Analisis Morfologis dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan Lan Esai Bengkel Dan Sastra Jawa 2012) Oleh: Rindiantika Fresti Apriliana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rindydayra@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) proses morfologis dalam antologi geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012, (2) perubahan makna akibat proses morfologis pada antologi geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012). Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah antologi geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012). Data penelitian dalam penelitian ini adalah satuan gramatikal yang berupa kata yang mengalami proses morfologis meliputi afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan kata. Teknik pengumpulan data yang digunakan teknik pustaka, dan teknik simak catat. Instrumen penelitian yaitu peneliti sendiri dan dibantu dengan tabel yang berguna untuk mengelompokkan data. Data dianalisis dengan menggunakan metode agih, dan data disajikan dengan teknik informal.dalam penyajian data menggunakan teknik formal dan informal. Hasil penelitian pemerolehan data dan pembahasan yaitu (1) proses afiksasi yang meliputi: prefiks {N-} ny- ng- m- n-, {di-}, {a-}, {ke-}, {ka-}, {sa-}, {pan-}, {pa-}, dan {dak-/tak-/kok}; infiks {-um-}, {- er-}, dan {-el-}; sufiks {-e/-ne}, {-i/-ni}, {-a}, {-an}, {-ake}, {-ana}, dan {-ane}; konfiks {ka-,-an}, {N-,-ake}, {pa-,-an}, {pan-,-an}, {sa-,-e}, {N-,-i}, dan {ka-,-ake}; proses reduplikasi meliputi: dwilingga, dwilingga salin swara, dwipurwa, dan dwiwasana; proses pemajemukan meliputi tembung camboran wutuh (2) perubahan makna akibat proses morfologis pada antologi geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012) meliputi: proses afiksasi yang meliputi: prefiks {N-} ny- ng- m- n- dapat membentuk tembung kriya tanduk; infiks {-um-} kriya tanpa lesan dan kaanan; sufiks {-e/-ne} dan {-ane} tembung aran; konfiks {ka-,-an}, {ka-,-ake}, {N-,-i} tembung kriya; reduplikasi dwilingga membentuk tembung aran; dan pemajemukan tembung camboran wutuh akan membentuk satu kesatuan kata dan memiliki makna yang berbeda dengan bentuk dasarnya. Kata kunci : morfologis, geguritan Pendahuluan Bahasa merupakan alat yang sangat penting untuk berkomunikasi antar manusia. Bahasa sendiri memiliki banyak arti. Menurut Sturtevant (dalam Suwandi, 2011: 21) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan dengan manasuka untuk bekerja sama. Jadi, bahasa adalah sistem lambang yang bersifat arbitrer atau manasuka, yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Demikian pula sebagai alat komunikasi salah satunya yaitu bahasa Jawa memiliki komponen-komponen seperti aspek fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Penelitian ini mengambil aspek morfologi. Menurut Mulyana Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 71
(2007: 5) istilah morfologi diturunkan dari bahasa Inggris morphology mempunyai arti yaitu suatu cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang bagian-bagian kata yang sesuai dengan tata bahasa. Melalui bahasa seseorang dapat menghasilkan sebuah karya sastra. Sebuah karya sastra Jawa mempunyai hubungan yang erat dengan pembentukan kata. Pembentukan kata beserta prosesnya disebut dengan proses morfologis. Ramlan (2009: 51) menjelaskan bahwa proses morfologik adalah proses pembentukan suatu kata yang berasal dari bentuk dasar. Proses morfologis terdiri dari beberapa jenis yaitu (1) afiksasi (2) reduplikasi, dan (3) pemajemukan. Para pembaca pun sebagian kecil ada yang belum paham tentang proses pembentukan kata beserta akibat dari pembentuk kata tersebut. Inilah yang menjadi alasan penting penulis mengambil judul Analisis Morfologis dalam antologi geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses morfologis dan mendeskripsikan perubahan makna akibat proses morfologis. Adapun tinjauan pustaka atau penelitian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Isna Nurhayati dengan skripsinya yang berjudul Afiksasi, Reduplikasi, dan Komposisi Bahasa Jawa dalam Novel Garuda Putih karya Suparto Brata. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini yaitu berupa kata-kata yang termasuk ke dalam proses morfologis yang meliputi afiksasi, reduplikasi, dan pemajemukan dan sumber data dalam penelitian ini yaitu antologi geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pustaka, teknik baca dan teknik catat. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah penulis sendiri (human instrument) yaitu sebagai peneliti harus validasi terhadap pemahaman metode penelitian, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan untuk melakukan penelitian (Sugiyono, 2010: 305-306), selain Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 72
itu instrumen tambahan guna mengumpulkan data yaitu berupa buku-buku tentang kajian morfologi dan tabel guna mempermudah pembaca untuk memahami. Penelitian ini menggunakan metode agih guna menganalisis data yang telah dikumpulkan. Metode agih yaitu metode untuk membahas dan menganalisis data dengan menggunakan alat seperti kata (Sudaryanto, 1993: 16). Hasil analisis dalam penelitian ini disajikan menggunakan metode penyajian informal. Pembahasan Proses Morfologis Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012) meliputi: 1. Afiksasi (pengimbuhan) Afiksasi dibagi menjadi empat, yaitu (1) prefiksasi adalah pengimbuhan pada awal BD, (2) infiksasi adalah pengimbuhan yang diletakkan di tengah BD, (3) sufiksasi adalah pengimbuhan yang diletakkan di akhir BD, dan (4) konfikasasi adalah pengimbuhan yang diletakkan pada awal dan akhir BD. a. 1) Prefiks {N-} nasal ng- Kancil ngumbar janji (AGS, JG Kewan Apa Manungsa karya Muh Bayu Mahendra: 3) Terjemahan: Kancil mengobral janji Kutipan di atas terdapat kata ngumbar. Proses morfologisnya sebagai berikut: {ng-} + umbar bebas ngumbar mengumbar,mengobral. 2) Prefiks {ke-} Ra bakal bisa kewales (AGS, JG Drengki karya Vindi Taviana: 7) Terjemahan: Tidak akan bisa terbalas Kutipan di atas terdapat kata kewales. Proses morfologisnya sebagai berikut: {ke-} + wales balas kewales terbalas. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 73
b. 1) Infiks {-um-} Kayadene banyu kang tumetes (AGS, JG Luh Ing Tresna karya Miftakul Thoyiba: 6) Terjemahan: Seperti air yang menetes Kutipan di atas terdapat kata tumetes. Proses morfologisnya sebagai berikut: tetes tetes + {-um-} tumetes menetes. 2) Infiks {-in-} Muga ana crita rinajut endah (AGS, JG Sepi Ing Ati karya Intan Kusuma H: 12) Terjemahan: Mudah-mudahan ada cerita yang dirajut indah Kutipan di atas terdapat kata rinajut. Proses morfologisnya sebagai berikut: rajut anyaman + {-in-} rinajut dirajut. c. 1) Sufiks {-e/-ne} Blenjani janjine marang rakyat cilik (AGS, JG Kewan Apa Manungsa karya Muh Bayu Mahendra: 3) Terjemahan: Mengingkari janjinya kepada rakyat kecil Kutipan di atas terdapat kata janjine. Proses morfologisnya sebagai berikut: janji janji + {-ne} janjine janjinya. 2) Sufiks {-a} Age-age padha elinga (AGS, JG Swara Lonceng karya Oktafia Efi P: 47) Terjemahan: Cepat-cepat semua ingatlah Kutipan di atas terdapat kata elinga. Proses morfologisnya sebagai berikut: eling ingat + {-a} elinga ingatlah. d. 1) Konfiks {ka- + -an} Asipat sabar nggalang karukunan nuswantara (AGS, JG Ir Sukarno karya Eko Novianto: 11) Terjemahan: Mempunyai sifat sabar memegang kerukunan nusantara Kutipan di atas terdapat kata karukunan. Proses morfologisnya sebagai berikut: {ka-} + rukun rukun + {-an} karukunan kerukunan. 2) Konfiks {pa- + -an} Gawe bobroke paseduluran (AGS, JG Lamis karya Miftakul Thoyiba: 5) Terjemahan: Membuat hancurnya persaudaraan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 74
Kutipan di atas terdapat satu kata yaitu paseduluran. Proses morfologisnya sebagai berikut: {pa-} + sedulur saudara + {-an} paseduluran persaudaraan. 2. Reduplikasi (pengulangan) Proses reduplikasi (pengulangan) dibagi menjadi enam, yaitu (1) dwilingga, (2) dwilingga salin swara, (3) dwipurwa, dan (4) dwiwasana. Adapun pembahasannya setelah melakukan penyajian data sebagai berikut. a. Dwilingga 1) Yen pejabat-pejabat kuwi sipate kaya Raden Arjuna (AGS, JG Raden Arjuna karya Muh Bayu Mahendra: 3) Terjemahan: Jika pejabat-pejabat itu sifatnya seperti Raden Arjuna Kutipan di atas terdapat kata pejabat-pejabat. Proses morfologisnya sebagai berikut: pejabat pejabat pejabat-pejabat pejabat-pejabat. 2) Padhange rembulan, akehe lintang-lintang (AGS, JG Sepi ing Ati karya Intan Kusuma: 12) Terjemahan: Terangnya bulan, banyaknya bintangbintang Kutipan di atas terdapat kata lintang-lintang. Proses morfologisnya sebagai berikut: lintang bintang lintang-lintang bintang-bintang. b. Dwilingga Salin Swara 1) Ing ngarep, mesam-mesem (AGS, JG Lamis karya Miftakul Thoyiba: Terjemahan: Di depan, senyam-senyum Kutipan di atas terdapat kata mesam-mesem. Proses morfologisnya sebagai berikut: mesem senyum mesem-mesem senyum-senyum mesammesem senyam-senyum. 2) Kelap-kelip tambah adoh pinuju rina (AGS, JG Lintang karya Khoirul Laila: 19) Terjemahan: Berkelip-kelip semakin jauh menuju malam Kutipan di atas terdapat kata kelap-kelip. Proses morfologisnya sebagai berikut: kelip kelip kelip-kelip kelip-kelip kelap-kelip berkelip-kelip. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 75
c. Dwipurwa 1) Jare dhemen tetulung ananging kok menthung (AGS, JG Bangsate Manungsa karya Khoirul Laila: 14) Terjemahan: Katanya senang menolong tetapi malah menyakiti Kutipan di atas terdapat kata tetulung. Proses morfologisnya sebagai berikut: tulung tolong tutulung tetulung senang menolong. 2) Mbabat saranduning pepalang (AGS, JG Kasetyan karya Desi Indriyanti: 28) Terjemahan: Menebas semua rintangan Kutipan di atas terdapat kata pepalang. Proses morfologisnya sebagai berikut: palang kayu melintang papalang pepalang halangan, rintangan. d. Dwiwasana Cekakakan nyebar prahara (AGS, JG Lelakone Kancil lan Munyuk karya Rani Dita: 41) Terjemahan: tertawa terbahak-bahak menyebar keributan Kutipan di atas terdapat kata cekakakan. Proses morfologisnya sebagai berikut: cekak pendek cekakkak tertawa cekakakak cekakakan berulangulang tertawa terbahak-bahak. 3. Pemajemukan (Kompositum) Tembung camboran kata majemuk dibagi menjadi dua, yaitu camboran wutuh dan tembung camboran tugel. Peneliti hanya mendapat kata yang mengandung tembung camboran wutuh. Hasil penelitian akan dibahas sebagai berikut. 1) Saiki akeh uwong ala (AGS, JG Jaman Saiki karya Intan Kusuma H: 12) Terjemahan: Sekarang banyak orang yang tidak punya perasaan Kutipan di atas terdapat kata uwong ala. Proses morfologisnya sebagai berikut: uwong orang + ala jelek uwong ala. 2) Seneng mengkal lan atos atine (AGS, JG Lamis karya Miftakul Thoyiba: 5) Terjemahan: Senang bohong dan memikirkan diri sendiri Kutipan di atas terdapat kata atos atine. Proses morfologisnya sebagai berikut: atos keras + atine hatinya atos atine. Perubahan Makna Setelah Mengalami Proses Morfologis pada Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel dan Sastra Jawa 2012) Afiksasi (pengimbuhan) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 76
1. Proses Afiksasi a. Prefiks {N-} ng- Kancil ngumbar janji (AGS, JG Kewan Apa Manungsa karya Muh Bayu Mahendra: 3) Terjemahan: Kancil mengobral janji Kutipan di atas terdapat kata ngumbar. BD kata tersebut yaitu umbar umbar artinya membiarkan lepas (bebas), makna dasarnya tembung kaanan. Kata tersebut mendapat awalan {N-} ng- menjadi ngumbar mengumbar, mengobral, maknanya menjadi tembung kriya tanduk. b. Infiks {-um-} Tumemplek angel diilangi (AGS, JG Tresna karya Eko Novianto: 11) Terjemahan: Menempel susah dihilangkan Kutipan di atas terdapat kata tumemplek berasal dari kata templek melekat makna dasarnya tembung kriya. Kata tersebut mendapat sisipan {-um-} menjadi tumemplek menempel pada maknanya berubah menjadi tembung kriya tanpa lesan. c. Sufiks {-a} Age-age padha elinga (AGS, JG Swara Lonceng karya Oktafia Efi P) Terjemahan: Cepat-cepat semua ingatlah Kutipan di atas terdapat kata yang elinga berasal dari kata eling ingat makna dasarnya tembung kriya, mendapat akhiran {-a} menjadi elinga ingatlah, sadarlah makna jadiannya menjadi tembung kriya dan tidak mengalami perubahan makna. d. Konfiks {N- + -ake} Ninggalake rasa sepi ing ati (AGS, JG Sepi ing Ati karya Intan Kusuma: 12) Terjemahan: Meninggalkan rasa sepi dihati Kutipan di atas terdapat kata ninggalake yang berasal dari kata tinggal masih tetap ditempat makna dasarnya merupakan tembung kriya, mendapat konfiks {N- + -ake} menjadi ninggalake meninggalkan makna jadiannya menjadi tembung kriya tanduk. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 77
2. Reduplikasi (pengulangan) a. Dwilingga Durung-durung wis matur bapa ibu (AGS, JG Lara Meksa Ora Tiba karya Khoirul Laila: 18) Terjemahan: Belum apa-apa sudah bilang ayah ibu Kutipan di atas terdapat kata durung-durung yang berasal dari kata durung belum makna dasarnya tembung katrangan, mengalami pengulangan menjadi durung-durung makna jadiannya menjadi tembung aran. b. Dwilingga Salin Swara Kelap-kelip tambah adoh pinuju rina (AGS, JG Lintang karya Khoirul Laila: 19) Terjemahan: Berkelip-kelip semakin jauh menuju malam Kutipan di atas terdapat kata kelap-kelip yang berasal dari kata kelip cahaya kecil yang terputus-putus makna dasarnya merupakan tembung aran mengalami dwilingga salin swara dengan perubahan fonem /e/ menjadi kelap-kelip makna jadiannya membentuk tembung kriya mempunyai arti melakukan pekerjaan berulang-ulang. c. Dwipurwa Ana lelara, ananging... (AGS, JG Ngenteni Mala karya Awalia Putri: 31) Terjemahan: Ada penyakit, tetapi... Kutipan di atas terdapat kata lelara yang berasal dari kata lara sakit makna dasarnya merupakan tembung katrangan, mengalami dwipurwa menjadi lelara penyakit makna jadiannya menjadi tembung aran. d. Dwiwasana Cekakakan nyebar prahara (AGS, JG Lelakone Kancil lan Munyuk: ) Terjemahan: Tertawa terbahak-bahak menyebar keributan Kutipan di atas terdapat kata cekakakan yang berasal dari kata cekak pendek makna dasarnya merupakan tembung kaanan, mengalami dwiwasana dengan mendapat akhiran {-an} menjadi cekakakan tertawa terbahak-bahak makna jadiannya menjadi tembung kriya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 78
3. Pemajemukan Nukulke wiji landhep (AGS, JG Jasa karya Vindi Taviana: 8) Terjemahan: Menumbuhkan anak (generasi) yang pintar Kutipan di atas terdapat kata wiji landhep berasal dari kata wiji biji (isi buah) makna dasarnya merupakan tembung aran dan landhep tajam makna dasarnya merupakan tembung kaanan, mengalami pemajemukan utuh menjadi wiji landhep artinya siswa yang pandai makna jadiannya merupakan tembung aran. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa (1) proses afiksasi yang meliputi: prefiks {N-} ny- ng- m- n-, {di-}, {a-}; infiks {-um-}, {-er-}, dan {-el- }; sufiks {-e/-ne}, {-i/-ni}, {-a}, {-an}; konfiks {ka-,-an}, {N-,-ake}, {pa-,-an}, {pan-,-an}; proses reduplikasi meliputi: dwilingga, dwipurwa, dan dwiwasana; proses pemajemukan meliputi tembung camboran wutuh. (2) perubahan makna akibat proses morfologis meliputi: proses afiksasi prefiks {N-} ny- ng- m- n- dapat membentuk tembung kriya tanduk, {di-, dak-/tak-/kok-} kriya tanggap; infiks {-um-} kriya tanpa lesan dan kaanan; sufiks {-e/-ne} dan {-ane} tembung aran; konfiks {ka-,-an} tembung kriya, {pa-,-an} tembung aran, {sa-,-e} tembung katrangan; reduplikasi dwilingga membentuk tembung aran, dwilingga salin swara tembung kriya; pemajemukan tembung camboran wutuh akan membentuk satu kesatuan kata dan memiliki makna yang berbeda dengan bentuk dasarnya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 79
Daftar Pustaka Mulyana. 2007. Morfologi Bahasa Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher. Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa (Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis). Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendidikan Kuantitafif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Suwandi, Suwarji. 2011. Semantik (Pengantar Kajian Makna). Yogyakarta: Media Perkasa. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 80