecah-pecah, kering, dan gatal. Bahkan, kulit bibir terkelupas (Yuliarti, 2007). Hasil temuan BPOM menunjukkan, dari Januari hingga bulan 2

Oktober 202 ditemukan sebanyak 48 item produk kosmestik di pasaran yang mengandung bahan berbahaya/dilarang. Bahan berbahaya yang dimaksud yaitu merkuri dan hidrokinon, serta pewarna yang dilarang. BPOM juga menemukan produk ilegal yang tidak terdaftar. Dari sidak yang dilakukan tahun ini, BPOM setidaknya menemukan total 400.000 item kosmetik ilegal yang beredar di pasaran dari 429 jenis produk (Kartika, 202). Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Hokoriku, Kanazawa, Jepang. Efek rhodamin B pada kosmetik adalah pada proliferasi dari fibroblas yang diamati pada kultur sistem. B pada takaran 25 mikrogram/ml dan diatasnya secara signifikan menyebabkan pengurangan sel setelah 72 jam dalam kultur. Studi ini menghasilkan bahwa 50 mikrogram/ml dalam rhodamin B menyebabkan berkurangnya jumlah sel setelah 48 jam dan lebih. Studi ini juga menyarankan bahwa zat warna rhodamin B menghambat proliferasi tanpa mengurangi penggabungan sel. Gabungan [H] timidine dan [4C] leusin dalam fraksi asam tidak terlarut dari membran sel secara signifikan dihambat oleh 50 mikrogram/ml rhodamin B. 6G menyebabkan kerusakan sel yang parah dan rhodamin B secara signifikan mengurangi jumlah sel. 2 tidak memiliki efek yang berarti. sedangkan lebih jauh lagi, rhodamin B mengurangi jumlah sel vaskuler endothelial pada pembuluh darah sapi dan sel otot polos pada pembuluh darah hewan berkulit duri setelah 72 jam dalam kultur. Sehingga tidak berlebihan jika studi ini menyimpulkan bahwa rhodamin B menghambat proses proliferasi lipo fibroblast pada manusia. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui ada tidaknya B sebagai zat warna pada lipstik yang beredar di Pasar Ramai Kota Medan dan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan B di Pasar Ramai Kota Medan. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui keberadaan zat pewarna rhodamin B pada lipstik yang beredar di Pasar Ramai Kota Medan dan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan B di Pasar Ramai Kota Medan. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi bagi masyarakat dalam memilih produk lipstik yang aman untuk dikonsumsi, sebagai informasi bagi Departemen Kesehatan, instansi dan dinas terkait untuk lebih memperhatikan produk lipstik yang beredar di pasar Dan sebagai masukan dan pengalaman bagi penulis mengenai zat pewarna rhodamin B. Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui keberadaan zat pewarna rhodamin B yang terdapat pada lipstik dan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan rhodamin B di Pasar Ramai Kota Medan. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Pasar Ramai Kota Medan. Yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi ini adalah bahwa pasar tersebut merupakan pasar yang banyak menjual produk kosmetik dan ramai dikunjungi masyarakat. Selanjutnya sampel dibawa ke Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan bulan Agustus-September 20 Objek Penelitian Objek penelitian adalah lipstik yang beredar di Pasar Ramai Medan. Adapun objek penelitian yang akan diteliti adalah sebanyak 0 sampel lipstik. Sampel lipstik diambil secara purposive sampling yaitu lipstik tersebut banyak diminati konsumen dan produk lipstik yang tidak memiliki nomor izin edar BPOM. Sampel Penelitian

Metode pengambilan sampel untuk pengetahuan, sikap dan tindakan pedagang kosmetik adalah dengan metode total sampling yaitu seluruh pedagang kosmetik yang berdagang di Pasar Ramai Medan sebanyak 0 pedagang kosmetik. Data Primer Data primer yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium terhadap rhodamin B yang terdapat dalam lipstik dan kuesioner tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan rhodamin B di Pasar Ramai Medan. Data Sekunder Data sekunder berupa literaturliteratur yang menjadi bahan masukan bagi penulis dan studi kepustakaan. Prosedur Pemeriksaan uji kualitatif lipstik dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menggunakan metode Kromatografi Kertas dengan prosedur sebagai berikut:. Timbang gr sampel kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 00ml. 2. Tambahkan 0ml asam asetat 0% kemudian masukkan bulu domba sebanyak 5 gr, didihkan selama 0 menit sambil di aduk.. Bulu domba dipisahkan dari larutan dan dicuci dengan air dingin berulang-ulang hingga bersih. 4. Pewarna dilarutkan dari bulu domba dengan penambahan amonia 0% di atas penangas air. 5. Larutan berwarna yang dapat dicuci lagi dengan air hingga bebas amonia. 6. Totolkan pada kertas kromatografi dan masukkan ke dalam chamber yang berisi zat pelarut (eluen) selama 0 menit. 7. Hitung Rf zat warna kemudian dibandingkan dengan standar zat warna Hasil dan Pembahasan Hasil Analisa Zat Pewarna B pada Lipstik Hasil analisa zat pewarna rhodamin B pada lipstik dengan cara kromatografi kertas yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara terdapat pada tabel berikut : Tabel 4.. Hasil Analisa Zat Pewarna B Pada Lipstik No. Kode Samp el Nama Sampel. A Mac No. 2 2. B Fanbo No. 05. C Docteur Glamour No. 06 4. D Creamy Moisture Lipstik No. 682 5. E Rouge Pure Shine No. 2 6. F Lindor No.42 7. G Calvin Klein No. 0 8. H Trusstee No 49 9. I Dolby No.5 0. J Mirabella Chic No.0 Rf 0. 5 Keterangan 0 0. 0. 0 0. 5 Keterangan : Baku B memiliki harga Rf = 0,75 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa semua sampel lipstik yang berasal dari pedagang kosmetik di Pasar Ramai Kota Medan tahun 20 yang telah diperiksa di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan alat kromatogarafi kertas tidak ada yang mengandung rhodamin B. Hal ini ditunjukkan dengan harga Rf pada masing-masing sampel < 0,75. 4

Karakteristik Pedagang Kosmetik Berdasarkan hasil kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap karakteristik pedagang kosmetik di Pasar Ramai Kota Medan tahun 20 dapat dilihat pada tabel-tabel berikut : Tabel 4.2. Distribusi Pedagang Kosmetik Berdasarkan Umur di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. No Umur Jumlah Persen (%). (tahun). 20-24 7 2. 2. 25-29 4.. 0-4 9 0 4. > 5. dilihat bahwa distribusi pedagang kosmetik berdasarkan umur di Pasar Ramai Kota Medan tahun 20 yaitu 20-24 tahun sebanyak 7 orang (2.%), 25-29 tahun sebanyak orang (4.%), 0-4 tahun sebanyak 9 orang (0%), dan di atas 5 tahun sebanyak orang (.%). Tabel 4.. Distribusi Pedagang kosmetik Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. No. Tingkat Jumlah Persen (%) Pendidikan. SMA 29 96.7 2. SMP. dilihat bahwa distribusi pedagang kosmetik berdasarkan tingkat pendidikan di Pasar Ramai Kota Medan tahun 20 yaitu tingkat pendidikan SMA sebanyak 29 orang (96.7%) dan SMP sebanyak orang (.%). Tabel 4.4. Distribusi Pedagang Kosmetik Berdasarkan Lama Berjualan di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20 No. Lama Berjualan (tahun) Jumlah Persen (%). -4 4 46.7 2. 5-8 4.. >9 0 dilihat bahwa distribusi pedagang kosmetik berdasarkan lama berjualan di Pasar Ramai Kota Medan tahun 20 yaitu lama berjualan -4 tahun sebanyak 4 orang (46.7%), 5-8 tahun sebanyak orang (4.%) dan di atas 9 tahun sebanyak orang (0%). Pengetahuan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. Untuk mengetahui pengetahuan rhodamin B di Pasar Ramai Kota Medan tahun 20, peneliti mengajukan 5 pertanyaan kepada pedagang kosmetik, dan untuk jawaban benar diberi skor 2, sedangkan untuk jawaban salah diberi skor 0. Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. No Pengetahuan Jumlah Persen (%). Baik 4 46.7 2. Sedang 6 5. dilihat bahwa distribusi tingkat pengetahuan rhodamin B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20 yaitu pengetahuan baik sebanyak 4 orang (46.7%), pengetahuan sedang sebanyak 6 orang (5.%) dan pengetahuan kurang 0 (tidak ada). Sikap Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. Untuk mengetahui sikap pedagang Pasar Ramai Kota Medan tahun 20, peneliti mengajukan 0 pertanyaan kepada pedagang kosmetik. Tabel 4.8. Distribusi Sikap Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. No. Sikap Jumlah Persen (%). Baik 7 56.7 2. Kurang 4. 5

dilihat bahwa distribusi sikap pedagang Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20 yaitu pada sikap baik sebanyak 7 orang (56.7%) dan sikap yang kurang baik sebanyak orang (4.%). Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20 Untuk mengetahui tindakan pedagang Pasar Ramai Kota Medan tahun 20, peneliti mengajukan 8 pertanyaan kepada pedagang kosmetik. Tabel 4.0. Distribusi Tindakan Pedagang Kosmetik Tentang Bahaya B di Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20. No. Tindakan Jumlah Persen (%). Baik 6 20 2. Kurang 24 80 dilihat bahwa distribusi tindakan pedagang Pasar Ramai Kota Medan Tahun 20 yaitu tindakan baik sebanyak 6 orang (20%) dan tindakan kurang baik sebanyak 24 orang (80%). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan. Pada sampel lipstik yang dijual beredar di Pasar Ramai Kota Medan, tidak ada yang mengandung rhodamin B. Hal ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan rhodamin B pada lipstik di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah negatif. 2. Pada sampel lipstik yang dijual beredar di Pasar Ramai Kota Medan, tidak terdapat kadar rhodamin B dikarenakan hasil pemeriksaan rhodamin B pada lipstik secara kualitatif di Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara adalah negatif.. Pengetahuan pedagang kosmetik terhadap bahaya rhodamin B tergolong sedang yaitu sebanyak 6 orang (5.%), sikap pedagang kosmetik terhadap bahaya rhodamin B tergolong baik yaitu sebanyak 7 orang (56.7%).dan tindakan rhodamin B tergolong kurang baik yaitu sebanyak 24 orang (80%). Saran. Diharapkan bagi pedagang dan konsumen kosmetik lebih teliti dalam membaca komposisi dari bahan kosmetik. 2. Diharapakan bagi pedagang dan konsumen lebih teliti dalam memperhatikan izin edar bahan kosmetik yang dijual.. Bagi dinas kesehatan kota Medan hendaknya mengadakan penyuluhan tentang bahaya rhodamin B kepada pedagang kosmetik. 4. Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan pengawasan secara berkala 6 bulan sekali terhadap produk kosmetik yang beredar di kota Medan. Tinjauan Pustaka Djarismawati. 2004. Pengetahuan dan Perilaku Pedagang Cabe Merah Giling dalam Penggunaan B di Pasar Tradisional DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan Hamdani, S. 202. B. http://catatankimia.com/catatan/rhod amin-b.html. Diakses pada tanggal 5 juli 20. Kartika, U. 202. BPOM Umumkan Produk Kosmetik Berbahaya. http://www.kompas.com/ BPOM.Umumkan.Produk.Kosmetik. Berbahaya.html. Diakses tanggal Juli 20. Muliyawan, D. 20. A-Z Tentang Kosmetik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Nurfebriyani, W. 2009. Dilema Diantara Kawan dan Lawan. http://artikelkimia.wordpress.com. Diakses pada Tanggal 09 Mei 20. Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor. 29/Men.Kes/Per/V/85 tentang Zat 6

Warna Tertentu yang Dinyatakan Sebagai Bahan Berbahaya. Sinurat, M. 20. Analisa Kandungan B Sebagai Pewarna Sediaan Lipstik yang Beredar di Masyarakat. Poltekes Depkes Medan. Tranggono, R.I.S. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wasitaatmadja, S,M. 997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Penerbit UI Press. Jakarta. Yulianti, N. 2007. Awas! Bahaya dibalik Lezatnya Makanan. Edisi Pertama. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta 7