Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan Dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban

dokumen-dokumen yang mirip
Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan dengan Persiapan dan Tanpa Persiapan pada Komunitas Young Mommy Tuban

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah berdirinya komunitas Young Mommy Tuban. muda karena foktor usia yang belum matang.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia diciptakan untuk hidup berpasangpasangan

Hubungan antara Kematangan Emosi dan Happiness pada Remaja Wanita yang Menikah Muda

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah rumah tangga, yang dibentuk melalui suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap manusia dengan berbagai konsekuensi hukumnya. Karena itu,

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

NASKAH PUBLIKASI Gambaran Forgiveness Pada Orang Bercerai Di Kecamantan Kunir Kabupaten Lumajang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera, tuntutan tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1. yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

Hubungan Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan pada Individu yang Menikah Melalui Ta aruf

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB II KAJIAN TEORI. yang sebenarnya terjadi dan mereka lebih banyak melupakan peristiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

Gambaran Komunikasi Interpersonal pada Pasangan yang Menikah Beda Agama. Oleh : Alfi Reza Brilliyanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

3. METODE PENELITIAN

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. fenomena tertentu serta menganalisis hubungan-hubungan antara suatu variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

Transkripsi:

Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan Dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban Sofia Halida Fatma. Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Sofiahalida@gmail.com Kebahagiaan dalam berumahtangga merupakan hal yang sangat diharapkan oleh setiap pasangan pernikahan. Pada usia dewasa muda, tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation tetapi ketika tugas perkembangan pada tahap dewasa muda tidak terlaksanakan dengan baik, maka akan membuka kemungkinan konflik dalam rumah tangga dan ketika konflik tersebut tidak dapat termanage dan terselesaikan dengan baik dapat berakhir dengan sebuah perceraian. Oleh sebab itu, diperlukan adanya persiapan pernikahan agar mendapati kehidupan pernikahan yang lebih berbahagia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebahagiaan pasangan pernikahan dengan persiapan dan tanpa persiapan. Subjek penelitian ini adalah anggota komunitas Young Mommy Tuban dengan sampel penelitian sebanyak 44 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Pengambilan data menggunakan dua skala, yaitu skala adaptasi dari Authentic Happiness Scale yang disusun oleh Martin Seligman (1980) terdiri dari 23 item dan skala Persiapan Pernikahan yang disusun berdasarkan teori Blood (1978) yang terdiri dari 26 aitem. Metode analisis yang digunakan adalah analisis uji-t. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut: pada pasangan pernikahan dengan persiapan terdapat kategori memiliki kebahagiaan tinggi 100% dari total 22 orang dan pasangan pernikahan tanpa persiapan terdapat katagori tinggi sejumlah 45.5% dengan jumlah 10 orang dari total 22 orang. Sedangkan pada hasil uji-t diketahui pasangan yang menikah dengan persiapan memiliki mean 153.50 sedangkan pasangan yang menikah tanpa persiapan memiliki Mean= 87.50. hal ini menunjukkan terdapat perbedaan, kebahagiaaan pasangan yang menikah dengan persiapan lebih tinggi daripada pasangan tanpa persiapan. Kata Kunci : Happiness, Persiapan Pernikahan, Komunitas Young Mommy Tuban

Pendahuluan Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan orang lain dan tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Meskipun dengan hidup bersama dapat menjadi alternatif untuk menggantikan pernikahan, tetapi sebagian besar manusia tetap memilih untuk menjalani pernikahan, karena pernikahan diikat dalam sebuah institusi yang legal. Dalam hubungan pernikahan tidak menjadi rahasia umum lagi, bahwa sebuah bahtera rumah tangga tidak pernah lepas dari konflik. Rumah tangga yang dibangun dengan ikatan pernikahan ibarat sebuah kapal yang berlayar dengan suami sebagai nahkoda dan istri sebagai assistennya, yang suatu saat akan oleng jika diterpa oleh ombak samudera kehidupan. Konflik dalam pernikahan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, baik dalam ruang lingkup yang besar maupun yang kecil, konflik dapat terjadi tanpa mengenal lama atau barunya usia pernikahan tersebut. Menurut Sadrajoen, konflik-konflik yang muncul pada pernikahan dapat ditelusuri dari harapan-harapan kedua pasangan tentang apa pernikahan dan apa yang seharusnya tidak terjadi pada pernikahan tersebut. Pada umumnya, pasangan pernikahan tidak mengungkapkan harapan-harapannya secara terbuka untuk mengidealkan setiap harapan-harapannya tentang pernikahan. Akibatnya, harapan kedua pasangan mungkin tidak akan terpenuhi sehingga akhirnya membuat mereka mengalami gangguan ilusi tentang status pernikahannya. 1 Hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa pakar pernikahan menghasilkan data empirik yang membuktikan adanya hubungan yang erat antara hancurnya pernikahan dengan hancurnya sistem keluarga. Banyak pula penelitian yang memberikan data empirik mengenai 1 Ibid. h:6

korelasi yang positif antara kondisi perselisihan pada pernikahan (marital discord) serta tekanan pada pernikahan (marital distress), yang merupakan suatu kondisi dan iklim pernikahan beberapa waktu sampai jatuhnya keputusan bercerai 2. Pada komunitas Young Mommy Tuban, peneliti menemukan bawasanya terdapat beberapa anggota komunitas yang kurang dapat menyelesaikan konflik ataupun memanage konflik pernikahan dengan baik, sehingga beberapa dari mereka memutuskan untuk bercerai. Mereka yang memutuskan untuk bercerai dengan pasangannya diketahui bahwasanya tidak memiliki persiapan yang cukup ketika hendak melakukan pernikahan dengan pasangannya. Ada pula diantara mereka yang terpaksa harus menikah dikarenakan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuannya serta ada yang terpaksa harus segera menikah dikarenakan mengalami Married by Accident atau hamil sebelum menikah. 3 Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan dengan Persiapan dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban. Persiapan yang dimaksud adalah kematangan emosi, kesiapan usia, kematangan sosial, kesiapan model peran, kesiapan finansial yang cukup serta kesiapan waktu dan jika tidak memenuhi katagori persiapan pernikahan yang telah disebutkan atau karakteristik tersebut disimpulkan sebagai kondisi tanpa persiapan. Dalam penelitian ini digunakan untuk mencari perbedaan tingkat kebahagiaan pada pasangan pernikahan dengan persiapan dan tanpa persiapan? Pengertian Kebahagiaan Menurut Seligman, kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang lebih banyak mengenang peristiwa-peristiwa yang menyenankan daripada yang sebenarnya terjadi dan 2 Sawitri S. Sadarjoen. Op.Cit. h:3 3 Wawancara subjek 1

mereka lebih banyak melupakan peristiwa buruk. 4 Kebahagiaan merupakan suatu istilah yang menggambarkan perasaan positif. Seligman memberikan gambaran individu yang mendapatkan kebahagiaan yang autentik (sejati) yaitu individu yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar (terdiri dari kekuatan dan keutamaan) yang dimilikinya. Aspek-Aspek Kebahagiaan Menurut Seligman terdapat lima aspek utama yang menjadi sumber kebahagiaan sejati, yaitu : 5 (a).terjalinnya hubungan positif dengan orang lain, (b).keterlibatan Penuh, (c).penemuan makna dalam hidup, (d).optimisme yang realistis, (e). Resiliensi. Persiapan Pernikahan Menurut Blood, 6 sebelum memasuki dunia pernikahan diperlukan suatu kesiapan pada pasangan yang hendak melakukan pernikahan. Kesiapan menikah merupakan keadaan siap atau bersedia dalam berhubungan dengan seorang pria atau seorang wanita, siap menerima tanggung jawab sebagai seorang suami atau seorng istri, siap terlibat dalam hubungan seksual, siap mengatur keluarga, dan siap untuk mengasuh anak. 7 Pada persiapan pernikahan yang perlu diperhatikan adalah usia individu saat menikah, level kematangan, waktu menikah (timing), motivasi (alasan), kesiapan untuk berhubungan secara seksual, kemandirian emosional (emotional emancipation), tingkat peendidikan dan pekerjaan. 8 Pengertian Pernikahan 4 Martin Seligman. Op.Cit. h:48 5 Martin Seligman. Op.Cit. h:333 6 Euis Sunarti, dkk. (2012). Kesiapan Menikah Dan Pemenuhan Tugas Keluarga Pada Keluarga Dengan Anak Prasekolah. Jur.Ilm.Kel&Kons. Vol.5, No.2. P:110-119. 7 Ibid. h:111 8 Dian Wisnuwardhani, Sri, F.M. (2012). Hubungan Interpersonal. Jakarta: Salemba Humanika. h:79

Menurut Ensiklopedi Indonesia makna kata nikah mempunyai arti yang sama dengan kata kawin. Menurut Undang-Undang Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yang dimaksud dengan pernikahan yaitu: pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 9 Aspek-Aspek Persiapan Pernikahan Menurut Blood, untuk menciptakan suatu pernikahan yang bahagia dan kekal dibutuhkan suatu persiapan pada pasangan pernikahan. Blood menyatakan bahwa persiapan menikah ini meliputi dua aspek, yaitu persiapan menikah pribadi (personal) dan persiapan menikah situasi (circumstantial). 10 Kebahagiaan Pernikahan dengan Persiapan dan Tanpa Persiapan Kebahagiaan pernikahan sangatlah erat kaitannya dengan persiapan dalam melakukan pernikahan. Pernikahan yang dilakukan tanpa persiapan emosi, fisik, sosial, maupun material yang memadahi dapat berdampak pada perjalanan rumah tangga yang dijalani dan nantinya juga berpengaruh pada tingkat kebahagiaan yang diperoleh pasangan pernikahan tersebut. Jika seseorang telah memiliki kesiapan maka pernikahan yang bahagia dan kekal akan dicapai oleh pasangan suami istri Hipotesis Berdasarkan teori-teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut: 9 Bimo Walgito. Op.Cit. h:12 10 Euis Sunarti, dkk. Loc.Cit. h:112

Ha : Ada perbedaan kebahagiaan terhadap pasangan yang menikah dengan persiapan dan tanpa persiapan. Pasangan yang menikah dengan persiapan memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan pasangan yang menikah tanpa persiapan. Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan menggunakan rancangan penelitian kuantitatif komparasional. Arikunto menjelaskan metode pengumpulan data adalah cara bagaimana data mengenai variabel-variabel dalam penelitian dapat diperoleh. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas X Variabel terikat Y : Persiapan Pernikahan : Kebahagiaan Populasi dan Sampel Peneliti memutuskan untuk menggunakan komunitas Young Mommy Tuban yang mana telah memiliki kriteria atau karakteristik yang sesuai dengan yang disebutkan oleh peneliti. Adapun jumlah keseluruhan dari anggota komunitas Young Mommy Tuban adalah 44 orang. Metode Dalam penelitian ini metode yang dipakai untuk menganalisis data adalah dengan teknik Analisis statistik correlated data t-test/independent-samples t-test dan statistic deskriptif. di mana akan dilihat perbedaan tingkat kebahagiaan pasangan yang menikah

dengan persiapan dan tanpa persiapan dengan cara membandingkan hasil pengisian skala kebahagiaan dan persiapan pernikahan menggunakan metode statistik deskriptif. Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan hasil analisis diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kebahagiaan pasangan yang menikah dengan persiapan dan tanpa persiapan. Hal ini dapat dilihat dari pasangan yang menikah dengan persiapan memiliki Mean= 153.50 sedangkan pasangan yang menikah tanpa persiapan memiliki Mean= 87.50. artinya terdapat perbedan yang singnifikan terhadap kebahagiaan pasangan yang menikah dengan persiapan dan tanpa persiapan. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa pasangan yang menikah dengan persiapan memiliki kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasangan yang menikah tanpa persiapan. Pembahasan Pada hasil data yang diperoleh prosentase kebahagiaan pasangan pernikahan dengan persiapan pada komunitas Young Mommy Tuban berada dalam kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil prosentase yang diperoleh bahwa 100% dari banyaknya subjek dengan frekuesi 22 pasangan pernikahan dengan persiapan berada pada kategori tinggi, yang berarti secara keseluruhan subjek yang menikah dengan persiapan memiliki kategori tinggi atau tidak satupun subjek yang berada pada kategori sedang maupun rendah. Hal ini berbeda dengan kebahagiaan pasangan pernikahan tanpa persiapan, pada pasangan pernikahan tanpa persiapan tidak semua subjek berada pada kategori tinggi, hasil prosentase yang diperoleh bahwa 45.5% dari banyaknya subjek dengan frekuensi 10 pasangan pernikahan tanpa persiapan berada pada kategori tinggi, sedangkan 31.8%

berada pada kategori sedang dengan banyaknya frekuensi subjek 7 orang, serta 22.7% berada pada kategori rendah dengan banyaknya frekuensi 5 orang yang menikah tanpa persiapan. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan data yang telah diperoleh pada pembahasan sebelumnya, hasil penelitian mengenai Perbedaan Kebahagiaan Pasangan Pernikahan Dengan Persiapan dan Tanpa Persiapan Pada Komunitas Young Mommy Tuban dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Tingkat kebahagiaan pasangan pernikahan dengan persiapan pada komunitas Young Mommy Tuban terbagi dalam satu kategori tingkatan, yakni tinggi. Dari 22 subjek secara keseluruhan memiliki tingkat kebahagiaan yang berada pada kategori tinggi dengan frekuensi 100% (22 orang). Terdapat pula temuan penelitian bahwasanya Berdasarkan pada hasil korelasi tiap aspek, dari variabel kebahagiaan menunjukkan bahwa aspek resiliensi merupakan aspek pembentuk utama dari kebahagiaan pernikahan dengan persiapan dengan kontribusi yang diberikan aspek resiliensi lebih besar dibandingkan aspek yang lainnya, sedangakan berdasarkan pada hasil korelasi tiap aspek, dari variabel persiapan pernikahan dengan persiapan menunjukkan bahwa aspek persiapan pribadi merupakan aspek pembentuk utama dari persiapan pernikahan, dengan kontribusi yang diberikan aspek persiapan pribadi lebih besar dibandingkan aspek persiapan situasi. 2. Tingkat kebahagiaan pasangan pernikahan tanpa persiapan pada komunitas Young Mommy Tuban terbagi dalam tiga kategori tingkatan, yakni tinggi,sedang dan rendah. Dari 22 subjek mayoritas tingkat kebahagiaan subjek berada pada kategori tinggi

dengan frekuensi 45,5% (10 orang). Terdapat pula temuan penelitian bahwasanya Berdasarkan pada hasil korelasi tiap aspek, dari variabel kebahagiaan menunjukkan bahwa aspek resiliensi merupakan aspek pembentuk utama dari kebahagiaan pernikahan tanpa persiapan dengan kontribusi yang diberikan aspek resiliensi lebih besar dibandingkan aspek yang lainnya, sedangakan berdasarkan pada hasil korelasi tiap aspek, dari variabel persiapan pernikahan tanpa persiapan menunjukkan bahwa aspek persiapan pribadi merupakan aspek pembentuk utama dari persiapan pernikahan, dengan kontribusi yang diberikan aspek persiapan pribadi lebih besar dibandingkan aspek persiapan situasi. 3. Berdasarkan hasil uji-t antara pasangan pernikahan dengan persiapan dan tanpa persiapan dapat diketahui bahwa pasangan yang menikah dengan persiapan memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dibandingkan pasangan yang menikah tanpa persiapan.