BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

V. SIMPULAN DAN SARAN. 1. Hasil analisis Tipologi Klassen menunjukkan bahwa:

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BERITA RESMI STATISTIK

Produk Domestik Bruto (PDB)

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

Produk Domestik Regional Bruto Gross Regional Domestic Product

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Disparitas Sosial-Ekonomi Antar-Daerah

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

BERITA RESMI STATISTIK

Lampiran 1. Analisis Prakelayakan Skenario Per Wahana Agrowisata Bina Darma

PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Analisis Sektor/Sub Sektor Unggulan di Kabupaten Bungo

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

8.1. Keuangan Daerah APBD

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN POTENSI SEKTORAL PERTANIAN DALAM PEREKONOMIAN KABUPATEN JAYAWIJAYA TAHUN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG 2014

III. METODE PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

TABEL POKOK PDRB / GRDP PRIMER TABLES OF MUSI BANYUASIN. Tabel / Table 11.1

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk melihat daya saing sektor unggulan digunakan analisis Porter s Diamond. 5.1. Indikator Sektor Unggulan Pada dasarnya sektor unggulan merupakan sektor yang mampu memberikan kontribusinya bukan hanya untuk daerah itu sendiri tetapi juga daerah lain. Pada penelitian ini, penentuan sektor unggulan dilihat berdasarkan indikator koefisien Location Quetiont (LQ) dari sisi PDRB tahun 2010, Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang diperoleh dari analisis MRP serta kontribusi PDRB tiap sektor ekonomi tahun 2000-2010. Hasil yang didapatkan pada semua indikator adalah berupa angka indeks dengan interval nilai 1 sampai 5. Sektor dengan nilai indeks tertinggi merupakan sektor unggulan tiap indikator. 5.1.1 Analisis Location Quetiont (LQ) Perhitungan LQ digunakan untuk menunjukkan keunggulan komparatif sektor ekonomi Kota Dumai dibandingkan dengan Provinsi Riau. Pengelompokan sektor basis menggunakan analisis LQ bersifat dinamis tergantung pada perkembangan kegiatan produksi dari sektor-sektor bersangkutan. Dari analisis LQ dapat diidentifikasi sektor dan subsektor unggulan yang dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam perencanaan pembangunan.

42 Tabel 7. Hasil penghitungan LQ dan rata-rata LQ Kota Dumai tahun 2000-2010 Sektor/Subsektor LQ Tahun 2010 Rata-rata LQ 1. Pertanian 0,20 0,22 a. Tanaman Bahan Makanan 0,31 0,35 b. Tanaman Perkebunan 0,04 0,04 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,67 0,71 d. Kehutanan 0,32 0,32 e. Perikanan 0,10 0,11 2. Pertambangan dan Penggalian 0,36 0,52 a. Minyak dan Gas Bumi 0,00 - b. Pertambangan tanpa Migas 0,00 - c. Penggalian 0,63 0,70 3. Industri Pengolahan 0,28 0,29 a. Industri Migas 0,00-1. Pengilangan Minyak Bumi 0,00-2. Gas Alam Cair 0,00 - b. Industri Tanpa Migas 0,28 0,29 4. Listrik, Gas & Air bersih 1,61 1,85 a. Listrik 1,72 2,02 b. Gas 0,00 0,00 c. Air Bersih 1,10 1,09 5. Bangunan 2,49 2,67 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,60 1,63 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,62 1,65 b. Hotel 1,53 1,76 c. Restoran 0,53 0,63 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,49 3,76 a. Pengangkutan 3,89 4,06 1. Angkutan Rel 0,00-2. Angkutan Jalan Raya 1,13 1,11 3. Angkutan Laut 15,65 16,27 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 0,00-5. Angkutan Udara 0,33 0,36 6. Jasa Penunjang Angkutan 3,39 3,41 b. Komunikasi 1,41 1,46 1. Pos dan Telekomunikasi 1,41 1,46 2. Jasa Penunjang Komunikasi 0,00 0,00 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 0,78 0,98 a. Bank 0,34 0,22 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 1,31 1,41 c. Jasa Penunjang Keuangan 0,00 - d. Sewa Bangunan 0,98 1,15 e. Jasa Perusahaan 1,21 1,44 9. Jasa-jasa 1,58 1,59 a. Pemerintahan Umum 1,63 1,62 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 1,63 1,62 2. Jasa Pemerintah lainnya 0,00 - b. Swasta 1,39 1,49 1. Sosial Kemasyarakatan 1,00 1,11 2. Hiburan & Rekreasi 1,41 1,48 3. Perorangan & Rumahtangga 1,43 1,52 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

43 Berdasarkan Tabel 7 sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif di Kota Dumai pada tahun 2010 serta selama periode tahun 2000-2010 terdiri dari lima sektor yang sama. Sektor ekonomi yang memiliki keunggulan komparatif di Kota Dumai dengan nilai LQ lebih dari satu yaitu sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor pertanian, sektor pertambangan penggalian dan sektor industri pengolahan bukan sektor unggulan. Ini mengindikasikan bahwa Kota Dumai telah mampu memenuhi sendiri kebutuhannya pada kelima sektor unggulan tersebut dan dimungkinkan untuk melakukan ekspor ke luar daerah. Dari sisi subsektor, subsektor pengangkutan merupakan subsektor unggulan dengan nilai LQ terbesar. Dari hasil LQ tersebut dilakukan indeksasi. Hal ini dilakukuan untuk memberikan penilaian kriteria yang sama pada setiap indikator sektor unggulan sehingga indikator tersebut dapat dihitung secara bersama-sama dengan menggunakan metode indeks komposit. Sektor pertanian diberi indeks sebesar 1 karena merupakan sektor dengan nilai LQ terendah sedangkan sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai sektor dengan nilai LQ tertinggi sehingga diberikan indeks sebesar 5. Berdasarkan penghitungan indeks LQ tahun 2010, indeks dengan nilai tertinggi yang merupakan sektor unggulan Kota Dumai adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (Tabel 8). Hal ini sesuai dengan keadaan Kota Dumai yang memiliki peusahaan industri pengolahan sehingga lalu lintas kendaraan dari dan menuju Kota Dumai relatif ramai terutama keluar masuknya

44 kapal laut dan truk pengangkut bahan-bahan penunjang industri pengolahan maupun hasilnya. Sektor yang memiliki indeks terendah adalah sektor pertanian yang disebabkan oleh kondisi lahan yang sebagian besar berupa rawa dan gambut sehingga kurang cocok untuk pertanian. Tabel 8. Indeks Location Quotient (LQ) Kota Dumai menurut sektor tahun 2010 Sektor LQ Tahun 2010 Indeks 1. Pertanian 0,20 1 2. Pertambangan & Penggalian 0,36 1,19 3. Industri Pengolahan 0,28 1,11 4. Listrik, Gas & Air Bersih 1,61 2,71 5. Bangunan 2,49 3,78 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,60 2,70 7. Pengangkutan & Komunikasi 3,49 5 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 0,78 1,71 9. Jasa-Jasa 1,58 2,68 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) 5.1.2 Analisis MRP Analisis MRP terdiri atas dua instrumen pengukuran yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang menunjukkan rasio pertumbuhan sektor/subsektor dengan nilai PDRB sektor/subsektor tersebut antara Kota Dumai dengan Provinsi Riau. Selanjutnya instrumen kedua adalah Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) yaitu rasio pertumbuhan suatu sektor/subsektor ekonomi Provinsi Riau terhadap pertumbuhan ekonomi agregat di Provinsi Riau. Dari hasil analisis MRP (Tabel 9) sektor industri pengolahan (tanpa migas) di Kota Dumai merupakan sektor yang potensial (RPs = 1,04) dan ternyata sektor ini juga potensial di Provinsi Riau (RPr > 1) berdasarkan kriteria pertumbuhan. Selain sektor industri pengolahan, sektor jasa-jasa juga termasuk sektor berpotensi di Dumai (RPs = 1,05) dan juga di Provinsi Riau (Rpr = 1,04).

45 Tabel 9. Hasil penghitungan Rasio Pertumbuhan Provinsi Riau (RPr) dan Rasio Pertumbuhan Kota Dumai (RPs) tahun 2000-2010 Sektor RPr RPs 1. Pertanian 0,67 0,68 a. Tanaman Bahan Makanan 0,30 0,35 b. Tanaman Perkebunan 0,99 0,93 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 0,65 0,94 d. Kehutanan 0,46 1,07 e. Perikanan 0,93 0,71 2. Pertambangan dan Penggalian 3,43 0,34 a. Minyak dan Gas Bumi - - b. Pertambangan tanpa Migas - - c. Penggalian 1,54 0,77 3. Industri Pengolahan 1,12 1,04 a. Industri Migas - - 1. Pengilangan Minyak Bumi - - 2. Gas Alam Cair - - b. Industri Tanpa Migas 1,12 1,04 4. Listrik, Gas & Air bersih 0,60 0,63 a. Listrik 0,60 0,55 b. Gas - - c. Air Bersih 0,59 1,33 5. Bangunan 1,23 0,80 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,30 0,96 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,30 0,97 b. Hotel 1,14 0,59 c. Restoran 1,53 0,75 7. Pengangkutan & Komunikasi 1,35 0,82 a. Pengangkutan 1,17 0,89 1. Angkutan Rel - - 2. Angkutan Jalan Raya 1,09 1,15 3. Angkutan Laut 1,01 0,95 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan 1,13-5. Angkutan Udara 2,86 0,80 6. Jasa Penunjang Angkutan 1,33 1,05 b. Komunikasi 3,24 0,93 1. Pos dan Telekomunikasi 3,24 0,93 2. Jasa Penunjang Komunikasi - - 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 2,08 0,56 a. Bank 11,54 5,25 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,95 0,95 c. Jasa Penunjang Keuangan - - d. Sewa Bangunan 1,18 0,72 e. Jasa Perusahaan 1,20 0,60 9. Jasa-jasa 1,08 1,05 a. Pemerintahan Umum 1,09 1,09 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 1,09 1,09 2. Jasa Pemerintah lainnya - - b. Swasta 1,02 0,94 1. Sosial Kemasyarakatan 1,11 0,84 2. Hiburan & Rekreasi 0,81 0,97 3. Perorangan & Rumahtangga 1,05 0,94 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

46 Sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor dengan nilai RPr dan RPs yang lebih kecil dari satu. Hal ini menunjukkan sektor pertanian dan sektor listrik, gas dan air bersih di Kota Dumai dan Provinsi Riau kurang potensial dari sisi pertumbuhannya. Untuk penghitungan indeks komposit, hasil penghitungan MRP yang diindekskan adalah RPs dengan pertimbangan bahwa RPs menggambarkan secara khusus potensi sektor Kota Dumai. Hasil indeksasi RPs ditampilkan pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Indeks rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) Kota Dumai tahun 2000-2010 Sektor RPs Indeks 1. Pertanian 0,68 2,87 2. Pertambangan & Penggalian 0,34 1 3. Industri Pengolahan 1,04 4,90 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,63 2,59 5. Bangunan 0,80 3,56 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,96 4,47 7. Pengangkutan & Komunikasi 0,82 3,65 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 0,56 2,23 9. Jasa-Jasa 1,05 5 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Sektor jasa-jasa merupakan indeks RPs tertinggi pada tahun 2000-2010. Sektor yang memiliki indeks terendah yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini dikarenakan keberadaan sumberdaya pertambangan dan penggalian yang jumlahnya sedikit serta bersifat tidak dapat diperbaharui 5.1.3 Indeks Kontribusi PDRB Kontribusi PDRB dilihat dari rasio nilai PDRB tiap sektor terhadap nilai PDRB total tiap sektor. Kontribusi PDRB pada penelitian ini merupakan kontribusi rata-rata sektor/subsektor selama tahun 2000-2010 di Kota Dumai.

47 Tabel 11. Rata-rata kontribusi PDRB Kota Dumai menurut sektor dan subsektor tahun 2000-2010 Sektor Kontribusi PDRB (%) 1. Pertanian 7,91 a. Tanaman Bahan Makanan 1,44 b. Tanaman Perkebunan 1,70 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 1,16 d. Kehutanan 3,11 e. Perikanan 0,50 2. Pertambangan dan Penggalian 0,50 a. Minyak dan Gas Bumi - b. Pertambangan tanpa Migas - c. Penggalian 0,50 3. Industri Pengolahan 18,77 a. Industri Migas - 1. Pengilangan Minyak Bumi - 2. Gas Alam Cair - b. Industri Tanpa Migas 18,77 4. Listrik, Gas & Air bersih 0,85 a. Listrik 0,78 b. Gas - c. Air Bersih 0,07 5. Bangunan 16,99 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,84 a. Perdagangan Besar & Eceran 22,68 b. Hotel 0,93 c. Restoran 0,23 7. Pengangkutan & Komunikasi 16,13 a. Pengangkutan 15,34 1. Angkutan Rel - 2. Angkutan Jalan Raya 2,38 3. Angkutan Laut 11,44 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebrangan - 5. Angkutan Udara 0,07 6. Jasa Penunjang Angkutan 1,45 b. Komunikasi 0,79 1. Pos dan Telekomunikasi 0,79 2. Jasa Penunjang Komunikasi - - 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 2,85 a. Bank 0,31 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 0,38 c. Jasa Penunjang Keuangan - d. Sewa Bangunan 1,94 e. Jasa Perusahaan 0,22 9. Jasa-jasa 12,18 a. Pemerintahan Umum 9,62 1. Adm. Pemerintah & Pertahanan 9,62 2. Jasa Pemerintah lainnya - b. Swasta 2,56 1. Sosial Kemasyarakatan 0,15 2. Hiburan & Rekreasi 0,32 3. Perorangan & Rumahtangga 2,09 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah)

48 Berdasarkan Tabel 11, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memiliki rata-rata kontribusi terbesar yaitu sebesar 23,84 persen selama tahun 2000-2010 dengan subsektor perdagangan besar dan eceran sebagai pemberi kontribusi terbesar. Perdagangan besar dan eceran menjadi kontribusi terbesar dalam struktur perekonomian tanpa migas, terutama dari penjualan hasil olahan industri CPO, pupuk dan komoditi lainnya. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan kontribusi terkecil yaitu sebesar 0,50 persen. Tabel 12. Indeks kontribusi PDRB Kota Dumai tahun 2000-2010 Sektor Kontribusi PDRB Indeks 1. Pertanian 7,91 2,27 2. Pertambangan & Penggalian 0,50 1,00 3. Industri Pengolahan 18,77 4,13 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,85 1,06 5. Bangunan 16,99 3,83 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 23,84 5,00 7. Pengangkutan & Komunikasi 16,13 3,68 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa 2,85 1,40 9. Jasa-Jasa 12,18 3,00 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Indikator kontribusi PDRB ini kemudian diindeksasi agar diperoleh kesamaan kriteria penilaian untuk melakukan indeks komposit. Sektor yang memiliki indeks kontribusi PDRB terbesar merupakan sektor dengan nilai kontribusi yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Oleh karena itu sektor yang menjadi sektor unggulan pada indikator rata-rata kontribusi PDRB Kota Dumai pada tahun 2000-2010 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. 5.2. Sektor Unggulan Berdasarkan Indeks Komposit Penentuan sektor unggulan dilakukan dengan metode indeks komposit yang menggunakan tiag indikator yaitu koefisien Location Quetiont (LQ) dari sisi

49 PDRB tahun 2010, Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yang diperoleh dari analisis MRP serta rata-rata kontribusi PDRB tiap sektor ekonomi tahun 2000-2010. Indeks komposit merupakan rata-rata dari total nilai indeks tiga indikator penentu sektor unggulan tersebut. Indeks komposit dengan nilai tertinggi disimpulkan sebagai sektor unggulan. Tabel 13. Indeks komposit sebagai penentu sektor unggulan Kota Dumai Sektor Indeks Indeks Indeks Indeks LQ RPs Kontribusi Komposit 1. Pertanian 1,00 2,87 2,27 2,05 2. Pertambangan & Penggalian 1,19 1,00 1,00 1,06 3. Industri Pengolahan 1,11 4,90 4,13 3,38 4. Listrik, Gas & Air Bersih 2,71 2,59 1,06 2,12 5. Bangunan 3,78 3,56 3,83 3,72 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 2,70 4,47 5,00 4,06 7. Pengangkutan & Komunikasi 5,00 3,65 3,68 4,11 8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 1,71 2,23 1,40 1,78 9. Jasa-Jasa 2,68 5,00 3,00 3,56 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Berdasarkan hasil penghitungan indeks komposit pada Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa sektor unggulan Kota Dumai dengan indeks komposit terbesar adalah sektor pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 4,11. Dari tiga indikator yang ada, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki keunggulan dari sisi keunggulan komparatif dengan nilai indeks sebesar 5. Sedangkan dari indeks RPs dan indeks kontribusi, sektor pengangkutan dan komunikasi memiliki indeks masing-masing sebesar 3,65 dan 3,68. Sektor yang memiliki indeks komposit tertinggi kedua adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan nilai indeks komposit terkecil yaitu sebesar 1,11.

50 Dari sisi subsektor, subsektor yang menjadi unggulan di Kota Dumai berdasarkan indeks komposit adalah subsektor pengangkutan. Pengangkutan sebagai subsektor unggulan terkait dengan keberadaan beberapa perusahaan industri besar, keberadaan pelabuhan-pelabuhan barang maupun penumpang serta adanya beberapa lokasi pergudangan di Kota Dumai seperti gudang pupuk dan gudang beras. 5.3. Analisis Porter s Diamond Berdasarkan hasil penghitungan indeks komposit, sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor unggulan Kota Dumai dengan subsektor pengangkutan sebagai subsektor unggulan. Kondisi geografis Kota Dumai yang strategis dengan beberapa pelabuhan yang ada berpotensi berkembang menjadi kota pelabuhan, perdagangan dan wisata. Penelitian ini menggunakan analisis Porter s Diamond untuk menggambarkan daya saing subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan melihat daya saing angkutan laut dengan pertimbangan bahwa angkutan laut merupakan pemberi kontribusi terbesar terhadap subsektor pengangkutan di Kota Dumai secara rata-rata selama tahun 2000-2010. Analisis daya saing ini digambarkan dengan empat elemen di dalamnya. Keempat elemen tersebut meliputi kondisi faktor, kondisi permintaan, strategi perusahaan dan pesaing serta industri pendukung dan industri terkait. Selain empat elemen tersebut juga akan dilihat peran pemerintah dan peran kesempatan terhadap angkutan laut ini.

51 5.3.1 Kondisi Faktor Secara umum kondisi faktor dapat dianalisis secara deskriptif melalui sumberdaya manusia, sumberdaya modal, kondisi infrastruktur, teknologi serta faktor alam yang dimiliki suatu wilayah seperti letak strategis wilayah, besarnya jumlah penduduk dan potensi sumberdaya alam. Semakin baik kondisi tersebut maka wilayah tersebut semakin berdaya saing. Pencapaian standar kualitas masyarakat dapat dilihat dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Meningkatnya status pembangunan manusia dipengaruhi oleh meningkatnya indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM. Angka IPM Kota Dumai dapat dinilai cukup berkualitas yaitu sebesar 77,75 persen pada tahun 2010. IPM Kota Dumai berada pada peringkat kedua terbesar se kabupaten/kota Provinsi Riau selama tahun 2008-2010 dengan persentase yang semakin meningkat. Dari sisi kepelabuhan, Kota Dumai memiliki enam pelabuhan besar yaitu: Pelabuhan bongkar muat barang-barang selain CPO dan minyak mentah, Pelabuhan Chevron, Pelabuhan Pertamina, Pelabuhan Penumpang, Pelabuhan Santana di Kawasan Industri Dumai dan Pelabuhan PT.Sari Dumai Sejahtera (SDS) di kawasan industri Lubuk Gaung. Pelabuhan-pelabuhan tersebut memiliki fungsi masing-masing, misalnya sebagai pelabuhan bagi kapal-kapal pengangkut minyak mentah, hasil olahan CPO maupun berfungsi sebagai transit bagi kapal kargo. Dilihat dari letak wilayahnya, Kota Dumai memiliki wilayah yang strategis karena terletak di tepi Selat Malaka yang merupakan jalur lalu lintas

52 perdagangan. Posisi ini telah menarik minat investor asing yaitu dengan adanya industri pengolahan CPO dengan tujuan ekspor. 5.3.2 Kondisi Permintaan Kondisi permintaan merupakan sifat dari permintaan pasar asal untuk barang dan jasa. Pada subsektor pengangkutan, kondisi permintaan dapat digambarkan melalui banyaknya bongkar muat barang melalui pelabuhan Dumai serta jumlah penumpang yang berangkat dan datang melalui pelabuhan Dumai. Tabel 14. Banyaknya barang dan penumpang melalui Pelabuhan Dumai tahun 2008-2010 Tahun Barang (Ton) Penumpang (Orang) Bongkar Muat Berangkat Datang 2008 27.299.543 2.811.707 334.597 361.038 2009 17.230.549 2.537.928 280.165 286.677 2010 20.752.026 4.322.453 281.666 278.897 Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa jumlah barang yang dibongkar melalui Pelabuhan Dumai sebanyak 27.299.543 ton pada tahun 2008, 17.230.549 ton pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 20.752.026 ton pada tahun 2010. Jenis barang yang dibongkar muat antara lain berupa bahan pokok, minyak masak sebagai hasil olahan minyak bumi, inti sawit dan pupuk. Dari sisi jumlah penumpang, jumlah penumpang yang berangkat mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2010. Pada tahun 2010 jumlah penumpang yang berangkat sebesar 334.597 orang, menurun pada tahun 2009 dengan jumlah penumpang yang berangkat sebesar 280.165 orang dan kemudian meningkat kembali menjadi 281.666 orang pada tahun 2010. Sedangkan dari sisi penumpang yang datang melalui pelabuhan Dumai menunjukkan tren menurun dari tahun

53 2008 sampai tahun 2010. Jumlah penumpang yang datang melalui pelabuhan adalah sebesar 278.897 orang pada tahun 2010. Kondisi permintaan memperlihatkan kondisi yang lebih baik dan memiliki keunggulan secara umum yang ditunjukkan dengan peningkatan muatan bongkar muat barang dan penumpang pada tahun 2010 dibandingkan kondisi tahun 2008. 5.3.3 Strategi Perusahaan dan Pesaing Dumai memiliki pelabuhan bertaraf internasional yang salah satunya dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia I (PT Pelindo I). Fasilitas yang disediakan oleh PT Pelindo I ini antara lain meliputi: 1. Fasilitas pokok pelabuhan berupa tambatan di setiap dermaga yaitu dermaga A, dermaga B, dermaga C, dermaga D. 2. Fasilitas pelayanan kapal dengan penyediaan kapal tunda sebanyak enam unit, kapal pandu sebanyak tujuh unit dan sped boat sebanyak satu unit. 3. Fasilitas penumpukan berupa gudang penumpukan dan lapangan penumpukan. 4. Fasilitas pelayanan terminal seperti: crane darat, forklift, fire truck, water truck, excavator, dump truck, outlet pipa dan lainnya. 5. Pengusahaan terminal penumpang domestik maupun internasional, fasilitas air minum, gedung, tanah serta fasilitas air kapal. Dari sisi pelabuhan penumpang, selama beberapa tahun terakhir belum ada penambahan usaha angkutan laut. Usaha angkutan laut khusus penumpang masih didominasi oleh sedikit perusahaan angkutan laut sehingga persaingan antara perusahaan terkait tidak terlalu berarti.

54 5.3.4 Industri Pendukung dan Industri Terkait Terkait dengan subsektor angkutan laut, keberadaan usaha industri baik industri migas maupun non migas memiliki peran penting. Kota Dumai memiliki empat kawasan industri dalam bidang pengolahan CPO yang terdiri dari kawasan industri Lubuk Gaung, kawasan industri Dumai, kawasan industri Bukit Kapur, dan kawasan terpadu Dock yard. Keberadaan kawasan industri ini mendorong semakin meningkatnya peran subsektor pengangkutan khususnya angkutan laut terutama di kawasan industri Dumai serta kawasan industri Lubuk Gaung yang terletak di tepi laut. Kawasan industri Dumai dan kawasan industri Lubuk Gaung merupakan jenis industri bertaraf internasional dengan tujuan ekspor dimana kawasan ini memiliki pelabuhan tersendiri. Keberadaan dua perusahaan migas bertaraf internasional, PT Chevron Pacifik Indonesia dan Pertamina Refinery Unit II Dumai, juga merupakan industri pendukung subsektor angkutan laut. Aktifitas loading minyak bumi ke kapal tanker dilakukan melalui pelabuhan Dumai. 5.3.4 Peran Pemerintah Daerah Dukungan pemerintah terhadap subsektor pengangkutan tampak dari visi pembangunan Kota Dumai Tahun 2010-2015 yaitu: Terwujudnya kota Dumai sebagai pusat pelayanan kepelabuhan, perdagangan, tourism dan industri (PENGANTIN) yang berbudaya melayu dan agamis menuju Dumai sejahtera, harmonis, aman dan tertib di kawasan pantai timur sumatera tahun 2015. Visi ini direalisasikan melalui misi pertama pembangunan Kota Dumai yaitu: Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi serta memperkuat struktur

55 perekonomian kerakyatan berbasis kepelabuhan, perdagangan, tourism dan industri. Kebijakan lainnya di bidang peningkatan pembangunan infrastruktur yang ditetapkan oleh pemerintah daerah pada tahun 2010 meliputi: 1. Tersedianya sarana dan prasarana transportasi untuk mendukung Kota Dumai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus. 2. Penyusunan dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dermaga penyebarangan RO-RO (Roll on-roll off) Dumai. 3. Pemeliharaan dermaga penyebrangan RO-RO Dumai dan Tanjung Kapal. 4. Pembangunan jalan dan jembatan. 5.3.5 Peran Kesempatan CPO merupakan komoditi ekspor Indonesia yang menjadi primadona pada saat ini. Hal ini merupakan suatu peluang bagi subsektor angkutan laut dimana pada saat ini sebagian besar kegiatan ekspor impor menggunakan angkutan laut. Keberadaan kawasan industri yang ada di Kota Dumai yang bergerak dalam pengolahan CPO dengan skala ekspor dapat lebih meningkatkan peran subsektor angkutan laut. Angkutan laut saat ini lebih banyak digunakan dalam kegiatan perdagangan antar daerah dalam lingkup nasional. Hal ini dikarenakan biaya pengangkutan yang lebih murah serta kapasitas muatan yang lebih besar. Oleh karena itu, Pelabuhan Dumai merupakan salah satu pintu masuk dalam penyaluran barang-barang antar daerah di Provinsi Riau.

56 Peran Pemerintah (+) Strategi Perusahaan, Struktur dan Persaingan: 1. Persaingan (-) 2. Strategi perusahaan (+) Kondisi Faktor: 1. SDM (+) 2. Infrastruktur Fisik (+) 3. Letak wilayah (+) Kondisi Permintaan: 1. Permintaan dari dalam daerah (+) 2. Permintaan Luar Daerah (+) Industri Pendukung dan Industri Terkait 1. Kawasan industri (+) 2. Perusahaan industri besar (+) Peran Kesempatan (+) Sumber: BPS Kota Dumai, 2011 http://dumai.inaport1.co.id/dumai/index.php?option=com_content&view=article &id=19&itemid=27 Gambar 10. Analisis Porter s Diamond